Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA TANAMAN

PERSILANGAN MONOHIBRID, DIHIBRID, DAN BACKCROSS

Disusun oleh:

1. Camelia Dwi Djulianti 1810631090


2. Mela Anjar Mustika 18106310190164
3.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya kami mampu menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu.
Laporan dengan judul “Persilangan Monohibrid, Dihibrid, dan Backcross“ disusun sebagai
tugas mata kuliah Genetika Tumbuhan.

Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman dan para
anggota kelompok yang telah membantu pada pembuatan laporan ini.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dengan tujuan agar
laporan ini selanjutnya akan lebih baik.

Karawang, November 2019.


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ilmu yang mempelajari tentang mekanisme pewarisan sifat dari induk kepada
keturunannya disebut ilmu genetika (berasal dari bahasa Latin, yaitu Genos = asal usul).
Pengetahuan tentang adanya sifat menurun pada makhluk hidup sebenarnya sudah lama
berkembang hanya belum dipelajari secara sistematis, penelitian mengenai pola-pola
penurunan sifat baru diketahui pada abad ke-19 oleh Mendel (Team Teaching.2014. "
Penuntun Praktikum Biologi. UNG).

Gen adalah perintah – perintah yang membuat manusia, hewan, tumbuhan dan
makhluk hidup lainnya bekerja. Gen ditemukan dalam sel – sel yang menyusun semua
makhluk hidup. Gen terdiri atas suatu zat kimia yang disebut DNA. Sesuatu yang
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dalam gen disebut sifat genetika
(Campbell, 1999).

Fenotip dapat dikatakan sebagai karakteristik atau cirri – cirri yang dapat diukur
atau sifat yang nyata yang dmiliki oleh organisme. Ciri itu tampak oleh mata, seperti warna
kulit atau tekstur rambut. Fenotip dapat juga diuji untuk identifikasinya, seperti pada
penentuan angka respiratoris atau uji serologi tipe darah. Fenotip merupakan hasil produk-
produk gen yang diekspresikan di dalam lingkungan tertentu. Namun, gen memiliki
batasan-batasan di dalamnya sehingga lingkungan dapat memodifikasi fenotip (Susanto,
2011)

Genotip ialah seluruh gen yang dimiliki suatu individu. Genotip yang terekpresikan
menampakan fenotip pada suatu individu. Genotip yang melibatkan alel-alel pada suatu
lokus tunggal dapat menghasilkan genotip yang homozigot.Keturunanhomozigot dapat
dihasilkan dari galur murni. Perpaduan heterozigot dihasilkan dari alel yang berbeda
(Campbell, 1999).
Keanekaragaman gen adalah segala perbedaan yang ditemui pada makhluk hidup dalam
satu spesies. Pengetahuan tentang keragaman genetik sangat penting karena akan
memeberikan suatu informasi dasar dalam pengembangan tanaman selanjutnya. Dalam
keanekaragaman yang tinggi menyimpan gen berpotensi yang tinggi pula. Perkembangan
ilmu pengetahuan mempermudah mendeteksi keragaman genetic suatu individu berbasis
molekuler. Secara umum keanekaragaman genetik dari suatu populasi dapat terjadi karena
adanya mutasi, rekombinasi, atau migrasi gen dari satu tempat ke tempat lain (Indrawan
dkk., 2007).

B. TUJUAN
1. Untuk mempelajari persilangan dihybrid, monohybrid
2. Backross pada persilangan dihybrid, monohibrid
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Persilangan monohibrid

Hasil percobaan monohibrid menunjukkan bahwa pada seluruh tanaman F1 hanya


ciri (sifat) dari salah satu tetua yang muncul. Pada generasi F2, semua ciri yang dipunyai
oleh tetua (P) yang disilangkan muncul kembali.Ciri sifat tetua yang hilang pada F1 terjadi
karena tertutup, kemudian disebut ciri resesif, dan yang menutupi disebut dominan. Dari
seluruh percobaab monohibrid untuk 7 sifat yang diamati, pada F2 terdapat perbandingan
yang mendekati 3:1 antara jumlah individu dengan ciri dominan : resesif.

Sebagai salah satu kesimpulan dari percobaan monohibridnya, Mendel menyatakan


bahwa setiap sifat organisme ditentukan oleh faktor, yang kemudian disebut gen. Faktor
tersebut kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam setiap
tanaman terdapat dua faktor (sepasang) untuk masing-masing sifat, yang kemudian dikenal
dengan istilah 2 alel; satu faktor berasal dari tetua jantan dan satu lagi berasal dari tetua
betina. Dalam penggabungan tersebut setiap faktor tetap utuh dan selalu mempertahankan
identitasnya. Pada saat pembentukkan gamet, setiap faktor dapat dipisah kembali secara
bebas. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai Hukum Mendel I, yaitu hukum segregasi.
Perbandingan pada F2 untuk ciri dominan : resesif = 3 : 1, terjadi karena adanya proses
penggabungan secara acak gamet-gamet betina dan jantan dari tanaman F1.

Persilangan dihibrid

Persilangan dihibrid adalah persilangan antara individu untuk 2 gen yang berbeda.
Eksperimen Mendel dengan bentuk biji dan warna ercis adalah sebuah contoh dari
persilangan dihibrid. Metode Punnett kuadrat menentukan rasio fenotipe dan genotipenya.
Metode ini pada dasarnya sama dengan persilangan monohibrid. Perbedaan utamanya ialah
masing-masing gamet sekarang memiliki 1 alel dengan 1 atau 2 gen yang berbeda
(Johnson, 1983:80 ).
Hukum Mendel II yaitu pengelompokan gen secara bebas berlaku ketika pembuatan
gamet. Dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing – masing kutub meiosis.
Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yaitu persilangan dari dua
individu yang memiliki dua atau lebih karakter yang berdeba. Hukum ini juga disebut
hukum Asortasi. Hibrid adalah turunan dari suatu persilangan antara dua individu yang
secara genetik berbeda. Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat
berhubungan dengan hukum Mendel II yang berbunyi “Independent assortment of genes”.
Atau pengelompokan gen secara bebas. Arti hibrid semacam itu juga dikemukakan oleh
Gardner Ratio. Fenotipe klasik yang dihasilkan dari perkawinan dihibrida adalah 9:3:3:1,
ratio ini diperoleh oleh alel – alel pada kedua lokus memperlihatkan hubungan dominan
dan resesif. Ratio ini dapat dimodifikasi atau kedua lokus mempunyai alel – alel dominan
dan alel lethal (Crowder,1999: 43).

Dua sifat beda yang dipelajari Mendel yaitu bentuk dan warna kapri. Pada
penelitian terdahulu diketahui bahwa biji bulat (W) dominan terhadap biji berkerut (w), dan
menghasilkan nisbah 3:1. Pada keturunan F2, Mendel juga mendapatkan bahwa warna biji
kuning (G) dominan terhadap biji hijau (g), dan segregasi dengan nisbah 3:1. Persilangan
kapri dihibrida berbiji kuning bulat dan berbiji hijau berkerut menghasilkan nisbah fenotipe
9:3:3:1. Nisbah genotipenya dapat diperoleh dengan menjumlahkan genotipe-genotipe yang
sama di antara 16 genotipe yang terlihat dalam segitiga Punnett (Crowder, 1999).

Backcross atau Test Cross

Backcross adalah perkawinan antara F1 dan induk jantan atau betina. Sebagai
contoh, jika tikus jantan hitam (HH) disilangkan dengan tikus betina putih (hh), semua
F1-nya berwarna hitam (Hh). Jika dilakukan perkawinan balik dengan induk jantan,
akan dihasilkan tikus F2 berwarna hitam semua. Hal itu membuktikan bahwa individu
yang memiliki fenotipe sama dapat memiliki genotipe berbeda.
Test cross atau uji silang adalah perkawinan antara F1 dan individu yang
homozigotnya resesif. Test cross digunakan untuk menguji kemurnian suatu galur.
Sebagai contoh, jika tikus hitam hasil perkawinan tikus hitam (HH) dan putih (hh)
ditest cross, hasilnya adalah tikus hitam dan tikus putih dengan perbandingan 1 : 1.
BAB III
METODE
A. Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari jumat tanggal 22 November 2019 di
Laboratorium Agronomi Universitas Singaperbangsa Karawang

B. Bahan dan Alat


Adapun alat – alat yang digunakan dalam pelaksanaan percobaan ini antara lain:
1. Alat tulis
2. Kertas polio
3. Penggaris

C. Langkah kerja
1. Kelompok 1
 MONOHIBRID

Diketahui : Manis ( AA )
Asam ( aa )

P1 : AA x aa
( manis ) x ( asam )

G1 : A a

F1 : Aa

P2 : Aa x Aa

G2 : A,a x A,a

F2 : A a
A AA Aa
a Aa aa
Perbandingan Fenotipe = 3 : 1
(manis) : (asam)

Perbandingan Genotipe = 1 : 2 : 1
(AA) : (Aa) : (aa)

 BACKCROSS

 Persilangan induk dominan


F1 : Aa (manis)

P: Aa x AA
( manis ) x ( asam )

G: A A

a A

F: AA , AA , Aa , Aa (manis)
Perbandingan Fenotipe = 4 ( manis )

Perbandingan Genotipe = 2AA : 2Aa


 Persilangan induk resesif
P: Aa x aa
( manis ) x ( asam )

G: A a

a a

F: Aa, Aa, aa, aa

Perbandingan Fenotipe = 2 manis : 2 asam

Perbandingan Genotipe = Aa : aa
1 : 1

 DIHIBRID

Diketahui : Manis besar : AABB


Manis kecil : aabb

P1 : AABB x aabb

G1 : AB ab

F1: Aa Bb

G2 : AB Ab aB ab

F2 :
AB Ab aB ab
AB AABB AABb AaBB AaBb
Ab AABb AAbb AaBb Aabb
aB AaBB AaBb aaBB aaBb
ab AaBb Aabb aaBb aabb
Perbandingan fenotipe = 9 : 3 : 3 : 1
( manis besar) : (manis kecil) : (asam besar) : (asam kecil)
Perbandingan genotipe =AABB :AABb :AaBB :AaBb :AAbb :Aabb :aaBB : aaBb :aabb
1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2: 1

 BACKROSS
 Persilangan induk dominan
F1: AaBb ( manis besar )

P: AaBb x AABB
( manis besar ) x ( manis besar )

G: AaBb AB

F: AB
AB AABB
Ab AABb
aB AaBB
ab AaBb
Perbandingan Fenotipe : 100% manis besar

Perbandingan Genotipe : AABB : AABb : AaBB : AaBb


1 : 1 : 1 : 1
 Persilangan induk resesif
P: AaBb x aabb
( manis besar ) x ( asam kecil )

G: AaBb ab

F:
AB Ab ab ab
ab AaBb Aabb aabb aabb
ab AaBb Aabb aabb aabb

Perbandingan Fenotipe : 25% manis besar: 25% manis besar: 25% asam kecil: 25%
asam kecil

Perbandingan Genotipe : AaBb : Aabb : aaBb : aabb


1 : 1 : 1 : 1
2. Kelompok 2
 MONOHIBRID

Diketahui : Pohon mangga tinggi ( AA )


Pohon mangga pendek ( aa )

P1 : AA x aa
( tinggi ) x ( pendek )

G1 : A a

F1 : Aa

P2 : Aa x Aa

G2 : A,a x A,a

F2 : A a
A AA Aa
a Aa aa
Perbandingan Fenotipe = 3 : 1
(tinggi) : (pendek)

Perbandingan Genotipe = 1 : 2 : 1
(AA) : (Aa) : (aa)

 BACKCROSS

F1 : Aa (tinggi)

P: Aa x AA
( tinggi ) x ( tinggi )

G: A A

a A

F: AA , AA , Aa , Aa
Perbandingan Fenotipe = 4 ( tinggi )

Perbandingan Genotipe = 2AA : 2Aa

 DIHIBRID

Diketahui : Mangga besar manis : AABB


Mangga kecil asam : aabb

P1 : AABB x aabb

G1 : AB ab

F1: Aa Bb

G2 : AB Ab aB ab

F2 :
AB Ab aB ab
AB AABB AABb AaBB AaBb
Ab AABb AAbb AaBb Aabb
aB AaBB AaBb aaBB aaBb
ab AaBb Aabb aaBb aabb
Perbandingan fenotipe = 9 : 3 : 3 : 1
(besar manis ) : (besar asam) : (kecil manis) : (kecil asam)

Perbandingan genotipe =AABB :AaBB :AaBb :AABb :aaBB :aaBb :AAbb :Aabb :aabb
1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 : 1

 BACKROSS

F1: AaBb ( besar manis )

P: AaBb x AABB
( besar manis ) x ( besar manis )

G: AaBb AB
F: AB
AB AABB
Ab AABb
aB AaBB
ab AaBb
Perbandingan Fenotipe : 4 (besar manis )

Perbandingan Genotipe : AABB : AABb : AaBB : AaBb


1 : 1 : 1 : 1

3. Kelompok 3
 MONOHIBRID

Diketahui : Pohon tinggi ( TT )


Pohon pendek ( tt)

P1 : TT x tt
( tinggi ) x ( pendek )

G1 : T t

F1 : Tt

P2 : Tt x Tt

G2 : T, t x T, t

F2 : T t
T TT Tt
t Tt tt
TT(tinggi), Tt(tinggi), Tt(tinggi), tt(pendek).

Perbandingan Fenotipe = 3 : 1
(tinggi) : (pendek)

Perbandingan Genotipe = 1 : 2 : 1
(TT) : (Tt) : (tt)
 BACKCROSS

F1 : Tt (tinggi)

P: Tt x TT
( tinggi ) x ( tinggi )

G: T T

t T

F: TT , TT , Tt , Tt

Perbandingan Fenotipe = 4 ( tinggi )

Perbandingan Genotipe = 2TT : 2Tt

 DIHIBRID

Diketahui : Batang tinggi besar : TTBB


Batang pendek kecil : ttbb

P1 : TTBB x ttbb

G1 : TB tb

F1: TtBb

G2 : TB Tb tB tb

F2 :
TB Tb tB tb
TB TTBB TTBb TtBB TtBb
Tb TTBb TTbb TtBb Ttbb
tB TtBB TtBb TtBB ttBb
tb TtBb Ttbb ttBb ttbb
Perbandingan fenotipe = 9 : 3 : 3 : 1
(tinggi besar ) : (tinggi kecil) : (pendek besar) : (pendek kecil)
Perbandingan genotipe = TTBB :TTBb :TtBB :TtBb :TTbb :Ttbb :ttBB :ttBb :ttbb
1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 : 1

 BACKROSS

F1: TtBb ( tinggi besar )

P: TtBb x TTBB
( tinggi besar ) x ( tinggi besar )

G: TtBb TB

F: TB
TB TTBB
Tb TTBb
tB TtBB
tb TtBb
Perbandingan Fenotipe : 4 atau 100% (tinggi besar)

Perbandingan Genotipe : TTBB : TTBb : TtBB : TtBb


1 : 1 : 1 : 1

4. Kelompok 4
*Lampiran
1. Kelompok 1

Anda mungkin juga menyukai