Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PELAKSANAAN

PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS LANJUT


DI WILAYAH RANTING ‘AISYIYAH SURONATAN CABANG NGAMPILAN

Disusun Oleh:
Kelompok PKL PRA SURONATAN

1. Dian Oktarini (1810104421) 6. Anggia (1810104426)


2. Dwi Ria Agustina (1810104422) 7. Lasmiah (1810104427)
3. Inggir Alriska A (1810104423) 8. Misya Riski (1810104428)
4. Ana Septiani (1810104424) 9. Riska Zalusa (1810104429)
5. Emilda Veronika (1810104425)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PELAKSANAAN
PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS LANJUT
DI WILAYAH RANTING ‘AISYIYAH SURONATAN CABANG NGAMPILAN

Laporan Kelompok Praktik Kebidanan Komunitas Lanjut


Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui
Tanggal ………………………

Menyetujui,

Pembimbing Pendidikan Pimpinanan Ranting ‘Aisyiyah

(Nurul Mahmudah, S.ST., M.Keb.) (Nurokhmiyati, S.Ag.)

Mengetahui,

Ketua Prodi Kebidanan Koordinator


Program Sarjana Terapan Praktik Kebidanan Komunitas Lanjut

(Fitria Siswi Utami, S.SiT., MNS) (Ririn Wahyu Hidayati, S.ST., M.K.M)
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan “Laporan Pelaksanaan Praktik Kebidanan Komunitas Lanjut”. Laporan
ini membahas tentang hasil pengkajian dan kegiatan selama PKL di wilayah Ranting
‘Aisyiyah Suronatan Cabang Ngampilan.
Dalam menulis laporan ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Warsiti, S.Kep., M.Kep., Sp.Mat., selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta
2. M. Ali Imron, M.Fis, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keseahtan Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta
3. Fitria Siswi Utami, S.SiT., MNS, selaku Ketua Prodi Kebidanan Program
Sarjana Terapan
4. Ririn Wahyu Hidayati, S.ST., M.K.M, selaku Koordinator PKL UNISA
Yogyakarta
5. Nurul Mahmudah, S.ST., M.Keb., selaku Pembimbing PKL yang telah
memberikan masukan dan saran
6. Nurokhmiyati, S.Ag., selaku Ketua PRA Suronatan Cabang Ngampilan yang
telah membantu dalam pengumpulan data di Jatimulyo
7. Seluruh anggota kelompok PKL PRA Suronatan yang telah membantu
pembuatan laporan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
laporan ke arah yang lebih baik lagi. Semoga hasil laporan mampu menjadi tambahan
wawasan informasi bagi kita semua

Wassalamua’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh


Yogyakarta, April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................


KATA PENGANTAR .......................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................
B. Tujuan ...................................................................................................
C. Manfaat .................................................................................................
D. Sasaran ..................................................................................................
E. Bentuk kegiatan ....................................................................................
F. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ...........................................................
BAB II TINJAUAN TEORI .............................................................................
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN .........................................................
A. Gambaran Lokasi ..................................................................................
B. Penyajian Informasi Data ODK ............................................................
C. Analisis Data dengan SWOT ................................................................
D. Rekomendasi .........................................................................................
E. Keterbatasan ..........................................................................................
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................
A. Kesimpulan ...........................................................................................
B. Saran .....................................................................................................
Daftar Pustaka ...................................................................................................
Lampiran
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Keluarga Sakinah ...............................
Tabel 3.2 Klasifikasi PHBS-KS Keluarga Sakinah ..................................................
Tabel 3.3 Klasifikasi Padukuhan Sehat Qoriyah Toyyibah ......................................
Tabel 3.4 Indikator Masjid dan Musholla Sehat .......................................................
Tabel 3.5 Indikator Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) ............................................
Tabel 3.6 Screening TB ............................................................................................
Tabel 3.7 Rencana Tindak Lanjut .............................................................................
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Praktik Kebidanan Komunitas ....................................


Gambar 3.1 Grafik Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di
Suronatan ..................................................................................................
Gambar 3.2 Grafik Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Umur di Suronatan .
Gambar 3.3 Grafik Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Golongan Darah di
Suronatan ..................................................................................................
Gambar 3.4 Grafik Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Kepala Keluarga di Suronatan ..................................................................
Gambar 3.5 Grafik Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di
Suronatan ..................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Hadir Harian Individu


Lampiran 2 Laporan Harian Individu Praktik Komunitas Lanjut
Lampiran 3 Rekap Daftar Hadir Kegiatan Kelompok
Lampiran 4 SAP dan Leaflet Kegiatan
Lampiran 5 Dokumentasi Kegiatan
Lampiran 6 Laporan Keuangan
Lampiran 7 Data Hasil Pengkajian dari ODK
Lampiran 8 Data Hasil Wawancara Pemberdayaan Masyarakat
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebidanan komunitas merupakan pelayanan kebidanan yang menekankan
pada aspek-aspek psikososial budaya yang ada di komunitas (masyarakat
sekitar). Maka seorang bidan dituntut mampu memberikan pelayanan yang
bersifat individual maupun kelompok (Kemenkes, 2018).
Tugas bidan dalam membrikan pelayanan berupa promotif dan preventif
dapat diterapkan pada kebidanan komunitas yang merupakan perpaduan antara
kebidanan dan kesehatan masyarakat guna memberdayakan masyarakat, tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitative yang menyeluruh dan terpadu
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok masyarakat sebagai satu kesatuan
utuh melalui proses asuhan kebidanan untuk meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal sehingga masyarakat mampu mengupayakan
kesehatannya secara mandiri (Maryam, 2012).
Sasaran dari kebidanan komunitas adalah masyarakat baik ibu-ibu, anak,
remaja, maupun lansia. Didalam keluarga dan masyarakat terdapat berbagai
macam masalah baik itu masalah kebidanan maupun masalah kesehatan lainnya.
Masalah kebidanan tersebut dapat berupa Sekolah Sehat, PHBS-KS, KADARZI,
Rumah Sehat, Stunting, Gizi Buruk, Screening TB, dan Mushola/ Masjid Sehat.
Masalah Kesehatan lainnya dapat berupa masalah lingkungan baik itu lingkungan
fisik maupun sosial masyarakat.
Untuk itu mahasiswa Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Kebidanan Universitas Aisyiyah Yogyakarta yang melaksanakan Praktik
Kebidanan Komunitas di Desa Suronatan, Kecamatan Ngampilan Kota
Yogyakarta untuk melakukan pengkajian data masyarakat dan membantu
masyarakat yang ada di lingkungan Suronatan dengan memberikan penyuluhan
terkait masalah informasi kesehatan seperti penyuluhan kesehatan mata lansia,
penilaian lomba sekolah sehat, dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan TPA
sebagai wujud intervensi dan implementasi pada masyarakat Suronatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti praktik kebidanan komunitas di PRA
Suronatan, Kecamatan Ngampilan, Kota Yogyakarta. Mahasiswa dapat
memahami dan menerapkan teori terkait kebidanan dikomunitas dengan
teknik problem solving dan pendekatan kerjasama tim, manajemen
kebidanan kepada individu, keluarga, dan masyarakat dalam ikut
mengembangkan program kesehatan ibu dan anak pada khususnya yang
berkaitan dengan keluarga sakinah dan Qoryah Thoyyibah untuk
mewujudkan community development.
2. Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikuti praktik klinik kebidanan komunitas
mahasiswa dapat:
a. Dapat melakukan koordinasi dengan Pengurus Ranting ‘Aisyiyah untuk
berdiskusi dan wawancara mengenai Ranting ‘Aisyiyah.
b. Mengidentifikasi hasil pengkajian masyarakat di lingkungan ranting
‘Aisyiyah (warga yang aktif dalam kegiatan Ranting ‘Aisyiyah berdasar
hasil diskusi dengan pengurus Ranting ‘Aisyiyah). Pengkajian meliputi
mushola/masjid sehat, kejadian TB, status gizi balita, PTM (Hipertensi,
Riwayat Diabetes, Asam Urat, Kolesterol, WUS ber-KB dengan jenis
kontrasepsinya, Kadarzi, dan PHBS-KS).
c. Dapat memasukkan hasil pendataan (poin b) menggunakan apliaksi ODK.
d. Dapat menganalisia hasil pendataan dengan metode SWOT.
e. Dapat membuat rekomendasi berdasarkan hasil pendataan dan analisanya.
f. Dapat menyusun laporan kelompok berdasar data pengkajian yang telah
dilakukan.
g. Dapat mempresentasikan hasil pengkajian bersama pembimbing dan
pengurus Ranting Aisyiyah.
h. Dapat berperan serta dalam kegiatan program bidang kesehatan melalui
program Qoryah Thoyyibah yang berada di komunitas
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh pada mata kuliah
komunitas kebidanan secara nyata di wilayah PRA Suronatan
b. Mahasiswa mendapat pengalaman dalam menyelenggarakan Praktik
Kebidanan Komunitas serta memperoleh pengetahuan dan keterampilan
dalam melakukan pendekatan dan komunikasi kepada masyarakat.
c. Mahasiswa dapat bekerja sama dengan keluarga intensif terkait dalam
mengurangi masalah kesehatan di PRA Suronatan
d. Bagi Masyarakat
Dengan adanya Praktik Kebidanan Komunitas diharapkan warga
mengetahui permaslaahn kesehatan yang dialami serta menemukan solusi
untuk menanganinya.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan masukan untuk pelaksanaan Praktik Kebidanan Konuitas
dimasyarakat yang akan datang.
3. Bagi Institusi Kesehatan
Sebagai bahan pertimbangan, masukan, dan informasi untuk mengambil
keputusan bagi Puskesmas dan jaringannya dalam upaya peningkatan
pelayanan kesehatan.
4. Bagi Pemerintah
Dengan adanya Praktik Kebidanan Komunitas diharapkan temuan yang ada
di PRA Suronatan dijaidkan masukan bagi pemerintah untuk merancang
program kesehatan dimasa yang akan datang.
D. Sasaran
Sasaran dalam kegiatan ini adalah anggota ranting yang berada di wilayah
Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah Suronatan.
E. Bentuk Kegiatan
1. Dalam pelaksanaan pengkajian menggunakan beberapa metode seperti :
a. Observasi, teknik pengumpulan data, dimana mahasiwa melakukan
pengamtan secara langsung kepada warga anggota ranting untuk melihat
dari dekat kegiatan yang dilakukan (Arikunto, 2010).
b. Wawancara, dilakukan dengan anggota keluarga atau dengan orang lain
yang dapat dipercaya mengenai keadaan dan pengalaman keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan ( Sukmadinata, 2010).
c. Data Sekunder, Pengumpulan data dengan menggunakan catatan atau
hasil pendokumentasian seperti pencatatan data posyandu balita, data
wilayah dan lain-lain (Sugiono, 2012).
2. Perencanaan dilakukan dengan melakukan pedekatan kepada Ketua
Ranting ‘Aisyiyah, RT di PRA Suronatan.
3. Dalam pelaksanaan pembinaan menggunakan metode sebagai berikut.
a. Partisipasi kelurga
Suatu pendekatan emosional yang dimasukkan dalam setiap strategi
pelaksanaan tindakan dengan melibatkan keluarga dalam proses
pengkajian.
b. Kontrak
Persetujun kerja yang dibuat antara dua orang atau antara bidan dan
keluarga dalam melaksanakan rangkaian manajemen kebidanan
komunitass untuk menyesuaikan maslah kesehtan yang dihadapi sehingga
keluarga terlibat dalam menyelesaikan masalah yang merupakan
tanggung jawabnya.
c. Manajemen kasus
Strategi dan proses pengambilan kepuusan atau proses ntuk penentuan,
pengintegrasian dan pemantauan kebutuhan klien yang kompleks.
d. Kolaborasi
Bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa elemen yang terkait
baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak yang terlihat secara lang
maupun tidak langsung yang menerima akibat dan manfaat. Nilai-nilai
yang salam mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang sama,
kesamaan persepsi, kemauan untuk berproses, saling memberikan
manfaat, kejuuran, kasih sayang serta berbasis masyarakat.
4. Dalam mengevaluasi, mahasiswa melakukan penilaian dengan menggunakan
format ODK yang sudah disediakan,
F. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1. Waktu
Waktu pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) komunitas ini
dilaksankan pada tanggal 22 – 28 April 2019.
2. Tempat
Praktik Kerja Lapangan (PKL) komunitas ini dilakukan di Pimpinan
Ranting ‘Aisyiyah (PRA) Suronatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KEBIDANAN KOMUNITAS
1. Konsep Kebidanan Komunitas
Pelayanan kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan melalui asuhan
kebidanan kepada klien yang menjadi tanggung jawab bidan, mulai dari
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana, termasuk
kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan kesehatan masyarakat (Soepardan,
2010).
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam
rangka tercapainya keluarga yang berkualitas, dan layanan yang diberikan
bidan sesuai kewenangan dengan maksud meningkatkan kesehatan ibu dan
anak dalam rangka tercapainya keluarga berkualitas (Estiwidani, 2012).
a) Pengertian/Definisi
Menurut WHO Bidan adalah seseorang yang telah diakui secara
reguler dalam program pendidikan kebidanan sebagaimana yang diakui
yuridis, dimana ia ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan
kebidanan dan telah mendapatkan kualifikasi serta terdaftar disahkan dan
mendapatkan ijin melaksanakan praktik kebidanan.
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko
tinggi, dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan (Hamidah, 2010)
Pelaksanaan pelayanan kebidanan komunitas didasarkan pada
empat konsep utama dalam pelayanan ke bidanan yaitu : manusia,
masyarakat/ lingkungan, kesehatan dan pelayanan ke bidanan yang
mengacu pada konsep paradigma ke bidanan dan paradigma sehat sehingga
diharapkan tercapainya taraf kesejahteraan hidup masyarakat (Niken,
2012).
Dari uraian diatas dapat dirumuskan definisi Kebidanan Komunitas
sebagai segala aktifitas yang dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan
pasiennya dari gangguan kesehatan. Pengertian kebidanan komunitas yang
lain menyebutkan upaya yang dilakukan Bidan untuk pemecahan terhadap
masalah kesehatan Ibu dan Anak balita di dalam keluarga dan masyarakat.
(Hamidah, 2010).
b) Prinsip Pelayanan Asuhan Dan Tanggung Jawab Bidan Pada
Pelayanan Kebidanan Komunitas
1) Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan
masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang
mendukung peran bidan di komunitas.
2) Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan
martabat kemanusiaan klien.
3) Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit
analisis. Populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan,
jumlah Kepala Keluarga (KK), jumlah laki-laki, jumlah neonatus,
jumlah balita, jumlah lansia) dalam area yang bisa ditentukan sendiri
oleh bidan. Contohnya adalah jumlah perempuan usia subur dalam 1 RT
atau 1 kelurahan/ kawasan perumahan/ perkantoran.
4) Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan, tetapi
hasil kerjasama dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok ibu-ibu
pengajian, kader kesehatan, perawat, PLKB, dokter, pekerja sosial, dll.
5) Sitem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan klinik.
Sistem pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah
kerja yang menjadi tanggung jawabnya (Wahyuni, 2018)
Sedangkan tanggung jawab bidan pada pelayanan kebidanan
komunitas meliputi kemampuan memberikan penyuluhan dan
pelayanan individu, keluarga, dan masyarakat. Untuk itu diperlukan
kemampuan untuk menilai mana tradisi yang baik dan membahayakan,
budaya yang sensitif gender dan tidak, nilai-nilai masyarakat yang adil
gender dan tidak, dan hukum serta norma yang ternyata masih
melanggar hak asasi manusia. Disamping itu, bidan harus mampu
bertindak profesional dalam bentuk:
1) Mampu memisahkan antara nilai-niai dan keyakinan pribadi dengan
tugas kemanusiaan sebagai bidan, dan
2) Mampu bersikap non judgemental (tidak menghakimi), non
discriminative (tidak membeda-bedakan), dan memenuhi standar
prosedur kepada semua klien (perempuan, laki-laki, transgender)
(Wahyuni, 2018)
c) Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan Di Komunitas
Pelayanan/asuhan kebidanan komunitas merupakan salah satu area
praktik bidan, yang pelayanannya diberikan baik pada individu, keluarga,
maupun masyarakat luas dengan memperhatikan dan menghargai budaya
dan nilai-nilai masyarakat setempat untuk meningkatkan kualitas hidup
perempuan dan keluarganya. Dalam praktiknya menggunakan pendekatan
pemecahan masalah yang dikenal dengan proses/manajemen kebidanan.
Langkah/proses manajemen kebidanan meliputi hal berikut ini.
1) Mengumpulkan secara sistematis dan mengupdate secara lengkap data
yang relevan untuk pengkajian yang komprehensif keadaan kesehatan
setiap klien termasuk riwayat kesehatan dan pemeriksaaan fisik yang
teliti.
2) Mengidentifikasi dan menetapkan diagnosa berdasarkan interpretasi
data dasar. Setelah ditetapkan diagnosa maka bidan harus menentukan
rencana untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang ditemuka.
Contoh: hasil pemeriksaan Ibu hamil didapatkan konjungtiva pucat dan
pemeriksaan laboratorium penunjang hasil haemoglobin rendah di
bawah normal. Maka ibu dinyatakan diagnosa hamil dengan anemia.
3) Mengidentifikasi kebutuhan asuhan/masalah klien.
Contoh: Ibu hamil dengan anemia, maka rencana yang paling tepat
adalah memberikan tablet zat besi untuk meningkatkan kadar
haemoglobin.
4) Memberikan informasi dan dukungan pada klien agar mampu
mengambil keputusan untuk kesehatannya.
Bidan melakukan pendidikan kesehatan terkait dengan kondisi
kesehatan yang ditemukan dengan harapan klien dapat mengikuti
anjuran dari bidan untuk mengatasi masalah kesehatannya.
5) Mengembangkan rencana asuhan bersama klien.
Setiap rencana yang akan dilakukan sebaiknya melibatkan klien agar
klien merasa apa yang diberikan merupakan kebutuhanya. Contoh: ibu
hamil yang anemia perlu penambah zat besi untuk kesehatan ibu dan
janin (Wahyuni, 2018)
Adapun ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas adalah
sebagai berikut.
1) Peningkatan kesehatan (promotif)
Bidan lebih mengutamakan langkah promotif dalam setiap
asuhannya, seperti ibu hamil disarankan untuk melakukan pemeriksaan
kehamilan di tenaga kesehatan. Bayi dan balita dilakukan pemantauan
tumbuh kembang di posyandu.
2) Pencegahan (preventif)
Salah satu contoh tindakan preventif bidan yang dapat dilakukan
adalah pemberian imunisasi pada bayi dan balita serta ibu hamil.
3) Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan.
Bidan diharapkan mempunyai kemampuan dalam deteksi dini
komplikasi melalui keterampilan tambahan yang dimiliki untuk
menangani kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal sehingga
dalam proses rujukan tidak mengalami keterlambatan.
4) Meminimalkan kesakitan dan kecacatan.
Dalam memberikan asuhan bidan melakukan pendekatan secara
fisiologis, dengan meminimalisir intervensi yang berlebihan sesuai
dengan kondisi klien
5) Pemulihan kesehatan (rehabilitasi).
Pada masa pemulihan bidan bekerjasama dengan tenaga kesehatan
lain (dokter kandungan) untuk mengobservasi kemajuan kesehatan
klien. Sebagai contoh adalah bidan melakukan perawatan pasca operasi
pada klien dengan tindakan persalinan caesar.
6) Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi
sosial, dan kelompok masyarakat (Wahyuni, 2018)
d) Sasaran Kebidanan Komunitas
Pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilakukan
melalui pelayanan asuhan secara langsung terhadap individu, keluarga, dan
kelompok dalam konteks komunitas. Selain itu juga diperlukan perhatian
langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan
bagaimana masalah kesehatan masayarakat memepengaruhi keluarga,
individu dan kelompok.
Sasaran kebidanan komunitas adalah mulai dari individu, keluarga,
kelompok dan masayarakat.
1) Individu diutamakan pada individu yang ditemukan di klinik, rumah dan
tempat lain dengan masalah kesehatan.
2) Keluarga, dengan mengutamakan keluarga dengan risiko tinggi terhadap
masalah kesehatan tertentu.
3) Kelompok penduduk, diutamakan pada kelompok penduduk daerah
kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk
kelompok bayi, balita dan ibu hamil dll.
4) Masyarakat, yaitu dari satuan masyarakat yang terkecil sampai dengan
masayarakat secara keseluruhan (Wahyuni, 2018)
e) Tugas Utama Bidan di Komunitas
Kebidanan sebagai pelayanan profesional mempunyai wilayah
pelayanan tersendiri sehingga tidak tumpang tindih dengan profesi yang
lain. Peran, fungsi, tugas/tanggung jawab, dan kompetensi bidan
dirumuskan sesuai dengan wewenang yang diberikan pemerintah kepada
bidan dalam melaksanakan tugasnya. Asuhan mendasar kebidanan
komunitas mencakup pencegahan, deteksi dini untuk rujukan, asuhan
kegawatdaruratan, maternal dan neonatal, pertolongan pertama pada
penyakit, pengobatan ringan, asuhan pada kondisi kronik, dan pendidikan
kesehatan. Untuk menangani hal tersebut maka bidan perlu melaksanakan
kegiatan seseuai dengan kewenangannya dalam menjalankan praktik
mandiri.
Bidan mempunyai peran, fungsi, tugas/ tanggung jawab yang besar
dalam melaksanakan asuhan kebidanan komunitas. (Wahyuni, 2018)
1) Peran Bidan
Intervensi kebidanan yang dilakukan mencakup pendidikan
kesehatan (promosi kesehatan), kesehatan ibu dan anak dengan
pendekatan siklus kehidupan, melakukan kerjasama lintas program dan
lintas sektoral untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di
komunitas serta melakukan rujukan kebidanan bila mana ada kasus
kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Dengan demikian, bidan
dituntut harus kompeten dalam pengetahuan dan keterampilan. Dalam
upaya pelayanan kebidanan yang berfokus pada kesehatan reproduksi
ibu dan anak, maka bidan memiliki peran sebagai pelaksana, pengelola,
pendidik, dan peneliti (IBI, 2010)
a) Peran sebagai Pelaksana
Bidan sebagai pelaksana memberikan pelayanan kebidanan
kepada wanita dalam siklus kehidupannya yaitu asuhan ibu hamil,
bersalin, bayi baru lahir, nifas, neoantus, bayi anak dan balita,
remaja, masa antara, keluarga berencana dan lansia. Sebagai
pelaksana bidan mempunyai tiga kategori tugas yaitu tugas mandiri,
tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan.
 Tugas Mandiri
Tugas mandiri bidan meliputi hal – hal berikut ini.
o Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan yang diberikan.
o Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan
dengan melibatkan mereka sebagai klien. Membuat rencana
tindak lanjut tindakan/layanan bersama klien.
o Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan
normal.
o Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa
persalinan dengan melibatkan klien / keluarga.
o Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
o Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas
dengan melibatkan klien/keluarga.
o Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang
membutuhkan pelayanan keluarga berencana.
o Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan
sistem reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium serta
menopause.
o Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan
melibatkan keluarga dan pelaporan asuhan.
 Tugas Kolaborasi
Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:
o Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien
dan keluarga.
o Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi
dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi.
o Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi.
o Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan
dengan risiko tinggi serta keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga.
o Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan
risiko tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
bersama klien dan keluarga.
o Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko
tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
bersama klien dan keluarga.
o Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi
serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan
yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan
keluarga.
 Tugas ketergantungan
Tugas-tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu:
o Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga.
o Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada kasus kehamilan dengan risiko tinggi serta
kegawatdaruratan.
o Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan
pada masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan
melibatkan klien dan keluarga.
o Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada ibu dalam masa nifas yang disertai penyulit tertentu dan
kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga.
o Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan
konsultasi serta rujukan dengan melibatkan keluarga.
o Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan
tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi
serta rujukan dengan melibatkan klien/keluarga.
 Peran sebagai Pengelola
Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas
pengembangan pelayanan dasar kesehatan dan tugas partisipasi
dalam tim.
o Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan di wilayah
kerjanya.
o Berpartisipasi dalam tim. Bidan berpartisipasi dalam tim untuk
melaksanakan program kesehatan sektor lain melalui dukun
bayi, kader kesehatan, serta tenaga kesehatan lain yang berada
di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.
 Peran sebagai Pendidik
Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu:
o Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien
o Melatih dan membimbing kader.
 Peran Sebagai Peneliti/Investigator
Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang
kesehatan baik secara mandiri maupun berkelompok, yaitu:
o Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.
o Menyusun rencana kerja pelatihan.
o Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
o Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
o Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
o Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan
mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan
(Wahyuni, 2018)
2) Fungsi Bidan
Fungsi merupakan pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan
peranannya. Berdasarkan peran bidan seperti yang dikemukakan di atas,
maka fungsi bidan adalah sebagai berikut:
a) Fungsi Pelaksana
Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup hal-hal sebagai berikut.
o Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga,
serta masyarakat (khususnya kaum remaja) pada masa
praperkawinan.
o Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal,
kehamilan dengan kasus patologis tertentu, dan kehamilan dengan
risiko tinggi.
o Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis
tertentu.
o Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko
tinggi.
o Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
o Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.
o Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan prasekolah
o Memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan
wewenangnya.
o Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus
gangguan sistem reproduksi, termasuk wanita pada masa
klimakterium internal dan menopause sesuai dengan
wewenangnya.
b) Fungsi Pengelola
Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup hal-hal sebagai berikut:
o Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi
individu, keluarga, kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan masyarakat setempat yang didukung oleh
partisipasi masyarakat.
o Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di
lingkungan unit kerjanya.
o Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
o Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang
terkait dengan pelayanan kebidanan.
o Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan
kebidanan.
c) Fungsi Pendidik
Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup hal-hal sebagai berikut:
o Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok
masyarakat terkait dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup
kesehatan serta keluarga berencana.
o Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai
dengan bidang tanggung jawab bidan.
o Memberi bimbingan kepada para bidan dalam kegiatan praktik di
klinik dan di masyarakat.
o Mendidik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan
bidang keahliannya.
d) Fungsi Peneliti
Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup hal-hal sebagai berikut.
o Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang
dilakukan sendiri atau berkelompok dalam lingkup pelayanan
kebidanan.
o Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana
(Wahyuni, 2018)
3) Tugas Tambahan Bidan di Komunitas
Sesuai dengan kewenangannya, bidan dapat melaksanakan
kegiatan praktik mandiri. Peran bidan di sini sebagai pengelola kegiatan
kebidanan di unit kesehatan ibu dan anak, puskesmas, polindes,
posyandu, klinik, dan praktik bidan perorangan. Bidan di komunitas
harus mengenal kondisi kesehaan masyarakat yang selalu mengalami
perubahan. Kesehatan komunitas dipengaruhi oleh perkembangan yang
terjadi baik di masyarakat itu sendiri maupun ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Bidan harus tetap tanggap terhadap perubahan tersebut.
Keterampilan tambahan yang harus dimiliki oleh bidan di
komunitas adalah:
a) Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA.
b) Melaksanakan pelatihan dan pembinaan pada kader kesehatan.
c) Melakukan pendekatan kemitraan kepada dukun bayi.
d) Mengelola dan memberikan obat-obatan seseuai dengan
kewenangannya.
e) Menggunakan teknologi tepat guna (Wahyuni, 2018)

B. KONSEP DASAR MASYARAKAT


Masyarakat sebagai suatu bentuk sistem sosial, dengan lingkungan
sekitar akan selalu berusaha mencapai tingkat pemenuhan kebutuhan dasar
yang seoptimal mungkin. Sebagai suatu sistem,masyarakat menunjukan
bahwa semua orang secara bersama-sama bersatu untuk saling melindungi
kepentingan-kepentinagn merekad dan berfungsi sebagai satu kesatuan yang
secara terus menerus berinteraksi dengan sistem yang lebih besar. Pelayanan
Kebidanan Komunitas dimaksudkan untuk membantu masyarakat dalam
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak serta
memberikan bantuan melalui intervensi sebidanan sesuai dengan bidang
keahliannya dalam membantu masyarakat untuk mengatasi berbagai masalah
kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Bidan sebagai ujung tombak dalam
tatanan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang KIA, mempunyai tugas
dan fungsi yang sesuai dengankebutuhan masyarakat (Ambarwati, 2011).
a) Definisi Masyarakat
Dalam buku Koentjaraningrat (2010). Masyarakat adalah
sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiahnya,
saling “berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana
agar warganya dapat saling berinteraksi. Negara moderen misalnya,
merupakan kesatuan manusia dengan berbagai macam prasarana, yang
memungkinkan para warganya untuk berinteraksi secara intensif, dan
dengan frekuensi yang tinggi. Suatu negara moderen mempunyai jaringan
komunikasi berupa jarinagn jalan raya, jaringan telekomunikasi, sistem
radio dan TV, berbagai macam surat kabar ditingkat nasional, suatu sistem
upacara pada hari-hari raya nasional dan sebagainya. Negara dengan
wilayah geografis yang lebih kecil berpotensi untuk berinteraksi secara
intensif dari pada negara dengan wilayah geografis yang sangat luas.
b) Ciri-ciri Masyarakat
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Ada interaksi antara sesama anggota masyarakat
Didalam masyarakat terjadi interaksi sosial yang merupakan
hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara
perseorangan, antara kelompok-kelompok, maupun antara perseorangan
dengan kelompok. Untuk terjadinya interaksi sosial harus ada 2 syarat,
yaitu Kontak Sosial dan Komunikasi.
2) Menempati wilayah dengan batas-batas tertentu
Suatu kelompok masyarakat menempati suatu eilayah
tertentusuatu keadaan geografis sebagai tempat tinggal komunitasnya,
baik dalam ruang lingkup yang kecil ( RT/RW), `desa, kecamatan,
kabupaten, provinsi dan bahkan negara.
3) Saling tergantung satu dengan yang lainnya
Anggota masyarakat yang hidup pada suatu wilayah tertentu
saling tergantung satu dengan yang lainnya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Tiap-tiap anggota masyarakat mempunyai keterampilan
sesuai dengan kemampuan dan profesi masing-masing dan saling
mengkaji.
4) Memiliki adat istiadat /budaya tertentu
Adat istiadat dan budaya menciptakan untuk mengatur tatanan
kehidupan masyarakat yang mencakup bidang yang sangat luas diantara
tata cara berinteraksi antara kelompok-kelompok yang ada
dimasyarakat, apakah itu dalam perkawinan, kesenian, mata
pencaharianataupun sistemkekerabatan dan sebagainya.
5) Memiliki Identitas Bersama
Suatu kelompok masyarakat memiliki identitas yang dapat
dikenali oleh anggota masyarakat lainnya. Hal inipenting untuk
menompang kehidupan dalam bermasyarakat yang lebih luas. Identitas
kelompok dapat berupa lambang-lambang, bahasa, pakaian, simbol-
simbol tertentu dari perumahan, benda-benda tertentu, seperti: alat
pertanian, senjata tajam,kepercayaan dan sebagai berikut ( Pudiastuti,
2011).
c) Tipe-Tipe Komunitas
Menurut GILIN and GILIN, lembaga masyarakat dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan Perkembangannya
 Cresive Instution
Merupakan lembaga msyarakat yang paling primer, yang secara
tidak sengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat-masyarakatnya.
Misalnya: yang berkaitan dengan hak milik, perkawinan,agama dan
sebagai berikut.
 Enacted Instution
Lembaga masyarakat yang secara sengaja dibentuk untuk
memenuhi tujuan tertentu. Misalnya : lembaga utang piutang,
perdagangan, pertanian dan pendidikan.
2. Berdasarkan Sistem Nilai yang Diterima Oleh Masyarakat
 Basic Instution
Merupakan lembaga masyarakat yang snagat penting untuk
memelihara dan memepertahankan tata tertib dalam masyarakat,
diantaranya adalah keluarga dan sekolah-sekolah yang dianggap
sebagai instusi dasar yang pokok.
 Subsidiry Instution
Yaitu lembag-lembaga masyarakat yang muncul tetapi dianggap
kurang penting karena hanya untuk memenuhi kegiatan-kegiatan
tertentu saja. Misalnya: pembentukan panitia, pelantikan dan
sebagainya.
3. Berdasarkan Sudut Penerimaan Masyarakat
 Appoved/Social Sanctioned Instituttion
Sebuah lembaga masyarakatyang memang diteriama oleh
masyarakat yang lain. Misalnya sekolah-sekolah, koperasi atau
perusahaan.
 Unsanctioned Institution
Merupakan lembaga-lembaga masyarakat yang ditolak oleh
masyarakat yang lain, walaupun kadng-kadang tidak mungkin
untuk diberantas. Misalnya: kelompok pejabat, gelandangan dan
pengemis, kelompok tuna susila.
4. Berdasarkan Penyebarannya
 General Institution
Merupakan lembaga masyarakat yang disasarkan atas faktor
penyebarannya, seperti agama, karena dapat dikenal semua
masyarakat dunia.
 Restricted Instituition
Lembaga masyarakat yang banyak menganut agama-agama tertentu.
5. Berdasarkan Fungsinya
 Operative Institution
Yaitu lembaga masyarakat yang menghimpun pola-pola atau tata
cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang
bersangkutan, seperti misalnya lembaga industri.
 Regilative Institution
Adalah lembaga yang bertujuan untuk mengawasi adat istiadat atau
tata tertib yang tidak menjadi bagian mutlah dari lembaga itu
sendiri. Misalnya: lembaga-lembaga hukum ( Efendy, 2011)
d) Ciri-Ciri Masyarakat Indonesia
Ditinjau dari Struktur Sosial dan Kebudayaan,masyarakat Indonesia
dapat dibagi menjadi 3 (tiga). Kategori dengan ciri-ciri masing-masing
sebagai berikut:
 Masyarakat Desa
Memiliki ciri-ciri diantaranya :
o Hubungan keluarga dan masyarakat sangat kuat
o Hubugan didasarkan dan masyarakat sangat kuat sebagai organisasi
sosial
o Percaya pada kekuatan-kekuatan gaib
o Tingakat buta huruf relative masih tinggi
o Berlaku hukum tidak tertulis yang diketahui dan dipahami oleh
setiap orang
o Tidak ada lembaga pendidikan khusus dibidang teknologi dan
keperluan.
o System ekonomo sebagaian besar ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dan sebagaian kecil dijual dipasaran untuk
memenuhi kebutuhan lainnya.
o Semangat gotong royong dalam bidang sosial dan ekonimo sangat
kuat
 Masyarakat Media
o Hubungan keluarga masih tetap kuat, dan hubungan
kemasyarakatan tidak begitu kuat
o Adat istiadt masih dihotmati dan sikap masyarakat mulai semakin
terbuka terhadap pengaruh luar
o Timbul rasionalitas dalam berfikir sehingga kepercayaan-
kepercayaan terhadap kekuatan gaib mulai berkurang
o Terdapat lembaga pendidikan formal dalam masyarakat terutama
pendidikan dasar dan menengah
o Tingkat buta huruf mulai berkurang
o Hukum tertulis mulai diberlakukan mendampingi hukum tidak
tertulis
o Ekonomi masyarakat lebih banyak mengarah kepada produksi
pasaran, sehingga uang mulai semakin dominan penggunaannya.
o Gotong royong tinggal diterapkan untuk keperluan-keperluan sosial
dilakukan keluarga dan tetangga saja, selebihnya kegiatan-
kegiatanumum lainnya didasarkan pada upah.
 Masyarakat Moderen
o Hubungan antara manusia didasrkan atas kepentingan-kepentingan
pribadi
o Hubungan antar masyarakat dilakukan secara terbuka dalam
suasana saling pengaruh mempengaruhi
o Kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap manfaat ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
o Strata masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian yang
dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga-lembaga
keterampilan.
o Tingkat pendidikan formal tinggi dan merata
o Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang kompleks
o Ekonomi hampir selurihnya ekonomi pasar yang dilaksanakan atas
penggunaan uang dan alat pembayaran lainnya (Soekanto, 2013)
e) Ciri Masyarakat Sehat
1) Peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat
2) Mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya promotif,
preventif,kuratif dan rehabilitatif terutama untuk ibu dan anak.
3) Peningkatan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan sanitasi
dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
meningkatkan mutu lingkungan hidup
4) Peningkatan atas gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan status
sosial ekonomi
5) Penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan
penyakit.

Beberapa indikator masyarakat sehat menurut WHO antara lain:


1) Indikator yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat
 Indikator Kompehensif
o Penurunan angka kematian kasar
o Umur harapan hidup yang seamkin meningkat
 Indikator Spesifik
o Penuruann angka kematian ibu dan anak
o Penuruanan angka kematian karena penyakit menular
o Penurunan angka kelahiran
 Indikator Pelayanan Kesehatan
o Rasio antara jumlah penduduk dengan tenaga kesehatan yang
seimbang
o Distribusi tenaga kesehatan yang merata
o Tersediannya informasi yang lengkap tentang saran dan
fasilitaspelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2015)
f) Masalah-Masalah Kesehatan Masyarakat
1) Jenis Masalah
 Tingginya angka pertumbuhan penduduk
 Tingginya angka kematian ibu dan anak
 Tingginya angka kesakitan dan kematian karena penyakit menular
 Tingginya angka kesakitan dan kematian karena penyakit tidak
menular.
 Masalah kesehatan lingkungan:
o Keadaan lingkungan fisik dan biologis yang belum memadai.
o Sasaran air bersih dan fasilitas kesehatan yang belum merata
o Pembinaan program peningkatan kesehatan lingkungan belum
berjalan seperti yang diharapkan (Anik, 2013)
2) Penyebab Masalah
 Faktor sosial ekonomi
o Tingkat pendidikan yang masih rendah
o Tingkat penghasilan yang rendah
o Kurangnya kesadaran pemeliharaan kesehatan
 Gaya hidup dan prilaku masyarakat
o Banyak kebiasaan masyarakt yang merugikan masyarakat
o Adat istiadat yang tidak menunjang peningkatan kesehatan
 Lingkungan masyarakat
o Kurangnya peran serta masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan
o Kurangnya tanggung jawab masyarakat dalam bidang kesehatan
 System pelayanan masyarakat
o Cakupan pelayanan kesehatan yang belum menyeluruh
o Upaya pelayanan kesehatan yang sebagian besar masih
berorientasipada pelyanan kuratif (Proverawati, 2012)
C. DESA SIAGA QORYAH THOYYIBAH
a. Desa Siaga
Desa siaga adalah desa atau kelurahan yang penduduknya memiliki
kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mengatasi
kesehatan, kesulitan, dan kegawatdarratan, kesehatan mandiri.
Desa yang dimaksud di sini dapat berarti kelurahan istilah lain bagi
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asalusul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(Depkes, 2007).
b. Desa Siaga Qoryah Thoyyibah
1) Definisi
Berdasarkan istilah, Qoryatun artinya desa, kampong atau
negeri,sedangkan Thoyyibatun artinya baik atau bagus. Sehingga secara
terminology Program Qoryah Thoyyibah (selanjutnya di singkat QT)
dapat diartikan sebagai suatu perkampungan atau desa dimana
masyarakatnya benar-benar menjalankan ajaran islam secara total.
Qoryah thoyyibah adalah suatu perkampungan atau desa atau
kelompok yang warganya beragama Islam, menjalankan ajaran islam
secara baik, baik berhubungan dengan Allah SWT-hablun minnallah dan
baik hubungan dengan sesama manusia hablun minannas dalam segala
aspek kehidupan. Baik dalam bidang aqidah, ibadah, dan ahlaq, sumber
dalil yang dapat dijadikan dasar, diantaranya adalah dalam Q.S Al’Araf
ayat 96 yang artinya jikalau sekiranya negeri beriman dan bertaqwa
pastilah kami akan menumpahkan berkah kepada mereka dari langit dan
dari bumi.
Q.S An Nahl ayat 112 yang artinya Dan Allah telah membuat
suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi
tentram, rezekinya dating kepadanya melimpah ruah dari segenap
tempat, tetapi (penduduknya) mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena
itu Allah merasakan kepada mereka pakaian, kelaparan dan ketakutan,
disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. Qoriya Thoyyibah
merupakan gambaran sebuah perkampungan atau desa yang ideal
sebagaimana dicta-citakan oleh al-quran, dimana masyarakat beriman
dan menjalankan ajaran islam secara kaffah dalam segala aspek
keidupan yang meliputi bidan aqidah, ibadah, akhlak, muamalan
Duniawiyah.
2) Tujuan Desa Siaga (Qoryah Thoyyibah)
a) Tujuan Umum
Terwujudnya masyarakat desa yang sehat, serta perduli dan tanggap
terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.
b) Tujuan Khusus
 Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa
tentang pentingnya kesadaran.
 Meningkatkan kewaspadaan dan kesiap-siagaan masyarakat desa
tehadap resiko adanya bahaya yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan (bencana, wabah, kegawat daruratan dan sebagainya).
 Meningkatkan keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan
perilaku hidup bersih dan sehat.
 Meningkatkan kesehatan lingkungan.
 Sasaran pengembangan Desa Siaga.
3) Sasaran Pengembangan Desa Siaga
Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan
desa siaga dibedakan menjadi:
a) Semua individu dan keluarga di desa
b) Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku
tersebut, seperti tokoh masyarakat.
c) Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan,
peraturan perundang-undangan.
4) Landasan Hukum
Keputusan mentri Kesehatan RI nomor 28 tahun 2017 tentang
kewenangan profesi bidan.
5) Landasan Organisasi
 Anggaran dasar ‘Aisyiyah Bab 1 pasal 2
 Anggaran Rumah Tangga ‘Aisyiyah Bab III pasal 3
 Tanfidz keputusan muktamar ‘Aisyiyah di Yogyakarta 2010 tentang
bidang kesehatan
6) Landasan Dalil
 QS. As Saba ayat 15 yang aartinya sesungguhnya bagi kaum suha’
ada tanda (kekuasan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua
buah kebun di sebelah kanan dan disebelah kiri. (Kepada mereka
dikatakan) “makanlah olehmu dari rizki yang (dianugrahkan)
tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepadaNya (Negerimu) adalah
negara yang baik dan (Tuhanmu) adalah Yuhan yang Maha
pengampun.
 QS Al’Araf ayat 96 yang artinya sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(Ayat-ayat kami) itu akan kami siksa mereka disebabkan perbuatan.
D. SWOT
a. Pengertian SWOT
Analisis SWOT merupakan suatu teknik analisis perencanaan
strategi yang bermanfaat untuk mengevaluasi kekuatan (strength) dan
kelemahan (weakness) serta peluang (opportunities) dan ancaman (threats)
dalam suatu program yang sedang berlangsung maupun program yang
masih dalam tahap perencanaan. Analisis SWOT pertama kali
diperkenalkan oleh Albert S Humphrey pada tahun 1960-an dalam
memimpin proyek riset di Stanford Research Institute yang menggunakan
data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500 (Utami, 2017).
b. Unsur dalam analisis SWOT
Analisis SWOT terdiri dari 4 unsur, yaitu:
1) Strength (kekuatan)
Strength adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari
organisasi atau program pada saat ini. Strength ini bersifat internal dari
organisasi atau sebuah program.
Contoh:
 Jumlah anggota yang lebih dari cukup (kuantitatif)
 Berpengalaman dalam beberapa kegiatan (kualitatif)
2) Weaknesses (Kelemahan)
Weaknesses adalah kegiatan-kegiatan organisasi yang tidak berjalan
dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan oleh organisasi tetapi
tidak dimiliki oleh organisasi. Contoh:
 Kurang terbinanya komunikasi antar anggota
 Jaringan yang telah terbangun tidak dimaksimalkan oleh seluruh
anggota.
3) Opportunity (kesempatan)
Opportunity adalah faktor positif yang muncul dari lingkungan dan
memberikan kesempatan bagi organisasi atau program untuk
memanfaatkannya. Opportunity tidak hanya berupa kebijakan atau
peluang dalam hal mendapatkan modal berupa uang, akan tetapi bisa
juga berupa respon masyarakat atau isu yang sedang diangkat. Contoh:
Masyarakat sedang menyukai tentang hal-hal yang bersifat reboisasi
lingkungan. Isu yang sedang diangkat merupakan isu yang sedang
menjadi topik utama.
4) Threat (ancaman)
Threat adalah faktor negatif dari lingkungan yang memberikan
hambatan bagi berkembangnya atau berjalannya sebuah organisasi dan
program. Contoh:
 Perubahan populasi masyarakat sasaran
 Perubahan tarif pajak
c. Manfaat Analisis SWOT
Manfaat atau kegunaan analisis SWOT adalah:
1) Memberikan gambaran suatu organisasi dari empat sudut dimensi, yaitu
strengths, weaknesses, opportunities, dan threats. Sehingga pengambil
keputusan dapat melihat dari empat dimensi ini secara lebih
komprehensif.
2) Rujukan pembuatan rencana keputusan jangka panjang.
3) Memberikan pemahaman kepada para stakeholders yang berkeinginan
menaruh simpati bahkan bergabung dengan perusahaan dalam suatu
ikatan kerjasama yang salling menguntungkan.
4) Mengatur faktor-faktor penting yang terkait dengan keberhasilan dan
kegagalan dalam suatu program.
5) Melihat progress report dari setiap keputusan yang telah dibuat selama
ini.
E. PEMBINAAN RANTING AISYIYAH
a) Tugas Pimpinan Cabang Dalam Pembinaan Ranting
Menurut Suroyo tahun 2013, pembinaan ranting sebenarnya tidak
hanya menjadi tugas pimpinan cabang tetapi pimpinan wilayah dan
pimpinan daerah juga memiliki tanggung jawab dalam pembinaan ranting.
Terkait dengan pembinaan ranting, maka pimpinan wilayah
muhammadiyah hendaknya melakukan beberapa peran sebagaimana yang
menjadi tugas pimpinan wilayah yaitu:
 Menetapkan kebijakan wilayah terkait revitalisasi cabang dan ranting
yang menjadi amanah muktamar ke-46 di Yogyakarta. Amanah
mukatamar ke-46 terkait revitalisasi cabang dan ranting hendaknya
dikawal dan sosialisasikan sampai ketingkat bawah sehingga cabang dan
ranting semakin kuat, tetapi dibawah ini kebijakan umum terkait
revitalisasi cabang dan ranting akan diuraikan secara khusus sebagai
berikut:
o Mengaktifkan kembali ranting-ranting yang mati atau setengah
mati/stagnan.
o Mengefektifkan dan mengintensifkan fungsi ranting sebagai
pimpinan yang membina anggota jamaah.
o Membentuk ranting-ranting baru terutama dipedesaan dan
diperkotaan.
o Menjadikan ranting–ranting tertentu yang memiliki insfrastruktur dan
prasyarat yang kondusif untuk program keluarga sakinah serta
gerakan jamaah dan dakwah.
o Menghidupkan dan menyemarakan pengajian – pengajian pimpinan
dan anggota dengan berbagai metode alternative.
o Mengembangkan fungsi pelayanan krisis center untuk advokasi
ditingkat ranting.
o Menjadikan ranting sebagai basis kegiatan pemberdayaan masyarakat
dan pembentukan Islamic Civil Center.
o Meningkatkan konsolidasi, termasuk komunikasi dan jaringan
intensif, dengan seluruh ortom dan unit – unit kelembagaan ditingkat
ranting.
o Khusus dengan aisyiyah perlu lebih mengembangkan sinergi yang
solid dan memberikan peran yang lebih signifikan karena ortom
khusus ini memiliki basis kegiatan yang kuat dan cukup intensif yang
berhubungan langsung dengan masyarakat dibawah.
o Menyiapkan dan mengusahakan kader muhammadiyah untuk
menempati posisi dan peran-peran penting serta strategis dalam
kiprah kemasyarakatan di wilayah/kawasan ranting setempat ketua
RT, kelompok-kelompok sosial, organisasi kepemudaan, kelompok
tani dan sebagainya.
o Membangun/menyediakan perkantoran/gedung ranting yang bersifat
serbaguna dan menjadi pusat gerakan muhammadiyah sekaligus
pusat pelayanan masyarakat termasuk pemasangan papan nama.
2. ‘Aisyiyah
‘Aisyiyah adalah sebuah gerakan perempuan Muhammadiyah yang
lahir hampir bersamaan dengan lahirnya organisasi Islam terbesar di
Indonesia. Dalam kiprahnya hampir satu abad di Indonesia, saat ini ‘Aisyiyah
telah memiliki 33 Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (setingkat Provinsi), 370
Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (setingkat Kabupaten), 2332 Pimpinan Cabang
‘Aisyiyah (setingkat Kecamatan) dan 6924 Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah
(setingkat Kelurahan).
Selain itu, ‘Aisyiyah juga memiliki amalan usaha yang bergerak
diberbagai bidang yaitu pendidikan, kesehatan, kesejahteran sosial, ekonomi,
dam pemberdayaan masyarakat. Amal usaha dibidang pendidikan saat ini
berjumlah 4560 yang terdiri dari kelompok bermain, pendidikan anak usia
dini, taman kanak – kanak, tempat penitipan anak, sekoalah dasar, sekolah
menengah pertama dll.
Sedangkan amal usaha dibidang kesehatan yang terdiri dari rumah
sakit, rumah bersalin, badan kesehatan ibu dan anak, balai pengobataan dan
Posyandu hingga 280 yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia.
Sebagai gerakan yang peduli dengan kesejahrteraan sosial
kemasyarakatan, ‘aisyiyah hingga kini juga memiliki sekitar 459 amal usaha
yang bergerak dibidang ini meliputi Rumah Singgah Anak Jalanan, Panti
Asuhan, Dana Santunan Sosial, Tim Pengrukti Jenazah Dan Posyandu.
‘Aisyiyah menyadari, bahwa harkat martabat perempuan indonesia
tidak akan meningkat tanpa peningkatan kemampuan ekonomi dilingkungan
perempuan. Oleh karena itu, berbagai amal usaha yang bergerak dibidang
pemberdayaan ekonomi ini diantaranya Koperasi, Baitul Maal Wa Tanwil,
Toko/ kios, BUEKA, simpan pinjam, home industri, kursus keterampilan dan
arisan. Jumlah amal usaha tersebut hingga 503 buah.
‘Aisyiyah sebagai organisasi perempuan keagamaan terbesar di
Indonesia juga memiliki beragam kegiatan berbasis pemberdayaan masyarakat
khususnya penyadaran terhadap kehidupan bermasyarakat muslim Indonesia.
Hingga saat ini kegiatan yang mencakup pengajian, Qoryah thayyibah,
Kelompok Bimbingan Haji (KBIH), badan zakat infaq dan shadaqah serta
mushola berjumlah 3785.
Cabang adalah kesatuan ranting yang memiliki tiga fungsi yaitu
pertama melakukan pembinaan, pemberdayaan dan koordinasi ranting. Kedua
penyelenggaraan pengeloaan Muhammadiyah dan ketiga penyelenggaraan
amal usaha. Oleh karena itu, cabang memiiki posisi strategis dalam
pembinaan ranting dibawahnya. Posisi strategis pimpinan cabang juga
dikarenakan PCM dalam struktur persyarikatan
Setingkat diatas ranting yang berada diatas ranting yang berada di
tingkat basis yang memiliki beberapa tugas lain sebagai berikut:
 Menetapkan kebijakan muhammadiyah dalam cabangnya berdasarkan
kebijakan pimpinan tingkat cabang.
 Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan/instruksi pimpinan
pusat, pimpinan wiayah, pimpinan daerah, serta unsur pembantu
 Membimbing dan meningkatkan ama usaha serta kegiatan dalam
cabangnya sesuai kewenangannya.
 Membina, membimbing, mengintergasikan dan mengkoordinasikan
kegiatan unsur pembantu pemimpin dan organisasi otonom tingkat
cabang (Shihab, 1998).

F. MAJELIS KESEHATAN
Dengan misi sebagai penggerak terwujudnya masyarakat dan
lingkungan hidup yang bersih dan sehat. ‘Aisyiyah mengembangkan
pelayanan dan peningkatan untuk kesehatan masyarakat serta pelestaraian
lingkungan hidup melalui pendidikan. Saat ini ‘Aisyiyah telah mengelola dan
mengembangkan 10 RSKIA (Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak), 29 Klinik
Bersalin, 232 BKIA/Yandu, dan 35 Balai Pengobatan yang tersebar di seluruh
Indonesia.
Beberapa program kesehatan yang dikembangkan anatara lain:
peningkatan pelayanan kesehatan yang terjangkau siseluruh Rumah Sakit,
Rumah Bersalin, Balai Kesehatan Ibu dan Anak yang dikelola oleh ‘Aisyiyah
serta menjadikan unit-unit kegiatan tersebut sebagai agent of development
yang tidak hanya sebagai tempat mengobati orang sakit, tetapi mampu
berperan secara optimal dalam lingkungan masyarakat (Dwi, Bacthiar, 2014)
‘Aisyiyah melalui majelis kesehatan dan lingkunga hidup juga
melakukan kampanye peningkatan kesadaran masyarakat dan penanggulangan
penyakit bahaya dan menular, penanggulangan HIV/AIDS dan NAPZA,
bahaya merokok dan minuman keras dengan menggunakan berbagai
pendekatan dan berkerja sama dengan berbagai pihak, meningkatkan
pendidikan dan perlindungan kesehatan reproduksi perempuan,
menyelenggarakan pilot project sistem pelayanan terpadu antara lembaga
kesehatan, dakwah social dan terapi psikologi islami (Dwi, Bacthiar, 2014).

G. KERANGKA KONSEP

MASYARAKAT
RUMAH SCREENING
SEHAT TB

PRAKTIK
PHBS-KS
KADARZI KEBIDANAN
KOMUNITAS

SCREENING
MUSHOLA &
STUNTING MASJID SEHAT

Gambar 2.1
Kerangka Konsep Praktik Kebidanan Komunitas
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Tanggal
Pertemuan dan persamaan persepsi dengan Ketua Pimpinan
Ranting ‘Aisyiyah (PRA) dan Pengurus Ranting ‘Aisyiyah 22 April 2019
(PRA) Cabang Suronatan
Penilaian lomba sekolah sehat dan bimbingan pra-PKL 23 April 2019
Pengkajian data 23-25 April 2019
Berpartisipasi dalam pengajaran TPA 23-27 April 2019
Penyuluhan kesehatan Mata Lansia 24 April 2019
Penyusunan Laporan PKL, entry hasil pengkajian data dan
25 April 2019
Pengajian
Lomba mewarnai kaligrafi dan penyuluhan cuci tangan di TPA
26 April 2019
Suronatan
Penyuluhan SADARI 27 April 2019
Lanjutan Penyusunan Laporan PKL 28 April 2019
Penutupan Kegiatan PKL di Suronatan 29 April 2019
Presentasi hasil pengkajian di lahan PKL 02 Mei 2019

Pelaksanaan kegiatan pada PKL Kebidanan Komunitas Lanjut Mahasiswa


Semester 8 dilaksanakan di ranting ‘Aisyiyah Suronatan Kota Yogyakarta yang
beralamat di jalan suronatan No.2/876 Kelurahan Notoprajan Kecamatan Ngampilan
Kota Yogyakarta. Ranting ‘Aisyiyah Suronatan terdiri dari 7 RT (RT 45, RT 46, RT
47, RT 48, RT 49, RT 50, dan RT 51) yang tergabung dalam 1 RW (RW 08).
PKL ini dilaksanakan mulai dari tanggal 22 April 2019 sampai 2 Mei 2019.Pada
tanggal 22 April 2019, kegiatan PKL Kebidanan Komunitas Lanjut diawali dengan
melakukan orientasi ke lapangan dan secara resmi memperkenalkan diri sebagai
mahasiswa yang akan PKL di Pengurus Ranting ‘Aisyiyah (PRA) Suronatan yang
dihadiri oleh Ketua Pimpinan Ranting dan Pengurus Ranting Cabang Suronatan.
Selanjutnya mahasiswa menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam satu
minggu kedepan dan ketua ranting beserta pengurus bersedia membantu jalannya
kegiatan PKL mahasiswa.
Pada hari kedua tepatnya tanggal 23 April 2019, dua orang anggota kelompok
melakukan penilaian lomba sekolah sehat di TK ABA Ngadiwinatan dan
Purwodiningratan. Sedangkan, tujuh anggota kelompok lainnya melakukan
bimbingan pra-PKL dengan ibu Nurul Mahmudah, S.ST., M.Keb di Kampus Terpadu
UNISA. Pada pukul 13.00 semua anggota kelompok suronatan mulai melakukan
pengkajian data dengan melakukan wawancara kepada anggota ranting sesuai dengan
pembagian tugas per-RT masing-masing sampai pukul 15.00, setelah melakukan
sholat ashar berjamaah di masjid At-taqwa mahasiswa melanjutkan pengajaran di
TPA sampai pukul 17.30.
Pada hari ketiga tepatnya tanggal 24 April 2019, sebagian anggota kelompok
melakukan pengkajian pada anggota ranting yang belum terdata, dan sebagian lain
melakukan persiapan penyuluhan mata lansia. Pada pukul 19.30 mulai dilakukan
penyuluhan di rumah ibu muna yang dihadiri 20 orang ibu-ibu dari RT 45 dan RT 51.
Penyuluhan dilakukan hingga pukul 21.30.
Pada hari keempat tepatnya tanggal 25 April 2019, semua anggota kelompok
berkumpul di basecamp melakukan penyusunan Laporan PKL, dan entrydata ODK
sampai pukul 15.30 selanjutnya pada pukul 16.00 mahasiswa mulai melakukan
pengajaran di TPA.
Pada hari kelima tepatnya tanggal 26 April 2019, pada pukul 09.00 semua
anggota kelompok melakukan persiapan Lomba mewarnai kaligrafi dan penyuluhan
cuci tangan di TPA Suronatan yang dilaksanakan pada pukul 16.00 sampai pukul
17.30 yang dihadiri 24 anak-anak TPA.
Pada hari keenam tepatnya tanggal 27 April 2019 pukul 09.00 semua anggota
kelompok melakukan persiapan Penyuluhan SADARI pada remaja perempuan yang
ada di desa suronatan, pelaksanaan ini dilakukan pada pukul 19.30 sampai 21.00.
Pada hari ketujuh tepatnya pada tanggal 28 April 2019 pukul 09.00 sampai
15.00 semua anggota kelompok berkumpul di basecamp melakukan penyusunan
Laporan PKL.
Pada hari kedelapan tanggal 29 April 2019, semua anggota kelompok PKL
Suronatan melakukan persiapan perpisahan dengan melakukan pembuatan pempek
dikarenakan sebagian besar anggota kelompok berasal dari palembang dan sebagai
tanda terimakasih karena telah membimbing kami selama PKL. Pada tanggal 2 Mei
2019 pukul 16.00, kelompok mempresentasikan hasil pengkajian di lahan PKL
dengan dihadiri beberapa anggota ranting Suronatan.
B. Analisis Masalah
1. Data Pengkajian Umum
a. Geografi
1) Batas-batas Wilayah
Utara : Jln. KH Ahmad Dahlan
Selatan : Benteng Jokteng Kulon
Barat : Jln. Suronatan
Timur : Jln Gerjen
b. Luas Wilayah :
c. Pembagian Administrasi Daerah
1) Jumlah RW :1
2) Jumlah RT :7
d. Demografi
1) Jumlah anggota keluarga PRA Suronatan : 126
2) Jumlah KK PRA Suronatan : 39
e. Data Ekonomi
1) Jumlah pasar : Tidak Ada
2) Jumlah toko/warung :8
3) Jumlah koperasi : Tidak Ada
f. Jumlah Bank :2
g. Jumlah Industri Kerajinan :2
h. Jumlah Perusahaan Makanan : 1
i. Fasilitas Pendidikan :
Fasilitas pendidikan Jumlah Nama Pendidikan
KB PAUD 1 TAA Amanah
TK 1 TK ABA Suronatan
SDN Ngabean dan SD
SD 2
Muhammadiyah Suronatan

j. Data Sosial Budaya


Sarana Peribadatan :
1) Jumlah Mesjid :1
2) Jumlah Musholla :2
k. Sarana Olahraga
1) Jumlah Lapangan Bulu Tangkis: 1
2) Jumlah Lapangan Sepak Bola : tidak ada
3) Jumlah Lapangan Voly : tidak ada
4) Jumlah Lapangan Tenis Meja : 4
l. Tempat Pertemuan Warga :1
m. Jenis Kesenian Daerah : tidak ada
n. Organisasi Sosial Dan Tokoh Masyarakat
Organisasi Nama Organisai
Posyandu Balita Pala 8
Posyandu Lansia Sumara
TPA TPA Aisyiyah Suronatan

o. Tokoh Masyarakat
No Tokoh Masyarakat Nama
RT 45 : M. Syarief
RT 46 : Nashiruddin
RT 47 : Muh Fatkhan
1 Ketua RT RT 48 : Ardiansyah
RT 49 : Baskoro Aji
RT 50 : Wahyu Giarto
RT 51 : Edi Widiatmoko
2 Ketua RW RW 08 : H. Fauzi Al Afsochi
3 Ketua Pasmina Dida
4 Ketua Kelompok Belajar Anita Agustina
2. Data Pengkajian Keluarga
a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

48%
52% Laki-laki
Perempuan

Gambar 3.1
Grafik Distribusi Frekuensi Penduduk
Berdasarkan Jenis Kelamin di Suronatan

Berdasakan gambar 3.1 dapat disimpulkan bahwa dari 126 orang, jenis
kelamin tertinggi di Suronatan adalah perempuan, yaitu berjumlah 66 (52%).
b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur

Umur
Lansia (≥ 60) 27

Dewasa (26-59 tahun) 61

Remaja (12-25 tahun) 29

anak-anak (6-11 tahun) 6

Balita(<5 tahun) 3

0 10 20 30 40 50 60 70

Gambar 3.2
Grafik Distribusi Frekuensi Penduduk
Berdasarkan Umur di Suronatan

Berdasakan gambar 3.2 dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk


berdasarkan umur yang tertinggi di Suronatan adalah dewasa sebanyak 61
orang (48%) dan terendah adalah balita sebanyak 3 orang (2%).
c. Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Darah

Golongan Darah

10% 18%
A

16% B
AB
54%
O
2% Tidak tau

Gambar 3.3
Grafik Distribusi Frekuensi Penduduk
Berdasarkan Golongan Darah di Suronatan

Berdasakan gambar 3.3 dapat disimpulkan bahwa penduduk banyak


memiliki golongan darah O yaitu sebanyak 68 Orang (54%) dan golongan
darah terendah yaitu AB sebanyak 3 orang (2%). Dan sebanyak 13 orang
(10%) tidak mengetahui golongan darahnya.
d. Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga

Pendidikan Kepala Keluarga

14
8 7
5 4
1 0
SD SMP SMA DIII D IV S1 S2

Gambar 3.4
Grafik Distribusi Frekuensi Penduduk
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga di Surontan

Berdasakan gambar 3.4 dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan


kepala keluarga tertinggi yaitu, S1 sebanyak 14 orang (36%) dan yang terendah
yaitu SD sebanyak 1 orang (2,5%).
e. Tingkat Pendidikan Anggota Keluarga

Tingkat Pendidikan Anggota Keluarga

30
20
11
4 5 7 6
1 3

Gambar 3.5
Grafik Distribusi Frekuensi Penduduk
Berdasarkan Jenis Kelamin di Suronatan

Berdasarkan gambar 3.5 tingkat pendidikan anggota keluarga tertinggi


yaitu pendidikan SMA sebanyak 30 orang (69%).

f. PHBS-KS
Tabel 3.1 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Keluarga Sakinah
(PHBS-KS)
No Indikator Jumlah Kk Persentase
1 Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 39 100%
2 Ibu hamil memeriksakan kehamilannya pada tenaga
kesehatan 39 100%
3 ibu hamil mengonsumsi tablet Fe secara teratur 39 100%
4 PUS mengikuti KB 39 96%
5 Bayi telah diimunisasi 39 100%
6 Bayi diberi ASI Eksklusif 39 100%
7 Balita ditimbang secararutin tiap bulan 39 100%
8 BAB di jamban 30 77%
9 Menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari 39 100%
10 Tidak ada sampah berserakan 37 94%
11 Penampungan air bebas dari jentik nyamuk 39 100%
12 Lantai rumah bukan dari tanah dan luasnya sesuai
dengan jumlah penghuni 39 100%
13 Kebiasaan gosok gigi minimal 2x sehari 39 100%
14 Kebiasaan cuci tangan dengan sabun 39 100%
15 Semua anggota keluarga tidak merokok 35 88%
16 Makan buah dan sayur 39 100%
17 Semua anggota keluarga usia >10tahun melakukan
aktifitas fisik min.30 menit sehari 34 87%
18 Tahu tentang penyakit HIV/AIDS, TBC, DBD 37 95%
19 Menjadi anggota BPJS 37 95%
20 Memiliki TOGA/persediaan obat 37 95%
21 Sholat berjemaah dalam keluarga setiap hari 37 95%
22 Membaca Al-Qur'an setiap hari 39 100%
23 Melaksanakan puasa wajib dan sunnah 39 100%
24 Mengeluarkan infaq,sadaqoh, zakat dengan rutin 39 100%
25 Mempunyai tabungan haji 31 79%
26 Memiliki tabungan untuk biaya sekolah 31 79%
27 Semua anggota keluarga minimal menempuh
pendidikan 9 tahun 38 97%
28 Ada jam wajib belajar 25 64%
29 Memberikan pendidikan non formal
(TPA/Kelompok belajar) 26 67%
30 Memiliki tabungan untuk keperluan mendesak 38 97%
31 Anggota keluarga aktif di kegiatan sosial 39 100%
32 Membiasakan makan dalam keluarga 39 100%
33 Melaksanakan kegiatan yang menyenangkan min.1x
dalam setahun 36 92%
34 Tidak terjadi KDRT 39 100%
35 Memiliki kartu identitas keluarga yang sah 39 100%
36 Memiliki sarana teknologi (TV, Gadget, laptop,dll) 39 100%

Tabel 3.2 Klasifikasi PHBS-KS Keluarga Sakinah


No Klasifikasi Jumlah Presentase
1 Merah (<25%) <5 - -
2 Kuning (=25%-50%) 5-10 - -
3 Hijau (51%-75%) 11-15 - -
4 Biru (>76%) >15 39 100%
Tabel 3.3 Klasifikasi Padukuhan Sehat Qoriyah Thoyyibah
No Klasifikasi
1 Sehat Qoryah Thoyyibah I (PHBSKS Merah <25%)
2 Sehat Qoryah Thoyyibah II (PHBSKS Kuning <25%-50%)
3 Sehat Qoryah Thoyyibah III (PHBSKS Hijau <50%-75%)
4 Sehat Qoryah Thoyyibah IV (PHBSKS Biru <75%)

Berdasarkan tabel 3.2 Diatas dapat disimpulkan bahwa PHBS untuk


keluarga terbanyak adalah dengan kategori biru 39 KK (100%), yang berarti
penerapan PHBS di Suronatan sudah baik.
g. Masjid dan Musholla Sehat
Tabel 3.4 Indikator Masjid dan Mushola Sehat

No Indikator Jumlah Persentase


LINGKUNGAN
Mushola/Masjid Bersih, tidak ada sampah
1 3 100%
berserakan
2 Ada SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah) 3 100%
3 Ada jamban yang bisa digunakan 3 100%
4 Kamar mandi tidak berbaru dan tidak licin 3 100%
Tempat wudhu bersih, tidak licin, tidak berbau
5 3 100%
dan berlumut
Bak penampungan air bersih, bebas dari jentik
6 3 100%
nyamuk
7 Pencahayaan mencukupi 3 100%
SARANA DAN PRASARANA
Sarana dan prasarana seperti microphone,
8 lemari,dll yang ada di mushola dapat berfungsi 3 100%
dan dimanfaatkan dengan baik
9 Karpet bersih, tidak berbau dan tidak berdebu 3 100%
Mukena digunakan untuk sholat 5 waktu
10 3 100%
berjamaah
Ada kotak P3K (Pertolongan Pertama pada
11 0 0%
Kecelakaan)
PERILAKU
Mushola digunakan untuk sholat 5 waktu
12 3 100%
berjamaah
13 Mushola digunakan untuk pengajian rutin 3 100%
Terdapat Al-Qur’an, buku-buku/perpustakaan
14 di mushola atau masjid yang dapat 3 100%
dimanfaatkan oleh jamaah masjid/mushola
Berdasarkan tabel 3.4 dari hasil penilaian 2 mushola dan 1 masjid di
Suronatan Kelurahan Notoprajan Kecamatan Ngampilan Kota Yogyakarta bisa
disimpulkan bahwa terdapat 13 poin dengan kategori warna biru yang artinya
sangat baik.
h. Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
Tabel 3.5 Indikator Keluarga Sadar Gizi ( KADARZI)
No Indikator Jumlah Presentase
1 Keluarga makan aneka ragam makanan 0 100%
2 Keluarga (Ibu hamil dan balita) memantau 0 100%
kesehatan dan pertumbuhan dengan cara
menimbang BB
3 Keluarga biasa menggunakan garam beryodium 40 100%
dalam makanan sehari-hari
4 Ibu hanya memberi ASI saja sampai umur 6 bulan 0 100%
5 Keluarga biasa makan pagi 38 97,4%
6 Keluarga mengkonsumsi suplemen gizi bagi yang 33 82,5%
membutuhkan
Berdasarkan tabel 3.5 Diatas dapat disimpulkan bahwa, di Suronatan
tekah banyak yang sadar akan gizi, dilihat dari hasil persentase yaitu mulai
dari 82,5%- 100%.

i. Screening TB
Tabel 3.6 Screening TB
SCREENING TB JUMLAH Ket
Resiko - -
Tidak Resiko 120 -
Total 120
Berdasarkan tabel 3.6 Dapat disimpulkan bahwa semua anggota
keluarga ranting aisyiyah suronatan tidak memiliki resiko penyakit TB . Hal
ini karena pola hidup dan lingkungan yang sehat.
3. Analisis Data Dengan SWOT
a. Strength (Kekuatan)
1) PRA Suronatan memiliki PHBS yang baik
2) PRA Suronatan memiliki KS yang baik
3) PRA Suronatan Memiliki KADARZI baik
4) Kepala Keluarga di PRA Suronatan sudah peduli dengan pentingnya
pendidikan
b. Weakness (Kelemahan)
1) Masih ada orang tua yang tidak sensitif terhadap jam wajib belajar
2) Masih ada anggota keluarga yang tidak mengetahui golongan darah
c. Opportunity (Peluang)
1) Banyak pendidikan islam disekitar lingkungan suronatan
2) Masyarakat sekitar peka terhadap kesehatan dan pendidikan
d. Threat (Ancaman)
Adanya kemajuan teknologi yang tidak digunakan sebagaimana mestinya
4. Rekomendasi
Tabel 3.7 Rencana Tindak Lanjut
No Masalah Hasil Rencana Tindak Lanjut
1 Banyak yang tidak Terdapat banyak 1. Melaporkan hasil kepada ranting
mengetahui keluarga anggota Aisyiyah Suronatan
golongan darah ranting yang tidak 2. Berkerjasama dengan puskesmas
mengetahui golongan untuk melakukan pemeriksaan
darah, yaitu sebanyak golongam darah secara gratis.
2 Tidak terdapat P3K Dari kriteria masjid / 1. Melaporkan hasil pengkajian masjid
dimasjid dan musholla sehat dan musholla sehat kepada ranting
musholla didapatkan presentase ‘Aisyiyah Suronatan
P3K 0% 2. Bekerja sama dengan PRA suronatan
dalam melakukan penyuluhan
masjid/musholla sehat.
3. Menyarankan PRA suronatan untuk
menyediakan kotak P3K disetiap
masjid dan musholla yang berada
diruang lingkup PRA Suronatan.
5. Keterbatasan
Keterbatasan dakam pengkajian data di PRA Suronatan RW 08 (terdiri
dari RT.45-RT.51 desa Notoprajan kecamatan Ngampilan, yaitu :
a. Beberapa anggota ranting lebih banyak melakukan aktifitas/bekerja pada pagi
hari sehingga pengkajian hanya bisa dilakukan pada sore/malam hari
b. Waktu yang diberikan untuk pengkajian data sangat singkat
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian dan pembahasan dapat disimpulkan:
1. Terdapat 13 orang (10%) yang tidak mengetahui golongan darahnya.
2. Kategori PHBS-KS untuk semua KK (39 KK) adalah biru (100%) yang berarti
penerapan PHBS-KS di Suronatan sudah baik.
3. Penilaian mushola/masjid sehat 13 poin dengan kategori warna biru yang artinya
masjid dan mushola di Suronatan sudah sangat baik.
4. Terdapat 4 KK dari 39 KK yang tidak biasa sarapan pagi (termasuk kategori
kurang sadar gizi)
5. Keluarga anggota Ranting ‘Aisyiyah Suronatan tidak memiliki resiko penyakit TB.
Hal ini karena pola hidup dan lingkungan yang sehat.
6. Wawancara dengan anggota ranting telah dilakukan dan didapatkan hasil bahwa
terdapat beberapa kegiatan yang termasuk ke dalam pemberdayaan masyarakat
(hasil wawancara terlampir). Kegiatan tersebut masih berjalan dengan baik dan
meskipun terdapat beberapa kendala dalam menjalankan kegiatan, anggota ranting
telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi kendala tersebut.
B. Saran
1. Bagi Ketua Ranting ‘Aisyiyah Suronatan Cabang Ngampilan
Diharapkan ketua ranting dapat mempertahankan dan memberi dukungan
kepada pengurus ranting untuk selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
serta menerapkan prinsip-prinsip keluarga sakinah dan meningkatkan kesadaran
gizi para pengurus ranting.
2. Bagi Puskesmas Ngampilan
Diharapkan dengan masalah yang telah dilaporkan dapat menambah data
permasalahan yang ada di wilayah Puskesmas dan dapat meningkatkan pelayanan
serta menjalankan program-program pemerintah ke masyarakat terikat dengan
PHBS-KS, Kadarzi, Rumah sehat dan Mushola/masjid sehat.
3. Bagi Pengurus Ranting ‘Aisyiyah Suronatan
Diharapkan pengurus ranting ‘Aisyiyah Suronatan dapat bekerjasama dengan
pihak Puskesmas, mendukung program-program pemerintah seperti membuat
ambulan desa, memanfaatkan bankdarah yang telah dibuatkan, memasukkan
penyuluhan kesehatan disela-sela penngajian ataupun acara yang dilakukan.
4. Bagi Ketua RW/RT
Diharapkan para ketua RW/RT bisa mengkoordinasikan para warga untuk
meningkatkan kesadaranmasyarakat di lingkungan RW 08 Kelurahan Notoprajan.
5. Bagi Masyarakat
Diharapkan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang
kesehatan untuk meningkatkan kesehatan masysrakat sendiri dan kesadaran untuk
beribadah khususnya pemeluk agama islam untuk mencapai keluarga Qoryah
Thoyibah.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. (2011). Modul Pratikum: Penyehatan Makanan dan Minuman (PMM). Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

DEPKES RI. (2007). Keputusan Mentri Kesehatan RI No. 900/MENKES/VII/2007.

Estiwidani, D. (2012). Konsep Kebidanan. Yogyakarta: EGC.

Koentjaraningrat. (2010). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Meilani, N., Niken, S., Dwiana, E., & Sumarah. (2012). Kebidanan Komunitas. Jakarta:
Fitramaya.

Q.S. Al-A'raf ayat 96.

Q.S. An-nahl ayat 112.

Q.S. As-Saba ayat 15.

Shihab, A. (1998). Membendung Arus: Respon Gerakan Muhammadiyah Terhadap Penetrasi


Misi Kristen di Indonesia. Bandung: Mizan.

Soepardan, S. (2010). Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.

Suroyo, A. (2013). Pembinaan Ranting Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta: LPCR PP


Muhammadiyah.

Syarifuddin, & Hamidah. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

Utami, N. W. (2017, Oktober 29). Manfaat, Faktor yang Mempengaruhi, dan Contoh Analisis
SWOT. Retrieved April 25, 2019, from Jurnal Blog: https://www.jurnal.id/id/blog/2017-
manfaat-faktor-yang-memengaruhi-dan-contoh-analisis-swot/

Wahyuni, E. D. (2018). Asuhan Kebidanan Komunitas. Kementerian Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai