Anda di halaman 1dari 35

Universitas Kristen Krida Wacana

Hubungan Kadar Kolesterol dengan Ketebalan Lemak Perut


Pasien Puskesmas Tanjung Duren Utara Jakarta Barat
Bulan Oktober 2019

Disusun Oleh :
Nevy Olianovi
Pricilya Maryani M.S
Yolanda Erizal
Harisma Minarti Maakh

Tugas Akhir Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jakarta Oktober 2019


Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Obesitas dipahami sebagai kondisi akumulasi lemak yang berlebihan dan
merupakan masalah global. Orang yang mempunyai berat badan lebih seringkali
mempunyai kadar kolesterol darah yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan orang
yang berat badannya normal. Peningkatan kolesterol darah juga dapat disebabkan oleh
kenaikkan kolesterol yang terdapat pada verylow-density lipoprotein (VLDL) dan low-
density lipoprotein (LDL) sekunder karena peningkatan trigliserida dalam sirkulasi
apabila terjadi penumpukan lemak berlebihan di dalam tubuh. Tebal lemak bawah kulit
(skinfold) menunjukkan gambaran deposit lemak subkutan yang dapat memberikan
gambaran perkiraan total lemak tubuh dengan cara melakukan pengukuran skinfold,
salah satunya di abdomen.1-4
Penelitian Multi-Ethnic Study of Atherosclerosis (MESA) menunjukan bahwa
adiposit viseral secara signifikan meningkatkan risiko sindrom metabolik dalam periode
3 tahun. Pada tahun 2008 World Health Organozation (WHO) melaporkan prevalensi
kolesterol total baik laki-laki dan perempuan tertinggi di wilayah Eropa 54%, di wilayah
Amerika 48%, di wilayah Asia Tenggara 29%, di wilayah Afrika menunjukkan
persentase terendah 22,6%. WHO memperkirakan bahwa obesitas telah menyebabkan
kematian dalam jumlah 3,4 juta pada tahun 2010 dan memiliki tujuan untuk
menghentikan peningkatan kejadian obesitas pada tahun 2025. WHO juga melaporkan
pada tahun 2011 sebanyak 1,6 milyar orang dewasa di dunia memiliki berat badan lebih
(overweight) dan 400 juta diantaranya mengalami obesitas.5-8
Prevalensi global obesitas pada tahun 2011 bervariasi dari lebih dari 30 % di
Amerika Serikat menjadi kurang dari 2 % di sub-Sahara Afrika. Data perwakilan
nasional untuk obesitas di India tidak tersedia, namun studi yang tersedia dari Chennai
dan Delhi (kota di India) pada tahun 2012 telah menunjukkan bahwa prevalensi 6,2 %
dan 7,4 % masing-masing. Menurut data dari Centre for Disease Control tahun 2013, ada
71 juta orang dewasa Amerika (33,5%) memiliki LDL tinggi (kolesterol buruk), hanya 1
dari setiap 3 orang dewasa dengan kolesterol LDL tinggi memiliki kondisi di bawah
kontrol. Survei di Amerika Serikat pada tahun 2015, 50% orang dewasa menunjukkan
kadar kolesterol lebih dari 200mg/dl, sementara 37 juta orang memiliki kadar kolesterol
lebih dari 240 mg/dl.9-12
Menurut RISKESDAS 2013, kegemukan menjadi hal yang krusial karena
prevalensi obesitas pada orang dewasa mencapai 19,7% pada pria dan 32,9% pada
wanita. Di Indonesia angka kejadian peningkatan kolesterol menurut penelitian MONICA
I (Multinational Monitoring of Trends Deter minantsin Cardiovascular Diseases) pada
tahun 1998 sebesar 13,4% untuk wanita dan 11,4% untuk pria. Menurut data Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, prevalensi hiperkolesterolemia usia 25 -
34 th adalah 9,3%, sedangkan usia 55 - 64 sebesar 15,5%. Beberapa provinsi di
Indonesia seperti Nangroe Aceh, Sumatera Barat, Bangka Belitung dan Kepulauan Riau
mempunyai prevalensi dislipidemia lebih dari sama dengan 50%.13-16

1.2 Rumusan Masalah


1. Berat badan lebih seringkli dikaitkan dengan kdar kolesterol darah yang lebih tinggi
bila dibandingkan dengan orang yang berat badanya normal.
2. Menurut WHO, pada tahun 2011 sebanyak 1,6 milyar orang dewasa di dunia memiliki
berat badan lebih (overweight) dan 400 juta diantaranya mengalami obesitas.
3. Prevalensi global obesitas pada tahun 2011 bervariasi dari lebih dari 30 % di Amerika
Serikat.
4. Menurut RISKEDAS 2013 prevalensi obesitas pada orang dewasa tahun 2013
mencapai 19,7% pada pria dan 32,9% pada wanita.
5. Belum diketahuinya hubungan antara kadar kolesterol dengan ketebalan lemak perut
pasien Puskusmas Tanjung Duren Utara Jakarta Barat bulan Oktober 2019.

1.3 Hipotesis
Adanya hubungan kadar kolesterol dengan ketebalan lemak perut pasien
Puskesmas Tanjung Duren Utara Jakarta Barat bulan Oktober 2019.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan Umum:
Mengetahui hubungan kadar kolesterol dengan ketebalan lemak perut pasien
Puskesmas Tanjung Duren Utara Jakarta Barat bulan Oktober 2019.
Tujuan Khusus:
1. Diketahuinya sebaran kadar kolesterol pasien Puskesmas Tanjung Duren Utara
Jakarta Barat pada bulan Oktober 2019.
2. Diketahuinya sebaran ketebalan lemak perut pasien Puskesmas Tanjung Duren
Utara Jakarta Barat bulan Oktober 2019.
3. Diketahuinya hubungan antara kadar kolesterol dengan ketebalan lemak perut
pasien Puskesmas Tanjung Duren Utara Jakarta Barat bulan Oktober 2019.

1.5 Manfaat Penelitian


Menambah data informasi tentang hubungan antara kadar kolesterol dengan
ketebalan lemak perut pasien Puskesmas Tanjung Duren Utara Jakarta Barat bulan
Oktober 2019.
Bab II

Tinjauan Pustaka

2.1 Kolesterol

2.1.1 Definisi Kolesterol

Kolesterol adalah suatu molekul lemak yang diproduksi oleh hati.


Kolesterol memiliki bermacam-macam fungsi, antara lain sebagai bahan
pembangun esensial untuk sintesis zat-zat penting seperti membran sel dan bahan
isolasi sekitar serat saraf, begitu pula hormon kelamin (progesteron dan estrogen
pada wanita, serta testosteron pada pria) dan anak ginjal, vitamin D, serta asam
empedu yang membantu usus untuk menyerap lemak. Ada 2 cara bagaimana
manusia mendapatkan kolesterol, pertama dengan produksi sendiri di organ hati
(memberikan konstribusi terbesar) dan kedua dengan mendapatkannya dari
makanan. Makanan dengan kandungan kolesterol ada pada produk susu, daging
berlemak, kuning telur, dan makanan laut. Tubuh dapat menyeimbangkan sendiri
antara kadar kolesterol yang diproduksi di hati dengan yang didapatkan dari
asupan makanan, semakin banyak makanan berkolesterol tinggi yang dikonsumsi,
semakin sedikit kolesterol yang diproduksi hati. Namun, jika makanan yang biasa
dikonsumsi mengandung lemak jenuh yang tinggi, kolesterol dalam tubuh bisa
menjadi tidak seimbang. 12

Kolesterol dalam jumlah seimbang sangat penting bagi tubuh. Terlalu


sedikit kolesterol tidaklah sehat, sama dengan terlalu banyak. Kadar kolesterol di
bawah 135 bisa merupakan tanda adanya stres kelenjar adrenal, kerusakan hati
yang berat (akibat bahan kimia, obat, atau hepatitis), serta gangguan autoimun
atau “penyerangan diri sendiri” seperti alergi, lupus, dan artritis rematoid. Kadar
kolesterol yang menurun juga telah dihubungkan dengan kanker dan gangguan
fungsi kekebalan tubuh secara umum yang tampak melalui kelelahan. Jika jumlah
lebih banyak dari yang bisa diproses dan digunakan oleh tubuh, kolesterol bisa
disimpan dalam dinding pembuluh darah, dimana kemudian menjadi berbahaya
bagi tubuh. Kenaikan kadar kolesterol, yaitu angkannya lebih dari 200 mg/dl,
merupakan faktor risiko tunggal yang paling penting pada penyakit jantung
koroner.12

2.1.2 Klasifikasi Kolesterol

Berdasarkan densitasnya, lipoprotein setelah dilakukan ultrasentrifugasi


dapat dibedakan. Susunan ketiga faktor yang penyusun lipoprotein itu memiliki
jumlah yang berbeda-beda.12

2.1.2.1 Kilomikron
Kilomikron utamanya tersusun dari trigliserida (85-90%) dan
kolesterol ±6%. Fungsinya untuk mentransfer lemak dari usus. Didalam
usus halus asam lemak bebas akan diubah menjadi trigliserida, sedang
kolesterol akan mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester dan
keduanya bersama dengan fosfolipid dan apolipoprotein akan
membentuk lipoprotein yang dikenal dengan kilomikron. Dalam keadaan
puasa 10-12 jam, tidak ada kilomikron yang ditemukan dalam darah
normal.13

2.1.2.2 Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein)


LDL memiliki susunan jumlah kolesterol yang terbanyak (45%)
dibanding protein dan trigliserida. Lipid utama LDL adalah kolesterol
ester. Sel hati memproduksi kolesterol dalam tubuh, kemudian
disebarkan dan beredar di sirkulasi selama ±3 hari. Hampir sekitar 60%
kolesterol total dalam plasma ketika puasa dibawa oleh LDL. Di jalur
metabolisme endogen, sebagian dari kolesterol di LDL dibawa ke hati
dan sel perifer yang memiliki reseptor untuk kolesterol-LDL, sekitar 33-
66% LDL digeradasi melalui sistem LDL-R (Reseptor LDL). Kadar
LDL dalam darah merupakan faktor penting dalam penyakit
aterosklerotik. Karena ukurannya yang kecil partikel ini mudah masuk
ke bawah tunika intima pembuluh darah.13

2.1.2.3 Kolesterol VLDL (Very Low Density Lipoprotein)


VLDL memiliki jumlah trigliserida terbanyak dibanding protein
dan kolesterol. Trigliserida dan kolesterol yang disintesis di hati dan di
sekresi ke dalam sirkulasi sebagai lipoprotein VLDL. Kolesterol VLDL
memiliki sifat seperti kolesterol LDL dan juga diproduksi di hati melalui
resintesis TAG (triasilgliserol) dari asam lemak yang diangkut ke hati
dan sebagian diproduksi di usus. Puncak pelepasan VLDL dari hati
terjadi 2-3 jam setelah makan, tetapi jika kilomikron masih ada,
kilomikron akan dimetabolisme terlebih dahulu. Ketika VLDL
melepaskan TAG, maka kadar kolesterolnya naik, dan VLDL berubah
menjadi LDL.13

2.1.2.4 Kolesterol HDL (High Density Lipoprotein)


HDL disintesis di usus dan hati, memiliki jumlah protein
terbanyak dibandingkan kolesterol dan trigliserida. HDL berfungsi
mengumpulkan kolesterol bebas dari jaringan perifer lalu ditranspor
balik ke hati untuk dimetabolisme dan diekskresi. HDL diesterifikasi
oleh LCAT menjadi ester kolesterol untuk mempertahankan gradient
konsentrasi ke dalam HDL. Lipid utama HDL adalah kolesterol ester
sedangkan protein struktural utamanya adalah ApoA-1. Dari kolesterol
yang dibawa oleh LDL, ada kemungkinan terjadi kelebihan kolesterol
yang tidak dipergunakan oleh sistem tubuh. Kelebihan yang dibawa oleh
LDL itu, akan diambil oleh HDL untuk dibawa ke hati dan selanjutnya
diuraikan lalu dibuang kedalam kandung empedu.13

2.1.3 Kadar Kolesterol dalam Darah

Karena kolesterol merupakan campuran antara kolesterol baik (HDL) dan


jahat (LDL), pemeriksaan kadar kolesterol dikelompokkan menjadi kolesterol
total (jumlah LDL dan HDL yang beredar dalam darah), dan trigliserida. Seperti
kolesterol LDL, kadar trigliserida yang tinggi juga dikaitkan dengan peningkatan
risiko penyakit jantung dan penyakit vaskuler lainnya. Orang dengan kadar
trigliserida tinggi (saat ini batasannya di atas 1,7 mmol/L), seringkali memiliki
kadar kolesterol total tinggi, kolesterol LDL tinggi, dan kolesterol HDL rendah.
Hal tersebut seperti tiga serangkai walaupun kadar trigliserida yang tinggi
membawa risiko sendiri, namun risiko itu semakin bertambah bila disertai kadar
kolesterol HDL rendah, keadaan yang sering terjadi pada penyandang diabetes
atau prediabetes. Peningkatan kadar trigliserida juga membuat kolesterol LDL
semakin merusak dan bersifat toksis pada dinding arteri (semakin menjadi jahat)
dan mengurangi efek menguntungkan kolesterol HDL yang baik. 12

Berdasarkan National Institute of Health, USA, kadar kolesterol total


darah normal atau yang diinginkan adalah sebesar ≤ 200 mg/dl. Dalam batas
sedang atau ambang batas tinggi sebesar 200-239 mg/dl, dan dikatakan kadar
kolesterol total tinggi jika besarnya > 240mg/dl. Seperti yang sudah disebutkan di
atas, kadar kolesterol total tersebut terdiri dari kadar kolesterol LDL dan kadar
kolesterol HDL. Kadar LDL dalam darah yang dianjurkan adalah sebesar ≤ 130
mg/dl, kadar sedang atau ambang batas tinggi sebesar 131-159 mg/dl, dan kadar
LDL dikatakan tinggi jika besarnya ≥160 mg/dl. Standar kadar kolesterol baik,
HDL darah yang diinginkan adalah sebesar > 45mg/dl, ambang batas rendah 35-
45mg/dl, dan dikatakan kadar HDL terlalu rendah jika besarnya < 35mg/dl.13

2.1.4 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kadar Kolesterol

Ada beberapa kemungkinan alasan mengapa kadar kolesterol menjadi


tinggi dan dapat juga dikendalikan, namun ada juga yang tidak dapat
dikendalikan. Dibawah ini beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingginya
kadar kolesterol.13

2.1.4.1 Usia dan Jenis Kelamin

Peningkatan kadar kolesterol dalam batas tertentu merupakan


hal alami yang terjadi dalam proses penuaan. Dengan kata lain, semakin
tua usia manusia, semakin banyak waktu yang dimiliki untuk merusak
tubuh. Kadar kolesterol meningkat tinggi seiring usia baik pada pria
maupun wanita. Suatu penelitan di Inggris pada tahun 2003 mengambil
data dan membuat grafik tentang proporsi pria dan wanita dewasa di
Inggris yang memiliki kadar kolesterol tinggi (lebih dari 5 mmol/L)
dalam berbagai kelompok usia yang berbeda antara pria dan wanita.
Pada pria kadar kolesterol tingggi terlihat pada usia usia antara 45
sampai 54 tahun. Sedangkan pada wanita, kadar kolesterol tertinggi pada
usia antara 55 sampai 64 tahun. Kecenderungan ini menunjukkan angka
kejadian penyakit jantung yang berbeda antara pria dan wanita, di mana
kejadian penyakit jantung koroner pada wanita biasanya lebih lambat 10
tahun dibandingkan pria.13

2.1.4.2 Pola Makan

Orang yang paling berisiko memiliki kadar kolesterol tinggi


adalah mereka yang menerapkan pola makan yang mengandung kadar
lemak jenuh yang tinggi. Lemak jenuh (ditemukan pada daging,
mentega, keju, dan krim) meningkatkan kadar kolesterol LDL dalam
darah. Namun, pola makan yang sehat dapat menurunkan kadar
kolesterol sekirat 5-10%, bahkan lebih. Mengurangi asupan lemak jenuh
(menggantinya dengan lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh
ganda) dan makan lebih banyak buah, sayur, salad, sterol tumbuhan dan
kedelai juga dapat membantu. Cara memasak seperti memanggang yang
lebih sehat daripada menggoreng juga dapat dilakukan.14

2.1.4.3 Riwayat Penyakit Keluarga

Hiperkolesterolemia familial (HF) adalah istilah untuk sindrom


kolesterol tinggi yang bersifat diturunkan dari generasi ke generasi.
Singkatnya, kadar kolesterol yang tinggi tersebut ditentukan oleh gen
yang cacat dan tidak ada yang dapat dilakukan untuk menghindarinya.
Penyandang HF memiliki kadar kolesterol yang sangat tinggi (biasanya
8-12 mmol/L, seringkali lebih dan jarang sekali di bawah nilai tersebut.
Penyandang HF lebih berisiko terkena aterosklerosis dan penyakit
kardiovaskular. HF dimulai sejak lahir dan menetap seumur hidup.14

2.1.4.4 IMT

Berat badan berlebih tidak hanya mengganggu penampilan


tetapi lebih banyak efek buruk kesehatannya. Kelebihan berat badan
dapat meningkatkan trigliserida dan menurunkan HDL (kolesterol baik).
Studi menunjukkan, penambahan berat badan diiringi pula dengan
peningkatan serum kolesterol. Setiap peningkatan peningkatan 1 kg/m2,
indeks massa tubuh (IMT) berhubungan dengan kolesterol total plasma
7,7 mg/dl dan penurunan HDL 0,8 mg/dl. Selain itu juga, studi
menunjukkan obesitas menyebabkan angka sintesis kolesterol endogen
sebanyak 20 mg setiap hari untuk setiap kilogram kelebihan berat badan,
peningkatan sintesis VLDL dan produksi trigliserida. Peningkatan IMT
berlebih atau obesitas mengindikasikan cukup banyak lemak yang
tersimpan dalam tubuh serta dapat dipastikan juga akan ada lemak yang
ditemukan di dalam darah.15

2.1.4.5 Aktivitas Fisik

Tubuh manusia didesain untuk selalu bergerak sehingga sangat


dianjurkan untuk banyak bergerak. Kurang bergerak dapat meningkatkan
LDL (kolesterol jahat) dan menurunkan HDL (kolesterol baik). Menurut
sebuah jurnal penelitian yang dilakukan oleh Lydia dkk pada tahun 2010
di sebuah Puskesmas Jakarta Barat, didapatkan adanya asosiasi statistic
bermakna antara aktivitas fisik terhadap kadar kolesterol total, dimana
kadar kolesterol total 20 mg/dL lebih rendah secara bermakna pada
responden dengan aktivitas fisik sedang berat dibandingkan dengan
mereka yang melakukan aktivitas ringan. Perubahan aktivitas fisik dan
berkurangnya frekuensi olahraga memungkinkan kolesterol yang ada
tidak dapat mengalami proses metabolisme dan pembakaran yang
sempurna, dalam hal ini kolesterol yang ada makin menumpuk dalam
pembuluh darah.15

2.1.4.6 Persentase Lemak Tubuh

Lemak tubuh merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan


untuk proses-proses kimiawi dalam tubuh. Lipid bertindak sebagai bahan
dasar pembuatan hormon, sumber energi dan berperan sebagai
komponen struktural membran sel. Lipid juga berperan dalam membantu
proses pencernaan. Lipid bersumber dari makanan yang dikonsumsi
serta disintesis pula dalam hati. Lipid terdiri dari beberapa kelompok
yaitu triasilgliserol, fosfolipid, kolesterol, dan asam lemak bebas. Lipid
agar dapat diangkut melalui aliran darah harus berikatan dengan protein
membentuk senyawa yang larut dalam air yang disebut lipoprotein.
Persentase lemak tubuh sangat dipengaruhi oleh beberapa banyak data
lokasi skinfold yang digunakan dalam rumus persamaan. Persamaan
antropometrik yang sudah banyak digunakan, telah mempunyai validitas
dan nilai ketelitian yang cukup tinggi terutama untuk ras kaukasid (kulit
putih). 15

Ketebalan lemak di bawah kulit menunjukkan deposit lemak


subkutan yang dapat memberikan gambaran perkiraan total maupun
segmental lemak tubuh. Dasar pemikirannya adalah bahwa 50% lemak
tubuh total terdapat di subkutan. Perkiraan tersebut didasarkan pada dua
asumsi, yaitu skinfold dapat menggambarkan proporsi konstan dari total
lemak tubuh serta dengan pengukuran tunggal atau kombinasi, dimana
akan mewakili skinfold rata-rata seluruh jaringan lemak subkutan.
Metode ini mudah untuk dilakukan, murah dan tidak invasif akan tetapi
bersifat etnicaly dependent, rasial dan berbeda antar jenis kelamin. Hal
tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan pola penyebaran lemak
badan antara laki-laki dan perempuan yang terutama disebabkan oleh
faktor hormonal. Perempuan mempunyai lemak spesifik yang mulai
timbul sejak masa pubertas dan biasanya tersebar di daerah payudara,
perut bagian bawah, paha dan sekitar alat genital. Sehingga berbeda
dengan laki-laki, pada perempuan setelah mengalami pubertas
mempunyai pola distribusi lemak yang khas. Ketebalan lemak di bawah
kulit dapat di ukur di beberapa lokasi, seperti bisep, trisep, abdomen,
suprailiaka, dan lokasi lainnya. Biasanya untuk menghitung persentase
lemak tubuh dibutuhkan beberapa ukuran ketebalan skinfold yang akan
diproses dengan rumus tertentu untuk mendapatkan hasilnya.15

2.2. Tebal Lemak Subkutan

Lemak dalam tubuh akan didistribusikan sebanyak 80-90% ke lemak


subkutan dan 10-20% lagi akan disimpan pada lemak viseral yang terletak di dalam
rongga perut yang berhubungan erat dengan saluran pencernaan.16

Tebal lemak bawah kulit (skinfold) atau tebal lemak subkutan


menunjukkan gambaran deposit lemak subkutan yang dapat memberikan gambaran
perkiraan total lemak tubuh. Lokasi pengukuran skinfold diantaranya di trisep, bisep,
subskapula, suprailiaka, midaxilla, dada, abdomen, krista iliaca, betis, paha.4 Kulit
manusia terdiri dari epidermis dan dermis. Jaringan lemak subkutan terdapat di
bawah lapisan dermis.17 Setiap orang memiliki lemak subkutan namun ada beberapa
orang yang memiliki lebih banyak lemak subkutan. Biasanya, wanita memiliki lebih
banyak lemak daripada pria.6

2.2.1. Ketebalan Lemak Perut

Lemak adalah sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur–


unsur; carbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O2), yang mempunyai sifat
dapat larut dalam zat–zat pelarut tertentu (zat pelarut lemak) seperti
petroleum benzene dan ether.

Lemak perut terdiri dari baik lemak subkutan dan viseral. Lemak
viseral lebih aktif secara metabolik daripada lemak subkutan.18 Lemak
subkutan disimpan di bawah kulit dan lemak viseral di sekitar organ tubuh.4,7
Lemak viseral adalah lemak yang disimpan dalam jaringan adiposa tubuh
bagian perut (area rongga perut) sering disebut sebagai lemak organ atau
lemak intra-abdominal. Lemak viseral yang terakumulasi menempel pada
organ-organ vital di dalam rongga perut.16

2.2.1.1. Cara Pengukuran

Lemak tubuh dapat diukur dengan metode yang berbeda


seperti skinfold caliper, penimbangan bawah air, dual-ray
absorptiometry dan impedansi bioelektrik, interaksi inframerah
dekat, Computed Tomography (CT), Magnetic Resonance Imaging
(MRI), dan Ultrasonografi.6

Skinfold caliper adalah metode pengukuran ketebalan


jaringan adiposa subkutan di lokasi tertentu. Pengukuran ini dalam
memperkirakan persentase lemak tubuh yang diukur adalah
pengukuran dari lemak subkutan pada tubuh. Keakuratan dan
ketelitian pada metode ini tergantung pada keterampilan teknik
pemeriksa, tipe skinfold caliper dan sampel pemeriksaan.7

Cara pengukuran ketebalan lemak perut dengan meminta


subjek membuka baju dan berdiri tegak dengan lengan tergantung
bebas di sisi tubuh kemudian cubit lipatan lemak perut sejajar
dengan umbilikus kurang lebih 5 cm kearah lateral kemudian ukur
dengan menggunakan skinfold caliper pada bagian yang dicubit tadi
minimal 2 kali dengan waktu antara minimal 15 detik.19

2.4. Kerangka Teori

Usia Jenis Aktivitas Presentase


Kelamin Fisik Lemak Tubuh

Pola Riwayat IMT


Makan Penyakit
Keluarga

Kilomikron

LDL Kadar
Ketebalan Lemak
VLDL Kolesterol Perut

HDL

Lemak Viseral Lemak Subkutan

Lemak Tubuh

2.5. Kerangka Konsep

Kadar
Ketebalan Lemak
Kolesterol Perut
Bab III

Metode Penelitian

3.1 Desain

Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatakan cross


sectional mengenai hubungan kadar kolesterol dengan ketebalan lemak perut pada
pasien Puskesmas Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat bulan Oktober 2019.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dilakukannya penelitian adalah di p uskesmas Tanjung Duren Utara,


Jakarta Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2019.

3.3 Sumber Data dan Instrumen Penelitian

Sumber data terdiri dari data primer. Data primer diambil dari melakukan
pengukuran ketebalan lemak perut dan kolesterol total pada pasien berusia 18-60
tahun di Puskesmas Tanjung Duren Utara Jakarta Barat bulan Oktober 2019.

3.4 Subyek Penelitian

3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi target dalam penelitian ini adalah semua pasien yang berusia
18-60 tahun yang berkunjung ke Puskesmas Tanjung Duren Utara, Jakarta
Barat.

3.4.2 Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah pasien berusia 18-60


tahun yang berkunjung ke Puskesmas Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat pada
bulan Oktober 2019.
3.5 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

3.5.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi penelitian ini adalah pasien berusia 18-60 tahun bersedia
menjadi subjek penelitian dan tidak mengonsumsi obat kolesterol yang
berkunjung ke Puskemas Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat pada bulan
Oktober 2019.

3.5.2 Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah ibu hamil, penyakit dengan
asites dan penyakit perut lainnya

3.6 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti. Penelitian dilakukan
terhadap semua pasien yang berkunjung ke Puskesmas Tanjung Duren Utara, Jakarta
Barat pada bulan Oktober 2019. Besar sampel ditentukan berdasarkan rumus cross
sectional sebagai berikut.

(𝑍𝛼 )2 × 𝑃 × 𝑄
𝑛=
𝑑2
Keterangan:
n : Jumlah sampel
Zα : Derivat baku alfa
Z = 1,64; 1,96; 2,58 untuk derajat kepercayaan 90%, 95%, 99%
P : Proporsi kategorik variabel yang diteliti
Q : 1-P
D : presisi = 10%

(1,96)2 × 0,50 × 0,50


𝑛1 = = 96,04
0,01
Dari rumus tersebut, didapatkan jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah
97 subjek, Namun, untuk menjaga kemungkinan adanya subjek penelitian yang drop
out, maka dihitung rumus sebagai berikut (penambahan 10%, nilai 𝑓 = 0,1).

𝑛 97 97
𝑛′ = = = = 107,78 ≈ 108
1 − 𝑓 1 − 0,1 0,9
Jadi, didapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 108 subjek.

3.7 Cara Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan metode non-probability


sampling dengan consecutive sampling.

3.8 Identifikasi Variabel

3.8.1 Variabel terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah ketebalan lemak perut.

3.8.2 Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah kadar kolesterol.

3.9 Defenisi Operasional

a. Kadar Kolesterol

Defenisi : Kadar kolesterol adalah kandungan kolesterol dalam darah yang


diproduksi oleh hati yang terdiri dari kolesterol baik (HDL) dan jahat (LDL)

Alat ukur : Easy touch GCU

Cara ukur :

1. Aktifkan alat pengukur


2. Pasang strip pengukur kolesterol di bagian atas alat pengukur
3. Pasang jarum di alat tembak
4. Bersihkan ujung jari dengan alcohol swab.
5. Tusukkan jarum ke ujung jari, lalu resapkan darah yang keluar ke strip yang
sudah terpasang
6. Tunggu sampai alat menunjukkan angka hasil pengukuran
7. Bersihkan ujung jari, lepas strip dari alat, lepas jarum dari lancet, buang
semuanya.

Hasil Ukur : dilihat pada alat ukur dengan satuan mg/dl


Skala Ukur : Numerik

b. Ketebalan Lemak Perut

Definisi : Ketebalan lemak perut adalah lapisan lemak yang berada di bawah

kulit di daerah perut

Alat Ukur : Skinfold caliper

Cara Ukur : meminta subjek membuka baju dan berdiri tegak dengan

lengan tergantung bebas di sisi tubuh kemudian cubit

lipatan lemak perut sejajar dengan umbilikus kurang lebih 5

cm kearah lateral kemudian ukur dengan menggunakan

skinfold caliper pada bagian yang dicubit tadi minimal 2

kali dengan waktu antara minimal 15 detik.

Hasil Ukur : dilihat pada caliper dengan satuan mm

Skala Ukur : Numerik

3.10 Cara Kerja Penelitian


1. Mengumpulkan bahan ilmiah, membuat tinjauan pustaka, kerangka teori dan
kerangka konsep, kemudian membuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian serta merencanakan desain penelitian.
2. Menentukan jumlah sampel minimal,
3. Memberikan informed consent tertulis pada responden yang sesuai dengan kriteria
sebagai tanda persetujuan dilakukan penelitian pada responden tersebut.
4. Setelah menerima informed consent yang disetujui oleh responden, kemudian akan
dilakukan pengukuran ketebalan lemak perut dengan menggunakan alat skinfold
caliper.
5. Lalu ke peneliti selanjutnya untuk melakukan pemeriksaan kolesterol total
menggunakan alat pengukur elektronik.
6. Melakukan pengolahan data, analisis dan interprestasi data dengan program computer
Statistical Package for Social Sciene (SPSS).
7. Penulisan laporan penelitian.

3.11 Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian merupakan data primer yang


diperoleh dengan cara melakukan pengukuran ketebalan lemak perut dan kolesterol
total pada bulan Oktober 2019 dari 108 pasien yang menjadi subyek penelitian.

3.12 Pengelolaan Data

Data yang telah dikumpulkan diolah melalui proses editing, verifikasi dan
coding kemudian data disajikan dalam bentuk tabel.

3.13 Analisa Data

3.13.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan secara deskriptif dari masing-masing


variabel disertai penjelasan.

3.13.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel


dependen dan independen.
Bab IV
Hasil

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai “Hubungan Kadar Kolesterol


dengan Ketebalan Lemak Perut Pasien Puskesmas Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat pada
bulan Oktober 2019” didapatkan sampel sebesar 108. Hasil penelitian ini kami sajikan secara
tabuler.

Tabel 4.1 Deskripsi variabel dependen pada pasien Puskesmas Tanjung Duren Utara, Jakarta
Barat pada bulan Oktober 2019
Minimum- Mean ± Standar
Variabel Median
Maksimum Deviasi
Ketebalan lemak perut 29,00 12 - 49 28,71 ± 8,44

Tabel 4.2 Deskripsi variabel independen skala numerik pada pasien Puskesmas Tanjung
Duren Utara, Jakarta Barat pada bulan Oktober 2019
Minimum- Mean ± Standar
Variabel Median
Maksimum Deviasi
Kadar kolesterol 195,00 114 - 290 194,56 ± 35,70

Tabel 4.3 Hasil uji normalitas variabel skala numerik pada pasien Puskesmas Tanjung Duren
Utara, Jakarta Barat pada bulan Oktober 2019

Variabel Asymp. Sig Hasil Uji Statistik


Ketebalan lemak perut 0,059 Distribusi normal One-Sample
Kolmogorov-
Kadar kolesterol 0,200 Distribusi normal Smirnov Test
Tabel 4.5 Hasil uji statistik antara variabel independen (kadar kolesterol) dengan variabel
dependen (ketebalan lemak perut) pada pasien Puskesmas Tanjung Duren Utara, Jakarta
Barat pada bulan Oktober 2019

Ketebalan lemak perut


Variabel Koefisien
Nilai P Uji Statistik
Korelasi
Kadar kolesterol 0,408 < 0,001 Pearson
Bab V
Pembahasan

5.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis
ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel dependen (ketebalan lemak perut) dan
variabel independen (kadar kolesterol) serta variabel umur, jenis kelamin, dan tingkat
pendidikan.

5.1.1 Deskripsi Variabel Dependen


Variabel dependen dari penelitian ini adalah ketebalan lemak perut.
Dari 108 subjek pada penelitian ini, rerata ketebalan lemak perut adalah 28,71
mm dengan standar deviasi ± 8,44 mm. Ketebalan lemak perut yang bernilai
paling kecil pada penelitian ini adalah 12 mm dan yang terbesar adalah 40 mm,
dengan nilai mediannya adalah 29,00 mm.

5.1.2 Deskripsi Variabel Independen Skala Numerik


Variabel independen pada penelitian ini adalah kadar kolesterol. Pada
variabel kadar kolesterol, dari 108 subjek penelitian didapatkan reratanya adalah
194,56 mg/dL dengan standar deviasi ± 35,70 mg/dL, dimana kadar kolesterol
terendah pada subjek penelitian ini adalah 114 mg/dL dan kadar kolesterol
tertinggi adalah 290 mg/dL dengan median sebesar 195,00 mg/dL.
Berdasarkan National Institute of Health, USA, kadar kolesterol total
darah normal atau yang diinginkan adalah sebesar ≤ 200 mg/dl. Dalam batas
sedang atau ambang batas tinggi sebesar 200-239 mg/dl, dan dikatakan kadar
kolesterol total tinggi jika besarnya > 240mg/dl. Dari data penelitian ini dapat
terlihat bahwa rentang kadar kolesterol pada tiap subjek bervariasi, dengan nilai
terendah adalah 114 mg/dL yang tergolong normal, kemudian nilai tertinggi
adalah 290 mg/dL yang tergolong tinggi, dan rerata dari kadar kolesterol pada
penelitian ini adalah tergolong normal hingga sedang (194,56mg/dL dengan
standar deviasi ± 35,70 mg/dL).13
5.1.3 Hasil Uji Normalitas Variabel Skala Numerik
Uji normalitas pada variabel dengan skala numerik perlu dilakukan
sebelum memulai analisis data penelitian. Pada penelitian ini, jumlah subjek
penelitian memenuhi syarat untuk dilakukan uji normalitas menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov dalam mengetahui normal atau tidaknya distribusi data
penelitian ini. Distribusi data dikatakan normal apabila hasil uji menunjukkan
nilai signifikansi > 0,05, dan sebaliknya dikatakan tidak normal apabila hasil uji
menunjukkan nilai signifikansi ≤ 0,05. Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa
ketebalan lemak perut memiliki hasil uji normalitas 0,059 (> 0,05) yang berarti
data dari ketebalan lemak perut memiliki distribusi normal, kemudian kadar
kolesterol memiliki hasil uji normalitas 0,200 (> 0,05) yang berarti data kadar
kolesterol memiliki distribusi normal.

5.2 Analisis Bivariat


5.2.1 Hubungan antara Variabel Independen Skala Numerik (Kadar Kolesterol)
dengan Variabel Dependen (Ketebalan Lemak Perut) pada Pasien
Puskesmas Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat pada bulan Oktober 2019
Pada penelitian ini, terdapat hubungan yang bermakna kuat antara kadar
kolesterol dengan ketebalan lemak perut. Hal ini dibuktikan secara statistik
menggunakan uji Pearson (oleh karena distribusi data kedua variabel adalah
normal), dan diperoleh nilai p < 0,001 yang berarti terdapat hubungan bermakna
kuat antara kadar kolesterol dengan ketebalan lemak perut. Dapat dilihat juga
bahwa koefiien korelasi kadar kolesterol dengan ketebalan lemak perut adalah
bernilai 0,048 yang menunjukkan hubungan positif, yang berarti semakin tinggi
kadar kolesterol, maka semakin tinggi juga ketebalan lemak perut.
Tidak ada penelitian yang secara khusus mencari hubungan langsung
antara hubungan kadar kolesterol dengan ketebalan lemak perut, namun pada
beberapa penelitian yang hampir mirip, penelitian ini sejalan dan juga tidak
sejalan dengan beberapa penelitian tersebut. Yang pertama, penelitian yang
dilakukan oleh Tresaco, dkk., pada tahun 2019 di Spanyol yang berjudul
“Truncal and Abdominal Fat as Deteminans of High Triglycerides and Low
HDL-Cholesterol in Adolescents” pada total subjek berjumlah 547 orang.
Penelitian ini mencari hubungan antara kadar kolesterol dengan persentase
ketebalan lemak perut per lemak total tubuh (dimana termasuk didalamnya
adalah ketebalan lemak perut) dan melalui uji analisis secara statistik didapatkan
bahwa tidak terdapat hubungan antara kadar kolesterol dengan persentase
ketebalan lemak perut per lemak total (nilai p > 0,05).20
Kemudian, penelitian ini justru sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sumit, dkk., pada tahun 2012 di India yang berjudul “Relation between
Anthropometric Measurements and Serum Lipid Profile among Cardio-
Metabolically Healthy Subjects: A pilot Study”. Penelitian ini dilakukan pada
100 subjek yang berusia 20 tahun sampai dengan 60 tahun. Penelitian ini juga
tidak mencari hubungan langsung antara kadar kolesterol dengan ketebalan
lemak perut, melainkan dengan persentase tebal kulit seluruh tubuh, dan dari uji
statistik didapatkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara kedua variabel
tersebut, yang diinterpretasikan melalui nilai p < 0,01 dengan koefisien korelasi
bernilai 0,671 yaitu positif, dimana semakin tinggi kadar kolesterol maka akan
semakin tinggi pula tebal lipatan kulit.21
Penelitian terkait ketebalan lemak perut juga dilakukan oleh Freeman,
dkk., pada tahun 2015 di USA dengan judul “Interrelationships between BMI,
Skinfold Thicknesses, Precent Body Fat, and Cardiovascular Disease Risk
Factors among U.S. Children Adolescents”. Penelitian ini dilakukan pada 7.599
subjek anak berusia 8 hingga 19 tahun, dilaporkan bahwa terdapat hubungan
antara kadar kolesterol dengan ketebalan kulit (yang salah satunya adalah
ketebalan lemak perut) dengan nilai p < 0,01, namun hanya pada subjek yang
tergolong ras Amerika-Meksiko.22
Bab VI

Kesimpulan dan Saran

6.1. Kesimpulan

6.2. Saran

Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti variabel-variabel lain yang


berhubungan dengan ketebalan lemak perut serta diharapkan untuk peneliti selanjutnya
dapat mencari sampel yang lebih besar hingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan
pada populasi yang lebih besar.
Daftar Pustaka

1. Rush EC, Freitas I, Plank LD. Body size, body composition and fat distribution:
comparative analysis of European, Maori, Pacific Island and Asian Indian adults. British
Journal of Nutrition, 2009. 102:632.
2. Santos, A.C. Central obesity as a major determinant of increased high-sensitivity C-
reactive protein in metabolic syndrome. International Journal of Obesity, 2014. 1452–
1456.
3. Thais, C. A systematic review of the literature and collaborative analysis with individual
subject data. J Am Coll Cardiol, 2015. 57(19): 1877-1886 .
4. Dahriani TA, Murbawani EA, Panunggal B. Hubungan lingkar leher dan tebal lemak
bawah kulit (skinfold) terhadap profil lipid pada remaja. Jurnal Kedokteran
Diponegoro.2016;5(4):76-82.
5. Cho SA, Joo HJ, Cho JY, et al. Visceral fat area and serum adiponectin level predict the
development of metabolic syndrome in a community-based asymptomatic population.
Journal Plus One. January 3, 2017.p.2.
6. World Health Organization. Raised cholesterol. WHO; 2008.
7. Nadeem B, Bacha R, Gilani SA. Correlation of subcutaneous fat measured on
ultrasound with body mass index. Journal of Medical Ultrasound. 2018.p.205.
8. Wijayanti DN, Sukmaningtyas H, Fitranti DY. Kesesuaian metode pengukuran
persentase lemak tubuh skinfold caliper dengan metode bioelectrical impedance
analysis. Jurnal Kedokteran Diponegoro. Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 1505.
9. N. L. Nanaware, A. M. Gavkare, A. D. Surdi .Study of Correlation of Body Mass Index
(BMI) With Blood Pressure in School Going Children and Adolescents.2011
10. Kapil U, Singh P, Pathak P, Dwivedi SN, Bhasin S. Prevalence of Obesity among
Affluent adolescent school children in Delhi, Indian Pediatrics.2012. 39; 449-452
11. Dewi HI. Hubungan antara lingkar pinggang dengan kadar kolesterol darah pada usia
dewasa di dusun iv ngrame tamantiro kasihan bantul yogyakarta. UNISA: Yogyakarta:
2016.
12. Veghari G, Sedaghat M, Joshghani H, et al. Plasma total cholesterol level and some
related factors in northern Iranian people. Journal of Natural Science, Biology and
Medicine. Vol 4, 2, July 2013.p.359.
13. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar: RISKESDAS 2013.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2013.
14. Musdalifa NR, Wicaksono S, Tien. Hubungan indeks massa tubuh dengan kadar
kolesterol total pada staf dan guru SMA Negeri1 Kendari. Volume 4 Nomor 2 Bulan
April 2017.h.2.
15. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
2004. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
RI; 2005. Vol 3.
16. Panduan Tatalaksana Dislipidemia 2017. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia. 2017.h.2.
17. Listiyana AD, Mardiana, Prameswari GN. Obesitas sentral dan kadar kolesterol darah
total. KEMAS 2013;9(1):37-43.
18. Sofa IM. Kejadian Obesitas, Obesitas Sentral, dan Kelebihan Lemak Viseral pada Lansia
Wanita. Amerta Nutr (2018) 228-236.
19. Nurcahyo F. Kaitan antara obesitas dan aktifitas fisik. Medikora 2011;8(1):87-96.
20. Tresaco B, Moreno LA, Ruiz JR, Ortega FB, Bueno G, Gonzalez-Gross M, et.al. Truncal
and abdominal fat as determinants of high triglycerides and low hdl-cholesterol in
adolescents. Nature Publishing Group. 2009; 17(5): 1086-91.
21. Sumit G, Vinutha S, Karthiyanee K, Nachal A. Relation between anthropometric
measurements and serum lipid profile among cardiometabolically healthy subjects: A
pilot study. Indian Journal of Endocrinology and Metabolism. 2012; 16(5): 1-3.
22. Freedman DS, Ogden CL, Kit BK. Interrelationships between BMI, skinfold thicknesses,
percent body fat, and cardiovascular disease risk factors among U.S. children and
adolescents. BMC Pediatrics. 2015; 15(188): 1-9.
23. Demura S, Sato S. Suprailiac or abdominal skinfold thickness measured with a skinfold
caliper as a predictor of body density in Japanese adults. Tohoku J. Exp. Med. 2007;
213: 51-61.
Lampiran
Lampiran 1. Informed Consent
SURAT PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :
Tanggal lahir :
Umur :
Alamat :
No. Hp :
Setelah mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan dari penelitian yang akan
dilakukan. Dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan besedia menjadi responden
penelitian yang hasilnya akan dijadikan data dalam penelitian yang berjudul “Hubungan
Kadar Kolesterol dengan Ketebalan Lipatan Lemak Perut pada Pasien di Puskesmas Tanjung
Duren Utara Jakarta Barat Bulan Oktober 2019” yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dapat dipergunakan
seperlunya. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, 2019

( )

Lampiran 2. Tabel Hasil Pengolahan Data


Lampiran 3. Dokumentasi
Valid Laki-Laki 21 37,5
Perempuan 35 62,5
Total 56 100,0

Tingkat Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 23 41,1 41,1 41,1
Sedang 21 37,5 37,5 78,6
Tinggi 12 21,4 21,4 100,0
Total 56 100,0 100,0

Descriptives
Statistic Std. Error
Umur Mean 37,34 1,473
95% Confidence Interval for Lower Bound 34,39
Mean Upper Bound 40,29
5% Trimmed Mean 37,06
Median 35,00
Variance 121,501
Std. Deviation 11,023
Minimum 20
Maximum 59
Range 39
Interquartile Range 19
Skewness ,393 ,319
Kurtosis -1,025 ,628

Descriptives
Statistic Std. Error
Kolesterol Mean 169,64 5,702
95% Confidence Interval for Lower Bound 158,22
Mean Upper Bound 181,07
5% Trimmed Mean 167,11
Median 159,00
Variance 1820,416
Std. Deviation 42,666
Minimum 100
Maximum 282
Range 182
Interquartile Range 47
Skewness ,959 ,319
Kurtosis ,781 ,628

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kolesterol ,168 56 ,000 ,924 56 ,002
a. Lilliefors Significance Correction

Descriptives
Statistic Std. Error
Lemak Rata-Rata Mean 29,53 1,239
95% Confidence Interval for Lower Bound 27,04
Mean Upper Bound 32,01
5% Trimmed Mean 29,48
Median 29,50
Variance 86,031
Std. Deviation 9,275
Minimum 12
Maximum 49
Range 37
Interquartile Range 16
Skewness ,092 ,319
Kurtosis -,850 ,628

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Lemak Rata-Rata ,081 56 ,200* ,977 56 ,357
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Hubungan Kolesterol dengan ketebalan lemak perut


Correlations

Kadar_Kolesterol Lemakrata_rata

Kendall's tau_b Kadar_Kolesterol Correlation Coefficient 1.000 .160

Sig. (2-tailed) . .088

N 56 56

Lemakrata_rata Correlation Coefficient .160 1.000

Sig. (2-tailed) .088 .

N 56 56

Hubungan Umur dengan Kadar Kolesterol


Correlations

Kadar_Kolestero
l Umur

Kendall's tau_b Kadar_Kolesterol Correlation Coefficient 1.000 .246**

Sig. (2-tailed) . .008

N 56 56

Umur Correlation Coefficient .246** 1.000

Sig. (2-tailed) .008 .

N 56 56

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hubungan Umur dengan ketebalan Lemak perut


Correlations

Lemakrata_rata Umur

Lemakrata_rata Pearson Correlation 1 .180

Sig. (2-tailed) .185

N 56 56

Umur Pearson Correlation .180 1

Sig. (2-tailed) .185

N 56 56

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kadar Kolesterol


Descriptives

Kadar_Kolesterol

95% Confidence Interval for Mean

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maxim

rendah 23 184.26 50.755 10.583 162.31 206.21 112

menengah 21 154.29 32.379 7.066 139.55 169.02 100

tinggi 12 168.50 33.843 9.770 147.00 190.00 123

Total 56 169.64 42.666 5.702 158.22 181.07 100

ANOVA

Kadar_Kolesterol

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 9883.137 2 4941.568 2.902 .064

Within Groups 90239.720 53 1702.636

Total 100122.857 55

Hubungan tingkat Pendidikan dengan Ktebelan Lemak Perut


Descriptives

Lemakrata_rata

95% Confidence Interval for Mean

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maxim

rendah 23 33.43 7.959 1.660 29.99 36.88 17

menengah 21 27.90 9.027 1.970 23.80 32.01 14

tinggi 12 23.67 9.188 2.652 17.83 29.50 11

Total 56 29.27 9.310 1.244 26.77 31.76 11

ANOVA

Lemakrata_rata

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 814.854 2 407.427 5.464 .007


Within Groups 3952.128 53 74.568

Total 4766.982 55

Anda mungkin juga menyukai