Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Spektroskopi Raman merupakan salah satu metode yang menghasilkan spektra

vibrasi suatu senyawa. Spektrum geseran Raman hampir mirip dengan spektrum

absorpsi inframerah suatu senyawa. Kedua spektrum ini merupakan spektrum

vibrasional dari gugus fungsi kimia penyusun suatu molekul. Spektrum geseran

Raman sangat khas dan karakteristik untuk gugus fungsi tersebut (Batrick,

2002b). Oleh sebab itu spektrum geseran Raman ini dapat dimanfaatkan untuk

identifikasi suatu molekul. Atas dasar kemanfaatannya spektrum Raman banyak

dimanfaatkan dalam forensik sains khususnya dalam identifikasi suatu molekul

senyawa kimia berupa senyawa terlarang atau berbahaya (Chalmers et al., 2010).

Adapun penerapan identifikasi spektrum Raman dalam Kimia Forensik dan

Toksikologi Kimia adalah untuk identifikasi penyalahgunaan narkotika, bahan

peledak, metabolit narkotika, senjata berbahan kimia, racun, rambut serta merunut

industri pembuat bahan peledak dan narkotika (Chalmers et al., 20110; Thomson,

2002).

Analisis menggunakan spektroskopi Raman membutuhkan waktu yang relatif

singkat sehingga memungkinkan diperoleh hasil secepat mungkin dalam

melakukan quality control (Kalantri et al., 2010). Keunggulan lainnya pada

spektroskopi Raman yaitu spektrum yang dihasilkan spesifik,

1
2

dapat mengukur sampel secara in situ, tidak destruktif, tidak memerlukan

preparasi sampel, dapat menguji sampel langsung dalam wadah kaca, plastik atau

medium air, dapat menguji sampel berwarna serta instrumennya hanya

menggunakan tenaga listrik tanpa gas pembawa ataupun bahan bakar, dan tidak

memerlukan pelarutan serbuk ataupun membentuknya menjadi pellet (Smith and

Dent, 2005; Tsuchihashi et al., 1997; Thomson, 2002). Sampel dalam medium air

dapat langsung diukur dengan spektroskopi Raman karena air menghasilkan

puncak yang rendah (Tsuchihashi et al., 1997). Selain itu dengan adanya

keunggulan sampel dapat diukur langsung pada wadah sampel dan dapat

mengukur sampel yang dilarutkan dalam larutan berwarna membuat pengukuran

dengan instrumen ini tidak memerlukan kontak langsung dengan sampel sehingga

kemungkinan adanya kontaminasi dapat diminimumkan (Smith and Dent, 2005).

Spektroskopi Raman dalam pengukurannya sangat mudah dan praktis namun

terdapat beberapa kekurangan dari instrumen ini. Spektrum Raman dari sebuah

sampel serbuk atau tablet heterogen tidak dapat menginformasikan komposisi

sampel secara keseluruhan (Bell et al., 2004). Selain itu penggunaan spektroskopi

Raman seringkali menimbulkan interferensi berupa fluoresensi (Fedchak, 2014).

Hal ini disebabkan oleh sinyal biasan Raman yang cenderung lebih lemah

dibandingkan fluoresensi dan absorpsi UV (Thomson, 2002). Namun hal ini dapat

diatasi dengan penggunaan laser yang memiliki panjang gelombang pada daerah

infra merah dekat salah satunya dengan laser pada panjang gelombang 1064 nm,

namun intensitas yang dihasilkan lebih rendah.

Burnet et al. (2010) membuktikan bahwa komponen suatu senyawa dengan

konsentrasi 8% b/v dapat diidentifikasi melalui analisis pola puncak (peaks


3

pattern recognition) komponen tersebut. Penelitian tersebut mengenai identifikasi

kokain yang diselundupkan dengan melarutkannya dalam alkohol dan rum.

Kokain dapat diidentifikasi dan ditetapkan kadarnya menggunakan wadah

bervariasi dengan spektroskopi Raman (laser 1064 nm). Identitas kokain yang

didapat yaitu berupa pola puncak pada bilangan gelombang 1730 cm-1, 1603 cm-1

dan 1003cm-1 (Burnet et al., 2010).

Pengenalan pola puncak juga dimanfaatkan oleh Bell et al. (2004) dalam

menganalisis tablet ekstasi. Analisis pengenalan pola puncak ini dimanfaatkan

sebagai identitas masing – masing komponen dalam campuran tablet ekstasi untuk

selanjutnya dimanfaatkan pada kuantifikasi masing – masing komponennya.

Sampel tablet ekstasi yang digunakan ini mengandung komponen mayor yaitu

MDMA, kafein dan laktosa. Adapun pola puncak MDMA diketahui pada bilangan

gelombang 808 cm-1 dan kafein pada 552 cm-1. Melalui penelitian tersebut

diketahui bahwa masing – masing komponen dalam sampel dapat mempengaruhi

probabilitas pengenalan pola puncak yang sesuai dengan komposisi sampel (Bell

et al., 2004).

Selain kontrol terhadap senyawa – senyawa berbahaya seperti narkotika,

kesesuaian zat aktif dengan etiket pada sediaan farmasi juga penting untuk

dikontrol. Penerapan metode spektroskopi Raman yang cepat dan spesifik

tentunya sangat menguntungkan untuk quality control sediaan farmasi. Tablet

merupakan salah satu sediaan farmasi yang mengandung berbagai komponen di

dalamnya. Jika spektroskopi Raman digunakan untuk quality control tablet obat

yang memiliki bobot 700 mg mengandung Parasetamol 400 mg (57,14%), Efedrin

Hidroklorida 30 mg (4,28%) Dekstrometorfan 10 mg (1,42%) dan Tramadol


4

Hidroklorida 37,5 mg (5,35%) maka seluruh zat aktif pada tablet obat ini harus

dapat diidentifikasi. Hal ini bisa menjadi masalah karena spektrum Raman tidak

dapat menunjukkan komposisi sampel secara keseluruhan. Penelitian Ryder et al.

(2000) menyatakan bahwa kokain dalam bentuk campuran sulit untuk

diidentifikasi pada konsentrasi 30% karena ditutupi oleh spektrum kafein yang

memiliki komposisi 50% (Ryder et al., 2000). Hal ini juga dapat terjadi pada

spektrum Raman tablet obat. Spektrum Parasetamol dengan konsentrasi dominan

akan menutupi spektrum Efedrin Hidroklorida, Dekstrometorfan dan Tramadol

Hidroklorida.

Berdasarkan kajian di atas, senyawa minor pada tablet obat ini diharapkan

dapat diidentifikasi dengan pola puncak spektrum Raman masing – masing

komponen zat aktifnya. Pola puncak ini dapat diketahui dari analisis pengenalan

pola puncak pada spektrum Raman sampel simulasi. Namun sebelumnya perlu

dianalisis terlebih dahulu perubahan spektrum akibat perubahan konsentrasi

senyawa dalam suatu campuran terhadap spektrum Raman. Pengenalan pola

puncak penting ketika identifikasi suatu senyawa dilakukan pada konsentrasi

berbeda dengan spektroskopi Raman. Parameter yang digunakan pada analisis

pengenalan pola puncak ini adalah kedekatan spektrum terhadap spektrum standar

dan bilangan gelombang puncak yang muncul secara spesifik pada masing –

masing gugus fungsi yang dimiliki zat aktif.


5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut

1.2.1 Bagaimana perubahan pola spektrum Raman Efedrin Hidroklorida,

Dekstrometorfan dan Tramadol Hidroklorida dalam sampel simulasi

akibat perubahan konsentrasi?

1.2.2 Bagaimana pola puncak spektrum Raman Efedrin Hidroklorida,

Dekstrometorfan dan Tramadol Hidroklorida yang dapat digunakan

untuk mengidentifikasi senyawa ini pada tablet?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk mengetahui perubahan pola spektrum Raman Efedrin

Hidroklorida, Dekstrometorfan dan Tramadol Hidroklorida dalam

sampel simulasi akibat perubahan konsentrasi.

1.3.2 Untuk mengetahui pola puncak spektrum Raman Efedrin

Hidroklorida, Dekstrometorfan dan Tramadol Hidroklorida yang dapat

digunakan dalam mengidentifikasi senyawa ini pada tablet obat.


6

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan dalam mengetahui

perubahan spektrum Raman suatu senyawa dalam campuran akibat perubahan

konsentrasi. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat mengidentifikasi masing –

masing senyawa dalam campuran dengan analisis pengenalan pola puncak

spektrum Raman pada masing – masing gugus fungsi sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai landasan atau referensi untuk pengembangan penelitian-

penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai