Laporan PKL 1 Terbaru
Laporan PKL 1 Terbaru
Disusun Oleh:
Kelompok PKL PRA SURONATAN
LAPORAN PELAKSANAAN
PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS LANJUT
DI WILAYAH RANTING ‘AISYIYAH SURONATAN CABANG NGAMPILAN
Menyetujui,
Mengetahui,
(Fitria Siswi Utami, S.SiT., MNS) (Ririn Wahyu Hidayati, S.ST., M.K.M)
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
Tabel 3.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Keluarga Sakinah ...............................
Tabel 3.2 Klasifikasi PHBS-KS Keluarga Sakinah ..................................................
Tabel 3.3 Klasifikasi Padukuhan Sehat Qoriyah Toyyibah ......................................
Tabel 3.4 Indikator Masjid dan Musholla Sehat .......................................................
Tabel 3.5 Indikator Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) ............................................
Tabel 3.6 Screening TB ............................................................................................
Tabel 3.7 Rencana Tindak Lanjut .............................................................................
DAFTAR GAMBAR
A. Latar Belakang
Kebidanan komunitas merupakan pelayanan kebidanan yang menekankan
pada aspek-aspek psikososial budaya yang ada di komunitas (masyarakat
sekitar). Maka seorang bidan dituntut mampu memberikan pelayanan yang
bersifat individual maupun kelompok (Kemenkes, 2018).
Tugas bidan dalam membrikan pelayanan berupa promotif dan preventif
dapat diterapkan pada kebidanan komunitas yang merupakan perpaduan antara
kebidanan dan kesehatan masyarakat guna memberdayakan masyarakat, tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitative yang menyeluruh dan terpadu
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok masyarakat sebagai satu kesatuan
utuh melalui proses asuhan kebidanan untuk meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal sehingga masyarakat mampu mengupayakan
kesehatannya secara mandiri (Maryam, 2012).
Sasaran dari kebidanan komunitas adalah masyarakat baik ibu-ibu, anak,
remaja, maupun lansia. Didalam keluarga dan masyarakat terdapat berbagai
macam masalah baik itu masalah kebidanan maupun masalah kesehatan lainnya.
Masalah kebidanan tersebut dapat berupa Sekolah Sehat, PHBS-KS, KADARZI,
Rumah Sehat, Stunting, Gizi Buruk, Screening TB, dan Mushola/ Masjid Sehat.
Masalah Kesehatan lainnya dapat berupa masalah lingkungan baik itu lingkungan
fisik maupun sosial masyarakat.
Untuk itu mahasiswa Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Kebidanan Universitas Aisyiyah Yogyakarta yang melaksanakan Praktik
Kebidanan Komunitas di Desa Suronatan, Kecamatan Ngampilan Kota
Yogyakarta untuk melakukan pengkajian data masyarakat dan membantu
masyarakat yang ada di lingkungan Suronatan dengan memberikan penyuluhan
terkait masalah informasi kesehatan seperti penyuluhan kesehatan mata lansia,
penilaian lomba sekolah sehat, dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan TPA
sebagai wujud intervensi dan implementasi pada masyarakat Suronatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti praktik kebidanan komunitas di PRA
Suronatan, Kecamatan Ngampilan, Kota Yogyakarta. Mahasiswa dapat
memahami dan menerapkan teori terkait kebidanan dikomunitas dengan
teknik problem solving dan pendekatan kerjasama tim, manajemen
kebidanan kepada individu, keluarga, dan masyarakat dalam ikut
mengembangkan program kesehatan ibu dan anak pada khususnya yang
berkaitan dengan keluarga sakinah dan Qoryah Thoyyibah untuk
mewujudkan community development.
2. Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikuti praktik klinik kebidanan komunitas
mahasiswa dapat:
a. Dapat melakukan koordinasi dengan Pengurus Ranting ‘Aisyiyah untuk
berdiskusi dan wawancara mengenai Ranting ‘Aisyiyah.
b. Mengidentifikasi hasil pengkajian masyarakat di lingkungan ranting
‘Aisyiyah (warga yang aktif dalam kegiatan Ranting ‘Aisyiyah berdasar
hasil diskusi dengan pengurus Ranting ‘Aisyiyah). Pengkajian meliputi
mushola/masjid sehat, kejadian TB, status gizi balita, PTM (Hipertensi,
Riwayat Diabetes, Asam Urat, Kolesterol, WUS ber-KB dengan jenis
kontrasepsinya, Kadarzi, dan PHBS-KS).
c. Dapat memasukkan hasil pendataan (poin b) menggunakan apliaksi ODK.
d. Dapat menganalisia hasil pendataan dengan metode SWOT.
e. Dapat membuat rekomendasi berdasarkan hasil pendataan dan analisanya.
f. Dapat menyusun laporan kelompok berdasar data pengkajian yang telah
dilakukan.
g. Dapat mempresentasikan hasil pengkajian bersama pembimbing dan
pengurus Ranting Aisyiyah.
h. Dapat berperan serta dalam kegiatan program bidang kesehatan melalui
program Qoryah Thoyyibah yang berada di komunitas
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh pada mata kuliah
komunitas kebidanan secara nyata di wilayah PRA Suronatan
b. Mahasiswa mendapat pengalaman dalam menyelenggarakan Praktik
Kebidanan Komunitas serta memperoleh pengetahuan dan keterampilan
dalam melakukan pendekatan dan komunikasi kepada masyarakat.
c. Mahasiswa dapat bekerja sama dengan keluarga intensif terkait dalam
mengurangi masalah kesehatan di PRA Suronatan
d. Bagi Masyarakat
Dengan adanya Praktik Kebidanan Komunitas diharapkan warga
mengetahui permaslaahn kesehatan yang dialami serta menemukan solusi
untuk menanganinya.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan masukan untuk pelaksanaan Praktik Kebidanan Konuitas
dimasyarakat yang akan datang.
3. Bagi Institusi Kesehatan
Sebagai bahan pertimbangan, masukan, dan informasi untuk mengambil
keputusan bagi Puskesmas dan jaringannya dalam upaya peningkatan
pelayanan kesehatan.
4. Bagi Pemerintah
Dengan adanya Praktik Kebidanan Komunitas diharapkan temuan yang ada
di PRA Suronatan dijaidkan masukan bagi pemerintah untuk merancang
program kesehatan dimasa yang akan datang.
D. Sasaran
Sasaran dalam kegiatan ini adalah anggota ranting yang berada di wilayah
Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah Suronatan.
E. Bentuk Kegiatan
1. Dalam pelaksanaan pengkajian menggunakan beberapa metode seperti :
a. Observasi, teknik pengumpulan data, dimana mahasiwa melakukan
pengamtan secara langsung kepada warga anggota ranting untuk melihat
dari dekat kegiatan yang dilakukan (Arikunto, 2010).
b. Wawancara, dilakukan dengan anggota keluarga atau dengan orang lain
yang dapat dipercaya mengenai keadaan dan pengalaman keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan ( Sukmadinata, 2010).
c. Data Sekunder, Pengumpulan data dengan menggunakan catatan atau
hasil pendokumentasian seperti pencatatan data posyandu balita, data
wilayah dan lain-lain (Sugiono, 2012).
2. Perencanaan dilakukan dengan melakukan pedekatan kepada Ketua
Ranting ‘Aisyiyah, RT di PRA Suronatan.
3. Dalam pelaksanaan pembinaan menggunakan metode sebagai berikut.
a. Partisipasi kelurga
Suatu pendekatan emosional yang dimasukkan dalam setiap strategi
pelaksanaan tindakan dengan melibatkan keluarga dalam proses
pengkajian.
b. Kontrak
Persetujun kerja yang dibuat antara dua orang atau antara bidan dan
keluarga dalam melaksanakan rangkaian manajemen kebidanan
komunitass untuk menyesuaikan maslah kesehtan yang dihadapi sehingga
keluarga terlibat dalam menyelesaikan masalah yang merupakan
tanggung jawabnya.
c. Manajemen kasus
Strategi dan proses pengambilan kepuusan atau proses ntuk penentuan,
pengintegrasian dan pemantauan kebutuhan klien yang kompleks.
d. Kolaborasi
Bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa elemen yang terkait
baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak yang terlihat secara lang
maupun tidak langsung yang menerima akibat dan manfaat. Nilai-nilai
yang salam mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang sama,
kesamaan persepsi, kemauan untuk berproses, saling memberikan
manfaat, kejuuran, kasih sayang serta berbasis masyarakat.
4. Dalam mengevaluasi, mahasiswa melakukan penilaian dengan menggunakan
format ODK yang sudah disediakan,
F. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1. Waktu
Waktu pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) komunitas ini
dilaksankan pada tanggal 22 – 28 April 2019.
2. Tempat
Praktik Kerja Lapangan (PKL) komunitas ini dilakukan di Pimpinan
Ranting ‘Aisyiyah (PRA) Suronatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEBIDANAN KOMUNITAS
1. Konsep Kebidanan Komunitas
Pelayanan kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan melalui asuhan
kebidanan kepada klien yang menjadi tanggung jawab bidan, mulai dari
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana, termasuk
kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan kesehatan masyarakat (Soepardan,
2010).
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam
rangka tercapainya keluarga yang berkualitas, dan layanan yang diberikan
bidan sesuai kewenangan dengan maksud meningkatkan kesehatan ibu dan
anak dalam rangka tercapainya keluarga berkualitas (Estiwidani, 2012).
a) Pengertian/Definisi
Menurut WHO Bidan adalah seseorang yang telah diakui secara
reguler dalam program pendidikan kebidanan sebagaimana yang diakui
yuridis, dimana ia ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan
kebidanan dan telah mendapatkan kualifikasi serta terdaftar disahkan dan
mendapatkan ijin melaksanakan praktik kebidanan.
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko
tinggi, dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan (Hamidah, 2010)
Pelaksanaan pelayanan kebidanan komunitas didasarkan pada
empat konsep utama dalam pelayanan ke bidanan yaitu : manusia,
masyarakat/ lingkungan, kesehatan dan pelayanan ke bidanan yang
mengacu pada konsep paradigma ke bidanan dan paradigma sehat sehingga
diharapkan tercapainya taraf kesejahteraan hidup masyarakat (Niken,
2012).
Dari uraian diatas dapat dirumuskan definisi Kebidanan Komunitas
sebagai segala aktifitas yang dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan
pasiennya dari gangguan kesehatan. Pengertian kebidanan komunitas yang
lain menyebutkan upaya yang dilakukan Bidan untuk pemecahan terhadap
masalah kesehatan Ibu dan Anak balita di dalam keluarga dan masyarakat.
(Hamidah, 2010).
b) Prinsip Pelayanan Asuhan Dan Tanggung Jawab Bidan Pada
Pelayanan Kebidanan Komunitas
1) Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan
masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang
mendukung peran bidan di komunitas.
2) Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan
martabat kemanusiaan klien.
3) Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit
analisis. Populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan,
jumlah Kepala Keluarga (KK), jumlah laki-laki, jumlah neonatus,
jumlah balita, jumlah lansia) dalam area yang bisa ditentukan sendiri
oleh bidan. Contohnya adalah jumlah perempuan usia subur dalam 1 RT
atau 1 kelurahan/ kawasan perumahan/ perkantoran.
4) Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan, tetapi
hasil kerjasama dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok ibu-ibu
pengajian, kader kesehatan, perawat, PLKB, dokter, pekerja sosial, dll.
5) Sitem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan klinik.
Sistem pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah
kerja yang menjadi tanggung jawabnya (Wahyuni, 2018)
Sedangkan tanggung jawab bidan pada pelayanan kebidanan
komunitas meliputi kemampuan memberikan penyuluhan dan
pelayanan individu, keluarga, dan masyarakat. Untuk itu diperlukan
kemampuan untuk menilai mana tradisi yang baik dan membahayakan,
budaya yang sensitif gender dan tidak, nilai-nilai masyarakat yang adil
gender dan tidak, dan hukum serta norma yang ternyata masih
melanggar hak asasi manusia. Disamping itu, bidan harus mampu
bertindak profesional dalam bentuk:
1) Mampu memisahkan antara nilai-niai dan keyakinan pribadi dengan
tugas kemanusiaan sebagai bidan, dan
2) Mampu bersikap non judgemental (tidak menghakimi), non
discriminative (tidak membeda-bedakan), dan memenuhi standar
prosedur kepada semua klien (perempuan, laki-laki, transgender)
(Wahyuni, 2018)
c) Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan Di Komunitas
Pelayanan/asuhan kebidanan komunitas merupakan salah satu area
praktik bidan, yang pelayanannya diberikan baik pada individu, keluarga,
maupun masyarakat luas dengan memperhatikan dan menghargai budaya
dan nilai-nilai masyarakat setempat untuk meningkatkan kualitas hidup
perempuan dan keluarganya. Dalam praktiknya menggunakan pendekatan
pemecahan masalah yang dikenal dengan proses/manajemen kebidanan.
Langkah/proses manajemen kebidanan meliputi hal berikut ini.
1) Mengumpulkan secara sistematis dan mengupdate secara lengkap data
yang relevan untuk pengkajian yang komprehensif keadaan kesehatan
setiap klien termasuk riwayat kesehatan dan pemeriksaaan fisik yang
teliti.
2) Mengidentifikasi dan menetapkan diagnosa berdasarkan interpretasi
data dasar. Setelah ditetapkan diagnosa maka bidan harus menentukan
rencana untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang ditemuka.
Contoh: hasil pemeriksaan Ibu hamil didapatkan konjungtiva pucat dan
pemeriksaan laboratorium penunjang hasil haemoglobin rendah di
bawah normal. Maka ibu dinyatakan diagnosa hamil dengan anemia.
3) Mengidentifikasi kebutuhan asuhan/masalah klien.
Contoh: Ibu hamil dengan anemia, maka rencana yang paling tepat
adalah memberikan tablet zat besi untuk meningkatkan kadar
haemoglobin.
4) Memberikan informasi dan dukungan pada klien agar mampu
mengambil keputusan untuk kesehatannya.
Bidan melakukan pendidikan kesehatan terkait dengan kondisi
kesehatan yang ditemukan dengan harapan klien dapat mengikuti
anjuran dari bidan untuk mengatasi masalah kesehatannya.
5) Mengembangkan rencana asuhan bersama klien.
Setiap rencana yang akan dilakukan sebaiknya melibatkan klien agar
klien merasa apa yang diberikan merupakan kebutuhanya. Contoh: ibu
hamil yang anemia perlu penambah zat besi untuk kesehatan ibu dan
janin (Wahyuni, 2018)
Adapun ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas adalah
sebagai berikut.
1) Peningkatan kesehatan (promotif)
Bidan lebih mengutamakan langkah promotif dalam setiap
asuhannya, seperti ibu hamil disarankan untuk melakukan pemeriksaan
kehamilan di tenaga kesehatan. Bayi dan balita dilakukan pemantauan
tumbuh kembang di posyandu.
2) Pencegahan (preventif)
Salah satu contoh tindakan preventif bidan yang dapat dilakukan
adalah pemberian imunisasi pada bayi dan balita serta ibu hamil.
3) Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan.
Bidan diharapkan mempunyai kemampuan dalam deteksi dini
komplikasi melalui keterampilan tambahan yang dimiliki untuk
menangani kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal sehingga
dalam proses rujukan tidak mengalami keterlambatan.
4) Meminimalkan kesakitan dan kecacatan.
Dalam memberikan asuhan bidan melakukan pendekatan secara
fisiologis, dengan meminimalisir intervensi yang berlebihan sesuai
dengan kondisi klien
5) Pemulihan kesehatan (rehabilitasi).
Pada masa pemulihan bidan bekerjasama dengan tenaga kesehatan
lain (dokter kandungan) untuk mengobservasi kemajuan kesehatan
klien. Sebagai contoh adalah bidan melakukan perawatan pasca operasi
pada klien dengan tindakan persalinan caesar.
6) Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi
sosial, dan kelompok masyarakat (Wahyuni, 2018)
d) Sasaran Kebidanan Komunitas
Pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilakukan
melalui pelayanan asuhan secara langsung terhadap individu, keluarga, dan
kelompok dalam konteks komunitas. Selain itu juga diperlukan perhatian
langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan
bagaimana masalah kesehatan masayarakat memepengaruhi keluarga,
individu dan kelompok.
Sasaran kebidanan komunitas adalah mulai dari individu, keluarga,
kelompok dan masayarakat.
1) Individu diutamakan pada individu yang ditemukan di klinik, rumah dan
tempat lain dengan masalah kesehatan.
2) Keluarga, dengan mengutamakan keluarga dengan risiko tinggi terhadap
masalah kesehatan tertentu.
3) Kelompok penduduk, diutamakan pada kelompok penduduk daerah
kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk
kelompok bayi, balita dan ibu hamil dll.
4) Masyarakat, yaitu dari satuan masyarakat yang terkecil sampai dengan
masayarakat secara keseluruhan (Wahyuni, 2018)
e) Tugas Utama Bidan di Komunitas
Kebidanan sebagai pelayanan profesional mempunyai wilayah
pelayanan tersendiri sehingga tidak tumpang tindih dengan profesi yang
lain. Peran, fungsi, tugas/tanggung jawab, dan kompetensi bidan
dirumuskan sesuai dengan wewenang yang diberikan pemerintah kepada
bidan dalam melaksanakan tugasnya. Asuhan mendasar kebidanan
komunitas mencakup pencegahan, deteksi dini untuk rujukan, asuhan
kegawatdaruratan, maternal dan neonatal, pertolongan pertama pada
penyakit, pengobatan ringan, asuhan pada kondisi kronik, dan pendidikan
kesehatan. Untuk menangani hal tersebut maka bidan perlu melaksanakan
kegiatan seseuai dengan kewenangannya dalam menjalankan praktik
mandiri.
Bidan mempunyai peran, fungsi, tugas/ tanggung jawab yang besar
dalam melaksanakan asuhan kebidanan komunitas. (Wahyuni, 2018)
1) Peran Bidan
Intervensi kebidanan yang dilakukan mencakup pendidikan
kesehatan (promosi kesehatan), kesehatan ibu dan anak dengan
pendekatan siklus kehidupan, melakukan kerjasama lintas program dan
lintas sektoral untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di
komunitas serta melakukan rujukan kebidanan bila mana ada kasus
kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Dengan demikian, bidan
dituntut harus kompeten dalam pengetahuan dan keterampilan. Dalam
upaya pelayanan kebidanan yang berfokus pada kesehatan reproduksi
ibu dan anak, maka bidan memiliki peran sebagai pelaksana, pengelola,
pendidik, dan peneliti (IBI, 2010)
a) Peran sebagai Pelaksana
Bidan sebagai pelaksana memberikan pelayanan kebidanan
kepada wanita dalam siklus kehidupannya yaitu asuhan ibu hamil,
bersalin, bayi baru lahir, nifas, neoantus, bayi anak dan balita,
remaja, masa antara, keluarga berencana dan lansia. Sebagai
pelaksana bidan mempunyai tiga kategori tugas yaitu tugas mandiri,
tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan.
Tugas Mandiri
Tugas mandiri bidan meliputi hal – hal berikut ini.
o Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan yang diberikan.
o Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan
dengan melibatkan mereka sebagai klien. Membuat rencana
tindak lanjut tindakan/layanan bersama klien.
o Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan
normal.
o Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa
persalinan dengan melibatkan klien / keluarga.
o Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
o Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas
dengan melibatkan klien/keluarga.
o Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang
membutuhkan pelayanan keluarga berencana.
o Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan
sistem reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium serta
menopause.
o Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan
melibatkan keluarga dan pelaporan asuhan.
Tugas Kolaborasi
Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:
o Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien
dan keluarga.
o Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi
dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi.
o Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi.
o Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan
dengan risiko tinggi serta keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga.
o Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan
risiko tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
bersama klien dan keluarga.
o Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko
tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
bersama klien dan keluarga.
o Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi
serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan
yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan
keluarga.
Tugas ketergantungan
Tugas-tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu:
o Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga.
o Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada kasus kehamilan dengan risiko tinggi serta
kegawatdaruratan.
o Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan
pada masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan
melibatkan klien dan keluarga.
o Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada ibu dalam masa nifas yang disertai penyulit tertentu dan
kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga.
o Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan
konsultasi serta rujukan dengan melibatkan keluarga.
o Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan
tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi
serta rujukan dengan melibatkan klien/keluarga.
Peran sebagai Pengelola
Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas
pengembangan pelayanan dasar kesehatan dan tugas partisipasi
dalam tim.
o Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan di wilayah
kerjanya.
o Berpartisipasi dalam tim. Bidan berpartisipasi dalam tim untuk
melaksanakan program kesehatan sektor lain melalui dukun
bayi, kader kesehatan, serta tenaga kesehatan lain yang berada
di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.
Peran sebagai Pendidik
Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu:
o Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien
o Melatih dan membimbing kader.
Peran Sebagai Peneliti/Investigator
Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang
kesehatan baik secara mandiri maupun berkelompok, yaitu:
o Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.
o Menyusun rencana kerja pelatihan.
o Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
o Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
o Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
o Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan
mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan
(Wahyuni, 2018)
2) Fungsi Bidan
Fungsi merupakan pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan
peranannya. Berdasarkan peran bidan seperti yang dikemukakan di atas,
maka fungsi bidan adalah sebagai berikut:
a) Fungsi Pelaksana
Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup hal-hal sebagai berikut.
o Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga,
serta masyarakat (khususnya kaum remaja) pada masa
praperkawinan.
o Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal,
kehamilan dengan kasus patologis tertentu, dan kehamilan dengan
risiko tinggi.
o Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis
tertentu.
o Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko
tinggi.
o Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
o Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.
o Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan prasekolah
o Memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan
wewenangnya.
o Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus
gangguan sistem reproduksi, termasuk wanita pada masa
klimakterium internal dan menopause sesuai dengan
wewenangnya.
b) Fungsi Pengelola
Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup hal-hal sebagai berikut:
o Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi
individu, keluarga, kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan masyarakat setempat yang didukung oleh
partisipasi masyarakat.
o Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di
lingkungan unit kerjanya.
o Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
o Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang
terkait dengan pelayanan kebidanan.
o Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan
kebidanan.
c) Fungsi Pendidik
Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup hal-hal sebagai berikut:
o Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok
masyarakat terkait dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup
kesehatan serta keluarga berencana.
o Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai
dengan bidang tanggung jawab bidan.
o Memberi bimbingan kepada para bidan dalam kegiatan praktik di
klinik dan di masyarakat.
o Mendidik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan
bidang keahliannya.
d) Fungsi Peneliti
Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup hal-hal sebagai berikut.
o Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang
dilakukan sendiri atau berkelompok dalam lingkup pelayanan
kebidanan.
o Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana
(Wahyuni, 2018)
3) Tugas Tambahan Bidan di Komunitas
Sesuai dengan kewenangannya, bidan dapat melaksanakan
kegiatan praktik mandiri. Peran bidan di sini sebagai pengelola kegiatan
kebidanan di unit kesehatan ibu dan anak, puskesmas, polindes,
posyandu, klinik, dan praktik bidan perorangan. Bidan di komunitas
harus mengenal kondisi kesehaan masyarakat yang selalu mengalami
perubahan. Kesehatan komunitas dipengaruhi oleh perkembangan yang
terjadi baik di masyarakat itu sendiri maupun ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Bidan harus tetap tanggap terhadap perubahan tersebut.
Keterampilan tambahan yang harus dimiliki oleh bidan di
komunitas adalah:
a) Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA.
b) Melaksanakan pelatihan dan pembinaan pada kader kesehatan.
c) Melakukan pendekatan kemitraan kepada dukun bayi.
d) Mengelola dan memberikan obat-obatan seseuai dengan
kewenangannya.
e) Menggunakan teknologi tepat guna (Wahyuni, 2018)
F. MAJELIS KESEHATAN
Dengan misi sebagai penggerak terwujudnya masyarakat dan
lingkungan hidup yang bersih dan sehat. ‘Aisyiyah mengembangkan
pelayanan dan peningkatan untuk kesehatan masyarakat serta pelestaraian
lingkungan hidup melalui pendidikan. Saat ini ‘Aisyiyah telah mengelola dan
mengembangkan 10 RSKIA (Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak), 29 Klinik
Bersalin, 232 BKIA/Yandu, dan 35 Balai Pengobatan yang tersebar di seluruh
Indonesia.
Beberapa program kesehatan yang dikembangkan anatara lain:
peningkatan pelayanan kesehatan yang terjangkau siseluruh Rumah Sakit,
Rumah Bersalin, Balai Kesehatan Ibu dan Anak yang dikelola oleh ‘Aisyiyah
serta menjadikan unit-unit kegiatan tersebut sebagai agent of development
yang tidak hanya sebagai tempat mengobati orang sakit, tetapi mampu
berperan secara optimal dalam lingkungan masyarakat (Dwi, Bacthiar, 2014)
‘Aisyiyah melalui majelis kesehatan dan lingkunga hidup juga
melakukan kampanye peningkatan kesadaran masyarakat dan penanggulangan
penyakit bahaya dan menular, penanggulangan HIV/AIDS dan NAPZA,
bahaya merokok dan minuman keras dengan menggunakan berbagai
pendekatan dan berkerja sama dengan berbagai pihak, meningkatkan
pendidikan dan perlindungan kesehatan reproduksi perempuan,
menyelenggarakan pilot project sistem pelayanan terpadu antara lembaga
kesehatan, dakwah social dan terapi psikologi islami (Dwi, Bacthiar, 2014).
G. KERANGKA KONSEP
MASYARAKAT
RUMAH SCREENING
SEHAT TB
PRAKTIK
PHBS-KS
KADARZI KEBIDANAN
KOMUNITAS
SCREENING
MUSHOLA &
STUNTING MASJID SEHAT
Gambar 2.1
Kerangka Konsep Praktik Kebidanan Komunitas
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Tanggal
Pertemuan dan persamaan persepsi dengan Ketua Pimpinan
Ranting ‘Aisyiyah (PRA) dan Pengurus Ranting ‘Aisyiyah 22 April 2019
(PRA) Cabang Suronatan
Penilaian lomba sekolah sehat dan bimbingan pra-PKL 23 April 2019
Pengkajian data 23-25 April 2019
Berpartisipasi dalam pengajaran TPA 23-27 April 2019
Penyuluhan kesehatan Mata Lansia 24 April 2019
Penyusunan Laporan PKL, entry hasil pengkajian data dan
25 April 2019
Pengajian
Lomba mewarnai kaligrafi dan penyuluhan cuci tangan di TPA
26 April 2019
Suronatan
Penyuluhan SADARI 27 April 2019
Lanjutan Penyusunan Laporan PKL 28 April 2019
Penutupan Kegiatan PKL di Suronatan 29 April 2019
Presentasi hasil pengkajian di lahan PKL 02 Mei 2019
o. Tokoh Masyarakat
No Tokoh Masyarakat Nama
RT 45 : M. Syarief
RT 46 : Nashiruddin
RT 47 : Muh Fatkhan
1 Ketua RT RT 48 : Ardiansyah
RT 49 : Baskoro Aji
RT 50 : Wahyu Giarto
RT 51 : Edi Widiatmoko
2 Ketua RW RW 08 : H. Fauzi Al Afsochi
3 Ketua Pasmina Dida
4 Ketua Kelompok Belajar Anita Agustina
2. Data Pengkajian Keluarga
a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
48%
52% Laki-laki
Perempuan
Gambar 3.1
Grafik Distribusi Frekuensi Penduduk
Berdasarkan Jenis Kelamin di Suronatan
Berdasakan gambar 3.1 dapat disimpulkan bahwa dari 126 orang, jenis
kelamin tertinggi di Suronatan adalah perempuan, yaitu berjumlah 66 (52%).
b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur
Umur
Lansia (≥ 60) 27
Balita(<5 tahun) 3
0 10 20 30 40 50 60 70
Gambar 3.2
Grafik Distribusi Frekuensi Penduduk
Berdasarkan Umur di Suronatan
Golongan Darah
10% 18%
A
16% B
AB
54%
O
2% Tidak tau
Gambar 3.3
Grafik Distribusi Frekuensi Penduduk
Berdasarkan Golongan Darah di Suronatan
14
8 7
5 4
1 0
SD SMP SMA DIII D IV S1 S2
Gambar 3.4
Grafik Distribusi Frekuensi Penduduk
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga di Surontan
30
20
11
4 5 7 6
1 3
Gambar 3.5
Grafik Distribusi Frekuensi Penduduk
Berdasarkan Jenis Kelamin di Suronatan
f. PHBS-KS
Tabel 3.1 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Keluarga Sakinah
(PHBS-KS)
No Indikator Jumlah Kk Persentase
1 Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 39 100%
2 Ibu hamil memeriksakan kehamilannya pada tenaga
kesehatan 39 100%
3 ibu hamil mengonsumsi tablet Fe secara teratur 39 100%
4 PUS mengikuti KB 39 96%
5 Bayi telah diimunisasi 39 100%
6 Bayi diberi ASI Eksklusif 39 100%
7 Balita ditimbang secararutin tiap bulan 39 100%
8 BAB di jamban 30 77%
9 Menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari 39 100%
10 Tidak ada sampah berserakan 37 94%
11 Penampungan air bebas dari jentik nyamuk 39 100%
12 Lantai rumah bukan dari tanah dan luasnya sesuai
dengan jumlah penghuni 39 100%
13 Kebiasaan gosok gigi minimal 2x sehari 39 100%
14 Kebiasaan cuci tangan dengan sabun 39 100%
15 Semua anggota keluarga tidak merokok 35 88%
16 Makan buah dan sayur 39 100%
17 Semua anggota keluarga usia >10tahun melakukan
aktifitas fisik min.30 menit sehari 34 87%
18 Tahu tentang penyakit HIV/AIDS, TBC, DBD 37 95%
19 Menjadi anggota BPJS 37 95%
20 Memiliki TOGA/persediaan obat 37 95%
21 Sholat berjemaah dalam keluarga setiap hari 37 95%
22 Membaca Al-Qur'an setiap hari 39 100%
23 Melaksanakan puasa wajib dan sunnah 39 100%
24 Mengeluarkan infaq,sadaqoh, zakat dengan rutin 39 100%
25 Mempunyai tabungan haji 31 79%
26 Memiliki tabungan untuk biaya sekolah 31 79%
27 Semua anggota keluarga minimal menempuh
pendidikan 9 tahun 38 97%
28 Ada jam wajib belajar 25 64%
29 Memberikan pendidikan non formal
(TPA/Kelompok belajar) 26 67%
30 Memiliki tabungan untuk keperluan mendesak 38 97%
31 Anggota keluarga aktif di kegiatan sosial 39 100%
32 Membiasakan makan dalam keluarga 39 100%
33 Melaksanakan kegiatan yang menyenangkan min.1x
dalam setahun 36 92%
34 Tidak terjadi KDRT 39 100%
35 Memiliki kartu identitas keluarga yang sah 39 100%
36 Memiliki sarana teknologi (TV, Gadget, laptop,dll) 39 100%
i. Screening TB
Tabel 3.6 Screening TB
SCREENING TB JUMLAH Ket
Resiko - -
Tidak Resiko 120 -
Total 120
Berdasarkan tabel 3.6 Dapat disimpulkan bahwa semua anggota
keluarga ranting aisyiyah suronatan tidak memiliki resiko penyakit TB . Hal
ini karena pola hidup dan lingkungan yang sehat.
3. Analisis Data Dengan SWOT
a. Strength (Kekuatan)
1) PRA Suronatan memiliki PHBS yang baik
2) PRA Suronatan memiliki KS yang baik
3) PRA Suronatan Memiliki KADARZI baik
4) Kepala Keluarga di PRA Suronatan sudah peduli dengan pentingnya
pendidikan
b. Weakness (Kelemahan)
1) Masih ada orang tua yang tidak sensitif terhadap jam wajib belajar
2) Masih ada anggota keluarga yang tidak mengetahui golongan darah
c. Opportunity (Peluang)
1) Banyak pendidikan islam disekitar lingkungan suronatan
2) Masyarakat sekitar peka terhadap kesehatan dan pendidikan
d. Threat (Ancaman)
Adanya kemajuan teknologi yang tidak digunakan sebagaimana mestinya
4. Rekomendasi
Tabel 3.7 Rencana Tindak Lanjut
No Masalah Hasil Rencana Tindak Lanjut
1 Banyak yang tidak Terdapat banyak 1. Melaporkan hasil kepada ranting
mengetahui keluarga anggota Aisyiyah Suronatan
golongan darah ranting yang tidak 2. Berkerjasama dengan puskesmas
mengetahui golongan untuk melakukan pemeriksaan
darah, yaitu sebanyak golongam darah secara gratis.
2 Tidak terdapat P3K Dari kriteria masjid / 1. Melaporkan hasil pengkajian masjid
dimasjid dan musholla sehat dan musholla sehat kepada ranting
musholla didapatkan presentase ‘Aisyiyah Suronatan
P3K 0% 2. Bekerja sama dengan PRA suronatan
dalam melakukan penyuluhan
masjid/musholla sehat.
3. Menyarankan PRA suronatan untuk
menyediakan kotak P3K disetiap
masjid dan musholla yang berada
diruang lingkup PRA Suronatan.
5. Keterbatasan
Keterbatasan dakam pengkajian data di PRA Suronatan RW 08 (terdiri
dari RT.45-RT.51 desa Notoprajan kecamatan Ngampilan, yaitu :
a. Beberapa anggota ranting lebih banyak melakukan aktifitas/bekerja pada pagi
hari sehingga pengkajian hanya bisa dilakukan pada sore/malam hari
b. Waktu yang diberikan untuk pengkajian data sangat singkat
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian dan pembahasan dapat disimpulkan:
1. Terdapat 13 orang (10%) yang tidak mengetahui golongan darahnya.
2. Kategori PHBS-KS untuk semua KK (39 KK) adalah biru (100%) yang berarti
penerapan PHBS-KS di Suronatan sudah baik.
3. Penilaian mushola/masjid sehat 13 poin dengan kategori warna biru yang artinya
masjid dan mushola di Suronatan sudah sangat baik.
4. Terdapat 4 KK dari 39 KK yang tidak biasa sarapan pagi (termasuk kategori
kurang sadar gizi)
5. Keluarga anggota Ranting ‘Aisyiyah Suronatan tidak memiliki resiko penyakit TB.
Hal ini karena pola hidup dan lingkungan yang sehat.
6. Wawancara dengan anggota ranting telah dilakukan dan didapatkan hasil bahwa
terdapat beberapa kegiatan yang termasuk ke dalam pemberdayaan masyarakat
(hasil wawancara terlampir). Kegiatan tersebut masih berjalan dengan baik dan
meskipun terdapat beberapa kendala dalam menjalankan kegiatan, anggota ranting
telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi kendala tersebut.
B. Saran
1. Bagi Ketua Ranting ‘Aisyiyah Suronatan Cabang Ngampilan
Diharapkan ketua ranting dapat mempertahankan dan memberi dukungan
kepada pengurus ranting untuk selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
serta menerapkan prinsip-prinsip keluarga sakinah dan meningkatkan kesadaran
gizi para pengurus ranting.
2. Bagi Puskesmas Ngampilan
Diharapkan dengan masalah yang telah dilaporkan dapat menambah data
permasalahan yang ada di wilayah Puskesmas dan dapat meningkatkan pelayanan
serta menjalankan program-program pemerintah ke masyarakat terikat dengan
PHBS-KS, Kadarzi, Rumah sehat dan Mushola/masjid sehat.
3. Bagi Pengurus Ranting ‘Aisyiyah Suronatan
Diharapkan pengurus ranting ‘Aisyiyah Suronatan dapat bekerjasama dengan
pihak Puskesmas, mendukung program-program pemerintah seperti membuat
ambulan desa, memanfaatkan bankdarah yang telah dibuatkan, memasukkan
penyuluhan kesehatan disela-sela penngajian ataupun acara yang dilakukan.
4. Bagi Ketua RW/RT
Diharapkan para ketua RW/RT bisa mengkoordinasikan para warga untuk
meningkatkan kesadaranmasyarakat di lingkungan RW 08 Kelurahan Notoprajan.
5. Bagi Masyarakat
Diharapkan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang
kesehatan untuk meningkatkan kesehatan masysrakat sendiri dan kesadaran untuk
beribadah khususnya pemeluk agama islam untuk mencapai keluarga Qoryah
Thoyibah.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati. (2011). Modul Pratikum: Penyehatan Makanan dan Minuman (PMM). Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Meilani, N., Niken, S., Dwiana, E., & Sumarah. (2012). Kebidanan Komunitas. Jakarta:
Fitramaya.
Utami, N. W. (2017, Oktober 29). Manfaat, Faktor yang Mempengaruhi, dan Contoh Analisis
SWOT. Retrieved April 25, 2019, from Jurnal Blog: https://www.jurnal.id/id/blog/2017-
manfaat-faktor-yang-memengaruhi-dan-contoh-analisis-swot/