Anda di halaman 1dari 153

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

N MASA HAMIL SAMPAI


DENGAN MASA NIFAS DAN PELAYANAN
KELUARGA BERENCANA DI KLINIK
PRATAMA VINA MEDAN BARU
TAHUN 2019

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh:
FRANSISKA APRIYANI TARIGAN
NIM : P07524116014

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-III KEBIDANAN
MEDAN
2019

ii
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.N MASA HAMIL SAMPAI
DENGAN MASA NIFAS DAN PELAYANAN
KELUARGA BERENCANA DI KLINIK
PRATAMA VINA MEDAN BARU
TAHUN 2019

LAPORAN TUGAS AKHIR

DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT


MENYELESAIKAN PENDIDIKAN AHLI MADYA KEBIDANAN
PADA PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN MEDAN
POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN

Oleh:
FRANSISKA APRIYANI TARIGAN
NIM : P07524116014

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-III KEBIDANAN
MEDAN
2019

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

NAMA MAHASISWA : FRANSISKA APRIYANI TARIGAN


NIM : P07524116014
JUDUL LTA :ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. N MASA
HAMIL SAMPAI DENGAN PELAYANAN
KELUARGA BERENCANA DI KLINIK
PRATAMA VINA MEDAN BARU 2019

LAPORAN TUGAS AKHIR INI TELAH DISETUJUI UNTUK


DIPERTAHANKAN PADA UJIAN SIDANG LAPORAN TUGAS AKHIR
TANGGAL 17 JUNI 2019
Oleh
PEMBIMBING UTAMA

Yusniar Siregar, SST, M.Kes


NIP.19670708199032001

PEMBIMBING PENDAMPING

Hanna Sriyanti Saragih, SST, M.Kes


NIP.198101282006042004

MENGETAHUI,

iv
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA MAHASISWA : FRANSISKA APRIYANI TARIGAN

NIM : P07524116014

JUDUL LTA :ASUHAN KEBIDANAN PADA NY .N MASA HAMIL


SAMPAI DENGAN PELAYANAN KELUARGA
BERENCANA DI KLINIK PRATAMA VINA MEDAN
BARU 2019

LAPORAN TUGAS AKHIR INI TELAH DIPERTAHANKAN DI DEPAN TIM PENGUJI


UJIAN SIDANG LAPORAN TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI KEBIDANAN MEDAN
POLTEKKES KEMENKES MEDAN
PADA TANGGAL 17 JUNI 2019

MENGESAHKAN
TIM PENGUJI

KETUA PENGUJI ANGGOTA PENGUJI I

Yusniar Siregar,SST,M.Kes Lusiana Gultom, SST,M.Kes

NIP. 196707081990032001 NIP. 197404141993032002

ANGGOTA PENGUJI II ANGGOTA PENGUJI III

Suswati, SST, M.Kes Hanna Sriyanti , SST, M.Kes

NIP. 196505011988032001 NIP. 198101282006042003

MENGETAHUI

v
vi
POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN MEDAN
LAPORAN TUGAS AKHIR,JUNI 2019

Fransiska Apriyani Tarigan


P07524116014
Asuhan Kebidanan Pada Ny.N Masa Hamil Sampai Dengan Keluarga
Berencana Di Praktek Mandiri Bidan Pratama Vina Jl. Jamin Ginting No
.603 Medan Baru Tahun 2019
xiii + 120 halaman + 7 tabel + 6 lampiran
Ringkasan Asuhan Kebidanan
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2015, AKI ( AngkaKematianIbu) di Indonesia sebesar 305 kematian ibu per
100.000 Kelahiran Hidup. Penyebab kematian ibu adalah hipertensi pada
kehamilan 32%, komplikasi puerpurium 31%, perdarahan post partum 20%, lain-
lain 7%, abortus 4%, perdarahan antepartum 3%, kelainan amnion 2% danpartus
lama 1%. Salah satu cara untuk menurunkan AKI dengan memberikan asuhan
berkesinambungan (continuity of care). Tujuan LTA untuk memberikan asuhan
secara continuity of care pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB
dengan menggunakan pendekatan manajemen dalam bentuk SOAP.
Subjek asuhan adalah Ny.N berusia 24 tahun G1P0A0. Tempat pemberian
asuhan di Praktek Mandiri Bidan Pratama Vina,Padang Bulan Medan Baru.
Asuhan dilaksanakan selama 3 kali sejak bulan Februari sampai bulan Mei 2019.
Hasil yang didapatkan dari asuhan yang diberikan kepada Ny.N dari mulai
hamil trimester III sampai KB adalah Ny.N melakukan pemeriksaan hamil
sebanyak 3 kali selama melakukan pemeriksaan Ny.N tidak melakukan imunisasi
TT, sehingga ANC belum sesuai standart 10 T. INC dari kala I sampai kala IV
dilakukan sesuai dengan APN, kunjungan pada BBL dilakukan sebanyak 3 kali,
dan kunjungan masa Nifas dilakukan sebanyak 3 kali, semua berjalan dengan
normal tanpa adanya penyulit kemudian asuhan keluarga berencana Ny.Nmemilih
Kb Implant.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa asuhan continuity of care
yang diberikan kepada Ny.N belum sesuai standart 10 T. Diharapkan untuk
mendukung pelayanan komprehensif sebaiknya ditempat pelayanan kesehatan,
menerapkan asuhan continuity of care untuk dipantau keadaan klien dari
kehamilan sampai dengan KB di lapangan dan masyarakat dalam membantu
menurunkan AKI Indonesia.
Kata kunci : Asuhan Kebidanan Pada Ny.NG1P0A0 Continuity
Of Care
Daftar pustaka : 22 (2014-2018)

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia–
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Laporan Tugas Akhir
yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ny.N Masa Hamil sampai dengan
Masa Nifas dan Pelayanan Keluarga Berencana di BPM Pratama Vina
tahun 2019”, sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya
Kebidanan pada Program Studi Diploma III Kebidanan Medan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Medan.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI Medan
yang telah memberikan kesempatan menyusun Laporan Tugas Akhir ini.
2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes RI Medan yang telah memberikan kesempatan menyusun
Laporan Tugas Akhir ini.
3. Arihta Sembiring, SST, M.Kes selaku Ketua Program Studi D-III
Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan yang telah memberikan
kesempatan menyusun Laporan Tugas Akhir ini.
4. Maida Pardosi, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan bimbingan kepada penulis selama pendidikan.
5. Yusniar Siregar, SST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing, memberi saran dan masukan sehingga Laporan Tugas Akhir
ini dapat terselesaikan.
6. Hanna Sriyanti, SST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing, memberi saran dan masukan sehingga Laporan Tugas Akhir
ini dapat terselesaikan.
7. Lusiana Gultom, SST, M.Kes selaku Penguji I yang telah memberikan
saran dan masukan sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

viii
8. Suswati, SST, M.Kes selaku Penguji II yang telah memberikan saran dan
masukan sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
9. Teristimewa untuk Ayah dan Mama tercinta M.Beringat Tarigan dan Santi
Marlise Siahaan, yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi penulis, yang
telah membimbing, memberikan do’a, dukungan moral dan material
selama penulis menyelesaikan pendidikan. Untuk kedua adik tersayang
Fifi Nurjannah Tarigan dan Putri Amanda Tarigan terima kasih atas do’a,
perhatian dan dukungan yang telah diberikan selama ini kepada penulis.
10. Ny. N dan keluarga atas kerjasamanya yang baik.
11. Pimpinan dan seluruh pegawai Klinik Pratama Vina yang telah
memberikan kesempatan untuk melakukan asuhan dalam penyusunan
Laporan Tugas Akhir ini.
12. Teman sekamar (Nina, Delvi, Fitriani), sahabat saya (Berliana,
Hariani,rizky) yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan
Laporan Tugas Akhir ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala amal
baik yang telah diberikan dan semoga Laporan Tugas Akhir ini berguna bagi
semua pihak yang memanfaatkannya.
Medan, April 2019

Penulis

7
8

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

RINGKASAN. .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ...................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. vi

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar belakang ............................................................................. 1


B. Identifikasi Ruang Lingkup Asuhan ............................................ 5
C. Tujuan Penyusunan LTA ............................................................. 5
1. Tujuan Umum ......................................................................... 5
2. Tujuan Khusus ........................................................................ 5
D. Sasaran, Tempat dan Waktu Asuhan Kebidanan ........................ 6
E. Manfaat ........................................................................................ 6
1. Teoritis .................................................................................... 6
2. Praktis .................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7

A. Kehamilan .................................................................................... 7
1. Konsep Dasar Kehamilan ....................................................... 7
2. Asuhan Kehamilan ................................................................... 17
B. Persalinan .................................................................................... 24
1. Konsep Dasar Persalinan ........................................................ 24
2. Asuhan Persalinan Normal ...................................................... 32
C. Nifas ............................................................................................ 42
1. Konsep Dasar Nifas ................................................................ 42
2. Asuhan Pada Masa Nifas ......................................................... 49
D. Bayi Baru Lahir ........................................................................... 50
1. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir .............................................. 50
2. Asuhan pada Bayi Baru Lahir .................................................. 53
E. Keluarga Berencana ..................................................................... 56
1. Konsep Dasar Keluarga Berencana ........................................ 56

8
9

2. Asuhan Pada Keluarga Berencana ........................................... 65

BAB III PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ............... 70

A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil.............................................. 70


1. Data Perkembangan Kehamilan I ........................................... 70
2. Data Perkembangan Kehamilam II ........................................ 78
3. Data Perkembangan Kehamilan III ........................................ 81
B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin ....................................... .. 85
1. Data Perkembangan Kala I ................................................... .. 89
2. Data Perkembangan Kala II ................................................. .. 92
3. Data Perkembangan Kala III ............................................... .. 95
4. Data Perkembangan Kala IV ............................................... .. 96
C. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas .............................................. .. 98
1. Data Perkembangan Pada 6 Jam Postpartum ...................... .. 98
2. Data Perkembangan Pada 6 Hari Postpartum ...................... .. 100
3. Data Perkembanagan Pada 2 Minggu Postpartum .. ............ ...102
D. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir ................................... .. 104
1. Data Perkembangan Pada 6 Jam Neonatus ............................ .. 104
2. Data Perkembangan Pada 6 Hari Neonatus ........................... .. 107
3. Data Perkembangan Pada 2 Minggu ...................................... .. 109
E. Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana ............................. .. 110
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................... ...137

A. Kehamilan ................................................................................... ...111


B. Persalinan ................................................................................... ...113
C. Nifas ........................................................................................... ...115
D. Bayi Baru Lahir.... ...................................................................... ...116
E. Keluarga Berencana .................................................................... ...118
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... ...119

A. Kesimpulan .................................................................................. ...119

B. Saran ............................................................................................ ...120

DAFTAR PUSTAKA.. .............................................................................. ...150

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

9
10

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kunjungan Pemeriksaan Antenatal ........................................ 18

Tabel 2.2 Penambahan Berat badan Ibu selama hamil dengan IMT ........ 19

Tabel 2.3 Tinggi Fundus Uteri .................................................................. 20

Tabel 2.4 Imunisasi TT ............................................................................. 21

Tabel 2.5 Program dan kebijakan teknik masa nifas................................. 49

Tabel 2.6 Penilaian Apgar Score ............................................................... 54

Tabel 3.1 Riwayat Kehamilan Persalinan dan Nifas yang Lalu................ 72

10
11

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Ijin Praktik Klinik

Lampiran 2 Surat Balasan Klinik

Lampiran 3 Lembar Permintaan Menjadi Subyek

Lampiran 4 Informed Consent

Lampiran 5 Etical Clearance

Lampiran 6 Bukti Persetujuan Perbaikan Laporan Tugas Akhir

Lampiran 7 Partograf

Lampiran 8 Kartu Akseptor KB

Lampiran 9 Kartu Bimbingan LTA

Lampiran 10 Daftar Riwayat Hidup

11
12

DAFTAR SINGKATAN

AKI : Angka Kematian Ibu


AKB : Angka Kematian Bayi
AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
ANC : Ante Natal Care
APD : Alat Pelindung Diri
APN : Asuhan Persalinan Normal
ASI : Air Susu Ibu
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
BB : Berat Badan
BBL : Bayi Baru Lahir
CPD : Cephalo Pelvic Disproportion
DJJ : Denyut Jantung Janin
DTT : Desinfeksi Tingkat Tinggi
EMAS : Expanding Maternal and Neonatal Survival
GPA : Gravida Partus Abortus
Hb : Haemoglobin
HDK : Hipertensi Dalam Kehamilan
HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
IMD : Inisiasi Menyusu Dini
IMT : Indeks Massa Tubuh
IUD : Intra Uterin Device
KB : Keluarga Berencana
KBA : Keluarga Berencana Alamiah
KEK : Kelainan Energi Kronis
Kemenkes : Kemetrian Kesehatan
KH : Kelahiran Hidup
KIE : Komunikasi, Informasi dan Edukasi

12
13

LLA : Lingkar Lengan Atas


LTA : Laporan Tugas Akhir
MAL : Metode Amenorrhea Laktasi
MOU : Memorandum of Understanding
OUI : Ostium Uteri Internum
OUE : Ostium Uteri Eksternum
PAP : Pintu Atas Panggul
PI : Pencegahan Infeksi
Pu-Ki : Punggung Kiri
PUS : Pasangan Usia Subur
PMS : Penyakit Menular Seksual
PTT : Penegangan Talipusat Terkendali
RR :Respiration Rate
SAR : Segmen Atas Rahim
SBR : Segmen Bawah Rahim
SDGs : Sustainable Development Goals
SDKI : Survei Demografi Kesehatan Indonesia
SUPAS : Survei Penduduk Antar Sensus
TBBJ : Tafsiran Berat BadanJanin
TD : Tekanan Darah
TFU : Tinggi Fundus Uteri
TT : Tetanus Toxoid
TTD : Tablet Tambah Darah
TTP : Tafsiran Tanggal Persalinan
USG : Ultrasonografi
WHO : World Health Organization

13
14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan


prioritas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan,karena ibu dan anak
merupakan kelompok rentan terhadap keadaan keluarga dan sekitarnya
secara umum. Sehingga penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja
upaya kesehatn ibu dan anak penting untuk dilakukan. Keberhasilan upaya
kesehatan ibu dan bayi,diantaranya dapat dilihat dari indikator angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Indikator ini tidak
hanya mampu menilai program kesehatan ibu dan bayi tetapi juga mampu
menilai derajat kesehatan masyarakat, oleh sebab itu pemerintah berupaya
untuk mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun
2030 yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu(AKI) sebesar 70 per 1000
KH,menurunkan Angka Kematian Neonatal hingga 12 per 1000 KH dan
Angka Kematian Balita 25 per 1000 KH (SDGs,2015).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018 Angka
Kematian Ibu (AKI) diseluruh dunia 830/100.000 Kelahiran Hidup
(KH).99% dari seluruh kematian ibu terjadi di Negara berkembang,
terutama yang tinggal didaerah pedesaan dan diantara masyarakat
miskin,kematian ibu di negara berkembang pada 2015 adalah 239 per
1000KH,berbanding 12 per 1000 KH di negara maju
(WHO,2017).Sedangkan menurut UNICEF pada tingkat global Angka
Kematian Bayi (AKB) sebesar 18/1000 KH, dan Angka kematian balita
(AKABA) yaitu sebesar 10/1000 KH (UNICEF,2018).
Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka kematian ibu
tertinggi di Asia. Berdasarkan hasil Survei demografi dan kesehatan
indonesia(SDKI) tahun 2015 angka kematian ibu yang berksaitan dengan

14
15

kehamilan,persalinan, dan nifas sebesar 305 per 100.000 KH. Angka


kematian bayi 32 per 100.000 KH. Hasil survei penduduk antar sensus
(SUPAS) tahun 2015 angka kematian ibu diindonesia adalah 305 per
100.000 KH dan angka kematian bayi diindonesia adalah 22,23 per
100.000 KH (Kemenkes RI, 2017).
Berdasarkan laporan profil kesehatan kab/kota jumlah kematian ibu
pada tahun 2017 dilaporkan tercatat sebanyak 205 kematian. Namun bila
dikonversi, maka AKI Sumatera Utara adalah sebesar 85 per 100.000
kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) di Sumatera Utara tahun
2017 yakni 2,6 per 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita
(AKABA) di sumatera utara tahun 2017 sebesar 8 per 1.000 kelahiran
hidup (Dinkes Prov Sumut, 2017).
Terdapat lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan,
Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK), infeksi, komplikasi dari persalinan ,
dan abortus (WHO,2017).
Penyebab kematian ibu adalah hipertensi pada kehamilan 32%, komplikasi
puerpurium 31%, perdarahan post partum 20%, lain-lain 7%, abortus 4%,
perdarahan antepartum 3%, kelainan amnion 2% dan partus lama 1%.
Kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh dua penyebab
utama kematian yaitu perdarahan dan hipertensi dalam kehamilan (HDK).
Namun proporsinya telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi
cenderung mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin
meningkat. Lebih dari 25% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2013
disebabkan oleh HDK (Kemenkes RI, 2014)
menurut UNICEF lebih dari 80 persen kematian bayi baru lahir
disebabkan oleh prematuritas, komplikasi selama kelahiran atau infeksi
seperti pneumonia dan sepsis(UNICEF,2018) sedangkan menurut
kemenkes penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu intra uterine fetal
death (IUFD) dan bayi berat lahir rendah (BBLR) (Renstra, 2015).
Sebagai upaya penurunan AKI, pemerintah melalui kementrian
kesehatan sejak tahun 1990 telah meluncurkan safe motherhood initiative,

15
16

upaya tersebut dilanjutkan dengan program Gerakan Sayang Ibu (GSI)


ditahun 1996 oleh Presiden Republik Indonesia. Upaya lain juga telah
dilakukan yaitu strategi making pregnancy safer yang dicanangkan pada
tahun 2000 (Kemenkes RI,2017).
Berdasarkan data dari profil kesehatan indonesia tahun 2017 dalam
rangka upaya penurunan AKI maka kementrian kesehatan meluncurkan
program expanding maternal and neonatal survival (EMAS). Program ini
diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian
bayi sebesar 25%. Program EMAS berupaya menurunkan angka kematian
ibu dan angka kematian neonatal dengan cara :1)meningkatkan kualitas
pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150 Rumah
Sakit PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif)
dan 300 Puskesmas/Balkesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar) 2)memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif
antar puskesmas dan rumah sakit (Kemenkes RI ,2017).
Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin
agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang
berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan
pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika
terjadi komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan,
dan pelayanan keluarga berencana (Kemenkes RI,2017).
Penerapan pendekatan keberlanjutan pelayanan (continuity of
care),pendekatan ini dilaksanakan melalui peningkatan cakupan,mutu,dan
keberlangsungan upaya pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan
ibu,bayi,remaja,usia kerja,dan usia lanjut (Restra,2018).
Berdasarkan data diatas indonesia menerapkan asuhan continuity of
care,Konsep Continiuty of Care adalah hal baru dalam upaya
menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak. Dimensi pertama dari
kontinu ini adalah waktu yaitu sebelum hamil, kehamilan, persalinan
sampai masa menopause. Dimensi kedua dari continuity of care adalah

16
17

tempat yaitu menghubungkan berbagai tingkat pelayanan dirumah,


masyarakat, dan kesehatan (Kemenkes RI, 2015).
Oleh sebab itu,untuk mewujudkan dimensi pertama dan dimensi kedua
dari continuity of care, penulis melakukan asuhan secara
berkesinambungan (continuity of care) dengan tujuan agar seorang wanita
mendapatkan pelayanan yang berkelanjutan mulai dari pemantauan ibu
selama proses kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan keluarga
berencana (KB) yang dilakukan oleh penulis secara profesional.
Berdasarkan survei yang dilakukan di Bidan Praktik Mandiri (BPM )
Pratama Vina bahwa klien melakukan kunjungan antenatal care di bulan
januari-maret tahun 2019 adalah 28 ibu hamil dan yang bersalin sebanyak
10 orang. Selain itu BPM Pratama Vina sudah memiliki Memorandum of
understanding (MoU) terhadap institusi dan sudah memiliki perizinan dan
penyelenggaraan praktik bidan sesuai dengan permenkes No.28 Tahun
2017.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik melakukan
asuhan kebidanan berkelanjutan (continuity of care) pada Ny.N berusia 24
tahun G1P0A0 dimulai dari masa hamil trimester III, bersalin, masa nifas
dan kb sebagai Laporan Tugas Akhir (LTA) di BPM Pratama Vina
JL.Padang Bulan No 301, Medan.
B. Identifikasi Ruang Lingkup Asuhan
Ruang lingkup asuhan yang diberikan pada Ny, N dari ibu hamil Trimester III
yang fisiologis, bersalin, masa nifas, neonatus dan KB secara continuity of
care (asuhan berkelanjutan).
C. Tujuan Penyusunan LTA
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan memberikan asuhan kebidanan pada Ny.
N G1P0A0 secara continuity of care mulai dari masa hamil, bersalin,
nifas, neontaus, dan KB dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan.

17
18

2. Tujuan Khusus
1. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. N di
BPM Pratama Vina JL.Padang Bulan No 301, Medan.
2. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. N
G1P0A0 di BPM Pratama Vina JL.Padang Bulan No 301,
Medan
3. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. N
G1P0A0 di BPM Pratama Vina JL.Padang Bulan No 301,
Medan
4. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny. N
G1P0A0 di BPM Pratama Vina JL.Padang Bulan No 301,
Medan
5. Melaksanakan asuhan kebidanan pada keluarga berencana Ny.
N G1P0A0 di BPM Pratama Vina JL.Padang Bulan No 301,
Medan.
6. Melaksanakan pendokumentasian asuhan kebidanan yang telah
dilakukan pada Ny. N G1P0A0 mulai dari hamil, bersalin,
nifas, bayi baru lahir, sampai keluarga berencana
D. Sasaran, Tempat dan Waktu Asuhan Kebidanan

1. Sasaran
Sasaran asuhan kebidanan ditujukkan kepada Ny. N Trimester III dengan
memperhatikan continuity of care mulai hamil, bersalin, nifas, neonatus
dan KB.
2. Tempat
Lokasi yang dipilih untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu adalah
BPM Pratama Vina JL.Padang Bulan No 301, Medan.
3. Waktu
Waktu yang diperlukan mulai dari penyusunan Laporan Tugas Akhir
sampai memberikan asuhan kebidanan di mulai dari Januari 2019 sampai
April 2019.

18
19

E. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan kajian terhadap materi Asuhan Pelayanan Kebidanan serta
referensi bagi mahasiswa dalm memahami pelaksanaan Asuhan
Kebidanan secara komperensif pada ibu hamil, bersalin, dan nifas.
b. Bagi Penulis
Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diberikan salam proses perkuliahan
serta mampu memberikan asuhan kebidanan secara berkesinambungan
yang bermut dan berkualitas.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Dapat mempraktekkan teori yang didapat secara langsung dilapangan
dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas ,
bayi baru lahir dan KB.
b. Bagi Lahan Praktik
Dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu
pelayanan terutama dalam memberikan suhan pelayanan kebidanan
secara komprehensif dan untuk tenaga kesehatan dapat memberikan
ilmu yang dimiliki serta mau membimbing kepada mahasiswa tentang
cara memberikan asuhan yang berkualitas.
c. Bagi Klien
Klien mendapatkan asuhan kebidanan yang komprehensif yang sesuai
dengan standart pelayanan kebidanan.

19
20

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.Kehamilan
1. Konsep Dasar Kehamilan
1.1Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasi,bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya
bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan
atau 9 bulan menurut kalender internasional (Saifuddin,2016)
Kehamilan merupakan proses fisiologis bagi wanita yang dimulai dengan
proses fertilisasi kemudian janin berkembang didalam uterus dan berakhir dengan
peristiwa kelahiran (Widatiningsih,2017).
Proses kehamilan dimulai dari peristiwa konsepsi,dimana konsepsi merupakan
proses bertemu nya sel telur dengan sel sperma,setelah peristiwa konsepsi terjadi
sel telur dan sel sperma akan melebur menjadi satu membentuk zigot ini disebut
dengan fertilisasi,zigot akan membelah menjadi 2 sel disebut blastomer,blastomer
akan berjalan ke rahim dan terus membelah menjadi 4 sel,kemudian membelah 8
sel dan akhirnya mebelah menjadi 12 sampai 16 sel, peristiwa ini berlangsung
selama 3 hari,setelah sel akan tertanam di endometrium yang disebut nidasi
(Walyani,2015)
1.2 Perubahan Fisiologis
Perubahan Fisiologis pada Trimester I (Romauli,2015),yaitu:

Trimester I dimulai dari usia kehamilan 0-12 minggu,perubahan fisiologi yang


terjadi pada trimester I yaitu:
1.Sistem Reproduksi
a) Vagina dan Vulva
Akibat pengaruh hormon estrogen, vagina dan vulva mengalami peningkatan
pembuluh darah sehingga nampak semakin merah dan kebiru-biruan disebut tanda
chatwick.pH vagina akan menjadi lebih asam,keasaman berubah dari 4 menjadi
6,5.

20
21

b) Serviksa Uteri
Pada kehamilan trimester I,berkas kolagen menjadi kurang kuat
terbungkus,sehingga serviks menjadi lunak.
c) Uterus
Pada minggu pertama kehamilan, ismus uteri mengadakan hipertropi seperti
korpus uteri yang mengakibatkan ismus menjadi lebih panjang dan lunak yang
dikenal dengan tanda hegar.
d) Ovarium
Pada kehamilan trimester I masih terdapat korpus luteum
graviditatum,kemudian korpus luteum mengecil setelah plasenta terbentuk.
2.Sistem Payudara
Pada trimester I payudara akan membesar dan tegang akibat hormon
somamotropin,estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan asi.
3.Sistem Endokrin
Perubahan besar pada sistem endokrin yang penting terjadi untuk
mempertahankan kehamilan,pertumbuhan normal janin,dan nifas.
4.Sistem Perkemihan
Bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan sehingga sering timbul
kencing.
5.Sistem Pencernaan
Pada kehamilan trimester I akan terjadi mual atau yang disebut morning
sickness,serta konstipasi akibat penurunan motilitas pada usus besar.
6.Sistem Muskuloskeletal
Pada kehamilan trimester I tidak banyak mengalami perubahan, namun jika
terjadi perubahan, perubahan-perubahan tersebut dapat meningkatkan
ketidaknyamanan dan rasa sakit pada bagian belakang yang tambah sering dengan
penambahan umur kehamilan.
7.Sistem Kardiovaskuler
Pada trimester I volume plasma darah 20-100%

21
22

8.Sistem Integumen
Perubahan yang umum terjadi pada trimester I hiperpigmentasi ,pertumbuhan
rambut dan kuku, percepatan aktifitas kelenjar keringat dan sebasea.
9.Sistem Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh
Pada dua bulan pertama kenaikan berat badan belum terlihat,baru nampak
ketika pada bulan ketiga.
10.Sistem Pernapasan
Pada trimester I kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respon terhadap
percepatan laju metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan
payudara.
Perubahan Fisiologis pada Trimester II (Romauli,2015),yaitu:
Pada trimester II kehamilan dimulai dari usia kehamilan 13-27 minggu,
perubahan yang terjadi pada trimester II yaitu:
1.Sistem Reproduksi
a)Vagina dan Vulva
Pada trimester II hormon estrogen dan progesteron meningkat sehingga dapat
membangkitkan keinginan seksual.
b)Serviksa Uteri
Pada kehamilan trimester II, konsistensi serviks menjadi lunak dan akan
mengeluarkan sekresi lebih banyak.
c)Uterus
Pada saat itu rahim semakin besar akibat hipertropi dan hiperplasi otot polos
rahim,serabut-serabut kolagennya menjadi higroskopik dan endomatrium menjadi
desidua.
d)Ovarium
Pada kehamilan trimester II plasenta mulai terbentuk dan mengantikan korpus
luteum graviditatum.
2.Sistem Payudara
Pada trimester II puting susu dapat mengeluarkan cairan berwarna putih agak
jernih disebut colostrum.

22
23

3.Sistem Endokrin
Perubahan besar pada sistem endokrin yang penting terjadi untuk
mempertahankan kehamilan,pertumbuhan normal janin,dan nifas.
4.Sistem Perkemihan
Pembesaran uterus menekan kandung kemih menimbulkan rasa ingin
berkemih walaupun kandung kemih hanya berisi sedikit urin.
5.Sistem Pencernaan
Pada kehamilan trimester II biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh
hormon progesteron yang meningkat.
6.Sistem Muskuloskeletal
Pada kehamilan trimester II mobilitas persendian akan berkurang tarutama
pada persendian siku dan pergelangan tangan dengan meningkatnya retensi cairan
pada jaringan yang berhubungan.
7.Sistem Kardiovaskuler
Pada trimester II volume darah dan curah jantung juga menimbulkan
perubahan hasil auskultasi yang umum terjadi selama masa hamil.
8.Sistem Integumen
Pada trimester II hiperpigmentasi terjadi pada striae gravidarum livide atau
alba,aerola mamae,line nigra,dan cloasma gravidarum.
9.Sistem Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh
Pada trimester II berat badan ibu naik 0,4-0,5kg/minggu,selama kehamilan.
10.Sistem Pernapasan
Pada trimester II karena adanya penurunan CO2 seorang ibu hamil akan sering
mengeluhkan sesak nafas sehingga meningkatkan usaha bernapas.
Perubahan Fisiologis Ibu Hamil pada Trimester III ( Romauli,2015) yaitu:
Pada trimester III kehamilan dimulai dari usia kehamilan 28-42 minggu,
perubahan yang terjadi pada trimester III yaitu:
1. Sakit punggung disebabkan karena meningkatnya beban berat yang dibawa
oleh ibu yaitu bayi dalam kandungan
2. Pernapasan, pada kehamilan 33-36 minggu banyak ibu hamil yang susah
bernafas,ini karena tekanan bayi yang berada dibawah diagfragma menekan

23
24

paru ibu,tapi setelah kepala bayi yang sudah turun kerongga panggul ini
biasanya pada 2-3minggu sebelum persalinan maka akan merasa lega dan
bernafas lebih muda.
3. Sering buang air kecil,pembesaran rahim,dan penurunan bayi ke PAP
membuat tekanan pada kandung kemih ibu.
4. Kontraksi perut,brackton hicks kontraksi palsu berupa rasa sakit yang
ringan,tidak teratur dan kadang hilang bila duduk atau istirahat
5. Cairan vagina,peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah
normal,cairan biasanya jernih,pada awal kehamilan biasanya agak kental dan
persalinan lebih cair
1.3 Perubahan Psikologis
Perubahan Psikologis pada Trimester I (Walyani,2015),yaitu:

a.Trimester I
Trimester I sering dianggap sebagai periode penyesuaian. Sebagian besar
wanita merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil.
Penerimaan kenyataan ini dan arti semua ini bagi dirinya merupakan tugas
psikologis yang paling penting pada trimester pertama kehamilan.Dalam situasi
ini, ibu merasa kebingungan tentang kehamilannya, mencari tahu tanda-tanda
pasti hamil untuk meyakinkan bahwa dirinya benar hamil.Hasrat seksual pada
trimester pertama sangat bervariasi antara wanita yang satu dan yang
lainnya.Secara umum, pada trimester pertama merupakan waktu terjadinya
penurunan libido dan hal ini merupakan komunikasi yang jujur dan terbuka
terhadap pasangannya.Libido secara umum sangat dipengaruhi oleh keletihan,
nausea, depresi, payudara yang membesar dan nyeri, kecemasan, kekhawatiran,
dan masalah-masalah lain yang merupakan normal pada trimester
pertama.(Walyani, 2015).
b.Trimester II
Trimester II sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, yakni ketika
wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan,yang normal
dialami saat hamil. Namun,trimester kedua juga merupakan fase ketika wanita
menelusuri kedalam dan paling banyak mengalami kemunduran. Trimester kedua

24
25

sebenarnya terbagi atas dua fase: pra quickening dan pasca quickening.
Quickening menunjukkan kenyataan adanya kehidupan yang terpisah, yang
menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas psikologis utamanya
pada trimester kedua, yakni mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya
sendiri, yang berbedadari ibunya (Wahyani,2015).
c.Trimester III
Pada trimester III sering disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai
makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang
bayi. Ada perasaan was-was mengingat bayi dapat lahir kapan pun,apakah
bayinya akan lahir abnormal. Hal ini membuat nya berjaga-jaga sementara ia
memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala persalinan muncul.
1.4Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III
Tanda bahaya kehamilan pada trimester III (kehamilan lanjut) menurut (Romauli,
2017) yaitu :
a.Perdarahan pervaginam
Perdarahan antepartum/perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan
pada trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan. Pada kehamilan
lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan kadang-kadang
tapi tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri.
1)Plasenta Previa
Plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian/seluruh
ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang normal adalah pada dinding
depan, dinding belakang rahim atau di daerah fundus uteri. Gejala-gejala yang
ditunjukkan seperti:
a) Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri, bias terjadi secara tiba-
tiba dan kapan aja.
b) Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada bagian
bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas
panggul.

25
26

c) Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada plasenta
previa lebih sering disertai kelainan letak.
2) Solusio Plasenta (Abruptio Plasenta)
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya. Secara normal
plasenta terlepas setelah anak lahir. Tanda dan gejalanya :
a) Darah dari tempat pelepasan ke luar dari serviks dan terjadilah perdarahan
keluar atau perdarahan tampak.
b) Kadang-kadang darah tidak keluar, terkumpul di belakang plasenta
(perdarahan tersembunyi/perdarahan kedalam).
c) Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang
lebih khas (rahim keras seperti papan) karena seluruh perdarahan tertahan di
dalam. Umumnya berbahaya karena jumlah perdarahan yang keluar tidak
sesuai dengan beratnya syok.
d) Perdarahan disertai nyeri, juga di luar his karena isi rahim.
e) Nyeri abdomen pada saat dipegang.
f) Palpasi sulit dilakukan.
g) Fundus uteri makin lama makin naik.
h) Bunyi jantung biasanya tidak ada.
b. Sakit Kepala yang Berat
Sakit kepala sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam
kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit
kepala yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan
sakit kepala yang hebat ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi
kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari
preeklamsia.
c. Penglihatan Kabur
Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam
kehamilan. Tanda dan gejalanya adalah :
1) Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam adalah
perubahan visual yang mendadak, misalnya penglihatan kabur dan berbayang.

26
27

2) Perubahan penglihatan ini mungkin disertai sakit kepala yang hebat dan
mungkin menandakan preeklamsia.
d. Bengkak di Wajah dan Jari-jari Tangan
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka
dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan keluhan fisik yang
lain. Hal ini merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau preeklamsia.
e. Keluar Cairan Pervaginam
1) Keluarnya cairan berupa air- air dari vagina pada trimester 3.
2) Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung.
3) Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm (sebelum
kehamilan 37 minggu) maupun pada kehamilan aterm.
4) Normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala I atau awal kala.
f. Gerakan Janin Tidak Terasa
1) Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan trimester 3.
2) Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke-5 atau ke-
6, beberapa ibu dapat meraskan gerakan bayinya lebih awal.
3) Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah.
4) Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan
jika ibu makan dan minum dengan baik.
g. Nyeri Abdomen yang Hebat
Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam
keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat.

1.5 Kebutuhan fisik ibu hamil trimester III

Menurut Siwi Walyani(2016), kebutuhan fisik pada ibu hamil sangat


diperlukan, yaitu meliputi oksigen, nutrisi, personal hygiene, pakaian, eliminasi,
seksual, mobilisasi dan body mekanik, senam hamil,istirahat /tidur, imunisasi,
travelling, persiapan laktasi, persiapan kelahiran bayi, memantau kesejahteraan
bayi, ketidaknyamanan dan cara mengatasinya , kunjungan ulang ,pekerjaan
ulang, dan tanda-tanda bahaya dalam kehamilan,. Tapi pada pembahasan ini

27
28

batasan ynag akan dibahas hanya meliputi oksigen, nutrisi, personal hygiene,
elimimasi dan seksual.
1.Oksigen
Kebutuhan oksigen adalah kebutuhan yang utama pada manusia termasuk ibu
hamil. Berbagai gangguan pernapasan bisa terjadi saat hamil sehingga akan
mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada ibu yang akan berpengaruh
pada bayi yang dikandung.
Untuk mencegah hal tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan oksigen maka
ibu hamil perlu melakukan:
A. Latihan napas melalui senam hamil
B. Tidur dengan bantal yang lebih tinggi
C. Makan tidak terlalu banyak
D. Kurangi atau hentikan merokok
2. Nutrisi
Ditrimester III, ibu hamil butuh bekal energi yang memadai. Selain untuk
mengatasi beban yang kian berat juga sebagai cadangan energy untuk persalinan
kelak.Itulah sebabnya pemenuhan gizi seimbang tidak boleh dikesampingkan baik
secara kualitas maupun kuantitas. Pertumbuhan otak janin akan terjadi cepat
sekali pada dua bulan terakhir menjelang persalinan. Karena itu, jangan sampai
kekurangan gizi.
Berikut ini sederet zat gizi yang lebih diperhatikan pada kehamilan TM III ini,
tentu tanpa mengabaikan zat gizi lainnya:
a. Kalori
Kebutuhan kalori selama kehamilan adalah sekitar 70.000-80.000 kkal ,
dengan pertambahan berat badan sekitar 12,5.Pertambahan kalori ini
diperlukan terutama pada 20 minggu terakhir. Untuk itu, tambahan kalori
yang diperlukan setiap hari adalah sekitar 285-300 kkal.
b. Vitamin B6
Vitamin ini dibutuhkan untuk membatu metabolisme asam
amino,karbohidrat,lemak dan pembentukan sel darah merah juga berperan
dalam pembentukan senyawa kimia penghantar pesan sel saraf. Angka

28
29

kecukupan vitamin B6 bagi ibu hamil adalah sekitar 2,2 mg sehari. Makanan
hewani adalah sumber yang kaya akan vitamin ini.
c. Yodium
Yodium dibutuhkan sebagai pembentukan senyawa tiroksin berperan untuk
mengontrol setiap metabolisme sel baru yang terbentuk. Yodiu kegunaannya
untuk perkembangan janin termasuk otak janin. Angka yang ideal untuk
kosumsi yodium adalah 175 mikrogram sehari.
d. Tiamin (vitamin B1)
Riboflavin (B2)ndan niacin (B3) vitamin ini membantu untuk membantu
enzim untuk mengatur metabolisme,sistem pernapasan dan energi. Ibu hamil
dianjurkan untuk mengkonsumsi tiamin sekitar 1,2 mg perhari riboflavin 1,2
mg perhari dan niacin 11 mg perhari. Ketiga vitamin b ini bisa dikonsumsi
dari keju, susu, kacang-kacangan, hati dan telur.
e. Air
Air sangat penting untuk pertumbuhan sel-sel baru, mengatur suhu tubuh,
melarutkan dan mengatur proses metabolisme zat-zat gizi serta
mepertahankan volume darah yang meningkat selama masa hamil. Jika cukup
mengkonsumsi cairan,buang air besar akan lancar sehingga terhindar dari
sembelit dan resiko terkena infeksi saluran kemih. Sebaiknya minum 8 gelas
air putih sehari.
3.Personal Hyigiene
Mandi dianjurkan sedikitnya 2 kali sehari karena ibu hamil cenderung
mengeluarkan banyak keringat. Kebersihan gigi dan mulut perlu mendapat
perhatian karena sering kali terjadi gigi berlubang, terutama pada ibu yang
kekurangan kalsium.
4.Pakaian
Pakaian yang digunakan hendaknya longgar dan mudah dipakai serta bahan
yang mudah menyerap. Pakaian yang digunakan ibu hamil harus nyaman tanpa
sabuk atau pita yang menekan pada bagian perut atau pergelangan tangan, pakaian
juga tidak baik terlalu ketat di leher.

29
30

5.Eliminasi
Pada TrimesterIII frekuensi BAK meningkat karena penurunan kepala ke PAP
(pintu atas panggul), BAB sering obstipasi (sembelit) karena hormon progesteron
meningkat.
6.Seksual
Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak ada riwayat
penyakit seperti berikut:
a. Sering abortus dan kelahiran prematur
b. Perdarahan pervaginam
c. Koitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu terakhir
kehamilan
d. Bila ketuban sudah pecah koitus dilarang karena dapat menyebabkan infeksi
janin intra uteri.
Pada trimester ke-3 minat menurun lagi libido dapat turun kembali. Rasa
nyaman sudah jauh berkurang. Pegal di pungung dan pinggul, tubuh
bertambah berat dan cepat, nafas lebih sesak (karena besar nya janin
mendesak dada dan lambung), dan kembali merasa mual, itulah beberapa
penyebab menurunnya minat seksual. Tetapi jika termasuk yang tidak
mengalami penurunan libido di trimester ke-3, itu adalah hal yang normal,
apalagi jika termasuk yang menikmati masa kehamilan.
2.Asuhan Kehamilan
Asuhan antenatal care adalah suatu program yang terencana berupa observasi,
edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses
kehamilan dan persiapan persalinan yang aman dan memuaskan (Walyani, 2015).
A.Kebijakan Program
Menurut Kemenkes RI buku saku pelayanan kesehatan ibu dan anak (2014)
untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan, anjurkan
setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal komprehensif yang
berkualitas minimal 4 kali, termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar
suami/pasangan atau anggota keluarga sebagai berikut.

30
31

Tabel 2.1
Kunjungan Pemeriksaan Antenatal

Trimester Jumlah Kunjungan Waktu kunjungan yang dianjurkan


Minimal
I 1 kali Sebelum usia kehamilan 14 minggu
II 1 kali Selama kehamilan 14-28 minggu
III 2 kali Kehamilan 28-36 minggu
dan setelah umur kehamilan 36
mingggu
Sumber : Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak, 2015

Pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin, sesuai standar dan terpadu
untuk pelayanan antenatal yang berkualitas seperti:
1) Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar kehamilan
berlangsung sehat
2) Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan
3) Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman
4) Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika
terjadi penyulit/komplikasi
5) Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila
diperlukan
6) Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga kesehatan gizi
ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan apabila terjadi penyulit/
komplikasi.
Langkah- Langkah dalam Melakukan Asuhan Kehamilan
Standar Pelayanan Antenatal Care ada 10 standar pelayanan yang harus
dilakukanoleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal dengan 10 T adalah
sebagai berikut (Kemenkes 2016) :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan
yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap
bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
Perhitungan berat badan berdasarkan indeks masa tubuh (Walyani, 2015).
IMT = BB (TB)²

31
32

Dimana : IMT = Indeks Massa Tubuh


BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)

Tabel 2.2
Penambahan Berat Badan total Ibu selama kehamilan sesuai dengan IMT

IMT sebelum hamil Anjuran Pertambahan Berat Badan (kg)


Kurus (< 18,5 kg/m²) 12,5-18
Normal (18,5-24,9 kg/m²) 11,5-16
Gemuk (25-29,9 kg/m²) 7,0-11,5
Obesitas (≥30 kg/m²) 5-9
Sumber: Sri Widatiningsih,2017. Halaman 70-71.

Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk


menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil dari 145 cm
meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic Dispropotian).
2. Ukur tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg). Pada
kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai
bawah, dan atau proteinuria).
3. Nilai status Gizi (Ukur lingkar lengan atas/ LILA)
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga
kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko KET. Kurang energi
kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah
berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu
hamil dengan KET akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
4. Ukur Tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk medeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.
Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada
gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran mengunakan pita pengukuran
setelah kehamilan 24 minggu.

32
33

Tabel 2.3
Tinggi Fundus Uteri (TFU) Menurut Leopold

Usia Tinggi Fundus Uteri


No.
Kehamilan Leopold
1. 12 mg 3 jari di atas simpisis
2. 16 mg Pertengahan simpisi dengan pusat
3. 20 mg 3 jari dibawah (umbilikus) pusat
4. 24 mg Setinggi (umbilikus) pusat
5. 28 mg 3 jari diatas pusat
6. 32 mg Pertengahan pusat dan prosesus xyphoideus
7. 36 mg 3 jari di bawah prosesus xyphoideus
8. 40 mg Pertengahan pusat dan prosesus xyphoideus
Sumber : Widatiningsih, 2017. Hal : 57

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin ( DJJ)


Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala
atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul
sempit atau ada masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120
kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/menit menunjukkan adanya gawat
janin.
6. Skrining Status Imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
bila diperlukan.
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat
imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi T-
nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuaikan dengan imunisasi TT
ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan
perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi T5 (TT
long life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi.

33
34

Tabel 2.4
Imunisasi TT

Imunisasi Interval Masa perlindungan


TT1 Kunjungan antenatal pertama -
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun (seumur hidup)
Sumber : Walyani, E.S. 2015. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press halaman 81.

7. Beri Tablet tambah darah (tablet besi)


Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet
tambah darah (tablet zat besi) dan Asam Folat minimal 90 tablet selama
kehamilan yangdiberikan sejak kontak pertama.
8. Periksa Laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah pemeriksaan
laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium rutin adalah
pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu
golongan darah, hemoglobin darah, protein urine, dan pemeriksaan spesifik
daerah endemis/epidemi (malaria, IMS, HIV, dan lain-lain). Sementara
pemeriksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain yang
dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal.
B.Asuhan kebidanan pada setiap kunjugan selama kehamilan .
Pada kunjugan I (sebelum 14 minggu), yaitu:
A. Anamnesis yang berisi informasi diantaranya:
1. Identitas , terdiri atas:
a. Nama
b. Usia
c. Nama suami
d. Alamat
e. No telepon
f. Tahun menikah

34
35

g. Agama
h. Suku
2. Riwayat kontrasepsi, terdiri atas :
a. Riwayat kontrasepsi terdahulu
b. Riwayat kontrasepsi terahir sebelum kehamilan ini
3. Riwayat obstetri lalu
a. Jumlah kehamilan dan jumlah persalinan
b. Jumlah persalinan cukup bulan dan jumlah persalinan premature
c. Jumlah anak hidup,berat lahir serta jenis kelamin
d. Cara persalinan,jumlah keguguran
e. Perdarahan pada kehamilan,persalinan, nifas terdahulu
f. Adanya masalah selama,kehamilan,persalinan dan nifas terdahulu
4. Riwayat kehamilan sekarang
a. Hari pertama haid terakhir, siklus haid
b. Taksiran waktu persalinan
c. Masalah/kelainan pada kehamilan sekarang
d. Pemakaian obat-obatan termasuk jamu-jamuan
5. Riwayat medis lainnya
a. Penyakit jantung
b. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
c. Diabetes melitus
d. Penyakit hati seperti hepatitis
e. HIV
f. Infeksimenular seksual (IMS)
g. Tuberkolosis (TB)
h. Alergi obat/ makanan
i. Penyakit ginjal kronik
j. Asma
k. Status imunisasi tetanus
l. Riwayat penyakit keluarga, seperti diabetes, hipertensi, gemeli.
6. Riwayat obstetri lalu,seperti:

35
36

a. Adanya masalah selama kehamilan,persalinan, dan nifas terdahulu


7. Riwayat sosial ekonomi
a. Status perkawinan
b. Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan
c. Siapa pembuat keputusan dalam keluarga
d. Kebiasaan makan dan minum
e. Kebiasaan merokok,menggunakan obat-obatan dan alkohol
f. Kehidupan seksual
g. Pekerjaan dan aktivitas sehari-hari
h. Pilihan tempat untuk melahirkan
8. Pemeriksaan fisik lengkap, yang berisi informasi diantarannya:
1. Tanda vital
a. Tekanan darah,suhu badan,nadi dan pernapasan
b. berat badan dan tinggi badan ,berat badan pertambahannya minimal 10-20
kg selama masa kehamilan
c. muka : edema, pucat
d. mulut dan gigi : kebersihan,karires , tonsil, paru
e. leher : tiroid/gondok
f. payudara :puting susu
g. abdomen : bekas operasi
h. ekstremitas :edema,varises,refleks patella
i. Costovertebal angle tenderness (CVAT)
j. Pemeriksaan dalam :Pemeriksaan.vulva/perinium,
menilai apakah ada varises,edema dll
k. Pemeriksaan laboratorium untuk menilai :
a. Darah( Hb) gr%
b. Urin (protein urin)
Jadwal Kunjungan ke-II dan ke- III ,asuhan yang diberikan yaitu sama
dengan kunjungan pada trimester I namun ditambahi informasi
diantaranya:

36
37

a. Pantau tumbuh kembang janindenagn mengukur tinggi fundus uteri, dengan


mengunakan manuver leopold I – IV, yaitu:
1.Leopold I : menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang terletak di
fundus uteri
2. Leopold II :menentukan bagian janin pada sisi kiri dan kanan ibu
3. Leopold II : menentukan bagian janin yang terletak dibagian bawah uterus
4. Leopold IV :menentukan apakah janin sudah masuk pintu atas panggul atau
belum
b. Auskultasi denyut jantung janin menggunakan doppler atau stetoskop
monoral
c. Perencanaan persalinan
Jadwal Kunjungan ke-IV (36 minggu), asuhan yang diberikan yaitu sama
dengan kunjugan trimester II dan III namun ditambah informasi yaitu:
1) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
2) Memantapkan rencana persalinan
3) Mengenali tanda-tanda persalinan
B.Persalinan
1.Konsep Dasar Persalinan
1.1Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah prose pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikas baik ibu dan janin
(Sujiatini,2017).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan disebut normal apabila prosesnya terjadi pada usia
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disetai adanya penyulit atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri)(Johariyah,2017).
1.2 Faktor yang mempengaruhi persalinan
Menurut Rukiah (2014) factor yang mempengaruhi persalinan ada 5 yaitu:
1) Janin (Passenger)

37
38

Bagian yang paling besar dank eras dari janin adalah kepala janin.posisi dan
besar kepala janin dapat mempengaruhi jalannya persalinan sehingga dapat
membahayakan hidup dan kehidupan janin kelak, hidup sempurna, cacat atau
akhirnya meninggal, apabila kepala janin sudah lahir, maka bagian-bagian lain
dengan mudah menyusul kemudian.
2) Jalan lahir (Passage)
Tulang panggul di bentuk oleh dua tulang koksa (terbentuk dari fusi tiga
tulang: os pubis, os iskium, dan os ilium) yang masing-masing membatasi bagian
samping rongga panggul.
3) Tenaga (Power)
His atau kontraksi uterus adalah kontraksi otot-otot uterus dalam persalinan.
Kontraksi merupakan suatu sifat pokok otot polos dan tentu saja hal ini terjadi
pada otot polos uterus yaitu miometrium.
4) Psikis ibu bersalin
Psikis ibu bersalin sangat berpengaruh dari dukungan suami dan anggota
keluarga yang lain untuk medampingi ibu selama bersalin dan kelahiran anjurkan
mereka berperan aktif dalam mendukung dan mendampingi langkah-langkah yang
mungkin akan sangat membatu kenyamanan ibu,hargai keinginan ibu untuk di
dampingi, dapat membantu kenyamanan ibu, hargai keinginan ibu untuk
didampingi.
5) Penolong
Penolong persalinan adalah petugas kesehatan yang mempunyai legalitas
dalam menolong persalinan antara lain dokter, bidan, serta mempunyai
kompetensi dalam menolong persalinan,menangani kegawat daruratan serta
melakukan rujukan jika diperlukan. Penolong persalinan selalu menerapkan upaya
pencegahan infeksi yang di anjurkan termasuk diantaranya cuci tangan, memakai
sarung tangan dan perlengkapan perlindungan pribadi serta pendokumentasian
alat bekas pakai.
1.3 Tanda-Tanda Persalinan
Menurut Walyani (2016), sebelum terjadinya persalinan, didahului dengan
tanda-tanda sebagai berikut:
1. Adanya kontraksi rahim
Secara umum tanda awal bahwa ibu hamil untu melahirkan adalah
mengejangnya rahim atau dikenal dengan istilah kontraksi. Kontraksi tersebut
berirama, teratur, dan involunter, umumnya kontraksi bertujuan untuk

38
39

menyiapkan mulut rahim untuk membesar dan meningkatkan aliran darah di


dalam plasenta.
2. Keluar lendir bercampur darah
Lendir disekresi sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir serviks pada awal
kehamilan. Lendir mulanya menyumbat leher rahim, sumbatan yang tebal pada
mulut rahim terlepas, sehingga menyebabkan keluarna lendir yang berwarna
kemerahan bercampur darah dan terdorong keluar oleh kontraksi yang membuka
mulut rahim yang menandakan bahwa mulut rahim menjadi lunak dan membuka.
3. Keluarnya air-air (ketuban)
Keluarnya air yang jumlahnya cukup banyak, berasal dari ketuban yang pecah
akibat kontraksi yang makin sering terjadi. Jika ketuban yang menjadi tempat
perlindungan bayi sudah pecah, maka sudah saatnya bayi harus keluar.
4. Pembukaan serviks
Membukanya leher rahim sebagai respon terhadap kontrasi yang berkembang.
Tanda ini tidak diketahui oleh pasien tetapi dapat diketahui melaui pemeriksaan
dalam.
1.4 Fisiologi Persalinan
1)Tahapan Persalinan
Menurut Rohanni,dkk (2016) perubahan fisiologi pada persalinan adalah
sebagai berikut:
A.Kala I : Kala Pembukaan
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan
serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap(10 cm). dalam kala I pembukaan
dibagi menjadi 2 fase :
1. Fase laten
Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak awal kontraksi
yang menyebabkan penipian dan pembukan serta bertahap sampai pembukaan 3
cm, berlangsung dalam 7-8 jam.

2. Fase aktif

39
40

Fase yang dimulai dari pembukan serviks 4 cm sampai pembukaan serviks 10


cm, berlangsung selama 6 jam dan dibagi dalam 3 subfase :
a. Fase akselerasi : fase ini berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
b. Fase dilatasi maksimal : fase ini berlangsung selam 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
c. Fase deselerasi : fase ini berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaaan
menjadi 10 cmatau lengkap.
2)Kala II : Kala Pengeluaran Janin
Pada kala II, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit
sekali. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan
perineum merenggang. Lama kalaII pada primigravida adalah dari 1,5 jam
sampaidengan 2 jam, sedangkan pada multi gravid adalah 0,5 jam sampai dengan
1 jam (Johariyah, 2017).
Kala II dimulai daripembukaan lengkap sampai dengan lahirnya bayi.
Gejala dan tanda kala II persalinan :
1. His semakin kuat dengan interval 2 samapai 3 menit, dengan durasi 50 sampai
100 detik.
2. Menjelang akhir kala II ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran
cairan yang secara mendadak.
3. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
4. Ibu merasakan adanya peningkatan tekana pada rectum atau vagina.
5. Perineum menonjol.
6. Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah.
7. Tanda pasti kala II: pembukaan servikstelah lengkap atau terlihatnya bagian
terendah janin di introitus vagina.
3).Kala III : Kala Uri
Kala III adalah waku pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Biasanya
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Dan pada pengeluaran plasenta
biasanya disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

4)Kala IV: Tahap pengawasan

40
41

Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya


perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selama kurang lebih 2 jam.
2)Perubahan Fisiologis dalam Persalinan
1. Perubahan Fisiologis pada Persalinan kala I
Menurut Rohani dkk (2016), perubahan pada kala I, yaitu:
a. Sistem reproduksi
Pada kala I persalinan terjadi berbagai perubahan pada sistem reproduksi
wanita yaitu segmen atas rahim (SAR) memegang peranan yang aktif
karena berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal seiring majunya
persalinan, sebaliknya segmen bawah rahim (SBR) memegang peranan
pasif, akan makin tipis dengan majunya persalinan karena diregang,
kontraksi uterus bertanggung jawab terhadap penipisan dan pembukaan
serviks serta pengeluaran bayi dalam persalinan.
b. Sistem Kardiovaskular
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus, sistol meningkat 10-20
mmHg dan diastol meningkat 5-10 mmHg.Antara kontraksi, tekanan darah
kembali normal seperti sebelum persalinan.Perubahan posisi ibu dari
telentang menjadi miring dapat mengurangi peningkatan tekanan darah,
peningkatan darah ini juga dapat disebabkan oleh rasa takut.Hemoglobin
meningkat 1,2 mg/100 ml selama persalinan dan kembali seperti sebelum
persalinan pada hari pertama postpartum, asalkan tidak ada kehilangan
darah yang abnormal.
c. Sistem Pencernaan
Selama persalinan, metabolisme karbohidrat aerob maupun anaerobakan
meningkat secara terus menerus. Kenaikan ini sebagian besar disebabkan oleh
kecemasan dan kegiatan otot tubuh.Rasa mual dan muntah biasa terjadi sampai
berakhirnya kala I persalinan.Persalinan memengaruhi sistem saluran cerna
wanita.

d. Suhu Tubuh

41
42

Suhu tubuh selama persalinan akan meningkat, hal ini terjadi karena
peningkatan metabolisme. Namun, peningkatan suhu tubuh tidak boleh
melebihi 0,5-1oC).
e. Sistem Pernapasan
Peningkatan laju pernapasan selama persalinan adalah normal, hal ini
mencerminkan adanya metabolisme. Hiperventilasi yang terjadi dalam waktu
yang lama menunjukkan kondisi tidak normal dan bisa menyebabkan
alkalosis.
f. Sistem Perkemihan
Proteinuria +1 dapat dikatakan normal dan hasil ini merupakan respon
rusaknya jaringan otot akibat kerja fisik selama persalinan. Poliuria sering
terjadi selama persalinan, mungkin disebabkan oleh peningkatan curah
jantung, peningkatan filtrasi dalam glomerulus dan peningkatan aliran plasma
ginjal. Poliuria yang sedikit dianggap normal dalam persalinan.
g. Perubahan Endokrin
Sistem endokrinakan diaktifkan selama persalinan di mana terjadi penurunan
kadar progesteron dan peningkatan kadar estrogen, prostaglandin, dan
oksitosin.
h. Perubahan Integumen
Adaptasi sistem integumen khususnya distensibilitas yang besar pada
introitusvagina yang terbuka.Derajat distensibilitas bervariasi pada ibu yang
melahirkan.Walaupun tanpa episiotomi atau laserasi, robekan kecil sekitar
introitusvagina mungkin terjadi.
i. Perubahan Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal mengalami stress selama persalinan. Nyeri punggung
dan nyeri sendi (tidak berkaitan dengan posisi janin) terjadi sebagai akibat
semakin renggangnya sendi pada masa aterm. Proses persalinan itu sendiri
dan gerakan meluruskan jari-jari kaki dapat menimbulkan kram tungkai.
2. Perubahan Fisiologis pada Persalinan Kala II
Menurut ( Sujiyatini,2017) perubahan fisiologis pada persalina kala II :
1. His menjadi lebih kuat dan lebih sering

42
43

2. Timbul tenaga untuk meneran


3. Perubahan dalamdasar panggul
4. Lahirnya fetus
3. Perubahan Fisiologis pada Persalinan Kala III
1) Mekanisme pelepasan plasenta
Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal-hal :
perubahan bentuk dan tinggi fundus, dimana setelah bayi lahir dan sebelum
myometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi
fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta
terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau
alpukat dan fundus berada di atas pusat (sering kali mengarah ke sisi kanan);
tali pusat memanjang, dimana tali pusat terlihat menjulur keluar melalui
vulva (tanda Ahfeld); semburan darah tiba-tiba, dimana darah terkumpul di
belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh
gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplacental pooling) dalam
ruang diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi
kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang
keluar
2) Tanda-tanda pelepasan plasenta
Tanda-tanda pelepasan plasenta ,yaitu:
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium berkontraksi, uterus berbentuk bulat
penuh dan tinggi fundus uteri biasanya turun hingga dibawah pusat. Setelah
uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus menjadi bulat,
dan fundus berada diatas pusat.
b) Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat keluar memanjang, terjulur melalui vulva dan vagina.
c) Semburan darah tiba-tiba
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong
plasenta keluar dan dibantu gaya gravitasi. Semburan darah yang tiba-tiba
menandakan bahwa darah yang terkumpul antara tempat melekatnya

43
44

plasenta dan permukaan maternal plasenta, keluar melalui tepi plasenta yang
terlepas.
4. Perubahan fisiologis pada Kala IV
Kala IV ditetapkan sebagai waktu dua jam setelah plasenta lahir lengkap, hal
ini dimaksudkan agar dokter, bidan atau penolong persalinan masih
mendampingi wanita setelah persalinan selama 2 jam (dua jam postpartum).
1.5 Perubahan Psikologis pada Persalinan
1. Perubahan Psikologis pada Persalinan Kala I (Rohani dkk, 2016)
a. Seorang wanita dalam proses kelahiran bayinya merasa tidak sabar mengikuti
irama naluriah dan mau mengatur dirinya sendiri, biasanya mereka menolak
nasihat-nasihat dari luar. Sikap yang berlebihan ini pada hakekatnya
merupakan ekspresi dari mekanisme melawan ketakutan.
b. Pada multigravida, sering terjadi kekhawatiran atau cemas terhadap anak-
anaknya yang tinggal di rumah, dalam hal ini bidan bisa berbuat banyak
untuk menghilangkan kecemasan ibu.
c. Perubahan Psikologis pada Persalinan Kala II
Pada kala II, his terkoordinasi kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit
sekali.Kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah
tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan
rasa ingin meneran.Karena tekanan rektum, ibu merasa seperti mau buang air
besar, dengan tanda anus membuka (Rohani, dkk, 2016).
d. Perubahan Psikologis pada Persalinan Kala III
Ibu ingin melihat, menyentuh dan memeluk bayinya. Merasa gembira, lega dan
bangga akan dirinya, juga merasa sangat lelah. Memusatkan diri dan kerap
bertanya apakah vaginanya perlu dijahit.Menaruh perhatian terhadap plasenta
(Rohani, dkk, 2016).
e. Perubahan Psikologis pada Persalinan kala IV
Perasaan lelah, karena segenap energi psikis dan kemampuan jasmaninya
dikonsentrasikan pada aktivitas melahirkan.Dirasakan emosi-emosi
kebahagiaan dan kenikmatan karena terlepas dari ketakutan, kecemasan dan
kesakitan. Timbul reaksi-reaksi afeksional yang pertama terhadap bayinya:

44
45

rasa bangga sebagai wanita, istri dan ibu. Terharu, bersyukur pada Maha
Kuasa dan sebagainya (Rohani dkk, 2016).
2.Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal
1) Asuhan Persalinan Pada Kala I
Menurut Rukiah, 2014 langkah-langkah asuhan kala I :
1. Anamnesis antara lain identifikasi klien, gravida, para, abortus, anak hidup,
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT), tentukan taksiran persalinan, riwayat
penyakit (sebelum dan selama kehamilan) termasuk alergi, riwayat
persalinan.
2. Pemeriksaan abdomen mengukur tinggi fundus uteri, menentukan presentasi
dan letak, menentukan penurunan bagian terbawah janin, memantau denyut
jantung janin, menilai kontraksi uterus.
3. Periksa dalam antara lain tentukan konsistensi dan pendataran serviks
(termasuk kondisi jalan lahir), mengukur besarnya pembukaan, menilai
selaput ketuban, menentukan presentasi dan seberapa jauh bagian terbawah
telah melalui jalan lahir, menentukan denominator.
4. Asuhan Persalinan pada Kala II, Kala III dan Kala IV
Asuhan persalinan pada kala II, kala III dan kala IV tergabung dalam 60
langkah APN (Asuhan persalinan normal,2016).
60 langkah asuhan persalinan normal (ASUHAN PERSALINAN
NORMAL,2016).
I. Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua
1. Mengenali Gejala dan Tanda Kala Dua.
a. Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau
vaginanya.
c. Perineum tampak menonjol.
d. Vulva-vagina dan sfinger ani membuka.

II. Menyiapkan Pertolongan Persalinan

45
46

2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan.


Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik
steril sekali pakai didalam tabung partus set.
3. Mengenakan baju penutup dan celemek plastic yang bersih.
4. Melepaskan semua perhiasan yang di pakai di bawah siku, memncuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan meneringkan
tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan
dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai
sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali
partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa
mengkontaminasi tabung suntik).
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN
JANIN BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati depan
ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air
disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum tau anus
terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama
dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa
yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan
jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan
benar di dalam larutan terkontaminasi, langkah #9).
8. lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Bila
selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap dan lakukan
anatomi.
9. Mendokumentasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan
kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya
didalam larutan klorin 0,5% dalam 10 menit. Mencuci kedua tangan
(seperti diatas).

46
47

10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100–180 kali/menit).
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b. Mendokumentasikan hasil – hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua
hasil – hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
IV. MENYIAPKAN IBU&KELUARGA
11. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik. Dan sebentar lagi ibu akan melahirkan
12. Meminta bantuan keluarga memberikan asupan makanan dan minuman
agar ibu bertenaga
13. Menganjurkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada ibu
14. Memberitahu ibu jika merasakan kontraksi maka ibu cukup menarik nafas
panjang dan jangan dikedankan
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15. jika kepala bayi membuka vulva dengandiameter 5-6 cm Letakkan
handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu,
16. letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong
ibu.
17. Buka tutup partus set
18. Pakai handschon dan pimpin ibu untuk meneran dengan cara menyuruh ibu
menarik nafas panjang dengan tumpuan pada bokong ibu mengedan lalu
dibatukkan.
VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
Lahirnya Kepala
19. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan
yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak
menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-
lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas
cepat saat kepala lahir.

47
48

20.. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau
kasa yang bersih. (Langkah ini tidak harus dilakukan)
21. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal
itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi:
a. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di duatempat
dan memotongnya.
22. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putar paksi luar secara
spontan.
Lahir Bahu
23. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di
masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke
arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk
melahirkan nahu posterior.
24. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi
yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan
lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku
dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bawah untuk
menyangga tubuh bayi saat dilahirklan. Menggunaka tangan anterior
(bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat
keduanya lahir.
25. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat
punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati
membantu kelahiran kaki.

VII.PENANGANAN BAYI BARU LAHIR

48
49

26. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakan bayi di
atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari
tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi sedikit lebih
rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di
tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan
resusitasi.
26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan
kontak kulit ibu – bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/i.m.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang
klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dan gunting
dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menututpi bagian
kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan
bernafas, ambil tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA III
OKSITOSIN
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen
untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32. Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin
10 unit I.M.
Penegangan Tali Pusat Terkendali
34. Memindahkan klem pada tali pusat.
35. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di ata
stulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi

49
50

kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem


dengan tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke
arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus
ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk
membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika pla senta tidak lahir
setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu
hingga kontraksi berikut mulai.
a. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota
keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.
Mengeluarkan Plasenta
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik
tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kuva jalan
lahir sambil memeruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak 5 –
10 cmdari vulva.
b. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama
15 detik :
1. Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M.
2. Menilai kandung kemih dan dilakukan katerisasi kandung kemih dengan
menggunakan teknik aseptik jika perlu.
3. Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
4. Mengulangin penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
5. Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak
kelahiran bayi.
38 Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memgang plasenta dengan dua
tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi

50
51

tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan
seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forceps disinfeksi
tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang
tertinggal.
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase
uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan massase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus menjadi keras).
IX. MENILAI PERDARAHAN
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin
dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput
ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dlaam kantung plastik
atau tempat khusus.
a. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan massase selama 15 detik
mengambil tindakan yang sesuai.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami pendarahan aktif.
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik,
mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.
43. biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke di dada ibu paling sedikit 1
jam
a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini
dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung
sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara
b. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu
44. setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi,beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan Vit K 1mg intramuskular di paha kiri
anterolateral

51
52

45. setelah satu jam pemberian Vitamin K berikan suntikan imunisasi


Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
a Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu- waktu bisa
disusukan
b Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu
di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu
Evaluasi
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :
a. 2 – 3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.
b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.
c. Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua padcapersalinan.
d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang
sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
47. Mengajarkan pada ibu / keluarga bagaimana melakukan masase uterus
dan memeriksa kontraksi uterus.
48. Mengevaluasi kehilangan darah,
49. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaaan kandung kemih setiap 15
menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pascapersalinan.
a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pascapersalinan.
b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
Kebersihan dan Keamanan
53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5 % untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peratalan setelah
dekontaminasi
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah
yang sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu
memakai pakaian yang bersih dan kering.

52
53

56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.


Mengaanjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan
yang diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan
larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Mencuci kedua tangan sengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
60. Melengkapi partograf

Partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.
Menurut buku Asuhan Persalinan (2016) Tujuan utama dari penggunaan partograf
adalah untuk:
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
2) Mendeteksi apakah persalinan berjalan secara normal atau tidak. Dengan
demikian dapat dilakukan deteksi dini kemungkinan terjadi ketidak
normalan atau bahaya dalam persalinan dan dapat dengan tepat memberikan
tindakan atau merujuk ketingkat pelayanan yang lebih tinggi.
Menurut Asuhan Persalinan Normal (2016),partograf dimulai pada
pembukaan 4 cm . Kemudian, petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin
sebagai berikut.
a) Denyut Jantung Janin setiap 30 menit
b) Air ketuban
U : Selaput ketuban Utuh (belum pecah)
J : Selaput ketuban pecah dan air ketuban jernih
M : Selaput ketuban pecah dan air ketuban bercampur Mekonium
D : Selaput ketuban pecah dan air ketuban bercampur darah

53
54

K : Selaput ketuban pecah dan air ketuban kering


c) Perubahan bentuk kepala janin (molase)
0 : tulang-tulang kepala janin terpisah,sutura mudah dipisahkan
1 : Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih, tapi dapat dipisahkan
2 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
3. tulang-tulang kepala janin tumpah tindih dan tidak dapat dipisah
d) Pembukaan serviks : Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam dan
bila ada tanda-tanda penyulit dilakukan lebih sering
e) Penurunan kepala bayi, menggunakan system perlimaan, catat dengan tanda
lingkaran “O”. Pada posisi 0/5, sinsiput (S), atau paruh atas kepala berada di
simfisis pubis.
f) Waktu : menyatakan beberapa lama penanganan sejak pasien diterima
g) Jam : catat jam sesungguhnya
h) Kontraksi : lakukan palpasi untuk hitung banyaknya kontraksi dalam 10
menit,dan lamanya. lama
i) Oksitosin : catat jumlah oksitosin pervolum infus seta jumlah tetes
permenit.
j) Obat yang diberikan
k) Nadi : dihitung setiap 30 menit dan ditandai dengan titik besar.
l) Tekanan darah : nilai dan catat setiap 4 jam selama fase aktif persalinan,dan
ditandai dengan anak panah. Suhu tubuh
m) Protein,asteon,volum urin,catat setiap ibu berkemih. Jika Ada temuan yang
melintas kearah kanan dari garis waspada, petugas kesehatan harus segera
melakukan tindakan atau mempersiapkan rujukan yang tepat.
C.Nifas
1.Konsep Dasar Nifas
1.1Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-
alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari (Walyani, 2015).

54
55

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungankembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas selama kira-kira 6
minggu(astutik,2015).
1.2 Fisiologi Masa Nifas
a.Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Ibu dalam masa nifas mengalami perubahan fisilogis. Setelah keluarnya
plasenta, kadar sirkulasi hormone HCG (human choronic gonadotropin), human
plasental lactogen, estrogen dan progesteron menurun. Human plasental lactogen
akan menghilang dari peredaran darah ibu dalam 2 hari dan HCG dalam 2 minggu
setelah melahirkan. Kadar estrogen dan progesteron hampirsama dengan kadar
yang ditemukan pada fase folikuler dari siklus menstruasi berturut-turut sekitar 3
dan 7 hari. Penarikan polipeptida dan hormon steroid ini mengubah fungsi seluruh
sistem sehingga efek kehamilan berbalik dan wanita dianggap sedang tidak hamil,
sekalipun pada wanita.
Perubahan-perubahan yang terjadi, yaitu (Walyani dkk, 2015):
1. Sistem kardiovaskular
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah melahirkan
karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan beban
jantung meningkat yang dapat diatasi dengan haemokonsentrasi sampai
volume darah kembali normal, dan pembuluh darah kembali ke ukuran
semula.
2. Sistem haematologi
a. Hari pertama masa nifas kadar fibrinogen dan plasma sedikit menurun, tetapi
darah lebih kental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan
pembekuan darah.
b. Leukosit meningkat, dapat mencapai 15000/mm³ selama persalinan dan tetap
tinggi dalam beberapa hari post partum. Selama 10-12 hari setelah persalinan
umumnya bernilai antara 20000-25000/mm³, neurotropil berjumlah lebih
banyak dari sel darah putih, dengan konsekuensi akan berubah.
c. Faktor pembekuan, yakni suatu aktivasi faktor pembekuan darah terjadi
setelah persalinan. Aktivasi ini, bersamaan dengan tidak adanya pergerakan,

55
56

trauma atau sepsis, yang mendorong terjadinya tromboemboli. Keadaan


produksi tertinggi dari pemecahan fibrin mungkin akibat pengeluaran dari
tempat plasenta.
d. Kaki ibu diperiksa setiap hari untuk mengetahui adanya tanda-tanda
trombosis (nyeri, hangat dan lemas, vena bengkak kemerahan yang dirasakan
keras atau padat ketika disentuh).
e. Varises pada kaki dan sekitar anus (haemoroid) adalah umum pada
kehamilan. Varises pada vulva umumnya kurang dan akan segera kembali
setelah persalinan.
3. Sistem reproduksi
a. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
1. Bayi lahir tinggi fundus uteri setinggipusat dengan berat uterus 1000 gram.
2. Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari dibawah pusat
dengan berat uterus 750 gram.
3. Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat simpisis
dengan berat uterus 500 gram.
4. Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simfisis
dengan berat uterus 350 gram
5. Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus
50 gram.
b. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam
masa nifas. Macam-macam lochea:
1. Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban. Sel-
sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selam 2 hari post
partum.
2. Lochea sanguinolenta: berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3-7 post
partum.

56
57

3. Lochea serosa: berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari 7-14
post partum.
4. Lochea alba: cairan putih, setlah 2 minggu
5. Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
6. Locheastasis: lochea tidak lancar keluarnya
c. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium
eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu
persalinan serviks menutup.
d. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3
minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae
dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia
menjadi lebih menonjol.
e. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke
5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun
tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan.
f. Payudara
Perubahan pada payudara meliputi:
a) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan hormon
prolaktin setelah persalinan
b) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari ke-2 atau
hari ke-3 setelah persalinan
c) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi
4. Sistem perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat
spasine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami

57
58

kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin dalam
jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah
melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat
menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini
menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam
tempo 6 minggu.
5. Sistem gastrointestinal
Kerap kali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.
Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan
makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh
berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan
diberikan enema. Rasa sakit di daerah perineum dapat menghalangi keinginan
kebelakang.
6. Sistem endokrin
Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum.
Progesteron turun pada hari ke 3 post partum. Kadar prolaktin dalam darah
berangsur-angsur hilang.
7. Sistem muskulosklebal
Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam post partum. Ambulasi dini sangat
membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.
8. Sistem integumen
Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hyperpigmentasi kulit.
Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan
menghilang pada saat estrogen menurun.
1.3 Adaptasi Psikologis Masa Nifas
Perubahan psikologis pada masa nifasyaitu (Walyani,2015) :
1) Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dari hari pertama
sampai hari kedua melahirkan. Pada fase ini ibu sedang berfokus terutama
pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses

58
59

persalinannya yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu bicara
tentang dirinya sendiri. Hal ini membuat ibu cenderung lebih pasif terhadap
lingkungannya.
Pada fase ini petugas kesehatan harus menggunakan pendekatan yang empatik
agar ibu dapat melewati fase ini dengan baik. Ibu hanya ingin didengarkan
dan diperhatikan. Kehadiran suami atau keluarga sangat diperlukan pada fase
ini.
2) Fase taking hold
Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan
rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaaan
sangat sensitif, sehingga mudah tersinggung dan marah. Dukungan moril
sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu.
3) Fase letting go
Fase letting go adalah periode menerima tanggung jawab akan peran barunya.
Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Terjadi peningkatan akan
perawatan diri dan bayinya. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga
siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan untuk merawat
diri dan bayinya sudah meningkat pada fase ini. Ibu akan lebih percaya diri
dalam menjalani peran barunya.
1.4 Kebutuhan Dasar Masa Nifas
Kebutuhan dasar pada ibu nifas antara lain:
1. Nutrisi dan cairan
Kebutuhan kalori pada masa menyusi bertambah sekitar 400-500 kalori tiap
hari. Pada wanita dewasa memerluakan 1800 kalori per hari. Makan dengan diet
serimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup, minum
sedikitnya 3 liter air setiap hari atau sebanyak 8 gelas per hari, (anjurkan ibu untuk
minum setiap kali menyusui), pil zat besi harus diminum untuk menambah zat
gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin, minum kapsul vitamin A (200.000

59
60

unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya (Astutik,
2015).
2. Ambulasi
Sebagian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah persalinan
usai.. Dalam 2 jam setelah bersalin ibu harus sudah bisa melakukan mobilisasi.
Dilakukan secara perlahan-lahan dan bertahap. Dapat dilakukan dengan miring
kanan atau kiri terlebih dahulu, kemudian duduk dan berangsur-angsur untuk
berdiri dan jalan (Walyani, 2015).
3. Eliminasi
Rasa nyeri kadang mengakibatkan ibu nifas enggan untuk berkemih (miksi),
tetapi harus diusahakan untuk tetap berkemih secara teratur. Hali ini dikarenakan
kandung kemih yang penuh dapat menyebabkan gangguan kontraksi uterus yang
dapat menyebabkan perdarahan uterus. Buang Air Kecil (BAK) sebaiknya
dilakukan secara spontan/mandiri. BAK yang normal pada masa nifas adalah
BAK spontan setiap 3-4 jam. BAB normal sekitar 3-4 hari masa nifas. Setelah
melahirkan, ibu nifas sering mengeluh mengalami kesulitan untuk Buang Air
Besar (BAB), yang disebabkan pengosongan usus besar sebelum melahirkan serta
factor individual misalnya nyeri pada luka perineum ataupun perasaan takut jika
BAB menimbulkan robekan pada jahitan perineum.
4. Personal hygiene
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan
perasaan yang nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri
dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas
tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal. Ibu tetap harus bersih, segar dan
wangi. Merawat perineum dengan baik dengan menggunakan antiseptic dan selalu
diingat bahwa membersihkan perineum dari arah depan ke belakang (Walyani,
2015).
5. Kebutuhan istirahat dan tidur
Ibu nifas membutuhkan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan
ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari. Anjurkan ibu

60
61

untuk istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan (Walyani,
2015).
2.Asuhan Masa Nifas
Asuhan ibu masa nifas adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera setelah
kelahiran sampai 6 minggu.Tujuan dari asuhan masa nifas adalah untuk
memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu segera setelah
melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama kehamilan.
Paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan
untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi, melakukan pencegahan terhadap
kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayi,
mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas,
menangani komlikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu
nifas maupun bayinya (Walyani, 2015).
Adapun program dan kebijakan tehnik masa nifas dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 2.5
Program Dan Kebijakan Teknik Masa Nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam a. Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas
setelah b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
persalinan perdarahan dan memberikan rujukan bila
perdarahan berlanjut
c. Memberikan konseling kepada ibu atau salah
satu anggota keluarga mengenai bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri
d. Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu
e. Mengajarkan ibu untuk mempererat hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi
2 6 hari a. Memastikan involusi uteri berjalan normal,
setelah uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus
persalinan tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada
bau
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
kelainan pasca melahirkan
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan,

61
62

cairan dan istirahat


d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
ada tanda-tanda penyulit
e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai
asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan
menjaga bayi agar tetap hangat
3 2 minggu a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus
setelah berkontraksi, fundus di bawah umbilicus tidak ada
persalinan perdarahan abnormal, dan tidak ada bau
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
kelainan pasca melahirkan

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan


dan istirahat
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
ada tanda-tanda penyulit
e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai
asuhan pada bayi, cara perawatan bayi baru lahir
dan menjaga bayi agar tetap hangat
4 6 minggu a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit
setelah yang dialami atau bayinya
persalinan b. Memberikan konseling untuk KB secara dini
Sumber: Walyani, 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Menyusui. Hal. 5
D.Bayi Baru Lahir
1.Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
1.1Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu
sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar >7
dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, 2017).
Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari)
sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 ( baru lahir) sampai dengan
usia 1 bulan sesudah lahir. Noenatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari, neonatus
lanjut adalah bayi 7-28 hari(Marmi,2018).
1.2 Fisiologi Bayi Baru Lahir
Adaptasi fisiologis bayi baru lahir(Marmi,2018).

62
63

a. Sistem pernafasan
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama
sesudah lahir.Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan
alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dan
mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga udara tertahan di dalam.
Respirasi pada neonatus biasanya pernafasan diafragmatik dan abdominal,
sedangkan frekuensi dan dalamnya belum teratur.
b. Sistem peredaran darah
Aliran darah paru pada hari pertama ialah 4-5 litter permenit/m2, aliran darah
sistolik pada hari pertama rendah, yaitu 1,96 litter permenit/m2dan bertambah
pertama pada hari kedua dan ketiga(3,54 litter /m2) karena penutupan duktus
arteriosus.
c. Saluran pencernaan
Pada masa neonatus saluran pencernaan mengeluarkan tinja pertama biasanya
dalam dua puluh empat jam pertamaberupa mekonium ( zat berwarna hitam
kehijauan).
d. Hepar
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologis, yaitu
kenaikan kadar protein serta penurunan kadar lemak dan glikogen. Sel sel
hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun memakan waktu agak lama.
Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi
hati pada neonatus juga belum sempurna.
e. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari tubuh orang dewasa
sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih besar. Pada jam-jam
pertama energi didapatkan dari pembakaran karbohidrat dan pada hari kedua
energi berasal dari pembakaran lemak.
f. Suhu tubuh
Terdapat empat kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir ke
lingkungannya, yaitu konduksi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek
lain melalui kontak langsung), konveksi (jumlah panas yang hilang

63
64

tergantung kepada kecepatan dan suhu udara), radiasi (pemindahan panas


antara dua objek yang mempunyai suhu berbeda dan evaporasi (perpindahan
panas dengan cara merubah cairan menjadi uap).
g. Kelenjar endokrin
Pada neonates kadang- kadang hormone yang didapatkan dari ibu masih
berfungsi, pengaruh dapat dilihat misalnya pembesaran kelenjar air susu pada
bayi laki-laki ataupun perempuan, kadanf-kadang adanya pengeluaran darah
dari vagina yang menyerupai haid bagi bayi perempuan.
h. Keseimbangan air dan fungsi ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif
lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler luas.Fungsi ginjal belum
sempurna karena jumlah neufron masih belum sebanyak orang dewasa,
ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus
proksimal, serta renal blood flow kurang bila dibandingkan dengan orang
dewasa.
i. Keseimbangan asam basa
Derajat keasaman (PH) darah pada waktu lahir rendah, karena glikolisis
anaerobik. Dalam 24 jam neonatus telah mengkompensasi asidosis.
j. Imunoglobulin
Pada bayi baru lahir hanya terdapat gama globulin G, sehingga imunologi dari
ibu dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil. Tetapi bila ada
infeksi yang dapat melalui plasenta, reaksi imunologis dapat terjadi dengan
pembentukan sel plasma dan antibodi gamma A,G dan M.
1.3 Penampilan bayi baru lahir (Rukiyah,dkk 2017)
a. Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling, perlu dikurangi rangsangan
terhadap reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakit, atau suara keras yang
mengejutkan atau suara mainan.
b. Keaktifan, bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan yang simetris
pada waktu bangun.
c. Simetris, apakah secara keseluruhan badan seimbang; kepala: apakah terlihat
simetris, benjolan seperti tumor yang lunak di belakang atas yang

64
65

menyebabkan kepala tampak lebih panjang ini disebabkan akibat proses


kelahiran.
d. Muka wajah: bayi tampak ekspreksi ; mata: perhatikan kesimetrisan antara
mata kanan dan kiri.
e. Mulut: penampilannya harus simetris, mulut tidak mencucu seperti mulut
ikan, tidak ada tanda kebiruan pada mulut bayi.
f. Leher, dada, abdomen: melihat adanya cedera akibat persalinan; perhatikan
ada tidaknya kelainan pada pernafasan bayi.
g. Punggung: adanya benjolan atau tumor atau tulang punggung dengan lekukan
yang kurang sempurna.
h. Kulit dan kuku: dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan, kadang-
kadang didapatkan kulit yang mengelupas ringan.
i. Kelancaran menghisap dan pencernaan: harus diperhatikan ; tinja dan kemih:
diharapkan keluar dalam 24 jam pertama.
j. Refleks: refleks rooting, bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh pipi;
refleks isap, terjadi apabila terdapat benda menyentuh bibir, yang disertai
refleks menelan; refleks morro ialah timbulnya pergerakan tangan yang
simetris seperti merangkul apabila kepala tiba-tiba digerakkan; refleks
mengeluarkan lidah terjadi apabila diletakkan benda di dalam mulut, yang
sering ditafsirkan bayi menolak makanan/minuman.
k. Berat badan: sebaiknya tiap hari dipantau penurunan berat badan lebih dari
5% berat badan waktu lahir, menunjukkan kekurangan cairan.

2.Asuhan pada Bayi Baru Lahir


Adapun Asuhan pada Bayi Baru Lahir, yaitu sebagai berikut (Maryanti, 2017):
1. Penilaian
Nilai kondisi bayi apakah bayi menangis kuat/bernafas tanpa kesulitan, apakah
bayi bergerak dengan aktif/lemas, dan apakah warna kulit bayi pucat/biru.
APGAR SCORE merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir
meliputi 5 variabel (pernapasan, frekensu jantung, warna, tonus otot dan
iritabiltas reflex). Setiap variabel dinilai: 0,1 dan 2. Nilai tertinggi adalah 10.

65
66

Nilai 7-10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik. Nilai 4-6
menunjukkan bayi mengalami depresi sedang dan membutuhkan tindakan
resusitasi. Nilai 0-3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius dan
membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi. Berikut adalah tabel
penilaian APGAR SCORE:
Tabel 2.6
Penilaian APGAR SCORE
Tanda 0 1 2
Appearance Biru, pucat Badan pucat, tungkai biruSemuanya merah muda

Pulse Tidak teraba <100 >100


Grimace Tidak ada Lambat Menangis kuat
Activity Lemas/lumpuh Gerakan sedikit/ fleksi
Aktif/fleksi tungkai baik/reaksi
tungkai melawan
Respiratory Tidak ada Lambat tidak teratur Baik, menangis kuat
Sumber: Maryanti, dkk. 2017 hal 35.
2. Perawatan tali pusat
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali pusat dengan cara:
a) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam klorin
0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.
b) Bilas tangan dengam air matang/DTT.
c) Keringkan tangan (bersarung tangan).
d) Letakkan bayi yang terbungkus di atas permukaan yang bersih dan hangat.
e) Ikat ujung tali pusat sekitar 3-5 cm dari pusat dengan menggunakan benang
DTT. Lakukan simpul kunci/ jepitkan.
f) Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali
pusat dan lakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian TP pada
sisi yang berlawanan.
g) Lepaskan klem penjepit dan letakkan di dalam larutan klorin 0,5%.
h) Selimuti bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian kepala
bayi tertutup.
3. Pencegahan kehilangan panas
Cara mencegah kehilangan panas yaitu keringkan bayi secara seksama, selimuti
bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat, tutup bagian kepala

66
67

bayi, ajurkan ibu memeluk dan menyusui bayinya. Jangan segera menimbang
atau memandikan bayi baru lahir dan tempatkan bayi di lingkungan yang
hangat.
4. Pencegahan infeksi pada mata
Pencegahan infeksi yang dapat diberikan pada bayi baru lahir adalah dengan
memberikan obat tetes mata/salep. Diberikan 1 jam pertama bayi lahir yaitu
eritromysin 0,5%/tetrasiklin 1%.
Menurut Rukiyah (2017) terdapat beberapa kunjungan pada bayi baru lahir,
yaitu:
1. Asuhan pada kunjungan pertama
Kunjungan neonatal yang pertama adalah pada bayi usia 6-48 jam. Asuhan
yang diberikan yaitu:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat
b. Perawatan mata 1 jam pertama setelah lahir
c. Memberikan identitas pada bayi
d. Memberikan suntikan vitamin K
2. Asuhan pada kunjungan kedua
Kunjungan neonatal yang kedua adalah pada usia bayi 3-7 hari. Asuhan yang
diberikan adalah memberikan konseling tentang menjaga kehangatan bayi,
pemberian ASI, perawatan tali pusat dan mengawasi tanda-tanda bahaya.
3. Asuhan pada kunjungan ketiga
Kunjungan neonatal yang ketiga adalah pada bayi 8-28 hari (4 minggu)
namun biasanya dilakukan di minggu ke 6 agar bersamaan dengan kunjungan
ibu nifas. Di 6 minggu pertama, ibu dan bayi akan belajar banyak satu sama
lain.
Proses “give & take“ yang terjadi antara ibu dan bayi akan menciptakan ikatan
yang kuat. Hubungannya dengan ibu akan menjadi landasan bagi bayi untuk
berhubungan dengan yang lainnya

E.Keluarga Berencana (KB)


1.Konsep Dasar KB

67
68

1.1Pengertian Keluarga Berencana


Keluarga berencana merupakan suatu upaya meningkatkan kepedulian dan
peran serta masyarakat, melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga
kecil, bahagia, dan sejahtera (Sri Handayani 2017).
1.2Tujuan program Keluarga berencana
Tujuan untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi program KB
yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana
program KB masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun
2015(Setyaningrum, 2016).
Sedangkan tujuan program KB secara filisofis adalah :
a. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil
yang bahagia dan sejahtera (NKKBS) yang menjadi dasar terwujudnya
masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus
menjamin terkendalinya pertumbuhan penduduk.
b. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu
dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
1.3Jenis-jenis kontrasepsi
Jenis - jenis kontrasepsi menurut (Handayani, 2017) adalah sebagai berikut
1) Metode kontrasepsi sederhana
a. Metode kontrasepsi sederhana tanpa alat
1) Metode alamiah
a) Metode kalender
Metode kalender adalah metode yang digunakan berdasarkan masa subur dimana
harus menghindari hubungan seksual tanpa perlindungan kontrasepsi pada hari
ke 8-19 siklus menstruasinya.
b) Metode suhu basal badan (THERMAL)
Metode ini adalah metode kontrasepsi yang dilakukan dengan mengukur suhu
tubuh basal, untuk menentukan masa-ovulasi. Metode suhu basal
tubuhmendeteksi kapan ovulasi terjadi. Keadaan ini dapt terjadi karena
progesterone, yang dihasilkan oleh korpus luteum, menyebabkan peningkatan

68
69

suhu basal tubuh. Sebelum perubahan suhubasal tubuh dipertimbangkan


sebagai masa ovulasi, suhu tubuh terjadi peningkatan sedikitnya 0,4˚ (0,2-0,5˚)
di atas 6 kali perubahan suhu sebelumnya yang diukur.
c) Metode lendir cervic
Metode ini merupakan metode kontrasepsi dengan menghubungkan pengawasan
terhadap perubahan lender serviks wanita yang dapat dideteksi di vulva.
Metode ovulasi didasarkan pada pengenalan terhadap perubahan lender servik
selama siklus menstruasi yang menggambarkan masa subur dalam siklus dan
waktu fertilitas maksimal dalam masa subur.
d) Metode symptom thermal
Metode ini adalah metode kontrasepsi yang dilakukan dengan mengamati
perubahan lendir dan perubahan suhu badan tubuh.
2) Metode amenorrhea laktasi
Metode amenorrhea laktasi adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian
Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa
pemberian makanan tambahan atau minuman apapun.
a) Efektifitas
Efektifitas metode ini tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan I pasca persalinan)
b) Keuntungan
a. Segera efektif
b. Tidak mengganggu senggama
c. Tidak ada efek samping secara sistemik
d. Tidak perlu pengawasan medis
e. Tidak perlu obat atau alat
f. Tanpa biaya
c) Keuntungan non-kontrasepsi untuk bayi:
a. Mendapat kekebalan pasif (mendaoat antibody perlindungan lewat ASI)
b. Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi
yang optimal
c. Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau
formula atau alat minum yang dipakai

69
70

Untuk ibu:
a. Mengurangi pendarahan pasca persalinan
b. Mengurangi resiko anemia
c. Meningkatkan hubungan psikologi ibu dan bayi
d) Kerugian
a. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segara menyusui dalam 30
menit pasca persalinan
b. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi social
c. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan
HIV/AIDS
e) Indikasi
a. Ibu yang menyusui secara ekslusif
b. Bayi berumur kurang dari 6 bulan
c. Ibu belum mendapatkan haid sejak melahirkan
f) Kontraindikasi
a. Sudah mendapat haid sejak setelah bersalin
b. Tidak menyusui secara ekslusif
c. Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
d. Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam
3) Coitus interruptus (senggama terputus)
Metode ini adalah metode kontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum
terjadi ejakulasi intravagina. Ejakulasi terjadi jauh dari genetalia eksterna.
b. Metode kontrasepsi sederhana dengan alat
1) Kondom
Kondom adalah suatu selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan
diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani)
yang dipasang pada penis (kondom pria) atau vagina (kondom wanita) pada
saat berhubungan seksual.
2) Spermiside

70
71

Spermiside adalah zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan spermatozoa


didalam vagina sebelum spermatozoa bergerak kedalam traktus genitalia
interna.
3) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang
dimasukkan kedalam vagina sebelum melakukan hubungan seksual dan
menutupi serviks.
4) Kap serviks
Kap serviks yaitu suatu alat kontrasepsi yang hanya menutupi serviks juga.
2) Kontrasepsi hormonal
a. Kontrasepsi pil
1) Pil oral kombinasi
Pil oral kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormone sintesis
estrogen dan progestron.
2) Pil progestin
Pil progestin merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormone sistensis
progesterone.
b. Kontrasepsi suntikan/injeksi
1) Suntik kombinasi merupakan kontrasepsi suntik yang berisi hormone sintesis
estrogen dan progestron.
2) Suntik progestin merupakan kontrasepsi suntikan yang berisi hormone
progestron.
c. Implant
Implant merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang
terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormone, dipasang pada lengan
atas.
1) Cara kerja
a. Menghambat ovulasi
b. Perubahan lender serviks menjadi kental dan sedikit
c. Menghambat perkembangan siklis dari endometrium
2) Keuntungan

71
72

a. Cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang mengandung
estrogen
b. Dapat digunakan untuk jangka waktu panjang 5 tahun dan bersifat reversible
c. Efek kontraseptif segera berakhir setelah implannya dikeluarkan perdarahan
terjadi lebih ringan, tidak menaikkan darah
d. Resiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan dengan
pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim
3) Kerugian
a. Susuk KB/implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan yang
terlatih
b. Lebih mahal
c. Sering timbul pola perubahan haid
d. Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya sendiri
e. Beberapa orang wanita mungkin segan untuk menggunakannya karena kurang
mengenalnya
4) Kontraindikasi
a. Kehamilan atau disangka hamil
b. Penderita penyakit hati akut
c. Kanker payudara
d. Kelainan jiwa
e. Penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus
f. Penyakit trombo emboli
g. Riwayat kehamilan ektopik
5) Indikasi
a. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama
tetapi tidak tersedia menjalani kontap/menggunakan AKDR
b. Wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen

6) Efektifitas
a. Efektivitasnya tinggi, angka kegagalan norplant <1 per 100 wanita per tahun
dalam 5 tahun pertama

72
73

b. Efektivitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun, dan pada tahun ke 6


7) Efek samping
a. Amenorrhea
b. Perdarahan bercak (spotting) ringan
c. Pertambahan atau kehilangan berat badan (perubahan nafsu makan)
d. Ekspulsi
e. Infeksi pada daerah insersi
8) Waktu pemasangan
a. Sewaktu haid berlangsung
b. Setiap saat asal diyakini klien tidak hamil
c. Bila menyusui: 6 minggu-6 bulan pasca salin
d. Saat ganti cara dari metode yang lain
e. Pasca keguguran
d. Alat kontrasepsi dalam Rahim
AKDR atau IUD atau spiral adalah suatu alat yang dimasukkan kedalam
Rahim wanita untuk tujuan kontrasepsi. AKDR adalah suatu alat atau benda yang
dimasukkan kedalam Rahim yang sangat efektif, reversible dan berjangka
panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif.
a. Efektivitas
Efektivitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuationrate) yaitu
berapa lama IUD tetap tinggal in-utero tanpa: ekspulsi spontan, terjadinya
kehamilan dan pengangkatan/pengeluaran karena alasan-alasan medis atau
pribadi.
Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi, sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan per 100
perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).
b. Keuntungan
1) AKDR dapat efektif segara setelah pemasangan
2) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu
diganti)
3) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual

73
74

5) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil


6) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
7) Tidak mempengaruhi kualitas ASI
8) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi)
9) Dapat digunakan sampai menopause
10) Tidak ada interaksi dengan obat-obat
11) Membantu mencegah kehamilan ektopik
c. Kerugian
1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 8 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan)
2) Haid lebih lama dan banyak
3) Perdarahan (spotting) antara menstruasi
4) Saat haid lebih sedikit
5) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
6) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
sering berganti pasangan
7) Penyakit radang panggul terjadi. Seorang perempuan dengan IMS memakai
AKDR, PRP dapat memicu infertilitas
8) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan dalam pemasangan
AKDR, sering kali perempuan takut selama pemasangan
9) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
10) Pemasangan AKDR, biasanya menghilang dalam 1-2 hari
11) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan
terlatih yang harus melakukannya
12) Mungkin AKDR keluar lagi dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila
AKDR dipasang sesudah melahirkan)
13) Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk
mencegah kehamilan normal

74
75

14) Perempuan harus memeriksa posisi benang dari waktu ke waktu, untuk
melakukan ini perempuan harus bias memasukkan jarinya kedalam vagina.
Sebagian perempuan ini tidak mau melakukanya
d. Indikasi
1) Usia reproduksi
2) Keadaan nullipara
3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4) Perempuan yang menyusui yang ingin menggunakan kontrasepsi
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
6) Setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
7) Perempuan dengan resiko rendah dari IMS
8) Tidak menghendaki metode hormonal
9) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
10) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama
e. Kontraindikasi
1) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi)
3) Sedang menderita infeksi alat genital
4) Tiga bulan terakhir sedang mengaalami atau sering menderita PRP atau abortus
septic
5) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak Rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri
6) Penyakit trofoblas yang ganas
7) Diketahui menderita TBC pelvic
8) Kanker alat genital
9) Ukuran rongga Rahim kurang dari 5 cm
f. Waktu pemasangan
1) Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil
2) Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
3) Segara setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pascapessalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorrhea

75
76

laktasi (MAL). Perlu diingat, angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera
atau selama 48 jam pascapersalianan.
4) Setelah menderita abortus (segara atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada
gejala infeksi.
5) Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi
g. Kunjungan ulang
1) Satu bulan pasca pemasangan
2) Tiga bulan kemudian
3) Setiap 6 bulan berikutnya
4) Satu tahun sekali
5) Bila terlambat haid satu minggu
6) Bila terjadi perdarahan banyak dan tidak teratur
h. Efek samping
1) Amonorhea
2) Kejang
3) Perdarahan pervagina yang hebat dan tidak teratur
4) Benang yang hilang pastikan adanya kehamilan atau tidak
5) Adanya pengeluaran cairan dari vagina atau dicurigai adanya penyakit radang
panggul.
3) Metode kontrasepsi mantap
a. Metode kontrasepsi mantap pada pria
Metode kontrasepsi mantap pria/Medis Operatif Pria (MOP) adalah suatu
metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan
sangat efektif, memakan waktu operasi yang sangat singkat dan tidak memerlukan
anastesi umum
b. Metode kontrasepsi mantap pada wanita
Metode kontrasepsi mantap wanita/ tubektomi/ Medis Operatif Wanita
(MOW) adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur yang mengakibatkan
orang atau pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapatkan keturunan lagi.
Kontrasepsi ini untuk jangka panjang dan sering disebut tubektomi atau sterilisasi.
2.Asuhan Pada Keluarga Berencana

76
77

b. Konseling Kontrasepsi
1) Definisi Konseling
Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif antara klien
dan petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi
terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang
dihadapi. Konseling merupakan tindak lanjut dari KIE dan dibutuhkan bila
seseorang menghadapi suatu masalah yang tidak dapat dipecahkan sendiri
(Yuhedi, 2018).
Tujuan Konseling KB (Setyanigrum, 2016).
a. Meningkatkan penerimaan
Informasi yang benar, diskusi bebas dengan cara mendengarkan, berbicara dan
komunikasi non-verbal menigkatkan penerimaan informasi mengenai KB oleh
klien.
b. Menjamin pilihan yang cocok
Menjamin petugas dan klien memilih cara terbaik yang sesuai dengan keadaan
kesehatan dan kondisi klien.
c. Menjamin penggunaan yang efektif
Konseling efektif diperlukan agar klien mengetahui bagaimana menggunakan
KB dengan benar dan mengatasi infomasi yang keliru tentang cara tersebut.
d. Menjamin kelangsungan yang lebih lama
Kelangsungan pemakaian cara KB akan lebih baik bila klien ikut memilih cara
tersebut, mengetahui cara kerjanya dan mengatasi efek sampingnya.
2) Jenis Konseling KB
Komponen yang penting dalam pelayanan KB dibagi 3 tahapan, yaitu:
a. Konseling Awal ( pendahuluan)
1) Bertujuan menentukan metode apa yang diambil
2) Bila dilakukan dengan objektif langkah ini akan membantu klien untuk
memilih jenis KB yang cocok untuknya
3) Yang perlu diperhatikan dalam langkah ini :
a. menanyakan langkah yang disukai klien
b. Apa yang diketahui tentang cara kerjanya, kelebihan, dan kekurangnnya.

77
78

b. Konseling Khusus
1) Memberi kesempatan klien untuk bertanya tentang cara KB dan membicarakan
pengalamannya.
2) Mendapatkan informasi lebih rinci tentang KB yang diinginkanya
3) Mendapatkan bantuan untuk memilih metote KB yang cocok dan mendapatkan
penerangan lebih jauh tentang penggunaannya
c. Konseling Tidak Lanjut
1) Konseling lebih bervariasi dari konseling awal
2) Pemberi pelayanan harus dapat membedakan masalah yang serius yang
memerlukan rujukan dan masalah yang ringan yang dapat diatasi di tempat
3) Langkah Konseling
a. GATHER
G : Greet
Berikan salam, kenalkan diri dan buka komunikasi.
A : Ask
Tanya keluhan/kebutuhan pasien dan menilai apakah keluhan/ kebutuhan
sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
T : Tell
Beritahukanlah personal pokok yang dihadapi pasien dari hasil tukar informasi
dan carikan upaya penyelesaiannya.
H : Help
Bantu klien mamahami dan menyelesaikan masalahnya.
E : Explain
Jelasakan cara terpilih telah dianjurkan dan hasil yang diharapkan mungkin
dapat segera terlihat/ diobservasi.
R : Refer / Return visit
Rujuk bila fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai (buat
jadwal kunjungan ulang).
b. Langkah konseling KB SATU TUJU
Langkah satu tuju ini tidak perlu dilakukan berurutan karena menyesuaikan
dengan kebutuhan klien.

78
79

SA: Sapa dan Salam


1) Sapa klien secara terbuka dan sopan
2) Beri perhatian sepenuhnya, jaga privasi pasien
3) Bangun percaya diri pasien
4) Tanyakan apa yang perlu dibantu dan jelaskan pelayanan apa yang dapat
diperoleh nya
T : Tanya
1) Tanyakan informasi tentang dirinya
2) Bantu klien untuk berbicara pengalaman tentnag KB dan kesehatan
reproduksi
3) Tanyakan kontrasepsi yang ingin digunakan
U : Uraikan
1) Uraikan pada klien mengenai pilihannya
2) Bantu klien pada jenis kontrasepsi yang paling diingini serta jelaskan jenis
yang lain
TU :Bantu
1) Bantu klien berpikir apa yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya
2) Tanyakan apakah pasangan mendukung pilihannya
J : Jelaskan
1) Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya
setelah klien memilih jenis kontrasepsinya
2) Jelaskan bagaimana penggunaanya
3) Jelaskan manfaat ganda dari kontrasepsi
U : Kunjungan Ulang
Perlu dilakukan kunjungan ulang untuk dilakukan pemeriksaan atau
permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan
4) Tahapan konseling dalam pelayanan KB
a. Kegiatan KIE
Sumber informasi pertama tentang jenis alat/metode KB dari petugas lapangan
KB. Pesan yang disampaikan :
1) Pengertian dan manfaat KB bagi kesehatan dan kesejahteraan keluarga

79
80

2) Proses terjadinya kehamilan pada wanita (yang kaitannya dengan cara kerja
dan metode kontrasepsi)
3) Jenis alat/ kontrasespsi, cara pemakaian, cara kerjanya serta lama pemakaian
b. Kegiatan bimbingan
1) Tindak lanjut dari kegiatan KIE dengan menjaring calon peserta KB
2) Tugas penjaringan : memberikan informasi tentang jenis kontrasepsi lebih
objektif, benar dan jujur sekaligus meneliti apakah calon peserta memenuhi
syarat
3) Bila iya, rujuk ke KIP/K
c. Kegiatan rujukan
1) Rujukan calon peserta KB, untuk mendapatkan pelayanan KB
2) Rujukan peserta KB, untuk menindaklanjuti kompliksi.
d. Kegiatan KIP/K
Tahapan dalam KIP/K :
1) Menjajaki alas an pemilihan alat
2) Menjajaki apakah klien sudah mengetahui /paham tentang alat kontrasepsi
tersebut
3) Menjajaki klien tahu /tidak alat kontrasepsi lain
4) Bila belum, berikan informasi
5) Beri klien kesempatan untuk mempertimbangakan pilihannya kembali
6) Bantu klien mengambil keputusan
7) Beli klien informasi, apapun pilihannya, klien akan diperiksa kesehatannya
8) Hasil pembicaraan akan dicatat pada lembar konseling
e. Kegitan pelayanan kontrasepsi
1) Pemeriksaan kesehatan : anamnesis dan pemeriksaan fisik
2) Bila tidak ada kontra indikasi, pelayanan kontrasepsi dapat diberikan
3) Untuk kontrasepsi jangka panjang perlu informed consent

80
81

f. Kegiatan tindak lanjut


Petugas melakukan pemantauan keadaan peserta KB dan diserahkan kembali
kepada PLKB.
5) Informed consent
a. Persetujuan yang diberikan oleh klien atau keluarga atas informasi dan
penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap klien.
b. Setiap tindakan medis yang beresiko harus persetujuan tertulis ditandatangani
oleh yang berhak memberikan persetujuan (klien) dalam keadaan sadar dan
sehat(Purwoastuti,2015

81
BAB III
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN

A.Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil


3.1.1.Kunjungan Ibu Hamil Pertama
Tanggal : 25 Februari 2019 Pukul : 14.00 WIB
Identitas/Biodata
Nama Ibu : Ny. N Nama Suami : Tn. S
Umur : 24 tahun Umur : 27
tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Luku I Gg. Kali Alamat : Jl.
Luku I Gg. Kali No.58
No.58
Data Subjektif
1. Kunjungan saat ini : Kunjungan Pertama
Keluhan Utama : Sakit pada bagian pinggang
2. Riwayat Perkawinan : Kawin 1 kali, usia pertama kali ibu menikah umur
22 Tahun
3. Riwayat Menstruasi :
Menarche : Usia 12 tahun
Siklus : 28 hari
Dismenorhea : Tidak ada
Banyaknya : 5 kali ganti doek
a. HPHT : 10 Agustus 2018
b. TTP : 17 Mei 2019
4. Riwayat Kehamilan :
a. Riwayat ANC

70
71

ANC pertama sejak usia kehamilan 10 minggu di Klinik Pratama Vina


Frekuensi : trimester I : 1 kali
trimester II: 1 kali
trimester III : 2 kali
b. Pergerakan janin yang pertama pada usia kehamilan 20 minggu,
pergerakan janin dalam 24 jam terakhir 10-20 kali.
c. Pola Nutrisi
Ibu makan 3 kali sehari dengan menu nasi 1 piring, sayur, lauk dan buah
tetapi tidak setiap hari. Minum air putih 8 gelas sehari dan minum 1
gelas susu setiap pagi dan malam.
d. Pola Eliminasi
BAB ibu lancar 1 kali sehari dengan konsistensi lunak, warna kecoklatan
dan tidak ada keluhan. BAK >8 kali sehari warnanya kuning jernih dan
tidak ada keluhan.
e. Pola Aktivitas
Kegiatan sehari-hari : Membersihkan rumah dan mengerjakan pekerjaan
rumah
Istirahat/tidur : Siang hari : 1 jam ; Malam hari : 7 jam
Seksualitas : 1 kali seminggu
f. Personal Hygine
Mandi : 2 kali dalam sehari
Kebiasaan membersihkan alat kelamin : Setiap mandi, BAB dan
BAK
Kebiasaan mengganti pakaian dalam : Setiap kali terasa lembap
Jenis pakaian dalam yang dipakai : Katun
g. Imunisasi : Ibu sudah imunisasi TT1 dan TT2 pada kunjugan
Antenatal
5. Riwayat Kehamilan, Perslinan, dan Nifas yang lalu
G1 P0 A0

71
72

Tabel 3.1
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
No Tgl UK Jenis Tpt Komplikasi Peno BBL Nifas
Lahir Persali Persali Ibu Bayi long BB Keadaan Lactasi Kelainan
nan nan Lahir
1 H A M I L I N I

6. Riwayat Kontrasepsi yang digunakan


Ibu tidak mengunakan alat kontrasepsi
7. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit-penyakit yang pernah diderita/sedang diderita
Ibu tidak pernah menderita penyakit apa-apa
b. Penyakit yang pernah diderita/sedang di derita keluarga
Keluarga tidak pernah menderita penyakit apa-apa
c. Riwayat keturunan kembar
Ibu tidak ada riwayat keturunan kembar
d. Kebiasaan-kebiasaan
Merokok : Ibu tidak merokok
Minum jamu-jamuan : Ibu tidak mengkonsumsi jamu-
jamuan
Minum-minuman keras : Ibu tidak minum minuman keras
Makan-makanan pantangan : Tidak ada pantangan makanan
Perubahan pola makan : Tidak ada
8. Keadaan psikososial spiritual
a. Respon suami dan keluarga terhadap kehamilan : Sangat senang, di
terima dan di inginkan.
b. Keadaan ibu saat beribadah : Rajin beribadah

72
73

Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Keadaan Emosional : Stabil
2. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmHg BB sebelum hamil : 50 kg
RR : 20 x/i BB saat ini : 56 kg
Pols : 80 x/i TB : 150 cm
Temp : 36,5 °C LILA : 24 cm
IMT : Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (m))2
: 56/ (1,50)2= 24,8kg/m²
3. Pemeriksaan Fisik
a. Rambut
Distribusi : Merata
Kulit kepala : Bersih, tidak ada ketombe
b. Wajah
Cloasma gravidarum : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
c. Mata
Oedema palpebra : Tidak ada
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Tidak Ikterik
d. Hidung
Polib : Tidak ada
Sinus : Tidak ada
Pengeluaran : Tidak ada
e. Mulut dan gigi
Lidah : bersih dan tidak ada stomatitis
Gigi : tidak ada caries
Tonsil : tidak meradang

73
74

f. Leher : Tidak ada bekas operasi


pembengkakan : Tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid
dan kelenjar limfe
g. Payudara
Bentuk : Simetris
Aerola mammae : Hiperpigmentasi
Puting susu : Menonjol
Pengeluaran : Kolostrum Belum ada
Benjolan : tidak ada
Rasa nyeri : tidak ada
h. Abdomen
Bentuk : asimetris, membesar kearah kanan
Bekas luka operasi : tidak ada bekas operasi
Striae gravidarum : tidak ada striae, Linea nigra
i. Genetalia :tidak ada Pengeluaran,tidak varises
j. Ekstremitas : tidak ada oedema dan tidak ada varises
k. Reflex patella : positif (+)
4. Pemeriksaan khusus kebidanan
a. Palpasi
Leopold I :TFU setinggi 3 jari diatas pusat,teraba satu bagian bulat,
lunak dan tidak melenting di fundus
Leopold II : Teraba bagian panjang dan memapan pada sebelah kiri
perut ibu dan bagian kecil sebelah kanan perut ibu
Leopold III : Teraba satu bagian bulat, keras, melenting dan dapat
digoyangangkan
Leopold IV : Belum masuk PAP
MC. Donald : TFU : 25 cm
TBJ : (TFU-n) x 155
(TFU-13) x 155 = (25-13) x 155 = 1860 gram
b. Auskultasi

74
75

DJJ : Ada, punctum maxsimum kuadran kanan bawah pusat


Frekuensi : 136 x/i
Interval : terarur
5. Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 10,6 %
Protein Urine : Negatif (-)
Glukosa Urine : Negatif (-)
Analisa
Ny.N G1P0A0, usia kehamilan 27 minggu, PU-KI, presentasi kepala, janin tunggal,
hidup, intra uterin, bagian kepala janin belum masuk PAP (Konvergen), keadaan
ibu dan janin baik,keadaan ibu anemia ringan
Penatalaksanaan
Tanggal : 25 Februari 2019 Pukul : 14.00 wib
1. Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan. Keadaan ibu dan janin baik,
bagian perut terbawah ibu adalah kepala janin. Usia kehamilan ibu memasuki
usia 25 minggu.
TD : 110/70 mmHg TB : 150 cm
Temp : 36,5 °C LILA : 24 cm
RR : 22 x/i Nadi : 80 x/i
Janin
Posisi : Bagian terbawah kepala janin belum masuk PAP
DJJ : 138 x/i
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet besi sebanyak 10 butir dengan
dosis 1x/hari diminum pada malam hari 1 tablet sebelum tidur dan diminum
dengan air putih maupun jus agar penyerapan zat besi tidak terhambat.Hb ibu
10,6 gr/dl masuk kedalam anemia ringan
Ibu mau mengkonsumsi tablet besi dan mengerti cara meminumnya..
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya yang terjadi selama
kehamilan, seperti:
a. Perdarahan dari jalan lahir

75
76

b. Sakit kepala yang sangat hebat


c. Penglihatan kabur
d. Rasa nyeri yang sangat hebat di bagian perut
e. Bengkak di wajah dan tangan
f. Tidak ada pergerakan bayi dalam perut
g. Ketuban pecah sebelum waktunya
Ibu sudah mengetahui tentang tanda bahaya yang terjadi selama kehamilan
4. Menganjurkan Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu tentang sakit
pinggang. Sakit pinggang saat hamil adalah keadaan yang umum terjadi.
Beberapa cara untuk mengatasi atau mengurangi sakit pinggang pada ibu
yaitu:
a. Senam hamil dapat menjadi pilihan oleh tubuh yang tepat untuk menjaga
kebugaran tubuh sekaligus melatih keseimbangan.
b. Selalu ingat untuk melakukan semua gerakan secara hati-hati karena sendi
tubuh menjadi lebih longgar saat hamil.
c. Hindari terlalu cepat berdiri dari posisi duduk atau berbaring.
d. Tidurlah menyamping dan bukan terlentang. Tekuk salah satu lutut dan
tempatkan bantal di bawahnya. Letakkan juga bantal di bawah perut dan
di belakang punggung.
e. Selalu tekuk lutut saat mengambil barang di lantai untuk mengurangi
tekanan pada punggung bawah. Selain itu untuk mengurangi risiko sakit
pinggang, lebih baik minta tolong orang lain untuk mengangkat benda
yang berat.
f. Kenakan sepatu datar yang nyaman saat bepergian dan hindari berdiri
dalam waktu lama.
Ibu mau untuk mengurangi sakit pinggang.
5. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau, Jus terong belanda,
jus buah jambu biji, buah beat, buah naga untuk membantu kenaikan Hb ibu
karena Hb ibu 10,6 gr/dl.
Ibu mengerti dan mau mengerjakannya.
6. Memberikan Vitamin B complex ibu sebanyak 10 butir dengan dosis 3x/hari
diminum setiap 8 jam sekali sesudah makan dengan jus buah ataupun air

76
77

putih dan Calciul Lactas sebanyak 10 butir dengan dosis 1x/hari yang
diminum pagi setelah sarapan dengan jus buah atau air putih tetapi tidak
boleh dengan menggunakan teh atau pun kopi karena dapat menggangu
penyerapan obat.
Ibu mengerti dan akan mengkonsumsi vitamin yang diberikan.
7. Menganjurkan ibu agar tetap menjaga kebersihan diri dengan rajin
membersihkan rambut keramas 1 x 2 hari, mandi 2 x sehari dan selalu
mengganti celana dalam setiap kali terasa lembab, dan mengelap kemaluan
ibu dengan handuk setelah BAK/BAB, menjaga kebersihan kuku dengan
menggunting kuku apabila panjang dan kotor.
Ibu mengerti dan mau mengerjakannya.
8. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi atau saat ada
keluhan.
Ibu sudah mengetahui jadwal kunjungan ulang dan akan datang bila ada
keluhan sebelum jadwal kunjungan.

Mengetahui, Medan, 25 Februari 2019


Pimpinan Klinik Pelaksana Asuhan

(Syaidina Ginting Amd.Keb) (Fransiska Apriyani Tarigan)

77
78

3.1.2.Catatan Perkembangan (Kunjungan II)


Tanggal : 25 Maret 2019 Pukul : 15.00 wib
Subjektif
Alasan kunjungan : Ibu ingin memeriksakan kehamilannya
Keluhan Utama : Ibu mengatakan keluhan sering kencing di malam hari
Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Tanda Vital TD : 110/70 mmHg RR : 22 x/i
Pols : 80 x/i Temp : 36,5 °C
BB saat ini : 58 kg Penambahan BB : 2 kg
3. Pemeriksaan Khusus Kebidanan
Palpasi secara Leopold
Leopold I : TFU pertengahan pusat dan px,teraba satu bagian bulat,
lunak dan tidak melenting di fundus
Leopold II : Teraba bagian panjang dan memapan pada sebelah kiri
perut ibu dan bagian kecil sebelah kanan perut ibu
Leopold III : Teraba satu bagian bulat, keras, melenting dan dapat
digoyangangkan
Leopold IV : Bagian bawah janin belum masuk PAP (konvergen)
TTBJ : MC. Donald : TFU : 30 cm
TBJ : (TFU-n) x 155
(TFU-13) x 155 = (30-13) x 155 = 2.635 gram
DJJ : 140 x/i
Puntum maximum : kuadran kiri bawah pusat
4. Pemeriksaan Laboratorium
HB : 11,6 gr %
Protein Urine : Negatif (-)
Glukosa Urine : Negatif (-)
Analisa :

78
79

Ny.N G1P0A0, Usia kehamilan 30 minggu, PU-KI, tunggal, presentasi kepala,


belum masuk PAP, janin hidup, keadaan umum ibu dan janin baik.
Masalah : sering buang air kecil pada malam hari
Kebutuhan : Nutrisi, konseling dan menganjurkan ibu untuk mengurangi
minum saat malam hari
Penatalaksanaan
Tanggal : 25 Maret 2019 Pukul : 15.00 wib
1. Memberitahu ibu bahwa kondisi ibu dan bayinya dalam keadaan sehat.
Keadaan umum : baik
Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg, Pols : 80 x/i, RR : 22 x/i, Suhu :
36,5°C, BB : 58 kg.
Ibu sudah mengetahuai informasi yang telah diberikan dan ibu merasa senang
mendengar bahwa kehamilannya normal dan kondisi janinnya baik.
2. Memberikan ibu kembali tablet besi 1 kali sehari di malam hari untuk
meningkatkan kadar Hb ibu dan diminum dengan air putih maupun jus agar
penyerapan zat besi tidak terhambat.
Ibu mau mengkonsumsi tablet besi dan mengerti cara meminumnya.
3. Menganjurkan ibu untuk mengurangi minum pada malam hari, untuk
mengantisipasi keluhan ibu yang sering kencing pada malam hari dan
manganjurkan agar minum banyak pada pagi dan siang hari.
Ibu mau untuk mengurangi minum dimalam hari.
Ibu mau untuk mengurangi minum dimalam hari.
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang asupan nutrisi untuk trimester III
Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat yaitu sayuran
hijau, misalnya brokoli, bayam, buah-buahan yang mengandung vitamin C,
contohnya jeruk, jambu biji dan lain-lain. Minum air putih 8-13 gelas/ hari dan
minum susu ibu hamil 1 gelas sehari.
Ibu mengerti pendidikan kesehatan yang diberikan dan menyetujui
mengkonsumsi asupan nutrisi yang dianjurkan.
5. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan payudara.

79
80

Anjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara dengan cara


membersihkan daerah lipatan payudara dan membersihkan puting susu disaat
mandi untuk menunjang keberhasilan menyusui disaat menyusui disaat bayi
sudah lahir nantinya.
Ibu mengerti tentang perawatan payudara dan ibu berjanji akan melakukan
anjuran.
6. Mengingatkan ibu kembali tentang bahaya kehamilan trimester III yaitu nyeri
kepala hebat, penglihatan kabur, bengkak di kaki/tangan, perdarahan, nyeri
ulu hati, gerakan janin berkurang. Jika ada tanda-tanda di atas maka ibu segera
datang ke petugas kesehatan.
Ibu sudah mengetahui tanda bahaya kehamilan Trimester III.
7. Memberitahu ibu jadwal kunjungan ulang yaitu 2 minggu berikutnya atau jika
ada keluhan.
Ibu bersedia datang kembali pada tanggal yang telah ditentukan dan jika ada
keluhan.

Mengetahui, Medan, 25 Maret 2019


Pimpinan Klinik Pelaksana Asuhan

(Syadina Ginting Amd.Keb) (Fransiska Apriyani Tarigan)

80
81

3.1.3.Catatan Perkembangan (Kunjungan III)


Tanggal : 23 april 2019 Pukul : 15.00 wib
Subjektif
Ibu ingin memeriksakan kehamilannya
Ibu mengatakan mudah lelah saat beraktiftas.
Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg RR : 22 x/i
Pols : 80 x/i Temp : 37 °C
BB saat ini : 60 kg Penambahan BB : 2 kg
3. Pemeriksaan Khusus Kebidanan
Palpasi secara Leopold
Leopold I : TFU setinggi 3 jari dibawah px ,bagian fundus teraba bulat, lunak
dan tidak melenting (bokong)
Leopold II : Teraba 1 bagian yang keras dan memanjang disebelah kiri perut
ibu yaitu punggung dan disebelah kanan perut ibu terdapat bagian-bagian kecil
Leopold III : Teraba 1 bagian keras, bulat dan dapat digoyangkan yaitu
kepala
Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk PAP (konvergen)
TFU : 31 cm
TBJ : (31-13) x 155 = 2.790 gram
DJJ : 137 x/i
4. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan
Analisa

81
82

Ny. N G1P0A0, usia kehamilan 35 minggu , PU-KI, presentase kepala, janin


tunggal, hidup, bagian kepala janin belum masuk PAP (konvergen) keadaan ibu
dan janin baik.
Masalah : Ibu mengatakan mudah lelah saat beraktiftas.
Kebutuhan : informasi tentang penanganan rasa lelah ibu

Penatalaksanaan
Tanggal : 23 april 2019 Pukul : 15.00 wib
1. Memberitahu ibu bahwa kondisi ibu dan bayinya dalam keadaan sehat.
Keadaan umum : baik
Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg, Pols : 80 x/i, RR : 22 x/i, Suhu :
37°C, BB : 60 kg.
Ibu sudah mengetahuai informasi yang telah diberikan dan ibu merasa senang
mendengar bahwa kehamilannya normal dan kondisi janinnya baik.
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan kelelahan yang dialami ibu adalah
kondisi yang normal seiring peningkatan berat badan janin dan otot-otot
tubuh juga mengalami pengenduran sehingga mudah merasa lelah. Untuk
mengatasinya ibu hamil sebaiknya menyempatkan waktu untuk melakukan
olahraga ringan atau setidaknya beraktivitas ringan, hindari perkerjaan
berat dan istirahat yang cukup.
Ibu sudah mengetahui tentang penyebab keluhan yang dialaminya dan cara
mengatasinya.
3. Menganjurkan ibu untuk banyak istirahat, yaitu istirahat saat siang hari 1-
2 jam, dan malam hari 7-8 jam.
Ibu mengerti dan mau melakukannya.
4. Memberikan tablet penambah darah dengan dosis 1x/hari yang diminum
malam sebelum tidur dengan jus buah atau air putih dan tidak boleh
dengan teh ataupun kopi karena dapat menggangu penyerapan obat.
Ibu mengerti dan akan mengkonsumsi vitamin yang diberikan.
5. Menanyakan kepada ibu mengenai persiapan persalinan meliputi biaya
persalinan, rencana tempat bersalin, sarana transportasi, dipersiapkan juga

82
83

1 buah tas yang berisi perlengkapan bayi seperti popok, baju bayi, minyak
telon, kayu putih, selimut, dan perlengkapan untuk ibu seperti baju ganti,
pakaian dalam, pembalut, kain sarung dll.
Ibu sudah menyiapkannya.
6. Memberitahu ibu tentang pemakaian KB yang sesuai dengan ibu.
Ibu mengerti dan belum membuat keputusan.
7. Menjelaskan kepada ibu tentang IMD dan ASI Eksklusif yang harus
diberikan pada bayi sejak lahir, ASI eksklusif diberikan sampai 6 bulan
hanya ASI saja tanpa makanan pendamping.
Ibu mengerti dan akan melakukan pada bayinya setelah bayinya lahir.
8. Menjelaskan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu lagi
atau bila ada keluhan.
Ibu sudah mengerti jadwal kunjungan ulang dan akan datang sebelum
waktunya jika ada keluhan.

Mengetahui, Medan, 23 April 2019


Pimpinan Klinik Pelaksana Asuhan

(Syadina Ginting Amd.Keb) (Fransiska Apriyani Tarigan)

83
84

B. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin


Masuk BPM , JAM : 22 Mei 2019, 06.00 WIB
Identitas/Biodata
Biodata Ibu Suami
Nama : Ny. N Nama : Tn. S
Umur : 24 tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Luku I Gg. Kali Alamat : Jl.
Luku I Gg. Kali No.58
No.58

DATA SUBJEKTIF
1. Alasan masuk kamar bersalin: Ibu mengatakan ingin bersalin
2. Keluhan Utama: Ibu mengatakan sakit perut menjalar sampai ke pinggang,
keluar lendir bercampur darah dari kemaluan sejak pukul 02.00 WIB
3. Tanda- tanda persalinan
a. Kontraksi uterus sejak tanggal 22 Mei 2019 Jam 02.00 wib
Frekwensi : 2 kali dalam 10 menit
Kekuatan : lemah
Lokasi ketidaknyamanan di: perut bagian bawah
b. Pengeluaran pervaginam
Lendir darah : ya
Air Ketuban : tidak
Darah : Ya
4. Riwayat sebelum masuk ruang bersalin : Ibu mengatakan sakit perut menjalar
hingga ke pinggang, keluar lendir bercampur darah dari kemaluan sejak pukul
02.00 WIB
5. Riwayat kehamilan sekarang

84
85

HPHT : 10-08-2018, TTP : 17-05-2019


Menarche umur 12 tahun, siklus 28 hari, teratur, lamanya 7 hari, tidak
dismenorhea, banyaknya 5x ganti doek.
ANC teratur, frekuensi 5 kali di klinik Pratama Vina
Keluhan / komplikasi selama kehamilan: Sering BAK pada malam hari, merasa
pegal-pegal dan sakit pada pinggang.
Riwayat merokok/ minum-minuman keras/ minum jamu: tidak pernah
Imunisasi : ibu pernah imunisasi TT
6. pergerakan janin dalam 24 jam terakhir 15 kali.
7. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Hamil Pertama
8. Riwayat kontrasepsi
Ibu mengatakan belum pernah memakai kontrasepsi
9. Riwayat kesehatan
a. Penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita : Tidak pernah menderita
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga : Tidak Ada
c. Riwayat keturunan kembar : Tidak Ada
10. Makan terakhir tanggl 21 Mei 2019, jam 19.00 jenis nasi
Minum terakhir tanggal 21 Mei 2019, jam 21.00 Susu
11. Buang air besar terakhir tanggal 21 Mei 2019, jam 15.00, jenis konsistensi
lunak
12. Buang air kecil terakhir tanggal 21 Mei 2019, jam 22.00
13. Istirahat/ tidur dalam 1 hari terakhir : 8 jam
14. Keadaan psikososial dan spiritual/ kesiapan menghadapi proses persalinan
a. pengetahuan tentang tanda-tanda persalinan dan proses persalinan baik
b. pendamping saat persalinan suami
c. tanggapan ibu dan keluarga terhadap proses persalinan yang dihadapi yaitu
mendukung
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum

85
86

a. Keadaan umum : Ibu tampak menahan kesakitan tetapi kesadaran


baik. Kesadaran : composmentis
b. Status Emosional : Baik
c. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
RR : 28 x/i
Pols : 80 x/i
Suhu : 37 ºC
d. TB : 150
BB : sebelum hamil: 50, sesudah hamil: 60 kg
LILA: 24 cm
e. Kepala dan Leher
Edema wajah : Tidak ada
Cloasma gravidarum: Negatif
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus,
tidak ada oedem palpebra
Mulut : Bersih, gigi tidak ada caries, tidak ada stomatitis
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
f. Payudara : Bentuk simetris, aerola mammae hiperpigmentasi,
putting susu menonjol, kolostrum tidak ada.
g. Abdomen
Pembesaran : Simetris
Benjolan : Tidak ada
Bekas Luka : Tidak ada
Striae gravidarum : Linea nigra
Palpasi Leopold
Leopold I : TFU 3 jari dibawah poxeius xyphoideus, pada
fundus teraba satu bagian lunak dan bundar
(bokong).

86
87

Leopold II : Teraba satu bagian keras memapan panjang pada


bagian sebelah kiri perut ibu dan teraba bagian-
bagian kecil janin pada sebelah kanan perut ibu.
Leopold III : Teraba satu bagian bulat, keras, melenting dan
tidak dapat digoyangkan.
Leopold IV : Sudah masuk PAP (Divergen)
Mc. Donald : TFU 34 cm
TBJ : (TFU-n) x 155
(34-11) x 155 = 3565 gram
Auskultasi
DJJ : 130 kali/menit
Interval : Teratur
Punctum Maximum : Kuadran kiri bawah ibu
His
Frekuensi : 2 kali dalam 10 menit
Durasi : 20 detik
Kekuatan : sedang
h. Punggung : simetris, tidak ada benjolan dan nyeri tekan
i. Pinggang : nyeri
j. Ekstremitas
kekuatan otot sendi : Baik
edema : tidak ada
varices : tidak ada
reflek patella : positif
kuku : tidak pucat
k. Genetalia Luar
tanda chadwic : ada
varices : tidak ada
bekas luka : tidak ada
kelenjar bartholini : tidak ada
pengeluaran : lendir bercampur darah

87
88

l. Anus
hemoroid : tidak ada
m. Pemeriksaan dalam : tanggal 21 Mei 2019, pukul 06.00 wib dengan hasil
teraba portio tipis, pembukaan 2 cm, selaput ketuban belum pecah, tidak
ada bagian terkecil janin yang ikut turun, posisi UUK , moulase tidak
ada.
n. Pemeriksaan penunjang : tidak dilakukan
Analisa
Ibu Inpartu Kala I Fase Laten.
Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin sehat, saat
ini ibu dalam proses persalinan.
TD : 120/80 mmHg DJJ : 130 x/i
RR : 28 x/i Pembukaan : 2 cm
Pols : 80 x/i Protein Urine : -
T : 37 ºC
Ibu sudah mengetahui keadaannya dan janinnya.
2. Menganjurkan ibu, seperti :
a. Istirahat atau pulang terlebih dahulu karena proses persalinan masih lama.
b. Berjalan-jalan untuk mempercepat proses persalinan.
Ibu memilih berjalan-jalan di sekitar klinik
3. Menganjurkan suami dan keluarga untuk mendukung dan tetap mendampingi
ibu selama proses persalinan misalnya mengelus-elus perut ibu saat ibu
merasa sakit dan memberikan minum pada saat sudah merasa sakitnya hilang.
Suami dan keluarga bersedia untuk menemani ibu dan memberikan asuhan
sesuai yang dianjurkan
3.2.1 Catatan Perkembangan I Kala I
Tanggal Pengkajian : 22 Mei 2019 Pukul : 10.00 WIB

Data Subjektif

88
89

Keluhan utama : Ibu mengatakan sakit perut menjalar sampai ke pinggang yang
semakin sering dan kuat.

Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
RR : 30 x/i
Pols : 86 x/i
Suhu : 36,7oC
2. Pemeriksaan Fisik
a. Muka tidak pucat, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterus.
b. Ekstremitas atas dan bawah tidak oedema.
3. Pemeriksaan Kebidanan
a. Inspeksi : Abdomen membesar dengan arah memanjang, tidak ada
bekas luka operasi.
b. Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari dibawah px (34cm), teraba satu bagian bundar,
lunak dan tidak melenting.
Leopold II : Teraba satu bagian keras, panjang dan memapan di perut
sebelah kiri ibu, teraba bagian-bagian kecil di perut
sebelah kanan ibu.
Leopold III : Pada bagian terbawah janin teraba satu bagian keras, bulat
dan melenting.
Leopold IV : Kepala sudah memasuki pintu atas panggul (Divergen).
His : 3x/10’/30”
c. Auskultasi : DJJ : 134 x/menit, frekuensi : teratur, punctum
maksimum kuadran kiri bawah perut ibu.
d. Anogenital :
Inspeksi : Terlihat keluar lendir bercampur darah.

89
90

Pemeriksaan dalam dilakukan pukul 10.00 wib dengan hasil teraba portio
tipis, pembukaan 5 cm, selaput ketuban belum pecah, tidak ada bagian
terkecil janin yang ikut turun, posisi UUK , moulase tidak ada. Penurunan
kepala hodge III
4. Pemeriksaan Penunjang :
Jumlah Urine : 80 cc

Analisa
Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif.

Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin sehat, saat
ini ibu dalam proses persalinan kala I, sehingga butuh pengawasan sampai
pembukaan lengkap.
TD : 120/80 mmHg RR : 30 x/i
Pols : 86 x/i Suhu : 36,7oC
DJJ : 134 x/i
Pembukaan : 5 cm

2. Mempersiapkan fisik dan mental ibu untuk menghadapi persalinan.


a. Persiapan fisik
1) Pemenuhan nutrisi dan cairan karena ibu membutuhkan tenaga untuk
persalinan.
2) Menjaga kandung kemih untuk tetap kosong, ibu dianjurkan
berkemih sesering mungkin.
3) Ibu dianjurkan melakukan perubahan posisi sesuai dengan keinginan
ibu, tetapi jika ibu ingin di tempat tidur sebaiknya dianjurkan miring
ke kiri dan ke kanan.
4) Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his, ibu diminta menarik
nafas panjang, tahan nafas sebentar, kemudian dilepaskan dengan
cara meniup sewaktu ada his dan mengajarkan ibu cara mengejan

90
91

yaitu bila sudah pembukaan lengkap dan his sangat kuat maka ibu
tarik napas panjang, mulai mengejan, buang napas sedikit demi
sedikit, angkat kepala saat mengejan, konsentrasikan mengejan pada
daerah perut, bukan otot leher, mata tetap terbuka, arahkan
pandangan ke perut, kaki dilemaskan, jangan tegang, jangan angkat
panggul dan bokong. Kondisikan diri santai. Ibu sudah mengerti cara
mengejan yang benar dan ibu berusaha untuk rileks.
b. Persiapan mental
1) Mengajak orang terdekat yaitu suami/keluarga untuk memahami ibu
agar ibu merasa nyaman dan memberikan minum diantara kontraksi.
Suami dan keluarga sudah berada disamping ibu untuk memberikan rasa
nyaman dan memberikan minum kepada ibu.

3. Memeriksa kelengkapan alat partus.


Troli berisi:
a. Partus Set:
1) 1 buah ½ koher
2) 2 buah arteri klem
3) 1 buah gunting tali pusat
4) 2 pasang sarung tangan
5) 1 buah benang tali
6) 1 buah spuit 3cc
b. Obat obatan
1) Oksitosin 10 IU 1 amp
2) Lidocain 1 % 1 amp
3) Gentamicyin salep mata 1 %
c. APD (celemek, topi, kacamata, masker, dan sepatu)
d. Heacting set
1) 1 buah nald
2) 1 buah pinset anatomis
3) 1 buah pinset sirurgis

91
92

4) 1buah benang heacting


e. Alat-alat PI
1) 1 buah com berisi air clorin 0,5%
2) 1 buah com berisi air DTT
3) 1 buah com berisi air detergen
4) 1 buah tempah sampah basah
5) 1 buah tempat sampah kering
6) 1 buah tempat sampah tajam
7) 2 buah waslap
8) 1 buah botol spray
Alat-alat partus sudah lengkap dan telah disediakan pada troli persalinan.
4. Mempersiapkan tempat.
a. Ruangan yang hangat dan bersih memiliki ventilasi yang cukup dan
terlindung dari udara yang berlebihan.
b. Penerangan yang cukup.
c. Tempat tidur yang bersih untuk ibu diberi alas perlak.
d. Meja dan tempat yang bersih untuk meletakkan alat persalinan.
e. Ruangan yang nyaman dan tidak ribut.
Tempat persalinan telah dipersiapkan.
5. Memantau kemajuan persalinan menggunakan partograf (terlampir).

3.2.2 Catatan Perkembangan Kala II


Tanggal : 22 Mei 2019 Pukul : 14.00 WIB
DataSubjektif
Ibu mengatakan kontraksi semakin sering dan kuat, ibu merasakan ada dorongan
ingin meneran, ibu mengatakan ada dorongan untuk BAB.

Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Ibu tampak gelisah karena menahan sakit

92
93

b. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
RR : 31 x/i
Pols : 88 x/i
Suhu : 37,3 oC
2. Pemeriksaan Kebidanan
a. Abdomen : His : 5x/10’/50’’ , DJJ : 146x/i
b. Genetalia : Perineum : menonjol, vulva : membuka, pengeluaran :
bloody show semakin banyak, anus : membuka,
c. VT : Pembukaan serviks : 10 cm (lengkap), portio : tidak teraba
molase : 0, ketuban : pecah, warna : jernih dan
penyusupan : tidak ada, posisi : UUK .
Penurunan kepala Hodge 0/5

Analisa
Ibu Inpartu Kala II.
Penatalaksanaan
1. Melihat tanda dan gejala kala II (ibu merasakan adanya dorongan untuk
meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol dan vulva membuka)
2. Memastikan perlengkapan alat dan obat obatan yang akan digunakan,
mematahkan ampul oksitosin 10 IU, meletakkan spuit steril kedalam partus set.
Alat sudah lengkap
3. Memakai alat perlindungan diri (topi, celemek, sepatu)
4. Mencuci tangan efektif dan mengeringkan dengan handuk atau tisu bersih.
5. Memakai handscone sebelah kanan, memasukkan oksitosin 10 IU ke dalam
spuit dan meletakkan kembali spuit ke dalam partus set
6. Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan serviks,
mendokumentasikan sarung tangan dan mencuci tangan kembali.
7. Memeriksa DJJ kembali setelah kontraksi berakhir untuk memastikan DJJ
dalam batas normal (120-160 x/i). DJJ: 143x/i
8. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran.

93
94

9. Memasang underpad dan handuk diatas perut ibu


10. Membuka tutup partus set untuk memeriksa kembali kelengkapan alat, kemudian
memakai sarung tangan steril.
11. Meletakkan doek steril yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.
12. Setelah kepala tampak 5-6 cm di vulva, menganjurkan ibu untuk meneran dan
bernapas cepat dan dangkal saat his kuat.
13. Membantu kelahiran kepala dengan cara melindungi perineum dengan tangan
kanan yang dilapisi doe steril dan tiga jari tangan kiri menahan puncak kepala
agar tidak terjadi fleksi maksimal.
14. Memeriksa lilitan tali pusat. Tidak terdapat lilitan tali pusat
15. Setelah kepala putar paksi luar, memegang kepala secara biparietal, melahirkan
bahu depan dengan cara mengelefasikan ke bawah dan bahu belakang dengan
mengelefasikan ke atas.
16. Setelah kepala dan bahu lahir, melakukan susur dan sanggah untuk membantu
kelahiran punggung, bokong dan tungkai bawah bayi.
17. Melakukan penilaian selintas kepada bayi (Bayi menangis kuat, kulit kemerahan
dan tonus otot aktif) pukul 14.50 Wib, Jenis kelamin: perempuan, PB: 48 cm, dan
BB 3200 gr.
18. Meletakkan bayi diatas perut ibu, mengeringkan bayi mulai dari wajah, kepala,
dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tubuh lainnya kecuali bagian telapak
tangan tangan membersihkan verniks.
19. Mengganti handuk basah dengan handuk kering dan meletakkan bayi diatas dada
ibu untuk IMD
20. Memeriksa kembali perut ibu untuk memeriksa adanya janin kedua. Tidak
terdapat janin kedua.

94
95

3.2.3 Data Perkembangan Kala III


Tanggal 22 Mei 2019 Pukul 14.51 WIB

Data Subjektif
1. Ibu mengatakan sangat lelah
2. Ibu mengatakan perutnya semakin mules
3. Ibu mengatakan senang dengan kehadiran bayinya

Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
a. TD : 120/80 mmHg
b. HR : 84 x/i
c. RR : 26 x/i
3. Bayi tunggal
4. TFU setinggi pusat
5. Uterus terasa bulat dan keras
6. Tali pusat tampak di vulva
7. Kandung kemih kosong

Analisa
Ibu Inpartu Kala III.

Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu bahwa bayinya telah lahir dan sekarang waktunya
melahirkan plasenta.
2. Memberitahu ibu untuk disuntik oksitosin agar kontraksi uterus baik,
sebelumnya pastikan janin tunggal. Oksitosin disuntikan pada 1/3 paha bagian

95
96

luar ibu secara intra muskular. Janin tunggal, ibu bersedia disuntik oksitosin
pada 1/3 paha bagian luar ibu secara IM.
3. Memotong tali pusat dengan menjepit tali pusat dengan klem pertama 3 cm
dari pangkal tali pusat, urut tali pusat kearah ibu kemudian jepit dengan klem
kedua 2 cm dari klem pertama, dan potong tali pusat diantara 2 klem dengan
gunting yang telah disterilkan dan tangan kiri melindungi bayi dari klem.
Tali pusat sudah dipotong dan diikat kemudian bayi di IMD kan.
4. Nilai tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu terlihat tali pusat memanjang, ada
semburan darah dan uterus berbentuk globular.
Tanda-tanda pelepasan plasenta sudah terlihat.
5. Melakukan penegangan tali pusat terkendali. Klem dipindahkan 5-10 cm dari
vulva, apabila tali pusat bertambah panjang pindahkan lagi klem 5-10 cm dari
vulva, lakukan dorsokranial untuk mencegah involusi uteri. Setelah plasenta ¾
terlihat di introitus vagina tampung plasenta dengan kedua tangan, pilin
searah jarum jam sampai plasenta terlepas . Plasenta lahir pukul 15.00 WIB.
6. Melakukan masase uterus selama 15 detik. Uterus sudah di masase selama 15
detik dengan hasil kontraksi uterus ibu baik.
7. Cek kelengkapan plasenta, plasenta lahir lengkap, selaput ketuban utuh,
kotiledon lengkap, panjang plasenta 50cm.
8. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum. Ada laserasi pada
vagina ibu, laserasi derajat 2. Penjahitan perineum telah dilakukan.
9. Mengajarkan keluarga untuk melakukan massase agar kontraksi tetap baik.
Keluarga sudah mengerti.

3.2.4 Data Perkembangan Kala IV


Tanggal : 22 Mei 2019 Pukul : 15.15 WIB
Data Subjektif
Ibu merasa perut terasa masih mules tapi merasa senang dan lega bahwa bayi dan
plasenta telah lahir
Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. TD : 110/80mmHg

96
97

3. RR : 24 x/i
4. HR : 84 x/i
5. T : 37oC
6. TFU : 2 jari di bawah pusat
7. Kontraksi uterus : Keras dan bulat
8. Kandung Kemih : Kosong
9. Luka perineum : Ada

Analisa
Ibu Inpartu Kala IV
Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu bahwa keadaannya baik dan plasenta telah lahir.
2. Memberitahu ibu bahwa ada robekan pada jalan lahir dan meminta
persetujuan ibu untuk dijahit di daerah perineum.
Ibu telah setuju untuk dilakukan penjahitan pada perineum.
3. Bidan melakukan 3 jahitan di otot perineum, dijahit secara jelujur, benang
catgut.
4. Mengajarkan suami/keluarga untuk melakukan massase uterus agar tidak
terjadi perdarahan pada ibu.
5. Mengajarkan keluarga untuk menilai kontraksi uterus dengan cara memeriksa
fundus uteri dan menimbulkan kontraksi yaitu jika ibu merasa mules dan perut
terasa tegang menandakan uterus ibu berkontraksi dengan baik.
6. Memberitahu ibu tanda bahaya kala IV diantaranya yaitu perdarahan, demam,
kesadaran menurun.
Ibu sudah mengetahui tanda bahaya kala IV.
7. Mendekontaminasikan alat kedalam larutan klorin 0,5% selama 10-15 menit
lalu dimasukkan kedalam larutan detergen setelah itu dibersihkan dialir
mengalir serta tempat dibersihkan dengan larutan klorin 0,5%. Alat dan
tempat sudah didekontaminasikan.

97
98

8. Membersihkan ibu dengan membersihkan sisa darah pada tubuh ibu dan
mengganti pakaian ibu agar ibu merasa nyaman. Ibu sudah dibersihkan dan
pakaian sudah diganti.
9. Mengevaluasi IMD yang telah dilakukan.
Hasil IMD yaitu kolostrum ibu sudah keluar, refleks menghisap bayi baik dan
dilakukannya rooming in.
10. Memantau keadaan ibu 2 jam pertama 1 jam pertama 4 kali setiap 15 menit
sekali 1 jam kemudian 2 kali setiap 30 menit sekali pemantauan terdiri dari
pemeriksaan tekanan darah, pernafasan, nadi, suhu, kontraksi uterus, kandung
kemih, jumlah perdarahan serta luka perineum.

Tabel 2.9
Pemantauan Persalinan Kala IV
Jam KeWaktu Tekanan Nadi Suhu TFU Kontraksi Kandung Perdarahan
Darah uterus kemih
1 15.15 110/70 80 x/i 37°C 2 jari dibawah
Baik Kosong + 20 cc
mmHg pusat
15.30 120/70 82 x/i 2 jari dibawah
Baik Kosong + 25 cc
mmHg pusat
15.45 120/80 82 x/i 2 jari dibawah
Baik Kosong + 50 cc
mmHg pusat
16.00 110/80 80 x/i 2 jari dibawah
Baik Kosong + 25 cc
mmHg pusat
2 16.30 110/80 81 x/i 36,8°C 2 jari dibawah
Baik Kosong + 20 cc
mmHg pusat
17.00 120/80 82 x/i 2 jari dibawah
Baik Kosong + 20 cc
mmHg pusat

3.3 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas


Tanggal : 22 Mei 2019 Pukul : 21.10 WIB

Data Subjektif
1. Ibu mengatakan bahwa senang atas kelahiran bayinya dengan berjenis kelamin
perempuan.

98
99

2. Ibu mengatakan badan sakit dan masih terasa pegal.


3. Ibu mengatakan vaginanya terasa sakit setiap kali BAK.

Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis
2. Tanda vital
a. TD : 110/70 mmhg
b. HR : 80 x/i
c. RR : 26 x/i
d. Temp : 37°C
3. Pemeriksaan fisik
a. Wajah : Tidak pucat, tidak ada odema
b. Payudara : Puting susu menonjol, pengeluaran ASI ada tetapi
masih sedikit, tidak ada nyeri tekan, tidak kemerahan,
tidak bengkak.
c. Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik
d. Genetalia : Pengeluaran pervaginam warna merah (lochea
rubra), jumlah 2x ganti pembalut penuh.
e. Perineum : Ada jahitan
f. Kandung Kemih : Kosong
g. Ekstremitas : Tidak bengkak, tidak nyeri tekan

Analisa
Ibu Postpartum 6 jam

Penatalaksanaan
1. Melakukan pemeriksaan dan memberitahukan kepada ibu diantaranya yaitu :
TD : 110/70 mmhg
RR : 26 x/i
Temp : 37°C
HR : 84 x/i

99
100

Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.


2. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini seperti miring kiri dan kanan. Ibu
sudah melakukan mobilisasi dini dengan miring kiri kiri dan kanan, tetapi
belum dapat untuk berdiri.
3. Mengajarkan keluarga untuk menilai kontraksi uterus dengan cara memeriksa
fundus uteri dan menimbulkan kontraksi yaitu jika ibu merasa mules dan perut
terasa tegang menandakan uterus ibu berkontraksi dengan baik, memantau
kandung kemih dan perdarahan ibu.
4. Memberitahu ibu makanan yang dapat ibu konsumsi agar luka pada perineum
cepat pulih yaitu dengan cara mengonsumsi putih telur sebanyak 5 butir per
hari, ikan gabus dan sayuran hijau. Dan minum minimal 3 liter/ hari
Ibu akan mengonsumsinya.
5. Menganjurkan ibu memberikan ASI sesering mungkin pada bayinya dan
menjaga kehangatan bayi agar tidak terjadinya hipotermi. Ibu sudah
mengetahuinya dan sudah memberikan ASI kepada bayinya sesering
mungkin, bayi telah diberikan ASI setiap 2 jam sekali dan telah dilakukan
rooming in.
6. Memberikan ibu konseling mengenai cara membersihkan alat genetalianya
dan menjaga agar luka perineum tidak basah yaitu dengan cara membasuh alat
kelamin setelah BAK/BAB dari depan ke belakang, setelah itu dikeringkan
menggunakan tisu/kain yang bersih dan kering, mengganti celana dalam
apabila lembab atau basah atau ketika ibu sudah tidak merasa nyaman dan
mengganti pembalut bila terasa penuh.
Ibu mengerti dan akan menjaga kebersihan alat genetalianya.
7. memberikan ibu novabion, Asam mafenamat masing-masing 10 tablet.
menganjurkan ibu minum tiap hari diminum dengan dosis tablet Fe 1x1 dan
Asam Mafenamat 2x1 bersamaan dengan jus

3.3.1 Data Perkembangan I


Tanggal : 28 Mei 2019 Pukul : 10.00 WIB

100
101

Data Subjektif
Ibu mengatakan masih ada keluar sedikit darah warna merah kecoklatan,
ASI lancar, bayi kuat minum ASI. Pola makan/minum yaitu nafsu makan
meningkat dan minum 10 gelas air putih/hari. Tablet novabion sisa 2 tablet, Pola
eliminasi : Ibu BAB 1x/hari konsistensi lembek, BAK 6x/hari.

Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik Kesadaran : Compos mentis
2. Tanda vital
a. TD : 110/80 mmhg
b. HR : 72 x/i
c. RR : 23 x/i
d. Temp : 36.5oC

3. Pemeriksaan Fisik
a. Payudara : Putting susu menonjol, pengeluaran : ASI, tidak ada nyeri
tekan, tidak kemerahan, tidak bengkak.
b. Kontraksi uterus baik
c. TFU pertengahan pusat – simpisis
d. Pengeluaran pervaginam berwarna merah kecoklatan (sanguinolenta)
e. Jumlah darah : 1-3 x ganti doek/hari
Analisa
Ibu Postpartum 6 hari
Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan.
TD : 110/80 mmhg HR : 72 x/i
RR : 23 x/i Temp : 36.5 oC
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memastikan involusi uteri berjalan normal.

101
102

Involusi uteri berjalan normal.


3. Menilai tanda bahaya masa nifas yaitu adanya tanda-tanda demam seperti
suhu badan semakin panas, pembengkakan payudara, bengkak pada muka dan
ekstremitas, pusing yag tidak hilang bila istirahat dan perdarahan abnormal.
Ibu dalam kedaan baik, tidak ada tanda-tanda bahaya.
4. Menganjurkan ibu untuk memakan makanan yang bergizi seimbang seperti
nasi 1 piring, sayur-sayuran satu mangkuk, satu butir telur putih, satu ikan dan
buah-buahan untuk sekali makan
Ibu akan memakan makanan bergizi.
5. Menjelaskan kepada ibu cara menyusui yang benar yaitu:
a. Menggunakan BH yang menyokong payudara dengan posisi ibu duduk
atau miring dengan areola mammae bagian bawah menutupi seluruh
mulut bayi agar ASI lancar keluar dan berikan secara bergantian antara
payudara kiri/kanan.
b. Pemberian ASI dilakukan secara on demand atau sesering mungkin tanpa
ada batasan waktu.
c. Mengajarkan ibu agar selalu menjaga kebersihan payudara serta putting
susu dan melakukan masase pada payudara dengan baby oil untuk
mempermudah pengeluaran air susu.
Ibu sudah mengetahui tentang perawatan payudara dan posisi yang baik saat
menyusui.
3.3.2 Data Perkembangan II
Tanggal : 05 Juni 2019 Pukul : 16.00 WIB

Data Subjektif
Ibu mengatakan dalam keadaan sehat, bayinya menyusui sesering mungkin, darah
yang keluar dari kemaluan tinggal sedikit berwarna kekuningan dan tidak ada
keluhan yang dirasakan
Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik

102
103

b. Kesadaran : Composmentis
c. Emosional : Stabil
2. Tanda vital
a. TD : 120/80 mmHg
b. HR : 72 x/i
c. RR : 20 x/i
d. Temp : 36,5 x/i
3. Pemeriksaan Fisik
a. Payudara : Putting susu menonjol, penegeluaran : ASI banyak, tidak ada
nyeri tekan, tidak kemerahan, tidak bengkak.
b. Kontraksi uterus baik
c. TFU tidak teraba
d. Pengeluaran pervaginam berwarna kekuningan (Lochea serosa)
e. Jumlah darah 1x ganti doek/hari

Analisa
Ibu Postpartum 2 minggu.

Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan.
a. TD : 120/80 mmHg
b. HR : 70 x/i
c. RR : 22 x/i
d. Temp : 36,5 x/i
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memastikan involusi uteri ibu berjalan normal, TFU sudah tidak teraba, tidak
ada perdarahan yang abnormal dan tidak berbau.
Ibu dalam keadaan normal.
3. Mengingatkan kepada ibu cara menyusui yang benar yaitu:
a. Menggunakan BH yang menyokong payudara dengan posisi ibu duduk atau
miring dengan areola mammae bagian bawah menutupi seluruh mulut bayi

103
104

agar ASI lancar keluar dan berikan secara bergantian antara payudara
kiri/kanan.
b. Pemberian ASI dilakukan secara on demand atau sesering mungkin tanpa ada
batasan waktu.
c. Mengajarkan ibu agar selalu menjaga kebersihan payudara serta putting susu
dan melakukan masase pada payudara dengan baby oil untuk mempermudah
pengeluaran air susu.
Ibu sudah mengetahui cara menyusui yang benar.
4. Mengingatkan ibu untuk agar tetap menjaga kebersihan diri terutama daerah
genetalia. Apabila ibu membersihkan vagina, bersihkan dari arah depan ke
belakang dan segera mengganti pakaian dalam apabila sudah lembab.
Ibu sudah mengerti dan bersedia.
5. Mengingatkan kembali tanda-tanda bahaya masa nifas seperti pengeluaran
lochea berbau, demam, nyeri perut berat, kelelahan atau sesak, bengkak pada
tangan, wajah dan tungkai, sakit kepala hebat, pandangan kabur, nyeri pada
payudara. Apabila ditemukan tanda bahaya tersebut segera ke petugas
kesehatan.
Ibu masih ingat tanda-tanda bahaya masa nifas.
6. Menganjurkan ibu membawa bayinya untuk imunisasi BCG dan Polio tanggal
23 juni 2019 dan membawa buku KIA.
Ibu sudah mengetahui jadwal imunisasi dan membawa buku KIA.

3.5 Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Fisiologis


3.5.1 Neonatus 6 Jam Pertama
Tanggal : 22 Mei 2019 Pukul : 20.00 WIB

104
105

Identitas/Biodata
Nama Bayi : Bayi Ny. N
Tgl lahir/ jam : 22 Mei 2019 / 14.50 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan

Data Subjektif
Bayi menangis kuat dan menyusu dengan kuat

Data Objektif
1. Keadaaan umum bayi baik
2. Tanda-tanda vital :
a. Pols : 130 x/i
b. RR : 46 x/i
c. Suhu : 36,2oC
3. Pemeriksaan Antropometri
d. Panjang badan : 48 cm
e. Berat badan : 3200 gr
f. LILA : 11 cm
g. LIKA : 32 cm
h. LIDA : 33 cm
4. Pemeriksaan fisik
a. Kulit : Warna kulit kemerahan, terdapat lanugo di daerah kepala
dan muka, ada vernic caseosa daerah bahu.
b. Kepala : Ubun-ubun tidak menutup, kepala dapat dilfeksikan ke
arah dada dan tidak ada moulage, tidak ada Caput
succaedenum , tidak ada Cephal hematoma.
c. Mata : Bentuk mata simetris kiri dan kanan, strabismus mata
kanan dan kiri baik, tidak ada oedema palpebra, sklera
tidak ikterik dan konjungtiva merah muda.
d. Hidung : Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada cuping
hidung.

105
106

e. Mulut : Bentuk simetris, warna bibir kemerahan, ada palatum, gigi


belum tumbuh, tidak ada kelainan.
f. Telinga : Telinga kanan dan kiri simetris bilateral, tidak ada
pengeluaran cairan, terdapat saluran telinga, elastisitas,
daun telinga baik.
g. Leher : Tidak ada pembengkakan, pergerakan tonick neck baik,
dan dapat difleksikan ke arah dada.
h. Dada : Bentuk kanan dan kiri simetris, pergerakan diafragma
sesuai dengan irama pernafasan.
i. Punggung : Tidak ada Spina bifida dan tidak ada skoliosis.
j. Abdomen : Tali pusat dalam keadaan basah dan dibungkus kassa
steril, daerah sekitar tali pusat dalam keadaan baik dan
bising usus sudah terdengar.
k. Genitalia : Tidak ada kelainan, labia mayor menutupi labia minor.
BAK : sudah.
l. Anus : Berlubang, anus terpisah dengan genetalia dan tidak ada
kelainan. BAB : sudah.
m. Ekstremitas : Bentuk simetris, tidak ada polidaktili dan sindaktili pada
jari tangan dan kaki dan tidak ada trauma fraktur.
5. Refleks
a. Refleks moro : Positif (bayi terkejut saat dikejutkan bila tiba-tiba
digendong).
b. Refleks mengedip : Positif (bayi mampu berkedip jika kita
mengusapkan di bagian matanya).
c. Refleks tonick neck : Positif (ketika kedua tangan bayi diangkat, bayi
akan berusaha mengangkat kepalanya).
d. Refles rooting : Positif (jika seseorang mengusapkan sesuatu di
pipi bayi, maka bayi akan mencari dan membuka
mulutnya).

106
107

e. Refleks sucking : Positif (jika seseorang memasukkan sesuatu ke


dalam mulut, maka bayi akan berusaha menghisap
lalu menelan).
f. Refleks grasping : Positif (bayi baru lahir menggenggam bila
seseorang menyentuh telapak tangannya).
g. Refleks babinski : Positif (jari-jari mencengkram ketika bagian
bawah kaki diusap).
Analisa
Neonatus 6 jam
Penatalaksanaan
Tanggal : 22 Mei 2018 Pukul : 20.00 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bayi pada ibu dan keluarga, bayi dalam
keadaan baik dan sehat dengan BB : 3200 gram, PB : 48 cm, secara fisik bayi
dikatakan normal dan tidak ada kecacatan.
Informasi telah disampaikan kepada ibu dan keluarga, sehingga ibu dan keluarga
mengetahui kondisi bayinya saat ini.
2. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat tidak
boleh basah jika basah diganti dengan kasa kering steril dan tidak diberikan
alkohol maupun betadine
Tali pusat sudah dalam keadaan bersih dan ditutupi kassa steril.
3. Menjelaskan cara untuk mencegah hipotermi dan menjaga kehangatan bayi.
a. Memastikan bayi tetap hangat, mengganti handuk/kain yang basah dan
bungkus bayi dengan selimut dan jangan lupa memastikan kepala telah
terlindungi dengan baik.
b. Memastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15
menit, apabila telapak kaki terasa dingin, periksalah suhu aksila bayi.
Apabila suhu kurang dari 36,5oC, segera hangatkan bayi tersebut.
c. Menghindari memandikan bayi hingga sedikitnya 6 jam dan hanya setelah
itu jika tidak terdapat masalah medis dan jika suhunya 36,5 C atau lebih.
d. Membungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala bayi harus
tertutup.

107
108

Bayi sudah dimandikan dan sudah dijaga kehangatannya.


4. Menjelaskan pada ibu bahwa memberikan ASI secara on demand pada
bayinya agar terbentuk hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi serta
dengan rawat gabung dapat memberikan rasa nyaman.
Ibu sudah satu ruangan dengan bayinya dan bayi sudah mendapat ASI.
5. Mengobservasi tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir seperti
a. Sesak nafas
b. Bayi tidak mau menyusu
c. Kejang
d. Suhu badan yang tinggi
e. Tali pusat merah dan bernanah
Tidak ada tanda-tanda bahaya pada bayi

3.5.2 Neonatus 6 hari


Tanggal : 28 Mei 2019 Pukul : 08.00 WIB

Data Subjektif
Ibu mengatakan bayinya menyusui kuat dan menghisap ASI dengan baik, tali
pusat bayi sudah putus, istirahat cukup dan BAK/BAB bayi normal.

Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Tanda-tanda vital :
a. Pols : 142 x/i
b. RR : 41 x/i
c. Temp : 36,6oC
d. Panjang badan : 48 cm
e. Berat badan : 3200 gr
3. Pemeriksaan fisik
a. Kulit : Warna kulit tidak kemerahan, vernik caseosa dan lanugo
sudah tidak tampak.

108
109

b. Mata : Bentuk simetris, tidak ada oedema palpebra, strabismus


baik, sklera tidak ikterik dan konjungtiva tidak anemi.
c. Telinga : Bentuk simetris, tidak ada pengeluaran dan ada saluran.
d. Mulut : Gigi belum tumbuh, palatum ada dan gusi bersih.
e. Leher : Tidak ada pembengkakan, dapat difleksikan ke arah dada
dan pergerakan kiri dan kanan baik.
f. Dada : Bentuk simetris, pergerakan diafragma sesuai dengan
dengan irama pernafasan.
g. Abdomen : Tali pusat sudah putus dan masih ada bekas putus tali
pusat.
h. Genetalia : Bersih, dan BAK 6-10x/hari.
i. Anus : Berlubang dan BAB 1-2x/hari.
Analisa
Neonatus 6 hari
Penatalaksanaan
Tanggal : 28 Mei 2019 Pukul : 08.00 WIB
1. memberitahu ibu keadaan bayinya normal
a. Pols : 142 x/i
b. RR : 41 x/i
c. Temp : 36,6oC
d. Panjang badan : 48 cm
e. Berat badan : 3300 gr
Ibu sudah mengetahui keadaan bayinya
2. Memberi penkes tentang personal hyigene pada bayinya
a. Memberitahu ibu memandikan bayinya setiap pagi
b. Memberitahu ibu sering mengganti bajunya apabila bajunya basah agar
bayi tetap hangat
c. Memberitahu ibu membersihkan hidung, mata, telinga dan kuku.
Ibu sudah dapat melakukan personal hygiene kepada bayinya.

109
110

3. Mengingatkan ibu untuk tetap memberikan ASI Eksklusif dan menyusui


bayinya 2 jam sekali kemudian setelah selesai menyusui bayi disendawakan
dengan cara menepuk-nepuk punggung bayi agar bayi tidak muntah.
Ibu menyusui bayinya 2 jam sekali dan segera menyendawakan bayinya setelah
menyusui.
4. Mengingatkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi dengan membedong
bayi, mencuci tangan setiap ibu memegang bayi dan mengganti popok bayi
apabila basah.
Ibu selalu membedong bayinya dan mengganti popok apabila basah.
5. Memberikan ibu konseling mengenai ikterik dan menganjurkan ibu untuk
memberikan ASI sesering mungkin dan menjemur bayi pada pukul 07.00-
08.30 WIB.
6. Mengingatkan kembali pada ibu tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir seperti
sesak napas, bayi tidak mau menyusu, kejang dan suhu badan tinggi.
Ibu masih ingat tanda-tanda bahaya bayi baru lahir

3.5.3 Neonatus 14 hari


Tanggal : 6 Juni 2019 Pukul : 16.00 WIB

Data Subjektif
Ibu mengatakan bayinya diberikan ASI Eksklusif tanpa makanan pendamping.

Data Objektif
1. Keadaan umum bayi baik
2. Tanda-tanda vital
a. RR : 48 x/i
b. Pols : 124 x/i
c. Suhu : 36,9oC
d. BB : 4000 gram
e. PB : 51 cm
3. Pemeriksaan umum
a. Ubun-ubun :Bagian belakang kepala sudah menutup.

110
111

b. Kulit :Warna kulit tidak kemerahan, vernik caseosa dan lanugo


sudah tidak tampak.
c. Mata :Bentuk simetris, tidak ada oedema palpebra, strabismus
baik, sklera tidak ikterik dan konjungtiva tidak anemi.
d. Mulut :Gigi belum tumbuh, palatum ada dan gusi bersih.
e. Dada :Bentuk simetris, pergerakan diafragma sesuai dengan
dengan irama pernafasan.
f. Genetalia :Bersih, dan BAK 6-10x/hari.
g. Anus :Berlubang dan BAB 1-2x/hari.
4. Pemeriksaan Perkembangan
a. Bayi mulai belajar dan mengekplorasi bagaimana tangan dan kakinya
dapat bergerak.
b. Bayi sudah dapat menggeleng-gelengkan kepalanya.
c. Bayi sudah bisa mengenali suara dari orang tuanya.
d. Bayi sudah mulai mengoceh seperti mengucapkan kata “ahh”.
e. Bayi dapat merespon seperti terkejut bahkan menangis saat mendengar
suara yang keras.

Analisa
Neonatus 14 hari

Penatalaksanaan
Tanggal : 6 Juni 2019 Pukul : 16.00 WIB
1. Memberitahu ibu bahwa keadaan bayinya normal.
a. RR : 48 x/i
b. Pols : 124 x/i
c. Suhu : 36,9oC
d. BB : 3300 gram
e. PB : 48 cm
Ibu sudah mengetahui keadaan bayinya normal dan sehat.

111
112

2. Mendukung ibu kembali untuk memberikan hanya ASI saja tanpa diberikan
makanan pendamping ASI atau susu formula sampai 6 bulan dan selanjutnya
ditambah MP-ASI sampai usia 2 tahun tanpa memberhentikan ASI.
3. Mendukung ibu untuk tetap memberikan personal hyigene pada bayinya
a. Memberitahu ibu memandikan bayinya setiap pagi.
b. Memberitahu ibu sering mengganti bajunya apabila bajunya basah agar
bayi tetap hangat.
c. Memberitahu ibu membersihkan hidung, mata, telinga dan kuku.
Ibu sudah dapat melakukan personal hygiene kepada bayinya.
4. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang tanggal 23 juni 2019 dan membawa
bayinya serta buku KIA untuk memeriksakan perkembangan, penimbangan
bayi dan imunisasi BCG.
5. Memberitahu ibu apabila ada keluhan pada bayinya, ibu segera datang ke
pelayanan kesehatan terdekat.
Ibu sudah mengetahui jika ada keluhan akan datang ke pelayanan kesehatan
terdekat.

112
113

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Kehamilan
Ny. N umur 24 tahun G1P1A00 telah melakukan kunjungan ANC di
Praktek Bidan Mandiri secara rutin. Ibu mengatakan telah melakukan
pemeriksaan kehamilan mulai dari trimester I sampai dengan trimester III
sebanyak enam kali yaitu satu kali pada trimester I, dua kali pada trimester II, tiga
kali pada trimester III. Hal ini sesuai dengan teori dimana kunjungan antenatal
care dilakukan paling sedikit empat kali selama kehamilan yaitu satu kali pada
trimester I, satu kali pada trimester II dan dua kali pada trimester III (Saifuddin,
2016). Menurut (Walyani, 2015) tujuan dilakukannya antenatal care secara teratur
yaitu untuk mendeteksi dini adanya ketidaknormalan maupun komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil. Ny. N sudah mengerti tentang pentingnya
pemeriksaan ANC, sehingga Ny. N selalu memeriksakan kehamilannya dan tidak
ada kesenjangan antara teori dan kenyataan.
Asuhan Continuity Care yang telah diberikan kepada Ny. N, dimulai pada
trimester III pada ANC pertama pada tanggal 25 Februari 2019, yaitu pengkajian
data dari mulai anamnese tentang biodata, status pernikahan, keluhan utama,
riwayat kesehatan ibu dan keluarga, pola kehidupan sehari-hari. Selanjutnya
penulis melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar pelayanan minimal 10T.
Menurut BukuKemenkes RI, (2016) pelayanan standar 10T yaitu timbang berat
badan dan ukur tinggi badan, mengukur tekanan darah, nilai status gizi (ukur
lingkar lengan atas), mengukur tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janin
dan DJJ, pemberian imunisasi TT, pemberian tablet besi, test laboratorium,
tatalaksana kasus dan temu wicara/konseling.
Hasil pengukuran tinggi badan pada Ny. N adalah 150 cm, dalam hal ini
tinggi badan Ny. N tidak beresiko. Menurut Kemenkes RI (2016), tinggi badan
dikategorikan beresiko apabila hasil pengukuran <145 cm, karena meningkatkan
resiko terjadinya CPD (Cephalo Pelvic Diproportion). Dari data diatas tidak ada
kesenjangan antara teori dan kenyataan.

113
114

Pada penimbangan berat badan diketahui bahwa Ny. N mengalami


penambahan berat badan sebesar 10 kg di awal kehamilan 40 minggu dimana
berat badan Ny. N sebelum kehamilan adalah 50 kg dan di akhir kehamilan 60 kg,
sehingga di dapat IMT Ny.N yaitu 22,22 kg/m2. Menurut teori IMT normal yaitu
18,5-24,9 kg/m2 dan penambahan berat badan yang sesuai dengan IMT ibu dari
mulai awal kehamilan sampai akhir kehamilan adalah 11,5-16 kg (Sri
Widatiningsih, 2015). Penambahan berat badan rata-rata 10-12 kg (Pantiawati,
2017).Diketahui bahwa IMTdan kenaikan berat badan Ny. N adalah dalam batas
normal, dengan initidakada kesenjangan antara teori dengan kenyataan.
Selama kunjungan ANC tekanan darah Ny. N dalam batas normal yaitu
berkisar 110/70 mmHg sampai120/80 mmHg. Pengukuran tekanan darah pada
setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi.
Menurut (Dainty dkk, 2017) dikatakan hipertensi apabila tekanan darah ≥ 140/90
mmHg.
Pada saat dilakukan pemeriksaan LILA pada Ny. N, didapat hasil 24 cm.
Hal ini menunjukkan bahwa status gizi Ny. N dalam batas normal. Menurut
(Daintydkk, 2017)LILA normal yaitu 23,5 cm danjikaukuran LILA kurangdari
23,5 cm, maka interprestasi nya adalah Kurang Energi Kronis (KEK).
Selama kunjungan kehamilan didapat TFU Ny. N dalam keadaan normal
dimana sesuai dengan usia kehamilan. Hal ini sesuai dengan pendapat Walyani
(2015) bahwa pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan kehamilan
dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur
kehamilan.
Saat dilakukan pengkajian, didapatkan bahwa Ny.N pernah mendapatkan
imunisasi TT. Maka pelayanan yang diberikan pada ibu sudah memenuhi
pelayanan antenatal care 10T. Untuk itu penanganan yang diberikan kepada ibu
adalah memberikan imunisasi TT berikutnya dan menolong persalinan dengan
alat steril. Imunisasi TT perlu diberikan pada ibu hamil untukmencegahterjadinya
tetanus neonatorum. (Walyani, 2015).
Pada kunjungan ANC pertama dilakukan pemeriksaan Haemoglobin, dan
didapat kadar Hb ibu 10,6 gr%. Hal ini menunjukkan bahwa ibu memiliki kadar

114
115

Hb yang rendah, kemudian ibu diberikan tablet besi 1 kali 1 hari dan konseling
pola nutrisi. Pada kunjungan ANC kedua dilakukan kembali pemeriksaann
haemoglobin di dapat kadar Hb ibu meningkat yaitu 11,6 gr%. Ibu tetap diberikan
tablet besi 1 kali 1 hari untuk mencegah anemia pada ibu dan konseling pola
nutrisi.Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menimbulkan gangguan
kematangan/ kematuran organ-organ tubuhjanin, resiko terjadinya premature dan
perdarahan pada saat melahirkan (Rukiyah, 2011).
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan kehamilan trimester III pada Ny.
N penulis menemukan beberapa keluhan yang dirasakan Ny. N yaitu mengeluh
sering BAK dan sakit pinggang. Bila dikaitkan dengan teori keluhan ini
merupakan perubahan fisiologis yang dialami oleh ibu hamil trimester III, dimana
uterus mengalami pembesaran sehingga menekan diafragma dan kandung kemih,
hal ini lah yang menyebabkan ibu sering BAK, Penulis memberikan asuhan
konseling kepada ibu tentang perubahan ketidaknyamanan fisiologis yang dialami
oleh ibu hamil trimester III dengan miring kanan ataupun miring kiri, membatasi
minum dimalam hari dan memperbanyak minum di siang hari, menjaga kebesihan
daerah genitalia dengan sering mengganti celana dalam apabila sudah lembab/
basah, serta banyak mengkonsumsi makanan yang tinggi serat (Sari dkk, 2015).
Selama melaksanakan asuhan antenatal, semua asuhan yang diberikan
pada Ny. N terlaksana dengan baik dan keluarga bersifat kooperatif sehingga tidak
terjadi kesulitan dalam memberikan asuhan.

B. Persalinan
Ny. N dan suami datang ke klinik Pratama Vina pada tanggal 22 Mei 2019
pukul 06.00 Wib, dengan keluhan keluar lendir bercampur darah disertai rasa
mules sejak pukul 02.00 Wib. Setelah dilakukan pemeriksaan dalam pada pukul
06.00 Wib, didapat hasilnya pembukaan baru 2 cm, serviks menipis dan ketuban
masih utuh. Kemudian pada pukul 10.00 wib dilakukan kembali pemeriksaan
dalam, di dapat bahwa pembukaan 5 cm.Kemudian pada pukul 14.00 wib
dilakukan pemeriksaan dala,di dapat bahwa pembukaan sudah lengkap (10 cm).
Lamanya kala I pada Ny. N yaitu 7-8 jam.Hal ini sesuai dengan pendapat Rohani

115
116

(2017) bahwa pada multigravida kala I berlangsung 8 jam.Asuhan yang diberikan


pada kala I yaitu memberikan dukungan emosional pada ibu, menjaga privasi ibu,
member ibu makan dan minum disela kontraksi, menyiapkan partus set dan
memantau kemajuan persalinan ibu dalam partograf.
Selama kala II ibu dipimpin meneran ketika ada his dan menganjurkan ibu
untuk minum disela kontraksi. Diawali dengan ibu merasa perutnya semakin
mules seperti ingin BAB serta ada dorongan untuk meneran. Pada inpeksi
perineum menonjol, ada tekanan pada anus,vulva dan spingter ani membuka serta
meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Walyani (2016), bahwa tanda dan gejala kala II yaitu adanya keinginan
meneran, adanya tekanan pada anus, vulva dan spingter ani membuka.
Pada saat his adekuat menganjurkan ibu untuk mengedan, kemudian
kepala lahir, tidak ada lilitan tali pusat, setelah kepala putar paksi luar, tangan
secara biparietal untuk melahirkan bahu, sanggah susur hingga seluruh tubuh bayi
lahir. Bayi lahir spontan pada pukul 14.50 Wib. Kemudian mengeringkan bayi
lalu melakukan pemotongan tali pusat.Kala II berlangsung selama 24 menit
dengan jumlah perdarahan ± 80 cc. Lamanya waktu persalinan kala II secara
fisiologis pada multigravida berlangsung ½ jam (Johariah, 2017).
Segera setelah melakukan asuhan pada bayi baru lahir, maka pada kala III
asuhan yang diberikan pada Ny. N antara lain penyuntikan oksitosin, melakukan
pemotongan tali pusat, melakukan IMD dengan meletakkan bayi diatas perut ibu
diantara dada ibu sehingga terjalin kontak dini ibu dan bayi. Kemudian melakukan
penegangan tali pusat terkendali sambil melihat tanda-tanda pelepasan plasenta.
Plasenta lahir spontan pada pukul 15.00 Wib, kotiledon lengkap dan selaput
ketuban utuh. Setelah plasenta lahir dilakukan masase selama 15 detik. Hal ini
sesuai dengan pendapat Saifuddin (2016), bahwa asuhan kala III yaitu manajemen
aktif kala III yang terdiri dari 3 langkah utama yaitu pemberikan suntikan
oksitosin, melakukan PTT dan masase uterus selama 15 detik. Kala III pada Ny.
N berlangsung selama 15 menit. Menurut teori kala III pada primigravida 30
menit dan pada multigravida 15 menit (Walyani, 2016).

116
117

Pada kala IV, ada laserasi jalan lahir, perdarahan yang terjadi pada Ny. N
berlangsung normal. Hasil pemantauan pada kala IV selama 2 jam adalah tanda-
tanda vital dalam batas normal, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, total
perdarahaan ± 200 cc.
Keseluruhan proses persalinan Ny. N berjalan dengan baik dan normal, hal
ini terjadi karena adanya observasi dan tindakan serta asuhan yang tepat dari awal
persalinan hingga bayi dapat lahir, kelancaran persalinan ini juga berkat adanya
kerjasama yang baik dari ibu, ibu dapat mengontrol emosinya serta dapat meneran
dengan baik. Ibu juga mau mengikuti anjuran dari bidan.

C. Nifas
Penulis telah melakukan kunjungan nifas pada Ny. N sebanyak 3 kali yaitu
kunjungan 6 jam sampai 3 hari setelah melahirkan, hari ke 4 sampai 28 hari
setelah melahirkan, hari ke 29 sampai 42 hari setelah melahirkan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Walyani (2015) bahwa frekuensi kunjungan dan waktu
kunjungan nifas dilakukan sebanyak 3 kali yaitu kunjungan kunjungan 6 jam
sampai 3 hari setela hmelahirkan, hari ke 4 sampai 28 hari setelah melahirkan,
hari ke 29 sampai 42 hari setelah melahirkan.
Pada 6 jam postpartum dilakukan pemeriksaan fisik dan didapati hasil
keadaan ibu baik dengan tanda-tanda vital normal, kontraksi baik, TFU 2 jari
dibawah pusat, lochearubra, perdarahan 2 kali ganti doek, sudah berkemih ke
kamar mandi, ibu sudah bisa duduk, miring ke kanan dan ke kiri. Menurut
Walyani (2015), bahwa segera setelah plasenta lahir, uterus berada 2 jari dibawah
pusat dan pengeluran lochea pada hari ke 2-3 postpartum yaitu lochea rubra.
Asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 jam masa nifas yaitu menilai
perdarahan pada ibu, menjelaskan cara perawatan tali pusat dan perawatan bayi
baru lahir, menjaga kehangatan bayi, menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya
sesering mungkin, menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini, memberikan ibu tablet
vit.Adan tablet Fe serta menganjurkan ibu istirahat yang cukup (Walyani, 2015).
Pada kunjungan 6 hari masa nifas, keadaan umum ibu baik dengan tanda-
tanda vital normal, TFU pertengahan pusat dan simfisis, cairan yang keluar dari

117
118

kemaluan ibu berwarna merah kekuningan (lochea sanguinolenta), ASI lancar dan
pola nutrisi ibu baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Walyani (2015), yang
menyatakan bahwa hari ke 3-7 setelah persalinan terdapat pengeluaran lochea
sanguinolenta berwarna merah kekuningan. Asuhan yang diberikan pada
kunjungan 6 hari masa nifas yaitu memeriksa involusi uterus ibu, menjelaskan
cara perawatan bayi baru lahir, memberikan penkes mengenai nutrisi yang baik,
perawatan payudara dan personal hygiene, pemberian ASI secara on demand,
memberikan pendidikan kesehatan tentang Keluarga Berencana dan alat
kontrasepsi dan memberitahu ibu tanda bahaya masa nifas (Walyani, 2015).
Kunjungan pada minggu ke-2 keadaan umum ibu baik, involusi uteri
berjalan dengan baik dan tidak ditemukan tanda-tanda infeksi. Asuhan yang
diberikan yaitu memberitahu bahwa involusi uteri ibu berjalan dengan baik,
menanyakan keputusan yang telah disepakati ibu dan suami tentang alat
kontrasepsi yang akan digunakan. (Walyani, 2015).
Setelah melakukan kunjungan dan asuhan masa nifas 7 jam pertama, 6 hari
dan 2 minggu pada Ny. N semuanya berjalan dengan baik dan normal. Hal ini
terlihat ketika dievaluasi tidak terdapat masalah dan komplikasi yang dialami Ny.
N.

D. Bayi Baru Lahir


Bayi Ny. N lahir normal dan spontan pada tanggal 22 Mei 2019, pukul
14.50 Wib dengan bugar, menangis kuat, tidak ada cacat bawaan, warna kulit
kemerahan, tonus otot aktif dan pernafasan baik. Jenis kelamin perempuan, berat
badan 3200 gram, panjang badan 48 cm, apgar score 9/10, ektremitas lengkap,
pergerakan aktif, anus (+). Hal ini sesuai dengan teori dimana bayi baru lahir
normal dan sehat apabila warna kulit merah, denyut jantung >100 x/i, menangis
kuat, tonus otot bergerak aktif, pernafasan baik dan tidak ada komplikasi pada
bayi tersebut (Rukiyah, 2017).
Asuhan yang diberikan pada bayi segera setelah lahir yaitu penulis
melakukan penilaian dengan cepat dan hasilnya adalah normal, maka langsung
meletakkan bayi di atas perut Ny. N segera mengeringkan, membungkus kepala

118
119

dan badan bayi, tali pusat kemudian dijepit dengan klem dan memotongnya.
Setelah itu mengganti kain dengan kain yang bersih dan kering kemudian
dilakukan IMD selama 1 jam. Sebagai upaya profilaksis diberikan salep mata
tetracyclin 1 % dan suntik vitamin K yang berfungsi untuk mencegah perdarahan.
Kemudian bayi diberikan imunisasi HB0 1 jam setelah suntik vitamin K. Hal ini
sesuai dengan teori dimana asuhan segera yang dilakukan pada bayi baru lahir
adalah melakukan penilaian pada bayi, mengeringkan bayi, menjaga kehangatan
bayi, pemotongan tali pusat, IMD, pemberian salep mata dan pemberian imunisasi
awal (Maryanti, 2017). Bayi dalam keadaan sehat, sudah buang air kecil dan
dapat menyusu dengan baik.
Setelah 6 jam, asuhan yang diberikan yaitu bayi dimandikan dengan air
hangat dan sabun, melakukan perawatan tali pusat dimana tali pusat dibungkus
dengan kasa kering steril, membedong bayi untuk menjaga kehangatanbayi,
setelah itu diberikan kepada ibu untuk segera disusui serta mengajarkan ibu
tentang posisi dan cara menyusui yang baik dan benar.
Pada kunjungan neonatus 6 hari, asuhan yang diberikan yaitu melakukan
pemeriksaan fisik pada bayi, memandikan bayi, melakukan perawatan tali pusat.
Setelah dilakukan pemeriksaan didapat hasil bahwa keadaan bayi baik dan dalam
keadan batas normal, terjadi penambahan berat badan menjadi 3300 gram, tali
pusat telah putus pada hari ke-5, bayi tidak ikhterus, tidak ditemukan tanda-tanda
infeksi dan bayi menyusui dengan kuat. Menurut Rukiyah (2017), yang dilakukan
pada kunjungan neonatal ke-2 yaitu jaga kehangatan tubuh bayi, berikan ASI
eksklusif, perawatan tali pusat dan mengawasi tanda-tanda bahaya.
Pada kunjungan neonatus 14 hari keadaan bayi dalam batas normal, bayi
menyusui dengan kuat, masih diberikan ASI eksklusif tanpa makanan yang lain,
tidak ditemukan tanda-tanda infeksi dan berat bayi meningkat menjadi 3300 gram.
Asuhan yang diberikan yaitu mengingatkan ibu untuk tetap memberikan ASI
eksklusif, dan memberitahu ibu untuk membawa bayinya imunisasi pada tanggal
23 Juni 2019.

119
120

Setelah melakukan pengkajian sampai evaluasi asuhan bayi baru lahir


mulai dari 6-48 jam, 6 hari dan 14 hari, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
bayi dalam keadaan sehat tanpa komplikasi apapun.

4.5 Keluarga Berencana


Pada saat kunjungan nifas, diberikan konseling kepada Ny. N untuk
pemakaian KB yang akan dipergunakan untuk menjarangkan anak. Ny. N
memilih menggunakan kontrasepsi KB MAL Implant saja karena lebih praktis,
tidak mengganggu pemberian ASI untuk bayinya dan suami menyetujui
pemilihan alat konrasepsi KB MAL.Menurut Handayani (2017) beberapa
keuntungan kontrasepsi KB MAL berikut
a. Efektifitas metode ini tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan I pasca persalinan)
b. Segera efektif
c. Tidak mengganggu senggama
d. Tidak ada efek samping secara sistemik
e. Tidak perlu pengawasan medis
f. Tidak perlu obat atau alat
g. Tanpa biaya
Asuhan yang diberikan pada Ny. N yaitu pelaksanaa dari metode ini
adalah sebagai berikut
a. Bayi disusui secara on demand menurut kebutuhan bayi
b. Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri melepaskannya
c. Bayi disusukan tiap hari
d. Ketika ibu sudah haid kembali pertanda ibu sudah subur kembali dan harus
segera menggunakan kb lain

120
121

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari uraian materi dan pembahasan kasus tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pentingnya asuhan yang diberikan secara continuity of care
oleh penulis terhadap ibu dimulai dari ibu hamil trimester III fisiologis, bersalin,
nifas, bayi baru lahir sampai pelayanan KB di klinik Pratama Vina Padang Bulan,
sehingga deteksi dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi dapat dihindari.
5.1.1 Asuhan kehamilan pada Ny. N telah dilakukan kunjungan sebanyak 3 kali.
Asuhan kehamilan yang diberikan kepada Ny. Z, G1P0A0 dengan usia
kehamilan 36-40 minggu sudah sesuai dengan kebijakan program
pelayanan/ asuhan standar minimal 10T. Selama kehamilan tidak ada
keluhan yang serius, Ny. N dan janinnya dalam keadaan normal.
5.1.2 Asuhan persalinan pada Ny. N berlangsung dengan normal, dimana kala I
selama 7-8 jam, kala II selama 50 menit, kala III selama 15 menit dan kala
IV selama 2 jam. Bayi lahir spontan dengan penilaian awal pada bayi baru
lahir yaitu bayi segera menangis, warna kulit kemerahan dan gerakan aktif.
Pada kala III plasenta lahir spontan dan lengkap. Pada kala IV dilakukan
pengawasan selama 2 jam postpartum. Selama proses persalinan tidak
terdapat penyulit maupun komplikasi pada ibu dan bayi lahir tidak ada
kelainan.
5.1.3 Asuhan kebidanan pada masa nifas dilakukan sebanyak 4 kali berjalan
dengan baik. Kunjungan dilakukan dengan cara home visit yang dimulai
dari kunjungan 6 jam postpartum, 6 hari postpartum, 2 minggu postpartum
dan 6 minggu postpartum dengan tujuan untuk menilai status ibu dan bayi
baru lahir, mencegah dan mendeteksi, serta menangani masalah-masalah
yang terjadi. Selama memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas
involusi berjalan dengan normal, proses laktasi lancar dan tidak ditemukan
adanya masalah atau komplikasi.

121
122

5.1.4 Asuhan pada bayi baru lahir dilakukan sebanyak 3 kali kunjungan yaitu
pada kunjungan pertama 6-48 jam pertama kelahiran, kunjungankedua 6
hari, dan kunjungan ketiga 28 hari. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada
bayi Ny. N dapat berlangsung dengan baik, tidak terdapat masalah atau
penyulit.
5.1.5 Asuhan keluarga berencana dengan Ny. N setelah masa nifas 42 hari. Pada
pelaksanaan asuhan keluarga berencana penulis telah memberikan
konseling interpersonal mengenai KB. Ny. N memilih menggunakan
kontrasepsi KB Implant saja karena lebih praktis, tidak mengganggu
pemberian ASI untuk bayinya dan suami menyetujui pemilihan alat
konrasepsi KB Implant.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Klinik
Penulis berharap kepada pimpinan Klinik Pratama Vina Padang Bulan
medan tetap mempertahankan pelayanan asuhan kebidanan yang sudah baik
kepada klien.
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan dapat menyediakan serta menambah
sumber referensi yang up to date sebagai bahan penunjang dalam penyusunan
laporan tugas akhir selanjutnya.
5.2.3 Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan dapat tetap meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam melakukan asuhan kebidanan secara baik dan benar kepada klien. Dalam
menghadapi pasien harus lebih teliti lagi menanyakan riwayat-riwayat yang lalu
agar mendapat hasil yang optimal.

122
123

DAFTAR PUSTAKA

Astutik. 2015. Buku Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui Ajar Asuhan. Jakarta:
TIM.

Dinkes Prov Sumatera Utara. 2017. Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun
2016. http://www.dinkes.sumutprov.go.id. (diakses tanggal 18 Maret
2019).

Handayani, S. 2017. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:


Pustaka Rihama.

Kementerian Kesehatan RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.


www.depkes.go.id. (diakses tanggal 18 Maret 2018).

Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2016.http://www.depkes.go.id/


resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-
Indonesia-2016.pdf (diakses tanggal 18 Maret 2019)

____________, 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015. http://www.depkes.go.id/


resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-
Indonesia-2015.pdf (diakses 18 Maret 2019).

Maritalia, Dewi. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.

Maryanti, Dwi, 2017. Buku Ajar Neonatus, Bayi dan balita. Jakarta: TIM.
Marmi, dan K. Rahardjo. 2018. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nugroho, T. 2014. Buku Ajar Kebidanan I (kehamilan). Yogyakarta:


Nuha Medika.

Romauli, S. 2017. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Rohani. 2016. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba


Medika.

Rukiyah, A. Y. 2017. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: TIM.

, dan L. Yulianti. 2017. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
TIM.

, 2017. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi). Jakarta: TIM.

123
124

, L. Yulianti, dan M. Liana. 2017. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta:


TIM.

Setiyaningrum, E. 2016. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: TIM.

Walyani, E. S. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka


Baru Press.

, dan E. Purwoastuti. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Menyusui.


Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

, 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Yogyakarta:


Pustaka Baru Press.

Yuhedi, T. L., T. Kurniawati,. 2018. Buku Ajar Kependudukan Pelayanan KB.


Jakarta: EGC.

WHO. 2017.World Health Statistics 2017http://www.who.int/gho/publications/


world_health_statistics/2017/EN_WHS2017_TOC.pdf (diakses tanggal
18 Maret 2019).

Yanti. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta. Pustaka


Rihama.

124
125

125
126

126
127

127
128

128
129

129
130

130
131

131
132

132
133

133
134

134
135

135
136

136
137

137
138

138
139

139
140

140

Anda mungkin juga menyukai