SAP Pencegahan Komplikasi Post ORIF
SAP Pencegahan Komplikasi Post ORIF
KELOMPOK 6 :
SI KEPERAWATAN 3B
Tempat :
Penyaji :
III. Materi
1. Pengertian ORIF
2. Tujuan Tindakan Perawatan Luka post op ORIF
3. Faktor yang mempengrauhi proses penyembuhan luka pada post op ORIF
4. Cara melakukan perawatan luka dirumah
5. Komplikasi yang dapat terjadi
6. Cara mencegah komplikasi
IV. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
V. Media
1. Ppt
2. leaflet
RENCANA PELAKSANAAN
No Kegiatan Waktu Kegiatan Peserta
1 Persiapan : 2 menit
a. Alat ( Laptop
Lcd dan sound
system )
2 Proses: 20 Menjawab
a. Membuka menit salam,
proses memperkenalkan
penyuluhsn diri,
dengan memperhatikan
mengucapkan
salam,
memperkenalka
n diri
b. Menjelaskan
pada klien dan
keluarga tentang
tujuan dan
manfaat Bermain
penyuluhan bersama dengan
c. Menjelaskan antusias dan
materi yang mengungkapkan
disajikan perasaannya
d. Memberikan ice
breaking
e. Melakukan
permainan
sederhana
3 Evaluasi : 20
a. Memberikan menit
kesempatan
pada sasaran
untuk bertanya
b. Menjelaskan
kembali hal
yang belum
dimengerti oleh
sasaran
c. Menanyakan
kembali materi
yang telah
diberikan
4 Penutup 5 menit Memperhatikan
Menutup dan dan menjawab
mengucapkan salam salam
EVALUASI
OPEN REDUCION INTERNAL FIXATION (ORIF)
Open Reduction Internal Fixation (ORIF) adalah suatu jenis operasi dengan pemasangan
internal fiksasi yang dilakukan ketika fraktur tersebut tidak dapat direduksi secara cukup dengan
close reduction, untuk mempertahankan posisi yang tepat pada fragmen fraktur (John C. Adams,
1992 dalam Potter & Perry, 2005).
Fungsi ORIF untuk mempertahankan posisi fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak
mengalami pergerakan. Internal fiksasi ini berupa intra medullary nail, biasanya digunakan untuk
fraktur tulang panjang dengan tipe fraktur transvers.
Open Reduction Internal Fixation (ORIF) adalah sebuah prosedur bedah medis, yang
tindakannya mengacu pada operasi terbuka untuk mengatur tulang, seperti yang diperlukan untuk
beberapa patah tulang, fiksasi internal mengacu pada fiksasi sekrup dan piring untuk
mengaktifkan atau memfasilitasi penyembuhan (Brunner &Suddart, 2003).
1. Fraktur yang tidak stabil dan jenis fraktur yang apabila ditangani dengan metode terapi
lain, terbukti tidak memberi hasil yang memuaskan.
2. Fraktur leher femoralis, fraktur lengan bawah distal, dan fraktur intraartikular
disertai pergeseran.
3. Fraktur avulsi mayor yang disertai oleh gangguan signifikan pada struktur otot
tendon
Dilakukan utnuk meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan pada bagian yang sakit. Dapat
dilakukan dengan cara:
Masalah Pasca Bedah ORIF Masalah yang sering kali ditimbulkan pada pasien pasca
bedah ORIF meliputi:
1. Nyeri merupakan keluhan yang paling sering terjadi setelah bedah ORIF. Nyeri yang
dapat dirasakan seperti tertusuk dan terbakar pada tujuh hari pertama dan nyeri yang
sangat hebat akan dirasakan pada beberapa hari pertama.
2. Gangguan mobilitas pada pasien pasca bedah ORIF juga akan terjadi akibat proses
pembedahan.
3. Kelelahan sering kali terjadi pada pasien post ORIF yaitu kelelahan sebagai suatu sensasi.
Gejala nyeri otot, nyeri sendi, sakit kepala, dan kelemahan dapat terjadi akibat kelelahan
system musculoskeletal dan gejala ini merupakan tanda klinis yang sering kali terlihat
pada pasien paska ORIF.
4. Perubahan ukuran, bentuk dan fungsi tubuh yang dapat mengubah system tubuh,
keterbatasan gerak, kegiatan, dan penampilan juga sering kali dirasakan oleh pasien
paska bedah ORIF
5. Pada pasien Fraktur femur dengan post ORIF bisa terjadi resiko syok hipovolemi karena
pada saat dilakukan pembedahan untuk memasangan plate pasti terjadi pemotongan atau
penyatan pada kulit yang mengakibatkan arteri atau vena terputus,keadaan itu juga yang
menyebabkan perdarahan pada pasien saat terjadinya operasi. Jika perdarahan tersebut
tidak segera diatasi maka akan terjadi perdarahan yang hebatdan akan menyebabkan
kehilangan volume cairan, cairan ini dapat berupa darah, plasma dan elektrolit maka dari
itu bisa menyebabkan syok hipovolemi atau resiko syokhipovolemi pada pasien dengan
keadaan pembedahan fraktur femur (Price, 2006). Faktor- faktor yang menyebabkan syok
hipovolemik yaitu perdarahan yang berat dan menyebabkan kehilangan cairan
intravaskuler bisa berupa eksogen atau endogen. Pada kehilangan cairan yang eksogen
cairan betul-betul keluar dari jaringan tubuh seperti pada perdarahan atau kasus luka
bakar. Sedangkan pada kehilangan cairan endogen maka cairan betul-betul telah keluar
dari intravaskuler tetapi masih dalam jaringan atau rongga tubuh namun belum keluar
dari tubuh sendiri (Price, 2006).Syok hipovolemik tidak terjadi pada kasus kami karena
pasien saat pembedahan ORIF pengalami perdarahan ± 200 cc dan itu bukan perdarahan
yang sedang maupun berat. Sedangkan perdarahan yang menyebabkan syok hipovolemik
yaitu kehilangan volume darah 30-40% sekitar 2000 cc pada orang dewasa. Maka dari itu
kasus kami tidak menegakkan diagnosa resiko syok hipovolemik (Price, 2006)
6. Pada pasien post ORIF dengan adanya prosedur pembedahan berarti benda asing seperti
gunting bedah, pisau bedah yang menembus kulit kemudian terjadi penyatan pada kulit
yang mengakibatkan dermis/epidermis terluka dan menyebabkan ditegakkannya diagnosa
kerusakan integritas kulit pada pasien post ORIF
1. Cuci tangan dengan sabun atau anti septic lainnya sebelum merawat luka
2. Buka balutan dengan hati hati
3. Bersihkan luka dengan larutan Natrium klorida/ Nacl atau menggunakan air matang
4. Olesi Luka dengan anti septic
5. Tutup luka dengan kassa steril