Anda di halaman 1dari 46

BAB I

KONSEPSI DAN BATASAN


POTENSI WILAYAH DAN DAERAH

Konsepsi Dan Batasan Anpotwilda


1.1 Ruang
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidupnya (UU RI No 26 Tahun 2007).
Ruang dengan padanan bahasa Inggris space dapat diartikan dengan
berbagai cara. Menurut kamus Webster sebagaimana dikutip Tarigan (2009:110)
space : a. The three dimensional continuous expanse extending in all directions
and containing all matter: variously thought of as boundless or intermediately
finite, b. area or room sufficient for or alloted to something. Sedangkan kamus
Random House menulis, space : a particular extent of surface. Dengan
demikian,secara umum ruang dapat diartikan dengan tempat berdimensi tiga tanpa
konotasi yang tegas atas batas dan lokasinyayang dapat menampung atau
ditujukan untuk menampung benda apa saja.
Selanjutnya menurut Tarigan (2009:110-111); ada tiga kata yang sering
dipertukarkan, yaitu ruang, tempat dan lokasi. Ruang adalah yang bersifat umum,
tidak terikat dengan isi maupun lokasi. Tempat sering dikaitkan dengan
keberadaan suatu benda / kegiatan yang telah ada/sering ada di situ. Lokasi
terkait dengan posisi apabila di permukaan bumi bisa ditentukan lintang dan
bujurnya. Lokasi sering terkait dengan pemberian nama atau karakter karakter
atas sesuatu tempat sehingga bisa dibedakan lokasi yang satu dengan lokasi
lainnya.

1.2 Wilayah
Menurut UU RI No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Wilayah
adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait
yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau
aspek fungsional.

1
Wilayah dapat dilihat sebagai ruang pada permukaan bumi. Pengertian
permukaan bumi adalah menunjuk pada tempat atau lokasi yang dapat dilihat
secara horizontal dan vertikal. Jadi di dalamnya termasuk apa yang ada pada
permukaan bumi, yang ada di bawah permukaan bumi, dan yang ada di atas
permukaan bumi. Ruang dalam kaitannya dengan kepentingan manusia dengan
batasan ruang di atas permukaan bumi itu adalah sejauh manusia masih bisa
menjangkaunya atau masih berguna bagi manusia (Tarigan, 2009:111).
Menurut Hanafiah (1982) sebagaimana dikutip Tarigan (2009:112), unsur-unsur
ruang yang terpenting adalah : 1. Jarak, 2. Lokasi, 3. Bentuk, dan 4. Ukuran atau
skala. Artinya, setiap wilayah harus memiliki keempat unsur-unsur di atas.
Unsur-unsur di atas secara bersama-sama membentuk/menyusun suatu unit ruang
yang disebut wilayah yang dapat dibedakan dari wilayah lain.
Wilayah dapat dibedakan berdasarkan kondisinya atau fungsinya. Berdasarkan
kondisinya, wilayah dapat dikelompokkan atas keseragaman isinya (homogeneity)
misalnya wilayah perkebunan, wilayah peternakan, wilayah industri, dan lain-lain.
Berdasarkan fungsinya, wilayah dapat dibedakan misalnya kota dengan wilayah
belakangnya, lokasi produksi dengan wilayah pemasarannya, susunan orde
perkotaan, hierarki jalur transfortasi, dan lain-lain (Glasson, 1974 dalam Tarigan,
2009:112).
Hartshorn (1988, dalam Tarigan, 2009:112) menggunakan istilah uniform
dengan pengertian yang sama dengan kondisi dari Glasson; serta menggunakan
istilah nodal dengan pengertian yang sama untuk fungsi dari Glasson. Menurut
Haggett (1977, dalam Tarigan, 2009:112) ada tiga jenis wilayah, yaitu
homogenous regions, nodal region, dan planning or programming regions.
Menurut Hanafiah (1982) sebagaimana dikutip Tarigan (2009:112), wilayah dapat
dibedakan atas konsep absolut dan konsep relatif. Konsep absolut didasarkan
pada keadaan fisik, sedangkan konsep relatif selain memperhatikan faktor fisik
juga sekaligus memperhatikan fungsi sosial ekonomi dari ruang tersebut.
Selanjutnya beberapa definisi ruang absolut (Tarigan, 2009:112), adalah :
a. Purnomo Sidi (1981) mengatakan bahwa wilayah adalah sebutan untuk
lingkungan permukiman bumi yang tentu batasnya;

2
b. Immanuel Kant sebagaimana dikutip dalam Hanafiah (1982) mengatakan
sesuatu ruang di permukaan bumi mempunyai lokasi yang tetap dan tepat, jarak
terdekat antara dua titik adalah garis lurus;
c. Hartshorn sebagaimana dikutip dalam Hanafiah (1982) mengatakan bahwa
wilayah adalah suatu area dengan lokasi spesifik dan dalam aspek tertentu
berbeda dengan area lain (berupa mosaik).

Dalam konsep ruang relatif, selain keadaan fisik juga diperhatikan aspek
sosial ekonomi. Misalnya, jarak diukur secara fungsional; berdasarkan unit
waktu, ongkos dan usaha. Jadi, unsur persepsi manusia atas dunia nyata sudah
dimasukkan. Misalnya jarak terdekat antara dua titik bukan lagi suatu garis lurus
melainkan diukur dari besarnya waktu, ongkos, dan usaha untuk mencapai titik
yang satu dari titik lainnya. Walapun antar dua titik (tempat), jarak terdekatnya
adalah garis lurus (potong kompas), tetapi dalam kehidupan sehari-hari manusia
tidak menggunakan jalur tersebut, karena ada jalur lain yang dapat dipakai secara
lebih mudah, lebih cepat atau lebih murah untuk mencapai tempat yang satu dari
tempat lainnya. Konsep ruang yang digunakan tergantung permasalahan yang
dibahas. Permasalahan sosial dan ekonomi umumnya menggunakan konsep ruang
relative, sedangkan dalam perencanaan fisik, terutama untuk ruang yang sempit,
umumnya menggunakan konsep absolut.
Wilayah adalah area tertentu dengan segala kandungan potensi dan
kekuatannya baik di darat, laut dan udaranya yang sifatnya kompleks secara fisik
dan non fisik yang menyangkut : tata ruang/geografinya, sumber daya alamnya,
kependudukannya/demografinya, idiologi politiknya, ekonomi social budaya dan
hankamnya (Ibrahim b, 1992:1).
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 26 Tahun
2008;Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan/atau aspek fungsional. Wilayah nasional adalah seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan pengaruh topologi; khususnya pengaruh luas dan bentuk
(Wardiyatmoko, 2013) potensi fisik geografis Indonesia adalah sebagai berikut :

3
Pada umumnya, suatu negara dengan wilayah yang luas akan memperoleh
keuntungan lebih banyak dibandingkan dengan negara dengan wilayah yang
sempit. Negara dengan wilayah yang lebih luas akan memberikan ruang hidup
yang lebih luas bagi peningkatan kesejahteraan penduduk. Pembangunan
ekonomi akan lebih dimungkinkan, terutama jika diikuti dengan teknologi
modern.
Wujud suatu negara memiliki bentuk dan luas yang bermacam-macam,
misalnya bulat, sempit memanjang. Bentuk-bentuk tersebut sangat berpengaruh
terhadap iklim setempat, strategi pertahanan, dan keadaan ekonomi.
Luas seluruh wilayah negara Indonesia adalah 8,4 juta km², terdiri atas
wilayah lautan dan daratan yang berupa pulau-pulau besar dan kecil. Oleh karena
itu, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Luas lautannya
sekitar 6,48 juta km² atau 77% dari total luas wilayah. Luas daratannya sekitar
1,9 juta km² atau 19 % dari total luas wilayah. Seluruh wilayah Indonesia terdiri
atas 17.504 buah pulau. Dari seluruh pulau tersebut, baru 11.801 pulau yang
memiliki nama, sedangkan pulau yang berpenghuni hanya 931 buah.
Indonesia merupakan negara terluas di Asia Tenggara. Perbandingan luas
Indonesia terhadap beberapa negara lain di dunia dapat dilhat pada tabel di bawah
ini. Panjang garis pantai Indonesia sekitar 95.181 km atau lebih dari dua kali
keliling bumi. Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang
keempat di dunia. Itulah sebabnya bangsa Indonesia harus meningkatkan dan
mengembangkan eksplorasi kelautan sehingga dapat memanfaatkan sumber-
sumber daya alam di laut.
Jika dilihat dari banyaknya sumber-sumber daya alam, baik yang terdapat
di darat maupun di laut, Indonesia berpotensi besar untuk mencapai kemakmuran
bagi masyarakatnya. Wilayah Indonesia yang luas menyebabkan hubungan lalu
lintas darat, laut dan udara menjadi faktor penting bagi kelancaran pembangunan
dan perekonomian negara.
Berdasarkan pengaruh unsur topologi khususnya Pengaruh Batas adalah
sebagai berikut : Terdapat dua macam batas yaitu batas alam(seperti lautan,
pegunungan, dan sungai) dan batas buatan(seperti tembok, tugu, dan pagar).
Suatu negara yang berbatasan dengan laut memerlukan pemikiran dan
perencanaan dalam pembangunan pelabuhan, pertahanan, dan usaha perikanan.
4
Bila suatu negara berbatasan dengan negara yang lebih maju, negara tersebut akan
lebih diuntungkan. Negara yang belum maju dapat meminta bantuan di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi dari negara maju untuk melaksanakan
pembangunan.
Dengan memahami tata geografi suatu daerah dapat diketahui ciri-ciri
khas daerah tersebut. Ciri-ciri khas dimaksud adalah keadaan alam, mata
pencaharian dan bentuk kehidupan penduduk, pemusatan dan penyebaran
penduduk, serta kehidupan dan kehidupan sosial penduduk.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor dan tata geografi
menentukan keadaan fisik, sosial budaya serta kelangsungan hidup penduduk di
suatu daerah atau negara.
Pengaruh unsur biotik (Wardiyatmoko, 2013) dapat dijelaskan sebagai
berikut : Unsur biotik suatu lingkungan meliputi berbagai jenis makhluk hidup
yang terdapat di suatu wilayah. Secara umum unsur biotik terdiri dari manusia,
hewan dan tumbuhan. Ketiga unsur itu berinteraksi dengan lingkungan dan
membentuk ekosistem. Interaksi antara komponen biotik terjadi dalam bentuk
hubungan makan memakan antara makhluk hidup yang berperan sebagai
konsumen dan produsen atau antara sesama makhluk hidup yang sama-sama
berperan sebagai konsumen.
Keberadaan unsur biotik dalam suatu lingkungan dipengaruhi oleh unsur
fisik dan topologi. Sebagai contoh, persebaran tumbuhan di dunia dipengaruhi
oleh iklim, curah hujan, jenis tanah, air, dan sinar matahari. Keberagaman
tumbuhan di suatu wilayah juga memengaruhi keberagaman jenis hewan yang
hidup di wilayah tersebut. Daerah dengan tumbuhan yang beragam, seperti hutan
hujan tropis, mendukung kehidupan hewan yang beragam pula.
Di lain pihak, manusia sebagai organisme yang paling dominan di bumi,
mampu memengaruhi komponen biotik lain maupun komponen abiotik. Sebagai
contoh, manusia mampu mengolah tanah dan menanam tumbuhan untuk
memenuhi kebutuhan pangan. Manusia juga melakukan aktivitas ekonomi
sehingga melakukan pembangunan yang mengubah kenampakan fisik wilayah.
Aktivitas manusia dapat pula memengaruhi keberadaan komponen biotik secara
negatif dan mengganggu keseimbangan lingkungan. Sebagai contoh, aktivitas

5
penambangan dan penebangan hutan yang dilakukan manusia dapat
mengakibatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan.

1.3 Kawasan
Pengertian kawasan dapat disamakan dengan istilah area dalam bahasa
Inggris yang menurut Webster ialah wilayah yang mempunyai batas-batas yang
jelas berdasarkan unsure-unsur yang sama (homogeneity), misalnya kawasan
industry, kawasan hutan, dan sebagainya.
Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau
budidaya. Kawasan pedesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

1.4 Daerah
Daerah dapat didefinisikan sebagai wilayah yang mempunyai batas secara
jelas berdasarkan yurisdiksi administratif (Tarigan, 2009:114-115). Berdasarkan
wilayah administrasi pemerintahan, di Indonesia dikenal wilayah kekuasaan
pemerintahan, seperti provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan dan
dusun/lingkungan.
Perwilayahan berdasarkan administrasi pemerintahan, biasanya terikat
kepada sejarah masa lalu dan telah ditetapkan berdasarkan undang-undang
sehingga tidak mudah diubah. Pembentukannya biasanya berdasarkan sejarah,
tuntutan masyarakat, atau keputusan pemerintah. Perubahannya harus melalui
undang-undang serta memerlukan persetujuan DPRD dan pemerintah pusat.
Walaupun cara perwilayahan administrasi pemerintahan yang ada sekarang kurang
efisien, tetapi tidak mudah diganti karena menyangkut sejarah dan fanatisme
masyarakat.
Berdasarkan sejarah pembentukannya, wilayah administrasi yang setingkat
di Indonesia adalah beragam. Ada yang luas dan ada yang sempit, ada yang
memiliki potensi ekonomi yang kuat dan ada yang memiliki potensi ekonomi
yang rendah. Jadi, sumber pendapatan daerah yang berpredikat provinsi misalnya,
ada yang cukup kuat dan ada yang sangat lemah. Sering ibukota provinsi,

6
kabupaten, dan kecamatan tidak terletak di tengah-tengah wilayahnya ataupun di
lokasi sedemikian rupa menjamin efisiensi bagi segala pihak yang berurusan
dengan kantor pemerintahan di ibukota tersebut. Namun demikian, tidak banyak
yang dapat diubah kerena menyangkut faktor sejarah dan fanatisme masyarakat.
Salah satu keunggulan dari perwilayahan atas dasar administrasi
pemerintahan adalah kemungkinan dapat ditetapkannya batas wilayah secara jelas.
Batas itu seringkali menggunakan kondisi riil di lapangan yang mempunyai ciri-
ciri yang jelas, misalnya sungai, laut, gunung, jurang, jalan, batas hutan, dan batas
perkebunan. Lagipula batas administrasi terbagi natas wilayah yang cukup kecil,
seperti desa/kelurahan dan bahkan masih dibagi lagi atas dusun/lingkungan.
Dengan demikian para kepala dusun/lingkungan bisa tahu persis batas wilayah
kekuasaannya. Batas wilayah atas dasar administrasi pemerintahan ini tidak
mungkin diabaikan dalam perencanaan pembangunankarena memiliki batas yang
jelas sehingga penyediaan data umumnya didasarkan atas wilayah administrasi.
Demikian pula kebijakan yang disarankan harus memperhatikan aspek wilayah
pemerintahan karena kewenangan dalam pelaksanaan dibagi berdasarkan wilayah
pemerintahan (Tarigan, 2009:116-117)

1.5 Potensi
Potensi berarti kemampuan yg mempunyai kemungkinan untuk
dikembangkan, kekuatan, kesanggupan dan daya. Berpotensi artinya memiliki
potensi. Menurut kamus bahasa Indonesia, potensi adalah kesanggupan, daya,
kemampuan untuk lebih berkembang. Setiap orang memiliki potensi, dan tentu
berbeda setiap apa yang dimiliki antara satu orang dengan orang lain.
Ada dua bentuk potensi yaitu potensi fisik dan potensi mental (psikis)
Potensi fisik ; adalah kemampuan yang dimiliki seseorang yang dapat
dikembangkan dan ditingkatkan apabila dilatih dengan baik.Kemampuan yang
terlatih ini akan menjadi suatu kecakapan, keahlian, dan ketrampilan dalam
bidang tertentu. Potensi fisik akan semakin berkembang bila secara intens dilatih
dan dipelihara. Potensi fisik ini seperti, tubuh, otot, wajah, ketahanan ataupun
kesehatan.
7
Potensi psikis; adalah bentuk kekuatan diri secara kejiwaan yang dimiliki
seseorang dan memungkinkan untuk ditingkatkan dan dikembangkan apabila
dipelajari dan dilatih dengan baik. Potensi psikis ini meliputi IQ (Intelligence
Quotient), EQ ( Emotional Quotient), AQ ( Addversity quotient) dan SQ (Spiritual
Quotient).
Jadi potensi adalah kadar kemampuan yang dimiliki seseorang yang dapat
dikembangkan untuk mencapai hasil yang maksimal.

1.6 Potensi Wilayah


Potensi adalah kekayaan/sumber daya baik bersifat fisik maupun non fisik
yang belum diolah. Potensi yang sudah diolah merupakan kemampuan/kekuatan.
Sesuatu disebut potensial, bila diolah akan menjadi kekuatan nyata, jika
sebaliknya sesuatu itu tidak/kurang potensial (Ibrahim b, 1992:1).
Menurut Suradinata (1992:1); Potensi wilayah adalah keseluruhan yang
meliputi sumber-sumber alami dan manusiawi, baik yang sudah terwujud maupun
yang belum terwujud dan dapat diharapkan pemanfaatannya bagi kelangsungan
dan perkembangan wilayah itu.

1.7 Analisis
Analisis bisa di artikan sebagai kajian yang dilaksanakan terhadap suatu
hal guna menelitinya secara mendalam. Misalnya pada kegiatan laboratorium,
kata analisa atau analisis dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan di
laboratorium untuk memeriksa kandungan suatu zat dalam cuplikan. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian analisis adalah penguraian suatu
pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan
antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti
keseluruhan.
Berikut ini adalah pengertian analisis menurut para ahli :
Wiradi
Analisis adalah aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti
mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk digolongkan dan dikelompokkan
kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari kaitannya dan ditaksir
maknanya.
8
Komaruddin
Analisis adalah kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan
menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen,
hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan
yang terpadu.
Dwi Prastowo Darminto & Rifka Julianty
Analisis merupakan penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan
penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
Anne Gregory
Analisis adalah langkah pertama dari proses perencanaan.
Kesimpulan pengertian analisis adalah kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu
keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen,
hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan
yang terpadu.
Analisis adalah upaya mengkaji secara ilmiah fenomena/gejala. Secara
ilmiah adalah mengungkapkan kenyataan yang ada dimana fakta tidak selamanya
sama dengan kenyataan (Ibrahim b, 1992:1)

1.8 Analisis Potensi Wilayah


Analisis potensi wilayah adalah mengkaji secara ilmiah rincian semua
kekayaan/sumber daya baik fisik maupun non fisik pada area/tata ruang tertentu,
sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi kekuatan nasional di daerah
tersebut (Ibrahim b, 1992:1)
Analisis potensi wilayah (anpotwil) tidak dapat dilihat secara terpisah
melainkan merupakan suatu kesatuan yang integrative dengan potensi Geografi
sebagai wadah: Sedangkan potensi sumber daya alam, kependudukan, idiologi,
politik, ekonomi, social budaya dan hankam sebagai isinya. Antara wadah dan isi
harus dianalisis secara komprehensif kemudian diupoayakan menjadi kekuatan
wilayah melalui pembangunan dengan memakai pendekatan komprehensif
integral sehingga tersusun peringkat kepentingan (ranking) pembangunan yang
objektif (Ibrahim a, 1992:5).

9
1.9 Masalah
Potensi Masalah Terkait Keberagaman Sosial Budaya
Keberagaman sosial budaya bagaikan dua sisi mata uang. Di satu sisi,
keberagaman membawa manfaat bagi perkembangan bangsa. Namun, di sisi lain
memiliki potensi masalah yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Berikut ini adalah beberapa potensi masalah terkait dengan keberagaman sosial
budaya yang harus mendapat perhatian kita bersama.
Konflik; kata konflik berasal dari bahasa Latin configere yang artinya saling
memukul. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konflik didefinisikan
sebagai percekcokan, perselisihan, atau pertentangan. Dengan demikian, secara
sederhana, konflik merujuk pada adanya dua hal atau lebih yang bersebrangan,
tidak selaras, dan bertentangan. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih (atau juga kelompok) yang berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak
berdaya.
John Lewis Gillin dan John Philips Gillin (dalam Maryati dan Juju
Suryawati, 2013), melihat konflik sebagai bagian dari proses interaksi sosial
manusia yang saling berlawanan (oppositional process). Artinya, konflik adalah
bagian dari sebuah proses interaksi sosial yang terjadi karena adanya perbedaan-
perbedaan fisik, emosi, kebudayaan dan perilaku.
Masyarakat terdiri dari sejumlah individu yang memiliki berbagai
kebutuhan. Menurut Karl Marx, kebutuhan yang paling mendasar dalam diri
setiap individu adalah materi. Sedangkan menurut Max Weber, tiap individu
memiliki kebutuhan akan kekuasaan dan kehormatan. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut sifatnya langka. Oleh karena itu, semua individu akan bersaing untuk
mendapatkannya.
Keberhasilan individu untuk mendapatkan kebutuhan itu berbeda-beda
karena kemampuan individu pun berbeda. Individu yang mempunyai kemampuan
besar akan memperoleh semua kebutuhannya dan mengatur individu lain yang
mempunyai kemampuan lebih kecil. Individu-individu yang hanya mendapatkan
sedikit kebutuhannya akan merasa tidak puas dan berusaha mengambil milik
orang lain. Di sinilah persaingan berkembang menjadi konflik. Sebagai contoh,
pihak penguasa berkepentingan untuk mempertahankan kekuasaan, sedangkan

10
pihak yang dikuasai berkepentingan untuk memperoleh kekuasaan. Keberhasilan
kelompok yang dikuasai untuk merebut kekuasaan akan menyebabkan terjadinya
perubahan sosial.
Perbedaan-perbedaan itu memuncak menjadi konflik ketika sistem sosial
masyarakatnya tidak bisa mengakomodasi perbedaan-perbedaan tersebut. Hal itu
mendorong masing-masing individu atau kelompok untuk saling menghancurkan.
Dalam hal ini Soerjono Soekanto (2012) mengatakan bahwa
“perasaan”memegang peranan penting dalam mempertajam perbedaan-perbedaan
tersebut. Perasaan-perasaan seperti amarah dan rasa benci, mendorong masing-
masing pihak untuk menekan atau menghancurkan individu atau kelompok lawan.
Sementara itu menurut De Moor (dalam Maryati dan Juju Suryawati, 2013),
sistem sosial dapat dikatakan mengandung konflik hanya jika para penghuni
sistem tersebut membiarkan dirinya dibimbing oleh tujuan-tujuan atau nilai-nilai
yang bertentangan dan terjadi secara besar-besaran.
Disintegrasi, disintegrasi merupakan suatu keadaan yang terpecah belah
dari kesatuan yang utuh menjadi terpisah-pisah. Keadaan seperti ini bisa saja
menimpa Indonesia. Karena struktur budaya yang sangat kompleks, Indonesia
selalu berpotensi menghadapai permasalahan konflik antaretnik, kesenjangan
sosial, dan sulitnya menjalin integrasi nasional secara permanen. Hal tersebut
disebabkan adanya perbedaan budaya yang mengakibatkan perbedaan cara
pandang terhadap kehidupan politik, sosial, dan ekonomi masyarakat.
Menurut Samuel Huntington (dalam Maryati dan Juju Suryawati, 2013),
Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi diintegrasi paling besar setelah
Yugoslavia dan Uni Sovyet pada akhir abad ke-20. Hal tersebut dapat dilihat dari
politik devide et impera yang diberlakukan oleh pemerintah Hindia Belanda agar
Indonesia, saat itu terpecah belah. Menurut Clfford Geertz (dalam Maryati dan
Juju Suryawati, 2013), apabila bangsa Indonesia tidak mampu mengelola
keragaman etnik, budaya, dan solidaritas etniknya maka Indonesia akan
berpotensi pecah menjadi negara-negara kecil Contohnya, potensi disintegrasi
akibat gerakan Organisasi Papua Merdeka yang menginginkan kemerdekaan
Provinsi Papua dari Indonesia.
Ruang Lingkup Anpotwilda
11
1.10 Wilayah Dari Aspek Fisik
Ciri-ciri suatu daerah/wilayah bisa diketahui melalui tata geografinya yang
meliputi unsur fisik, unsur topologi, dan unsur biotiknya. Pengaruh unsur fisik
meliputi : Iklim dan cuaca yang mempengaruhi jenis dan persebaran tumbuhan,
jenis dan persebaran hewan, vitalitas, serta aktivitas manusia; Air , pengaruh
wilayah perairan bergantung pada jarak antara wilayah perairan dan masyarakat,
sedangkan air permukaan banyak digunakan untuk irigasi, perikanan, dan
pembangkit tenaga listrik; Relief dan tanah, sangat berpengaruh terhadap
pemusatan penduduk, jaringan jalan, biaya transfortasi, moda transfortasi, jenis
usaha pertanian, dan ragam kebudayaan; serta keberadaan Barang tambang,
menyebabkan perbedaan perhatian manusia terhadap suatu daerah/wilayah
(Wardiyatmoko, 2013).
Dilihat dari pengaruh unsur topologi, berdasarkan letaknya dapat
diketahui potensi geografis Indonesia (Wardiyatmoko, 2013), sebagai berikut :
1. Letak Astronomis;
Letak astronomis adalah letak suatu tempat dihubungkan dengan posisi
garis lintang dan garis bujur yang membentuk suatu sistem koordinat. Garis
lintang adalah garis-garis paralel pada bola bumi yang sejajar dengan ekuator
(khatulistiwa). Lintang Utara (LU) adalah semua posisi atau tempat yang berada
di sebelah utara ekuator, sedangkan Lintang Selatan (LS) berarti lokasi tempat
yang berada di sebelah selatan ekuator. Jarak lintang diukur dengan satuan
derajat. Lintang terendah adalah ekuator (0º) dan lintang tertinggi adalah kutub
utara dan kutub selatan (90º).
Garis Bujur (meridian) adalah semua garis yang menghubungkan kutub
utara dan kutub selatan, tegak lurus terhadap garis lintang. Semua meridian
berbentuk setengah lingkaran besar, jarak tiap meridian adalah 15º. Meridian
Utama (prime meridian) adalah meridian greenwich sebagaimana disepakati
bersama oleh negara-negara peserta Kongres Meridian Internasional di
Washington tahun 1884. Kongres tersebut menentukan meridian utama melalui
observatorium Greenwich di London Inggris. Meridian utama disebut meridian
pangkal atau garis bujur 0º. Keliling bumi besarnya 360º dan dibagi menjadi dua
bagian, yakni bujur barat dan bujur timur, masing-masing sebesar 180º.
12
Berdasarkan posisi lintangnya, wilayah Indonesia terletak diantara 6º08’
LU dan 11º15’LS. Letak lintang yang demikian menunjukkan bahwa :
a. Batas paling utara wilayah Indonesia adalah 6º08’ LU (Pulau We) dan batas
paling selatan adalah 11º15’LS (Pulau Rote);
b. Jarak lintangnya adalah 17º23’;
c. Sebagian besar wilayah Indonesia terletak di belahan selatan bumi;
d. Wilayah Indonesia dilalui oleh garis ekuator (khatulistiwa).
Sedangkan berdasarkan letak garis bujurnya, wilayah Indonesia terletak
diantara 94º45’BT dan 141º05’BT. Hal ini berarti bahwa :
a. Batas paling barat wilayah Indonesia adalah 94º45’BT dan batas paling timur
adalah 141º05’BT;
b. Jarak bujurnya adalah 46º20’ (kira-kira 5.000 km atau hampir 1/8 keliling
bumi). Perbedaan letak pada garis bujur menyebabkan perbedaan waktu;
c. Semua wilayah Indonesia terletak di belahan timur bumi (dihitung dari
meridian 0º).
Letak astronomis tersebut menunjukkan bahwa Indonesia terletak di
wilayah beriklim tropis. Wilayah yang beriklim tropis terletak diantara 23,5 º LU
atau Tropic of Cancer, dan 23,5 º LS atau Tropic of Capricorn. Hal ini yang
menyebabkan temperatur di Indonesia cukup tinggi berkisar antara 26-28 ºC,
curah hujan cukup tinggi antara 700-7000 mm/tahun, terjadi hujan zenital (hujan
naik ekuator), proses pelapukan batu-batuan cukup cepat, serta kaya akan spesies
hewan dan tumbuhan. Perbedaan letak astronomis menyebabkan terjadinya
perbedaan waktu sekitar 3 jam, tepatnya 46x4 menit = 184 menit, antara bagian
paling timur dengan paling barat Indonesia.
Sejak tanggal 1 Januari 1988, di Indonesia diberlakukan pembagian daerah
waktu yang baru, menggantikan pembagian daerah waktu yang lama yang dibuat
pada tanggal 1 Januari 1964; sebagai berikut :
a. Daerah Indonesia Bagian Barat (WIB); berdasarkan meridian pangkal 105º BT,
meliputi seluruh provinsi di Sumatera, seluruh provinsi di Jawa, serta provinsi
Kalbar dan Kalteng (mempunyai selisih waktu 7 jam lebih awal dari waktu
Greenwich);
b. Daerah waktu Indonesia Bagian Tengah (WITA), berdasarkan meridian
pangkal 120º BT, meliputi provinsi Kaltim (termasuk Kaltara, sekarang),
Kalsel, Bali, NTB, NTT, dan seluruh provinsi di Sulawesi (mempunyai selisih
waktu 8 jam lebih awal dari waktu Greenwich);

13
c. Daerah Waktu Indonesia Bagian Timur (WIT), berdasarkan meridian pangkal
135º BT, meliputi seluruh provinsi Papua, Maluku dan Maluku Utara
mempunyai selisih 9 jam lebih awal dari waktu Greenwich).

2. Letak Geologis;
Letak geologis, adalah letak suatu wilayah berdasarkan struktur batuan
yang ada pada kulit bumi. Letak geologis Indonesia bisa dilihat dari beberapa
sudut, yakni dari formasi geologi, keadaan batuan, dan jalur pegunungan.
Berdasarkan formasi geologinya, kepulauan Indonesia terbagi dalam tiga
Zona geologi (pertemuan tiga lempeng litosfer), yaitu :
a. Bagian utara berbatasan dengan tameng asia dan perluasannya ke arah selatan
yang tenggelam di bawah permukaan laut, dikenal dengan Paparan Sunda
disebut Lempeng Asia);
b. Bagian barat dan selatan dibatasi oleh “Benua Gondwana” yang terdiri atas
India, dasar Samudera Hindia, Australia, dan perluasannya ke arah utara
tenggelam di bawah permukaan laut, yakni pada Paparan Sahul (disebut
Lempeng Indo-Australia);
c. Bagian timur dibatasi oleh dasar Samudera Pasifik (disebut Lempeng Dasar
Samudera Pasifik yang meluas ke arah barat daya).
Dataran Indonesia Timur Paparan Sahul memiliki jenis batuan yang sama
dengan batuan di benua Australia. Daerah paeralihan antara kedua dataran
tersebut disebut daerah Wallacea. Berdasarkan jalur-jalur pegunungannya,
Indonesia terletak pada pertemuan dua rangkaian pegunungan muda, yaitu
rangkaian Sirkum Pasifik dan rangkaian Sirkum Mediterania. Oleh karena itu di
Indonesia banyak terdapat :
a. Gunung api yang sisa letusannya dapat menyuburkan tanah;
b. Kejadian gempa bumi; dan
c. Bukit-bukit yang kaya barang tambang, seperti minyak bumi, batu bara dan
bauksit.
3. Letak geomorfologis; adalah letak berdasarkan morfologi suatu tempat.
Kondisi geomorfologis Indonesia sangat bervariasi. Perbedaan letak
geomorfologis mempunyai berbagai pengaruh, antara lain :
a. Distribusi suhu yang berbeda-beda sehingga memengaruhi jenis tanaman;
b. Menentukan kandungan mineral pada batuan;

14
c. Menentukan kepadatan penduduk, misalnya pada tempat-tempat yang
morfologinya berbukit atau terjal, memiliki kepadatan penduduk rendah;
d. Perlunya memperhitungkan morfologi wilayah sebelum membangun jembatan,
gedung dan jalan raya.
4. Letak Geografis; adalah letak suatu wilayah dilihat dari posisi wilayah tersebut
di bumi dibandingkan dengan wilayah lain. Letak geografis ditentukan pula oleh
letak astronomis dan letak geologis. Jadi, secara geografis Indonesia terletak
antara 6º08’LU-11º15’ LS dan 94º45’BT-141º05’BT, diantara Samudera Pasifik
dan Samudera Hindia, diantara Benua Asia dan Benua Australia, dan pada
pertemuan dua rangkaian pegunungan, yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum
Mediterania.
Keuntungan dari letak geografis Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Indonesia terletak di daerah tropis yang panasnya merata sepanjang tahun.
Tidak adanya musim dingin di Indonesia menyebabkan aktivitas pertanian,
perikanan dan peternakan dapat berlangsung sepanjang tahun;
b. Letak Indonesia di antara dua samudera sangat menunjang lalu lintas
perdagangan dan menambah sumber devisa negara;
c. Letak Indonesia di antara dua benua besar menyebabkan Indonesia memiliki
iklim musim yang berganti setiap bulan sekali, yaitu musim hujan dan musim
kemarau. Kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap usaha perkebunan;
d. Letak Indonesia pada li[patan muda memungkinkan eksploitasi sumber
mineral seperti minyak bumi, batu bara, besi dan nikel;
e. Indonesia terletak di antara negara-negara berkembang. Ini berarti Indonesia
mempunyai banyak mitra kerjasama dalam pembangunan. Indonesia juga
mudah berhubungan dengan bangsa-bangsa lain dan dapat ikut serta dalam
percaturan politik dunia.
Namun, letak strategis tersebut tidak hanya memberikan keuntungan;
terdapat pula kerawanan yang mengundang timbulnya kerugian, baik di bidang
sosial, ekonomi, budaya, politik, maupun keamanan.
5. Letak Maritim; adalah letak suatu tempat dilihat dari segi kelautan, misalnya
jarak laut dan kondisi wilayah dikelilingi laut. Indonesia dikelilingi oleh tiga
lautan luas, yakni Samudera Pasifik, Samudera Hindia, dan Laut Cina Selatan.
Letak maritim yang demikian membawa akibat yang baik bagi Indonesia.
Sebagai contoh, kegiatan di bidang pelayaran, perikanan, serta pelabuhan di

15
Indonesia menyebabkan Indonesia mempunyai potensi ekonomi yang besar untuk
dikembangkan.

1.11 Wilayah Dari Aspek Ekonomi


Wilayah dari aspek ekonomi adalah letak suatu wilayah ditinjau dari
aktivitas dan interaksi ekonomi wilayah tersebut terhadap wilayah lain. Indonesia
terletak antara benua Asia dan Australia. Beberapa negara di sekitar Indonesia
merupakan pusat lalu lintas perdagangan, misalnya Malaysia dan Singapura.
Negara-negara tersebut membutuhkan hasil pertanian dan pertambangan dari
Indonesia. Indonesia berpotensi menjadi pusat pasar dunia yang cukup besar
sehingga banyak negara industri berinvestasi di Indonesia.
1.12 Wilayah Dari Aspek Sosial Budaya
Wilayah dari aspek soaial budaya adalah letak berdasarkan keadaan sosial
dan budaya suatu daerah yang berkaitan dengan daerah di sekelilingnya.
Indonesia, secara sosiokultural, terletak di persimpangan antara benua Asia dan
Australia yang terdiri atas berbagai bangsa. Hal ini menyebabkan akulturasi
budaya.
Secara sosiokultural Indonesia mempunyai banyak persamaan dengan
negara-negara tetangga. Sebagai contoh, sama-sama sebagai negara berkembang,
sama-sama menghadapi ledakan penduduk, sama-sama bekas negara jajahan, dan
sebagian besar penduduk mempunyai persamaan ras.
Homo Homini Socius. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak
dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia saling terhubung dengan manusia
lain dan saling membutuhkan. Manusia kan hidup bersama dan berdampingan
dengan manusia lain dari sejak lahir sampai tua dan membentuk suatu kelompok
yang disebut masyarakat. Masyarakat merupakan istilah yang paling umum
dipakai untuk menyebut kesatuan-kesatuan hidup manusia. Istilah masyarakat
dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan istilah society yang berakar dari
bahasa latin socius yang berarti teman. Kata Masyarakat sendiri berakar dari
bahasa Arab musyarak yang berarti “bersama-sama atau saling bergaul”.
Koentjaraningrat (2009), mendefinisikan masyarakat sebagai sekumpulan
manusia yang salin bergaul atau dengan istilah ilmiah, saling beriteraksi. Agar
dapat saling berinteraksi, kesatuan manusia itu mempunyai sejumlah prasarana,

16
misalnya jaringan komunikasi, seperti jalan raya, jalan kereta api, jalur
perhubungan udara, dan jaringan komunikasi baik cetak maupun elektronik.
Namun tidak semua kesatuan manusia yang saling bergaul dan berinteraksi dapat
disebut masyarakat. Untuk dapat disebut masyarakat, suatu kesatuan manusia
harus mempunyai ikatan lain yang khusus. Sekumpulan orang yang
mengerumuni korban kecelakaan tidak dapat disebut masyarakat melainkan
kerumunan. Mereka tidak mempunyai ikatan lain kecuali ikatan berupa perhatian
terhadap korban kecelakaan.
Ikatan yang membuat suatu kesatuan manusia disebut sebagai masyarakat
adalah pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupan dalam batas
kesatuan itu. Pola tingkah laku yang khas tersebut sifatnya harus mantap dan
kontinu atau dengan kata lain menjadi adat istiadat yang khas.
Selain ikatan khusus, ciri lain yang harus dimiliki suatu masyarakat adalah
warganya memiliki rasa identitas bahwa mereka merupakan kesatuan khusus yang
berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia yang lain.
Secara singkat, suatu kesatuan manusia dapat disebut sebagai masyarakat
jika kesatuan tersebut memiliki empat ciri-ciri berikut ini :
a. Terdapat interaksi antara warganya;
b. Memiliki adat istiadat, norma, hukum, dan aturan-aturan khas yang mengatur
seluruh pola tingkah laku warganya;
c. Mempunyai kontinuitas;
d. Memiliki rasa identitas kuat yang mengikat seluruh warganya.
Bertitik tolak dari ciri-ciri tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
masyarakat adalah suatu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa
identitas bersama.
Soerjono Soekanto (2012) mengatakan bahwa masalah sosial adalah
ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang
membahayakan kehidupan kelompok sosial. Apabila unsur-unsur tersebut
mengalami benturan, maka hubungan-hubungan sosial akan terganggu.
Akibatnya, timbul kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Soerjono Soekanto (2012) membedakan masalah sosial menjadi empat,
yaitu sebagai berikut :

17
1. Masalah sosial dari faktor ekonomis, seperti kemiskinan dan pengangguran;
2. Masalah sosial dari faktor biologis, seperti penyakit menular
3. Masalah sosial dari faktor psikologis, seperti penyakit syaraf dan bunuh diri;
4. Masalah sosial dari faktor kebudayaan, seperti perceraian dan kenakalan
remaja
Dalam menentukan apakah suatu masalah merupakan masalah sosial atau
tidak, para ahli sosiologi menggunakan beberapa dasar sebagai ukuran, yaitu
sebagai berikut :
1. Kriteria umum;
2. Sumber masalah sosial;
3. Pihak yang menetapkan masalah sosial;
4. Masalah sosial nyata dan laten;
5. Perhatian masyarakat dan masalah sosial
Keberagaman Sosial Budaya Indonesia
1. Keberagaman Soaial Budaya
a. Diferensiasi Sosial
Klasifikasi masyarakat secara horizontal disebut sebagai diferensiasi
sosial. Pada hakikatnya, diferensiasi sosial adalah pengelompokan masyarakat
berdasarkan latar belakang tertentu yang biasanya sama atau sejenis, seperti jenis
kelamin, etnis, atau agama. Pengertian sama disini merujuk pada klasifikasi
masyarakat secara horizontal atau sejajar. Dalam klasifikasi ini tidak ada
golongan yang lebih tinggi, walaupun dalam kenyataannya ada kelompok
masyarakat tertentu yang menganggap golongannya lebih tinggi dari yang lain
(rasialisme).
Dalam masyarakat majemuk (plural society), pengelompokan horizontal
yang didasarkan pada perbedaan ras, etnis (suku bangsa), klan, dan agama disebut
dengan istilah kemajemukan sosial. Pengelompokan berdasarkan perbedaan
profesi dan jenis kelamin disebut heterogenitas sosial.
Kemajemukan sosial ditandai dengan adanya perbedaan berdasarkan hal-
hal berikut.: 1) berdasarkan ciri fisik; perbedaan ciri-ciri fisik tertentu dapat
menimbulkan diferensiasi sosial. Contohnya, warna kulit, bentuk mata, bentuk
rambut, bentuk hidung, bentuk rahang dan bentuk dagu. Ciri-ciri fisik seperti itu
disebut ciri-ciri fenotipe kuantitatif. Ciri-ciri fenotipe kuantitatif merupakan ciri-
ciri yang tampak dan dapat diukur; 2) berdasarkan ciri sosial; diferensiasi ini
timbul karena adanya perbedaan pekerjaan yang menimbulkan perbedaan cara

18
pandang dan pola perilaku dalam masyarakat. Termasuk di dalam katagori ini
adalah perbedaan peran, prestise, dan kekuasaan. Contohnya, pola perilaku
seorang tentara akan berbeda dengan seorang dokter, Pola perilaku seorang
pedagang akan berbeda dengan seorang guru; 3) berdasarkan ciri budaya;
diferensiasi budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat
menyangkut nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai itu antara lain mencakup nilai
religi, sistem kekeluargaan, keuletan dan ketangguhan. Sistem nilai budaya dapat
langsung menjadi suatu sikap pada diri individu yang kemudian menjadi pola-pola
tindakan tindakan dalam suatu masyarakat. Hasil dari nilai-nilai yang dianut
suatu masyarakat dapat kita lihat dari pakaian, adat istiadat, bahasa, kesenian,
arsitektur, dan agama.
Diferensiasi suku bangsa (etnis) sebagai salah satu bentuk diferensiasi
sosial. Suku bangsa merupakan hasil dari sistem kekerabatan yang lebih luas.
Masyarakat dalam sistem kekerabatan ini percaya bahwa mereka memiliki ikatan
darah dan berasal dari nenek moyang yang sama.
Jumlah suku bangsa di Indonesia saat ini sulit diperkirakan. Tiap peneliti
memiliki perbedaan pandangan dan data tentang jumlah suku bangsa di Indonesia.
Menurut C. Van Vollen Houven, jumlah suku bangsa di Indonesia adalah 316,
sedangkan menurut Koentjaraningrat (2009) ada sekitar 119.
Secara garis besar, suku bangsa di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Di Pulau Sumatera ada suku bangsa Aceh, Gayo, Batak, Mandailing, Medan,
Padang, Minangkabau, bengkulu, Jambi, Palembang, Melayu, Lampung,
Enggano, Mentawai, dan Nias;
2. Di Pulau Jawa ada suku bangsa Sunda, Jawa, Tengger, Madura, Bawean,
Tambur, Banten dan Betawi;
3. Di pulau Kalimantan ada suku bangsa Dayak, Bulungin, dan Banjar;
4. Di pulau Sulawesi ada suku bangsa Bugis, Makasar, Luwu, Mandar, To Seko,
Banjau, Sangir, Toraja, Toli-Toli, Minahasa, Bolaang Mongondow, dan
Gorontalo;
5. Di kepulauan Nusa Tenggara ada suku bangsa Bali, Bima, Sasak, Lombok,
Manggarai, Ngada, Ende Lio, Dompu, Timor dan Rote;
6. Di kepulauan Maluku dan Papua ada suku bangsa Ternate, Tidore, Dani,
Waigeo, Biak, Yapen dan Asmat.

19
Keanekaragaman suku bangsa di Indonesia juga berkaitan dengan
keanekaragaman budaya. Hal ini meliputi perbedaan adat istiadat, religi, bahasa,
dan kesenian. Namun, tidak ada perbedaan fisik yang besar antara suku-suku
bangsa di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh kesamaan ras, amalgamasi (kawin
campur), dan migrasi penduduk.
Meskipun suku-suku bangsa ini tinggal berjauhan dan memiliki banyak
perbedaan, mereka mempunyai persamaan sebagai berikut :
1. Dasar kehidupan sosial yang sama berdasarkan azas kekerabatan
(kekeluargaan);
2. Asas yang sama dalam hak atas tanah (hak kepemilikan tanah);
3. Asas persamaan dalam hukum adat;
4. Memiliki suatu bentuk perserikatan dan bentuk hubungan yang tidak dibuat
tapi terjadi, yaitu lembaga adat penduduk asli.
Selain diferensiasi suku bangsa, ada pula diferensiasi lain yaitu diferensiasi
ras, klan, agama, profesi, dan jenis kelamin, dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Diferensiasi ras; Ras adalah kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik
bawaan yang sama. Apabila disebut satu kelompok ras tertentu, maka ciri yang
dikemukakan adalah ciri fisiknya, bukan ciri budayanya. Menurut Ralph
Linton (dalam Maryati dan Juju Suryawati, 2013), manusia di dunia dibagi
menjadi tiga kelompok Ras Besar, yakni Ras Mongolidm(berkulit kuning dan
coklat), Kaukasoid (berkulit putih) dan negroid (berkulit hitam). Di luar ras
pokok ini, terdapat ras khusus, seperti Australoid, Veddoid, Polynesia, dan
Ainu.
b. Diferensiasi klan; Klan sring juga disebut kerabat, keluarga besar, atau
keluarga luas (extended family). Klan merupakan kesatuan genealogis
(kesatuan keturunan), kesatuan religio magis (kesatuan kepercayaan), dan
kesatuan tradisi (kesatuan adat)
c. Diferensiasi agama; Di Indonesia terdapat agama Islam, Kristen Katolik,
Kristen Protestan, Hindu, Budha dan Khonghucu. Di samping itu ada juga
aneka kepercayaan seperti Kaharingan, Parmalim, dan Kejawen. Dalam
perkembangannya, agama dan masyarakat saling memengaruhi sehingga
terjadi interaksi yang dinamis.
d. Diferensiasi jenis kelamin; Sebenarnya jenis kelamin tidak tepat
diklasifikasikan atas dasar tingkatan (laki-laki pada lapisan atas dan perempuan

20
pada lapisan bawah). Namun, dalam masyarakat tertentu jenis kelamin juga
menentukan tingkatan seseorang. Contohnya pada masyarakat patrilineal, laki-
laki umumnya menduduki posisi lebih tinggi dari pada perempuan.
e. Diferensiasi profesi; Berdasarkan profesi kita mengenal kelompok masyarakat
yang berprofesi sebagai guru, dokter, pedagang, tentara, pegawai negeri, buruh
dan sebagainya. Jenis profesi pada masyarakat pedesaan tidak sekompleks dan
sebanyak jenis pekerjaan pada masyarakat perkotaan.

b. Stratifikasi Sosial
Di dalam masyarakat, selain diferensiasi sosial, ditemukan juga adanya
stratifikasi sosial atau pelapisan sosial. Stratifikasi sosial adalah pembedaan
masyarakat berdasarkan status yang dimilikinya. Pola pengelompokan
masyarakat seperti ini terjadi karena adanya penilaian yang berbeda antara satu
kelompok dan kelompok lain berdasarkan sesuatu yang dianggap lebih.
Kelebihan itu dapat berupa kekayaan, kekuasaan, keturunan (kehormatan) dan
pendidikan.
Max Weber (dalam Maryati dan Juju Suryawati, 2013) mendefinisikan
stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu
sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi
kekuasaan (power), ekonomi(privilage), dan penghargaan sosial (prestise). John
Frank Cuber (dalam Maryati dan Juju Suryawati, 2013), mendefinisikan
stratifikasi sosial sebagai suatu pola penempatan katagori kelas sosial berdasarkan
hak-hak yang berbeda. Pitirim A. Sorokin (dalam Maryati dan Juju Suryawati,
2013) mendefinisikan stratifikasi soaial sebagai pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki).
Dasar stratifikasi sosial dalam masyarakat; adanya sesuatu yang dihargai
lebih seperti kekayaan, ilmu pengetahuan, atau kekuasaan. Ukuran yang dipakai
untuk menggolongkan seseorang pada pada lapisan tertentu adalah ukuran
kumulatif dan bukan ukuran tunggal. Contohnya, orang kaya biasanya mudah
memiliki kekuasaan, pendidikan, bahkan kehormatan.
Berdasarkan kekayaan, strata kelompok lapisan masyarakat atas disebut
konglomerat, sedangkan lapisan masyarakat bawah disebut rakyat jelata seperti
kaum buruh dan petani penggarap. Pada negara-negara berkembang seperti

21
Indonesia, kelompok masyarakat bawah merupakan kelompok dengan jumlah
terbanyak.
Kekuasaan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menentukan
kehendaknya terhadap orang lain (yang dikuasai). Kekuasaan didukung oleh unsur
lain seperti, seperti kedudukan atau posisi dalam masyarakat, kekayaan, dan
kepandaian. Anggota masyarakat yang memiliki kekuasaan dan wewenang
terbesar akan menempati lapisan sosial teratas. Sebaliknya masyarakat yang tidak
mempunyai kekuasaan akan menempati lapisan yang lebih rendah.
Keturunan: dalam masyarakat feodal, anggota masyarakat dari keluarga
raja atau kaum bangsawan menempati lapisan sosial atas. Contohnya gelar Andi
pada masyarakat Bugis, Raden pada masyarakat Jawa, Teuku pada masyarakat
Aceh, Aji pada masyarakat Kutai Kartanegara, keluarga Kraeng Raja dan Kraeng
Dalu pada masyarakat Manggarai. Mereka disebut dengan ungkapan “berdarah
biru”. Hal serupa terdapat pada masyarakat Hindu Bali yang membagi
masyarakatnya ke dalam kasta Brahmana, Ksatria, Waiisya, dan Sudra. Dalam
masyarakat tersebut, keturunan kelompok Brahmana paling dihormati.
Dari aspek pendidikan; pada masyarakat yang menghargai ilmu
pengetahuan atau pendidikan, orang yang memiliki keahlian atau profesi akan
mendapatkan penghargaan lebih besar dibanding orang yang tidak memiliki
keahlian, berpendidikan rendah, ataupun buta huruf. Contoh orang yang termasuk
golongan ini adalah peneliti, cendekiawan atau dosen, dokter, hakim dan atlet.
2. Realitas Sosial dan Budaya masyarakat Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang wilayahnya dihuni oleh
berbagai etnis dengan adat yang beragam. Hildred Geertz (dalam Maryati dan
Juju Suryawati, 2013), menyebutkan bahwa di Indonesia terdapat lebih dari 300
suku bangsa yang berbeda-beda. Skiner (dalam Maryati dan Juju Suryawati,
2013) menyebut lebih dari 35 suku bangsa. Sementara itu , Sutan Takdir
Alisjahbana(dalam Maryati dan Juju Suryawati, 2013), memperkirakan ada 200-
250 suku bangsa. Karakteristik budaya tiap etnis tersebut pun sangat unik. Tiap
daerah atau masyarakat mempunyai corak dan budaya masing-masing yang
memperlihatkan ciri khasnya. Hal ini bisa kita lihat dari berbagai bentuk
kegiatan, seperti upacara ritual, pakaian adat, bentuk rumah, kesenian, bahasa, dan
tradisi lainnya. Contohnya adalah pada upacara pemakaman di Toraja, mayat
22
tidak dikubur dalam tanah tetapi diletakkan dalam goa. Di daerah Bali, ada
upacara ngaben. Ngaben adalah upacara pembakaran mayat yang dilakukan di
Bali, khususnya oleh yang beragama hindu. Makna Upacara ngaben pada
dasarnya adalah mengembalikan roh leluhur (orang yang sudah meninggal) ke
tempat asalnya.
Berbagai macam kebudayaan lokal di Indonesia; dimiliki oleh masyarakat-
masyarakat lokal di dalam negara Indonesia. Masyarakat lokal atau sering disebut
masyarakat setempat, adalah masyarakat yang mendiami suatu wilayah dengan
batas-batas geografis. Kebudayaan lokal sering disebutsebagai kebudayaan
daerah. Setiap daerah memiliki kebudayaan masing-masing. Keberagaman itu
mencakup unsur-unsur kebudayaan, seperti sistem religi, kekerabatan dan
organisasi sosial, sistem pengetahuan, sistem mata pencarian dan ekonomi, sistem
teknologi dan peralatan, bahasa serta kesenian.
Religi; suatu kebudayaan tidak lepas dari adanya suatu kepercayaan atau
suatu keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagat raya ini, yang
juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagat raya. Hal ini
disebabkan karena adakalanya pengetahuan dan pemahaman manusia dalam
menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas.
Menurut Koentjaraningrat (2009) dalam Maryati dan Juju Suryawati
(2013), kepercayaan itu membuat manusia dapat mencapai kehidupan yang
nyaman dan baik secara spiritual maupun jasmani. Itulah agama, dimana sebagian
besar masyarakat menganut agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, dan
Khonghucu. Sebelum agama-agama ini masuk ke Nusantara,telah ada
kepercayaan asli seperti Sunda Wiwitan yang dipeluk oleh masyarakat sunda di
Kanekes , Lebak, Banten; Sunda Wiwitan aliran Madrais di Cigugur, Kuningan,
Jawa Barat; Kejawen di Jawa Tengah dan Jawa Timur; agama Parmalim sebagai
agama asli Batak; Kaharingan di Kalimantan;;Kepercayaan Tonaas Walian di
Minahasa, Sulawesi Utara; Tolottang di Sulawesi Selatan;Wetu Telu di Lombok;
Naurus di pulau Seram, provinsi Maluku.
Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial, merupakan upaya manusia
membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut
Koentjaraningrat (dalam Maryati dan Juju Suryawati, 2013), tiap kelompok

23
masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadatdan aturan-aturan mengenai
berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan dimana dia hidup dan bergaul.
Kesatuan sosial yang paling dekat adalah kerabatnya. Dalam sistem
kekerabatan orang jawa masih suka membedakan golongan priyayi dengan wong
cilik. Berdasarkan pemeluk agamanya , masyarakat Jawa juga membedakan
orang santri dan kejawen. Bagi orang Jawa sistem kekerabatannya didasarkan
prinsip keturunan bilateral. Sama seperti orang Jawa; prinsip garis keturunan
yang berlaku di Sunda adalah Bilateral, yaitu garis keturunan yang
memperhitungkan hubungan kekerabatan dari pihak laki-laki maupun pihak
wanita. Berdasarkan fungsinya penduduk Sunda dibagi dua golongan; yaitu
majikan (juragan) dan buruh nelayan (anak-payang). Masyarakat diatur oleh
pranata-pranata pemerintahan, agama dan adat. Ketiganya merupakan kesatuan
yang terintegrasi. Sementara itu, sistem kekerabatan di Minangkabau berdasar
pada garis keturunan matrilineal. Oleh karena itu pihak perempuan dalam
masyarakat Minangkabau memiliki otoritas yang lebih tinggi daripada laki-laki
dalam segala hal. Masyarakat Minangkabau hanya mengenal kelompok-
kelompok kekerabatan seperti Paruik, kampuang dan suku.
Pada masyarakat subsuku-subsuku di Flores yang kuno terdapat suatu
sistem stratifikasi sosial yang didasarkan pada keturunan dari klan-klan yang
dianggap mempunyai sifat senioritas. Secara lahir, perbedaan dalam sopan santun
dan gaya hidup warga lapisan-lapisan sosial itu tidak ada. Namun para
bangsawan memiliki hak-hak tertentu dalam upacara-upacara adat. Saat ini,
adanya pendidikan sekolah mengakibatkan munculnya suatu lapisan sosial baru,
yang terdiri atas pegawai, guru, pendeta, dan putra-putra Flores dengan
pendidikan perguruan tinggi. Pada masyarakat suku bangsa Dani, kekerabatan
bersifat Patrilineal. Pernikahan suku bangsa Dani bersifat Poligami. Keluarga
batih ini tinggal di satuan-satuan tempat tinggal yang disebut silimo. Pemimpin
dalam masyarakat Dani harus dapat menjadi panutan bagi rakyatnya. Sebagai
seorang pemimpin, mereka harus mempunyai kemampuan, antara lain
berdiplomasi,bercocok tanam, dan berburu. Mereka juga harus berani dan ramah.

24
Sistem Pengetahuan; juga merupakan salah satu dari tujuh unsur
kebudayaan yang bersifat universal. Sistem pengetahuan tidak dapat dilepaskan
dari kehidupan manusia. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
manusia tentang benda, sifat, keadaan dan harapan-harapan. Suku Batak,
misalnya, memiliki sistem pengetahuan yang terkait dengan alam sekitar manusia
yang dimiliki oleh leluhur orang Batak antara lain mencakup pengetahuan tentang
musim, sifat-sifat dan gejala alam,hewan, pencipta alam dan asal mula gerhana.
Pengetahuan tentang alam flora karena leluhur masyarakat Batak umumnya
adalah masyarakat petani. Selain itu pengetahuan ini diperlukan antara lain untuk
menyembuhkan bermacam-macam penyakit dan upacara-upacara adat.
Pengetahuan tentang alam fauna merupakan unsur penting dalam usaha
berburu dan menangkap ikan. Leluhur masyarakat Batak juga banyak mengetahui
perilaku hewan dan suara-suara hewan. Hal ini mereka lakukan agar mereka bisa
menjaga tumbuh-tumbuhan di ladang dan di sawah terhadap gangguan-gangguan
hewan itu. Hal yang sama juga dimiliki oleh suku Banjar di Kalimantan Selatan.
Mereka memperoleh sistem pengetahuan ini dari warisan turun-temurun nenek
moyang maupun belajar dari daerah lain. Sistem pengetahuan ini digunakan
untuk menghadapi tantangan kehidupan yang kompleks. Pengetahuan suku
Banjar berkaitan dengan pengetahuan tentang alam sekitar, seperti musim dan
gejala alam. Mereka juga memiliki pengetahuan tentang flora untuk mengenal
sayuran, tumbuhan obat, serta tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk upacara
keagamaan. Mereka juga memiliki pengetahuan tentang fauna. Pengetahuan ini
merupakan pengetahuan mengenai binatang-binatang yang ada dan hidup di
lingkungan alam mereka. Selain itu, mereka juga memilki pengetahuan tentang
pengobatan tradisional yang diwariskan secara turun- temurun ataupun yang
diperoleh dengan belajar dari orang yang mengetahuinya.
Sistem mata pencarian dan ekonomi; untuk menunjang hidupnya, setiap
kelompok suku bangsa memiliki mata pencarian yang khas dibandingkan dengan
suku bangsa lainnya. Sebagian besar masyarakat Jawa, misalnya, bermata
pencarian sebagai petani. Di samping itu ada juga yang menekuni bidang
pertukangan dan perdagangan. Mata pencarian utama orang Papua adalah

25
meramu sagu. Selain itu, penduduk pantai utara Papua juga gemar mencari ikan.
Ada juga yang gemar berburu babi, soa-soa, kanguru, tikus, kadal, ular, kelelawar
dan bermacam-macam burung. Masyarakat Bugis-Makasar terkenal dengan mata
pencarian mereka sebagai pelaut. Kini, mereka dapat ditemui di berbagai wilayah
Indonesia.Pada umumnya mereka tinggal di wilayah pesisir dan bermata
pencarian sebagai nelayan. Sementara itu mayoritas orang Minangkabau
memiliki mata pencarian bercocok tanam, membuat kerajinan tangan, dan
berdagang. Selain itu, masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar pantai atau
danau gemar menangkap ikan. Adapun mata pencarian penduduk Kalimantan
Tengah adalah berladang. Untuk berladang, penghuni sebuah rumah tangga saja
tidak cukup. Mereka memerlukan memerlukan bantuan dari para tetangga.
Sistem teknologi dan peralatan; untuk memenuhi kebutuhannya,
masyarakat Indonesia tentu menggunakan sistem teknologi dan peralatan.
Teknologi menyangkut teknik memproduksi, memakai, dan memelihara segala
peralatan serta perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia
mengorganisasikan masyarakat, mengekspresikan rasa keindahan, atau
memproduksi hasil-hasil kesenian. Teknologi yang telah dimiliki dan ditemukan
oleh suku Asmat, contohnya adalah jaring dari anyaman daun sagu untuk
menjaring ikan di muara sungai. Mereka juga menggunakan kapak batu, gigi
binatang, dan kulit siput untuk mengukir. Untuk melindungi diri dari tombak dan
panah musuh dalam peperangan, mereka menggunakan perisai yang terbuat dari
akar besar pohon bakau atau kayu yang lunak dan ringan. Selain perisai, mereka
juga menggunakan tombak dari kayu keras seperti kayu besi atau kulit pohon sagu
yang ujungnya dibuat dari paruh burung atau kuku burung kasuari. Orang-orang
Asmat tidak mengenal besi dan tanah liat. Mereka biasa memasak makanannya
diatas api terbuka. Alat musik yang biasa digunakan oleh orang Asmat adalah
Tifa yang terbuat dari selonjor batang kayu yang dilubangi. Masyarakat Asmat
mengenal perahu Lesung sebagai alat transformasinya.
Bahasa; Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan yang
memungkinkan manusia dapat saling berkomunikasi. Dengan keragaman etnis
dan suku di Indonesia terdapat sekitar 706 bahasa daerah yang digunakan sebagai

26
bahasa ibu. Bahasa ini khususnya dipakai dalam berkomunikasi tidak resmi
dengan ahli keluarga maupun masyarakat. Di dalam Bahasa, tersimpan filsafat
hidup,pandangan hidup, etika, dan kearifan lokal masyarakat pemiliknya.
Contohnya; dalam bahasa Jawa terdapat istilah memayu hayuning bawono yang
berarti bersahabat dengan tempat tinggal melalui penjagaan keletarian dan
keserasian alam sekitar. Masyarakat Minangkabau memiliki ungkapan “Adat
basandi syara, syara basandi kitabullah yang artinya bahwa adat istiadat harus
merujuk dan tidak boleh bertentangandengan syariat agama dan syariat agama
harus merujuk dan tidak boleh bertentangan dengan kitab suci Al Quran.
Masyarakat Bali juga memiliki ungkapan ; eda ngaden awak bisa yang artinya
manusia itu jangan merasa dirinya selalu lebih mampu dari orang lain. Hal ini
disebabkan bahwa kesombongan itu tidak disukai oleh orang lain.
Kesenian; Setelah memnuhi kebutuhan fisik tentunya manusia juga
memerlukan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan psikis mereka. Untuk
memenuhi kebutuhan itu lahirlah kesenian. Kesenian di tiap-tiap daerah tentunya
memiliki perbedaan dan ciri yang khas. Menurut Koentjaraningrat (dalam
Maryati dan Juju Suryawati, 2013), yang dimaksud dengan seni adalah keahlian
dan keterampilan manusia untuk mengekspresikan dan menciptakan hal-hal yang
indah serta bernilai. Para ahli antropologi telah menemukan bahwa seni
mencerminkan nilai-nilai kebudayaan dan perhatian rakyat. Hal ini khususnya
berlaku untuk kesenian verbal, seperti motos, legenda, dan dongeng-dongeng.
Kesenian tidak terbatas hanya pada benda-benda tertentu tetapi juga pada
seluruh aktivitas yang merupakan respon estetik atas kehidupan. Sebagaimana
diketahui, kehidupan manusia mengandalkan kebersamaan dengan sesamanya.
Dalam kehidupan bersama itulah karya seni tercipta. Salah satu kesenian
masyarakat Batak misalnya,adalah tari tor-tor. Seni tari ini bersifat magis.
Gerakan tarian iyang seirama dengan iringan musik musik tradisional ini, menurut
sejarah, digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh leluhur.
Masyarakat Jawa memiliki banyak kesenian yang dipengaruhi oleh tradisi Hindu
dan Buddha. Contohnya wayang. Wayang merupakan salah satu warisan leluhur
masyarakat Jawa yang hingga kini masih dilestarikan dengan baik. Cerita wayang

27
diadaptasi dari epik Mahabrata dan Ramayana. Selain wayang, karya seni suku
Jawa lainnya adalah batik, keris, dan gamelan. Sementara itu, dalam masyarakat
Sunda dikenal tari jaipongan, tari topeng, kupu-kupu, dan rumlang sebagai seni
tari yang populer, dan angklung, calung, kecapi, suling dan degung sebagai alat
musiknya.
Kondisi masyarakat seperti ini membuat bangsa Indonesia dikenal sebagai
masyarakat yang majemuk. Namun dalam kemajemukan itu, ditemukan beberapa
persamaan. Contohnya, dalam pandangan masyarakat Indonesia hukum, hak
milik tanah, persekutuan, dan kehidupan sosialnya berasaskan kekeluargaan.
Berbagai Kelas Sosial di dalam Masyarakat
Masyarakat Indonesia yang memiliki beragam budaya, juga memiliki
beragam model penghayatan kehidupan sosial. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh
berbagai kelas sosial yang ada di dalam masyarakat. Berbagai kelas/strata muncul
karena masyarakat memberi penghargaan terhadap sesuatu yang dianggap lebih.
Contohnya, penghargaan terhadap pekerjaan, penghasilan, dan keturunan.
Stratifikasi sosial juga dapat menimbulkan keberagaman sosial dan budaya
dalam masyarakat Indonesia. Salah satu dampak stratifikasi sosial dalam
masyarakat adalah munculnya perbedaan gaya hidup (life style). Kelas-kelas
sosial yang berbeda memengaruhi gaya hidup tiap kelompok masyarakat.
Kelompok masyarakat dari kelas atas umumnya meniru gaya berpakaian para
model terkenal di dunia. Dari segi rumah atau pemukiman, kelompok masyarakat
kelas atas umumnya membangun rumah bertipe besar dan mewah. Ketika
berbicara, kelompok masyarakat kelas menengah ke atas umumnya sering
menyelipkan istilah atau kata-kata asing. Kelompok masyarakat kelas atas
umumnya makan di restoran-restoran terkenal dengan menu-menu yang berasal
dari luar negeri, seperti masakan Eropa dan Jepang. Pada masa liburan, kelompok
masyarakat kelas atas umumnya berlibur ke tempat-tempat rekreasi di luar negeri,
seperti ke Eropa dan beberapa tempat di Asia. Gaya hidup seperti ini berbeda
dengan gaya hidup masyarakat kelas lainnya. Gaya hidup yang berbeda ini secara
tidak langsung juga dipengaruhi oleh kehadiran para pendatang yang berasal dari
berbagai ras dan suku bangsa yang berbeda dari berbagai penjuru dunia.

28
Kehadiran mereka dengan berbagai macam budayanya telah menghasilkan realitas
sosial dan budaya yang beragam.
Faktor Pendorong Keberagaman Masyarakat Indonesia, Ada beberapa
faktor yang mendorong keberagaman masyarakat Indonesia. Faktor-faktor
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Keadaan geografis Indonesia. Dari jejak sejarah bangsa Indonesia, diketahui
bahwa nenek moyang masyarakat Indonesia berasal dari Yunan, yaitu suatu
wilayah di Tiongkok bagian selatan. Mereka datang secara bergelombang
dalam waktu dan jalur yang berbeda. Di Indonesia, mereka menyebar dan
mendiami sekitar 13.600 pulau. Kondisi geografis yang terpisah-pisah ini
mengakibatkan penduduk yang menempati pulau-pulau itu tumbuh menjadi
kesatuan-kesatuan suku bangsa yang terisolasi satu sama lain. Mereka
kemudian mengembangkan pola perilaku, bahasa, dan ikatan-ikatan
kebudayaan yang berbeda;
2. Pengaruh kebudayaan asing. Indonesia terletak pada posisi silang antara dua
samudera dan dua benua. Kondisi yang strategis ini merupakan daya tarik
tersendiri bagi bangsa-bangsa asing untuk datang, singgah, dan menetap di
Indonesia. Sejak abad ke-4 sampai abad ke-16, para pedagang dari India,
Gujarat, dan Eropa datang ke Indonesia selain untuk berdagang juga untuk
menyebarkan agama. Dari interaksi mereka dengan penduduk lokal, terjadi
amalgamasi dan asimilasi kebudayaan. Akibatnya, terbentuklaama, dan
kepercayaan yang berbeda-beda di Indonesia;
3. Iklim yang berbeda, Iklim yang berbeda antara daerah yang satu dan daerah
yang lain menimbulkan kondisi alam yang berbeda. Kondisi ini akhirnya
membentuk pola-pola perilaku dan sistem mata pencarian yang berbeda-beda;
4. Pembangunan. Pembangunan di berbagai sektor juga memberi andil bagi
keragaman masyarakat Indonesia, khususnya secara vertikal. Kemajuan dan
industrialisasi yang terjadi dalam masyarakat Indonesia menghasilkan kelas-
kelas sosial yang didasarkan pada aspek ekonomi. Kelas-kelas sosial tersebut
adalah kelas atas yang terdiri atas para pengusaha dan pemilik modal, kelas
menengah yang terdiri atas eksekutif muda, serta kelas bawah yang terdiri atas
pekerja dan buruh.

29
Realitas sosial dan budaya masyarakat Indonesia di atas menghasilkan
karakter-karakter masyarakat yang berbeda-beda. Sebagai contoh, ada
masyarakat yang merasa telah memiliki budaya mapan sehingga cenderung
bersikap eksklusif terhadap budayanya. Kebudayaan lain dianggapnya tidak
semapan budaya yang dimilikinya. Ada juga masyarakat yang terbuka, seperti
masyarakat kota yang memiliki akses ke berbagai bidang, cenderung mudah
menerima perubahan dan bersifat inklusif.
Dari kenyataan tersebut, dapat kita katakan bahwa Indonesia adalah
sebuah masyarakat yang beraneka ragam. Dengan keanekaragaman tersebut,
potensi konflik antar kelompok masyarakat di Indonesia cukuplah besar. Bahkan
di beberapa daerah, potensi itu muncul dalam bentuk kekerasan yang berakibat
pada kerusakan harta benda hingga hilangnya nyawa manusia. Konflik tersebut
dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Harga diri dan kebanggaan kelompok terusik;
2. Pendirian atau sikap berbeda;
3. Kebudayaan yang dimiliki setiap etnis berbeda;
4. Kepentingan politik, ekonomi, dan kekuasaan berbenturan;
5. Perubahan yang terlalu cepat sehingga mengganggu keseimbangan sistem dan
kemapanan.
Manfaat keberagaman Sosial dan Budaya di Masyarakat
Fakta keberagaman sosial dan budaya di masyarakat perlu disikapi dengan
baik. Untuk itu, sikap mental masyarakat itu sendiri perlu dipersiapkan. Sikap
masyarakat yang cenderung primordial dan tidak adil akan menjadi faktor
penghambat terciptanya masyarakat multikultural. Kondisi itu dapat
diminimalisasi atau bahkan dihilangkan apabila setiap kelompok masyarakat
menyadari manfaat yang dapat dinikmati dari fakta keberagaman sosial budaya.
Beberapa manfaat yang dapat dipetik dari keberagaman sosial budaya adalah
sebagai berikut .
a. Perbendaharaan istilah bahasa Indonesia dapat diperkaya oleh bahasa daerah
sebagai salah satu unsur kebudayaan daerah;
b. Potensi keberagaman budaya dapat dijadikan objek dan tujuan pariwisata di
Indonesia. Hal ini bisa mendatangkan devisa;
c. Melalui hubungan yang harmonis antarmasyarakat, kearifan budaya lokal dapat
digali;

30
d. Dengan keberagaman, kita dapat duduk bersama,saling menghargai dan saling
membantu menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi. Masalah yang
dihadapi oleh suatu masyarakat secara langsung atau tidak langsung akan
berpengaruh pada masyarakat lain pula;
e. Keberagaman dapat mengajarkan suatu pandangan bahwakebenaran itu tidak
dimonopoli oleh satu orang atau kelompok saja. Kebenaran ada dimana-mana.
Masyarakat multikultural menganggap bahwa dengan saling mengenal dan
saling menghargai budaya orang lain, dapat tercipta kehidupan yang penuh
toleransi, sehingga tercipta masyarakat yang aman dan sejahtera;
f. Keberagaman membuat masyarakat lebih toleran dan berpikiran terbuka.
Keberagaman memungkinkan keyakinan yang berbeda dan sistem nilai untuk
hidup berdampingan. Aspek positif dari satu budaya dapat diadopsi oleh orang
lain untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik. Masyarakatpun lebih
terbuka untuk berubah.
Dari manfaat-manfaat di atas, sudah selayaknya keberagaman
masyarakat diterima tidak hanya sebagai realita sosial budaya saja.
Keberagaman sosial budaya harus disikapi secara positif. Sikap yang dapat
ditunjukkan antara lain adalah sikap saling menghargai dan menerima.

1.13 Wilayah Dari Aspek Kelembagaan


Ruang lingkup analisis potensi wilayah menurut Ibrahim b (1992: 2-30);
meliputi :
1. Potensi geografi; meliputi morfologi, topografi, peruntukan (tata ruang), gejala
alam penting, dan posisinya;
2. Potensi sumber daya alam dan sumber daya buatan; meliputi tolak ukur,
klasifikasinya, dan analisisnya;
3. Potensi demografi; meliputi : tolak ukur, perincian, dan analisisnya;
4. Potensi Ideologi; meliputi : tolak ukur, perincian dan analisisnya
5. Potensi politik; meliputi : tolak ukur, klasifikasi, dan analisisnya;
6. Potensi ekonomi; meliputi : tolak ukur, perincian, dan analisisnya;
7. Potensi social budaya; meliputi; tolak ukur, perinciannya, dan analisisnya;
8. Potensi pertahanan keamanan; tolak ukur, rincian dan analisisnya dibina dan
dikembangkan oleh Komando Teritorial setempat (Kodam, Korem, dst)

1.14. Urgensi Dan Manfaat Anpotwilda

31
Analisis potensi wilayah telah menjadi hal yang tidak asing dalam
pembangunan di Indonesia. Hal ini telah diamanatkan dalam konstitusi Negara
yaitu UU no 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
yang secara tersirat memberikan makna bahwa peningkatan daya saing daerah
dilakukan melalui suatu proses perencanaan yang matang. Proses perencanaan
tersebut harus melalui suatu analisis yang dapat menguraikan potensi-potensi
daerah menjadi penunjang daya saing daerah dalam pelaksanaan pembangunan.
Pada kenyataannya, walaupun anpotwil telah menjadi hal yang harus dilaksanakan
dalam perencanaan pembangunan, namun masih banyak daerah yang belum
mampu menggunakan anpowil sebagai upaya menggali seluruh potensi yang
dimiliki, baik dari segi sumber daya manusianya yang kurang kompetensinya
serta masih banyak sektor sumber daya alam yang belum dimobilisir sehingga
belum dapat dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini tidak akan terjadi apabila
pemerintahan daerah benar-benar memahami arti penting dan manfaat dari
analisis potensi wilayah itu sendiri.
Pengertian Urgensi
Urgensi berasal dari : bahasa latin [Urgere]-{kata kerja} yang berarti
mendorong; dalam bahasa inggris[Urgent]-{kata sifat}; dalam bahasa indonesia
[Urgensi]-{kata benda} istilah urgensi menunjuk pada sesuatu yang mendorong
kita ,yang memaksa kita untuk di selesaikan; dengan demikian mengandaikan ada
suatu masalah dan harus di tindak lanjuti.
“Urgensi” bisa berarti “penting nya. Misalnya ‘urgensi kepemimpinan muda ” itu
lebih berarti ” pentingnya kepemimpinan muda .
Pengertian Manfaat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, manfaat memiliki arti : guna;
faedah. Manfaat langsung dapat dinikmati karena adanya investasi, dan yang
dapat berupa kenaikan fisik hasil produksi, perbaikan kualitas hasil produksi dan
penurunan biaya.
Manfaat dalam bahasa Inggris adalah benefit yang artinya kegunaan suatu
keluaran yang dirasakan langsung oleh masyarakat, dapat berupa tersedianya jasa
atau fasilitas yang dapat diakses oleh publik.

32
Jadi dapat disimpulkan bahwa manfaat adalah kegunaan suatu keluaran yang
dirasakan langsung oleh masyarakat, dapat berupa tersedianya jasa atau fasilitas
yang dapat diakses oleh publik.
Pengertian Analisis Potensi Wilayah
Adalah mengkaji secara ilmiah rincian semua kekayaan atau sumber daya fisik
maupun non fisik pada area atau wilayah tertentu sehingga dapat dikembangkan
lebih lanjut menjadi kekuatan tertentu.
Analisis Potensi Wilayah mencakup rona fisik dan dan rona sosial ekonomi. Rona
Fisik wilayah mencakup lokasi wilayah baik relatif maupun absolute, luasan
wilayah, bentuk lahan, kondisi topografi, kondisi lereng,kondisi tanah,kondisi
iklim, kondisi hidrologi, kondisi geologi, penggunaan lahan, dan kondisi fisik
lainnya.
Selain rona fisik wilayah, dalam anpotwil juga harus melakukan analisis tentang
kondisi sosial ekonomi wilayah. Hal ini karena potensi wilayah secara utuh
merupakan perpaduan antara rona fisik dan rona sosial ekonomi dari suatu
wilayah. Data sosial ekonomi yang perlu dianalisis adalah:
1) Data penduduk (jumlah, kepadatan penduduk, rasio ketergantungan, tingkat
pertumbuhan, mata pencaharian penduduk, dll.);
2) Data distribusi fasilitas umum/utilitas (seperti fasilitas pendidikan :jumlah dan
persebaran sekolah, jumlah dan persebaran fasilitas kesehatan: Polides,
Puskesmas, Rumah sakit; Pasar/pertokoan, terminal, dsb).
3) Data Aksesibilitas, seperti kondis jaringan jalan atau kondisi transportasi, dan
fasilitas yang lainnya.
Urgensi dan Manfaat Analisis Potensi Wilayah Dan Daerah Terkait
Dengan Beberapa Bidang Sesuai Dengan Konteks Indonesia

Urgensi dan manfaat analisis potensi wilayah adalah arti penting yang mendorong
perlunya dilaksanakan anpotwil dan manfaat dari hasil pelaksanaan anpotwil yang
langsung dapat dirasakan di berbagai bidang dalam kehidupan masyarakat. Dari
hasil pembahasan kelompok kami melalui analisis terhadap data yang diperoleh,
maka berikut kami uraikan tentang Urgensi dan manfaat Analisis Potensi Wilayah
dalam berbagai bidang di Indonesia.

33
Urgensi analisis potensi wilayah
Urgensi merupakan suatu nilai yang sangat penting sehingga mendorong
pemerintah daerah harus melaksanakan analisis potensi wilayah yang dimilikinya,
dapat kita lihat melalui 3 perspektif , yaitu :
1. Analisis Potensi Wilayah Merupakan Perwujudan Amanat Konstitusi Negara,
Berdasarkan Perspektif Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Dasar konstitusi Negara yaitu pancasila dan UUD 1945 alinea keempat telah
mengamanatkan suatu pembangunan demi kesejahteraan masyarakat.
Beragam contoh peraturan yang telah lahir adalah salah satu wujud petunjuk
teknis penyelenggaraan pembangunan di Negara kita. Selain itu, peraturan-
peraturan tersebut juga merupakan bukti sahnya apa yang dilakukan
pemerintah adalah murni tugas dari Negara demi mewujudkan cita-cita
kemerdekaan yang sejati bukan karena dilatarbelakangi kepentingan tertentu.
Terkait dengan peningkatan daya saing daerah melalui analisa potensi
wilayah, sesungguhnya hal tersebut juga sudah merupakan amanat langsung
konstitusi Negara. Slah satunya dalam Undang-Undang No.25 Tahun 2004
pasal 1 ayat 1 bahwa ” Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan
tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan
memperhitungkan sumber daya yang tersedia”, secara tersurat kata anpotwil
memang tidak ada dalam pasal tersebut, namun jika dikaji lebih dalam lagi ,
barulah kita dapat mengerti bahwa pasal tersebut sudah menghendaki
pentingnya suatu anpotwil itu sendiri.
Mengapa?
Untuk menentukan masa depan yang lebih baik melalui pengelolaan sumber
daya yang ada maka diperlukan suatu kegiatan yang tidak hanya
mengumpulkan data namun juga telaah yang mendalam (analisa) terkait data
tersebut sehingga didapatkan informasi yang tepat guna menentukan urutan-
urutan pilihan dalam implementasi suatu kebijakan. Untuk itu suatu analisis
potensi wilayah sangat diperlukan karena metode yang ada di dalam anpotwil
itu sudah sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan peraturan perundang-

34
undangan, khususnya UU No.25 Tahun 2004. Lebih jelasnya dapat dipaparkan
sebagai berikut :
Dalam pasal 8 dikatakan bahwa “ Tahapan Perencanaan Pembangunan
Nasional meliputi: a. penyusunan rencana; b. penetapan rencana; c.
pengendalian pelaksanaan rencana; dan d. evaluasi pelaksanaan rencana”.
Dalam Proses Umum Perencanaan, sebenarnya kedudukan anpotwil berada
pada tahap pengumpulan, pengolahan dan analisis data dimana dengan
menggunakan teknik dan metode yang tepat ,maka masalah, hambatan,
tantangan dan peluang yang ada dapat dipetakan dengan baik, akurat, dan
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, sehingga penyusunan rencana
dapat berjalan dengan efektif dan efisien, yang akhirnya berimbas positif pada
penetapan rencana. Penyusunan rencana itu ibarat hulu maka penetapan
rencana adalah hilirnya, jika air dari hulu telah kotor maka air di bagian
hilirnya pun akan ikut kotor.
Hal ini tentu mempertegas peran sentral anpotwil dalam tahap pengumpulan
informasi yang sangat dibutuhkan tahap penyusunan rencana.
2. Penggalian potensi yang ada dari masing-masing wilayah yang kemudian
dikelola dan dimanfaatkan sebagai modal pembangunan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat

Perumpamaan sederhana sebagai penggambaran pentingnya anpotwil sebagai


penggalian potensi suatu daerah adalah “Kita tidak akan menemukan sesuatu
yang kita cari dalam sebuah kotak yang berisi berbagai macam benda, tanpa
membuka kotak itu, melihat dengan teliti dan memasukkan tangan kita dengan
cekatan untuk mencari sesuatu yang kita butuhkan”.
Pembangunan suatu daerah dapat dilaksanakan dengan baik apabila modal
pembangunan yang dimiliki telah terpenuhi. Modal tersebut berwujud sumber
daya manusia, sumber daya alam dan sumber daya lainnya. Setiap daerah
tentunya tidaklah sama, karakterisistik dan kondisi fisik maupun sosialnya
berbeda-beda. Untuk itu diperlukan pemetaan potensi dan analisis mendalam
melalui anpotwil sehingga seluruh potensi yang ada dapat digali kemudian

35
dikelola dan dimanfaatkan menjadi sumber-sumber kekuatan modal
pembangunan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
3. Analisis potensi wilayah peningkatan daya saing suatu daerah dalam
menghadapi tantangan perekonomian global.

Perekonomian global kini terus mewabah hampir di seluruh Negara di dunia.


Jutaan produk dalam berbagai macam bidang yang telah dihasilkan merupakan
wujud nyata pengaruh dari sebuah sistem yang mendunia. Keterlibatan setiap
Negara dalam sistem ini hamper didorong oleh suatu motif yang sama yaitu
pertumbuhan ekonomi yang pesat. Dengan adanya suatu pertumbuhan
ekonomi yang pesat tentu mereka berharap akan berimbas positif bagi
kesejahteraan hidup masyarakatnya
Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat konsumtif masyarakatnya
yang tinggi merupakan sasaran empuk bagi negara-negara kompetitor dengan
produk-produk berkualitas. Tingkat konsumtif yang tinggi tersebut sebenarnya
bukanlah suatu masalah jika yang diminati adalah produk lokal , namun
kenyataannya malah sebaliknya, dimana sebagian besar masyarakat kita
terlena dengan produk asing. Untuk itu, sudah seharusnya Negara ini
menyiapkan langkah-langkah strategis untuk mencegah buruknya pengaruh
pasar global yang kian besar.
Setiap daerah di Negara Indonesia tentu memiliki keadaan geografi, demografi
dan social budaya yang berbeda–beda serta keunikan tersendiri, ada yang
kaya akan kekayaan alam ,dan ada juga yang minim kekayaan alam. Seperti
apapun keadaannya, setiap daerah tentu dapat menghasilkan suatu nilai
tambah bagi siapapun yang mau dengan serius dan cerdas untuk mengolahnya.
Sebagai contoh coba bandingkan kondisi Negara ini dengan Jepang yang
minim akan kekayaan alam, dari keadaan infrastruktur,proporsi pendapatan
devisa, atau pengelolaan sektor BUMN atau BUMD menunjukkan bahwa
jepang masih lebih baik dari Indoesia. Hal ini menandakan bahwa sumber
daya alam yang melimpah bukanlah jaminan kemajuan suatu negara
melainkan lebih pada usaha-usaha apa yang dilakukan sumber daya manusia

36
di daerah setempat yang mau dengan serius dan cerdas untuk mengolah
daerahnya.
Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman mutlak ada di suatu negara,
sekarang tinggal bagaimana pemerintah mengkombinasikan keempat hal
tersebut menjadi suatu formula mujarap untuk mengembangkan suatu potensi
yang masih tersembunyi dan jika dikembangkan dapat menghasilkan suatu
keuntungan yang menjanjikan masa depan yang lebih baik. Ketika empat
elemen diatas dapat dipetakan dengan baik dan benar maka hal ini akan
memberikan dampak yang positif terhadap ketersediaan informasi sebagai
bahan dasar perumusan suatu kebijakan pemerintah dalam menjalankan fungsi
melayani, membangun, memberdayakan masyarakat, serta membuat peraturan
(Ryaas Rasyid) sebagai langkah awal dalam mengantisipasi dampak buruk
perekonomian global.
Dalam perekonomian global, Pemerintah selalu dituntut untuk menghasilkan
suatu strategi khusus agar Indonesia tetap survive dalam mengarungi derasnya
arus globalisasi. Hal ini dikarenakan, Perekonomian global yang berazaskan
persaingan, dimana setiap Negara akan memunculkan suatu produk unggulan
yang bermanfaat bagi kemaslahatan banyak umat sehingga menjadi senjata
ampuh mereka dalam meraup keuntungan dari Negara lainnya. Dengan alasan
itu,maka perlu dilakukan suatu analisis terhadap potensi wilayah di Negara
kita agar kita dapat mengetahui apa saja yang ada di Negara ini dan kemudian
mengolahnya dengan tepat. Sehingga , dapat menghasilkan suatu output yang
tidak kalah kualitasnya dengan produk–produk asing yang ada.
Sesuai dengan sistem pemerintahan yang ada di Negara kita, maka
peningkatan daya saing daerah menjadi krusial, mengingat dorongan
konstitusi yang memberikan kewenangan bagi daerah untuk mengelola
kekayaan potensi yang ada di daerahnya sehingga kesejahteraan daerah itu
bertumpu pada seberapa besar kemampuan mereka untuk bersaing. Untuk
meningkatkan daya saing daerah, maka setiap daerah perlu mengidentifikasi
dan menganalisis potensi wilayah terutama berbasis keunggulan lokal. Hal ini
disebabkan oleh:

37
1) Setiap komunitas/daerah/wilayah mempunyai potensi lokal yang unik
yang dapat membantu pengembangan ekonominya.
2) Untuk membangun daya saing tiap komunitas/daerah diperlukan
pemahaman dan tindakan yang didasarkan atas kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman yang dimiliki. Hal ini dimaksudkan agar daerahnya
bisa menarik kegiatan bisnis, kehadiran pekerja dan lembaga yang
menunjang.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa ketika daya saing daerah itu meningkat
maka daya saing nasional pun ikut meningkat, sehingga Indonesia mampu
menjadi aktor utama dalam perekonomian global bukan menjadi pahlawan
kesiangan yang secara terus-terusan dan sukarela menjadi pembeli produk-
produk asing (impor).
Akhirnya, pentingnya anpotwil atau urgensi anpotwil karena 3 alasan yaitu
sebagai perwujudan langsung pelaksanaan amanat peraturan perundang-undangan
yang ada di Negara ini yang akan membawa kita menuju cita-cita kemerdekaan
yang sejati, penggalian potensi-potensi yang dimiliki suatu daerah sehingga dapat
dimobilisir sebagai modal pembangunan, serta untuk membantu daerah
meningkatkan daya saing daerah melalui suatu penyusunan strategi jitu dalam
menghadapi perekonomian global.

Manfaat Analisis Potensi Wilayah


Manfaat Analisis potensi Wilayah merupakan kegunaan yang dirasakan langsung
oleh masyarakat akibat telah dilakukannya anpotwil, dapat berupa tersedianya jasa
atau fasilitas yang dapat diakses oleh publik. Manfaat dilaksanakannya anpotwil
adalah :
1) Tersedianya data dan informasi yang memberikan gambaran akurat
mengenai potensi wilayah
2) Tersedianya data dan informasi yang kelak diperlukan dalam proses
pengambilan keputusan baik bagi pengembangan usaha maupun perancangan
kegiatan lainnya di waktu yang akan datang.

38
3) Dengan informasi yang lengkap maka kegagalan dalam pengelolaan potensi
yang ada dapat diminimalisir atau bahkan dihindari, termasuk kegiatan
eksploitasi yang berlebihan yang dapat mengganggu keseimbangan
lingkungan.
Berkaitan dengan konteks Indonesia, analisis potensi wilayah memiliki berbagai
manfaat fisik, idiologi, politik, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan
(ipoleksosbudhankam) .
Analisis Potensi Wilayah yang dilakukan terhadap bidang fisik memberikan
manfaat :

1) Menciptakan Efisiensi dan produktivitas sesuai dengan kemampuan dan


kesesuaian daerah karena penentuan kawasan/ lahan dilakukan pada lokasi
yang tepat (teori lokasi) dan sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian fisik
lahan yang cukup (pertanian).
2) Menjadi pedoman pemerintah dalam menentukan kebijakan dalam
perencanaan tata ruang serta pembangunan prasarana fisik agar dapat produk
yang diciptakan dapat bermanfaat secara tepat guna dan berdaya guna.
3) Menjaga keberlanjutan (sustainability) terutama sumber daya yang tidak dapat
diperbaharui (contoh : bahan tambang), karena alokasi sumber daya fisik
dilakukan dengan cara bijaksana sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan. Unsur fisik penataan ruang disesuaikan dengan daya dukung
dan daya tampung serta potensi wilayah.
Manfaat Anpotwil di Bidang Ideologi dan Politik
Aspek ideology dan politik secara nyata mempengaruhi sistem perekonomian
pada sebuah Negara. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila. Sistem ekonomi
pancasila dengan asas demokrasi (Dr. Budiono) mengamanatkan bahwa Koperasi
merupakan soko guru perekonomian bangsa.
Dengan adanya anpotwil maka perekonomian Negara dapat dikembangkan
melalui koperasi yang dikelola secara modern dan mandiri oleh masyarakat
sebagai organisasi ekonomi berwatak profit dan harus melepas campur tangan
pejabat pemerintah namun tetap diawasi oleh pemerintah sesuai dengan peraturan
yang berlaku..

39
Manfaat Anpotwil di Bidang Ekonomi
Mengingat keterbatasan atau kelangkaan dan ketidakmerataan sumber daya, maka
setiap potensi sumber daya yang ada harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Hal ini
mengandung arti bahwa setiap sumber daya harus dimanfaatkan seefisien dan
seefektif mungkin.
Berdasarkan teori ekonomi, ada 2 (dua) jenis prinsip efisiensi :
1) Efisiensi Produktivitas
Meminimkan biaya dan menghasilkan output
2) Efisiensi Alokasi
Alokasi maksimum dan biaya alokasi barang juga sebanding dengan biaya
alokasi. Sulit dijangkau (biaya masrjinalnya)
Manfaat anpotwil di bidang ekonomi :
1) Perencanaan dan pengembangan wilayah aspek ekonomi dapat
mengalokasikan sumber daya secara lebih efisien dan efektif baik dalam
perspektif jangka panjang maupun jangka pendek.
2) Struktur ekonomi menjadi indikator daya saing. Daya saing yang tinggi
dijadikan dasar para investor untuk meningkatkan pendapatan daerah.
3) Dapat memajukan sector perekonomia daerah yang ditunjukkan melalui:
a) bertambahnya lapangan usaha
b) bertambahnya PDRB
c) bertambahnya sumber pendapatan
d) bertambahnya sector produktif di daerah tersebut
e) bertambahnya perbankan
f) bertambahnya dunia usaha
g) berkembangnya ekonomi SDA

Manfaat Anpotwil di Bidang Sosial Budaya


Analisis Potensi Wilayah dalam bidang sosial budaya meluputi beberapa aspek :
1) Kependudukan merupakan salah satu aspek penting yang merupakan informasi
mendasar mengenai perkembangan suatu wilayah. Aspek kependudukan

40
membahas aspek SDM indikator operasionalnya adalah : pendidikan, etos
kerja, pendapatan,, produktivitas, dan kesehatan.
2) Manfaat Anpotwil dalam bidang kependudukan adalah dengan data yang
dihasilkan dari anpotwil, pemerintah dapat mengetahui IPM daerah yaitu :
a) Tingkat kesehatan (umur panjang dan harapan hidup).
b) Pendidikan (Pengetahuan dan keterampilan).
c) Kemampuan daya beli masyarakat.
yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembangunan daerah.
3) Agama (dapat menentukan persebaran sarana ibadah tanpa diskriminasi
sehingga dapat menjaga kerukunan antar umat beragama)
4) Adat istiadat (pemanfaatan potensi daerah menggunakan nilai-nilai kearifan
lokal)
5) Hukum yang berlaku dalam menata masyarakat dan respon masyarakat
terhadap hukum yang ada (Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya yang
ada sesuai dengan peraturan yang berlaku).
6) Politik (kehidupan berdemokrasi kesadaran bernegara, saluran-saluran
penyampai aspirasi dan tokoh-tokon politik).
7) Teknologi (tingkat pemanfaatan teknologi dan penerapannya dapat
dikembangkan dalam mengembangkan potensi daerah).
8) Informasi (Efektivitas dan efisiensi sistem informasi yang ada serta
penyebarluasan potensi daerah untuk diketahui oleh masyarakat luas,
contohnya pariwisata untuk dapat menarik wisatawan dan investor).
9) Keamanan dan ketertiban (pemerintah dan masyarakat dapat meningkatkan
kualitas dan kuantitas keamanan dan ketertiban dalam pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki daerah)
Toleransi dan Perilaku Adaptif sebagai Sikap
Positip atas Keberagaman Sosial Budaya

Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang memiliki


keberagaman budaya yang tinggi. Hal tersebut tercermin dari semboyan Negara
Republik Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Kalimat itu sendiri diambil dari
falsafah Nusantara yang sejak zaman kerajaan Majapahit juga sudah dipakai

41
sebagai motto pemersatu Nusantara. Motto yang diikrarkan oleh Patih Gajah
Mada tersurat dalam Kakawin Sutasoma yang dikarang oleh Mpu Tantular. Frasa
yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu” ini juga menjadi jati diri Bangsa
Indonesia. Semboyan tersebut mengandung pesan bahwa masyarakat Indonesia
memiliki beraneka ragam perbedaan suku bangsa, ras, etnik, dan budaya namun
tetap satu. Semboyan ini dapat terwujud jika memupuk sikap dan perilaku positif
atas keberagaman sosial budaya di dalam masyarakat. Di antaranya adalah sikap
toleran dan adaptif terhadap keberagaman sosial budaya.
Toleransi: Dalam konteks kehidupan Indonesia yang begitu majemuk,
mengedepankan sikap toleransi sangat penting dilakukan. Sikap ini merupakan
modal utama untuk meraih kehidupan yang penuh kedamaian. Bangsa Indonesia
sejak dulu dikenal memiliki sikap toleransi yang kuat antar umat beragama, suku
dan budaya. Sayangnya sikap toleransi itu sudah mulai memudar. Pudarnya sikap
toleransi itu bisa dilihat dari semakin banyaknya masyarakat kita yang lebih
mengedepankan sikap intoleransi atau kekerasan dalam mengatasi pelbagai hal.
Toleransi berasal dari kata dalam bahasa Latin tolerare artinya dengan sabar
membiarkan sesuatu. Secara luas, toleransi berarti suatu sikap atau perilaku
manusia yang tidak menyimpang dari aturan, di mana seseorang menghargai
Atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan.
Toleransi secara bahasa bermakna sifat atau sikap menghargai, membiarkan, atau
membolehkan suatu pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan,
atau kelakuan yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian diri sendiri.
Sebagai istilah budaya, sosial dan politik, toleransi adalah simbol kompromi
beberapa kekuatan yang saling tarik-menarik atau saling berkonfrontasi untuk
kemudian bahu membahu membela kepentingan bersama, menjaga dan
memperjuangkannya.
Toleransi juga berarti suatu sikap dan perbuatan yang melarang adanya
diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima
oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama di
mana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan
agama-agama lainnya. Salah satu langkah untuk mewujudkan kehidupan sosial

42
budaya yang menjunjung tinggi toleransi dan kerukunan adalah dengan
pembentukan lembaga atau asosiasi yang melibatkan segala elemen masyarakat
seperti pembentukan paguyuban atau kerjasama antarkelompok budaya.
Perilaku Adaptif; Adaptif berarti mudah menyesuaikan diri. Perilaku
adaptif merupakan perilaku yang digunakan untuk beradaptasi dengan tipe
perilaku lain atau situasi tertentu. Asumsi dasar adaptasi berkembang dari
pemahaman yang bersifat evolusioner yang senantiasa melihat manusia selalu
berupaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan alam sekitarnya, baik
secara biologis/genetik maupun secara budaya. Dengan perilaku adaptif,
seseorang mengganti perilaku personal maupun perilaku sosial yang tidak
konstruktif dengan perilaku personal maupun perilaku sosial yang konstruktif.
Perilaku personal mencerminkan, karakter, sikap, dan kepribadian seseorang.
Perilaku personal memiliki dampak besar pada hubungan dengan orang lain.
Perilaku yang baik berasal dari kebiasaan dan cara berpikir yang baik.
Dalam fisiologi dan sosiologi, perilaku sosial adalah perilaku diarahkan terhadap
diri orang lain dalam masyarakat. Perilaku yang dapat kita bangun antara lain
bekerjasama, memberikan inspirasi kepada kelompok untuk maju bersama, dan
mengajak kelompok untuk berkolaborasi. Bersamaan dengan perilaku ini
hendaknya berusaha menghilangkan relasi yang kurang harmonis, prasangka , dan
kesalahpahaman atas keberagaman sosial dan budaya yang berbeda.
Ada tiga prinsip utama yang perlu dipahami dan diterapkan agar dapat
memiliki perilaku tersebut. Prinsip pertama adalah keterbukaan. Keterbukaan
merupakan prinsip yang amat dekat dengan sikap adaptif karena keterbukaan
merupakan sikap menerima perubahan dan terbuka menerima perbedaan dan
keragaman budaya. Sikap sempit dan tertutup justru akan mengucilkan diri kita,
menghambat kemajuan, dan perkembangan. Prinsip kedua adalah pendidikan
yang berkualitas dan merata untuk seluruh lapisan masyarakat. Maju mundurnya
suatu bangsa tercermin dari seberapa besar usaha bangsa tersebut dalam
memajukan pendidikannya. Prinsip ketiga adalah nasionalisme. Nasionalisme
adalah suatu kesadaran sebagai bangsa yang disertai oleh hasrat untuk
memelihara, melestarikan dan memajukan identitas, integritas serta ketangguhan

43
bangsa tersebut. Dengan prinsip nasionalisme, kita akan tergugah untuk ikut
berperan serta dalam memajukan bangsa ini; Tidak akan terjebak dalam
primordialisme ataupun sikap mencari keuntungan sendiri yang justru dapat
melemahkan bangsa.
Manfaat Anpotwil di Bidang Pertahanan dan Keamanan
Aspek hankam dalam konteks potensi daerah merupakan upaya
pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam memberikan rasa aman bagi
upayanya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Aspek ini sangat penting
khususnya di daerah perbatasan yang rawan terjadi kejahatan lintas Negara.
Makna keamanan bagi manusia meliputi : keamanan ekonomi, keamanan pangan,
keamanan kesehatan, keamanan lingkungan, keamanan individu, keamanan
komunitas, dan keamanan politik.
Dengan anpotwil, Pemerintah dapat menetapkan garis batas laut darat untuk
menghindari adanya eksploitasi SDA secara illegal, hasil hutan dan kekayaan laut
yang dimiliki dan menetapkan peraturan yang memuat sanksi yang jelas terhadap
perbuatan tersebut.
Menurut Ibrahim (1992:1-3); Analisis potensi wilayah secara cermat dan
bersifat komprehensif integral merupakan langkah awal yang sangat penting
dalam rangka membangun suatu wilayah yang bertujuan mewujudkan Ketahanan
Nasional dalam kerangka Wawasan Nusantara. Secara cermat bermakna bahwa
semua aspek potensi wilayah tersebut harus dapat diidentifikasi paling tidak
faktor-faktor dominannya dan sekaligus tolak ukur tingkat potensinya, apakah
sangat potensial, cukup potensial, kurang potensial, baik dilihat dari kualitas
positifnya maupun negatifnya. Analisis yang bersifat komprehensif integral
berarti dalam penentuan upaya mentransformasikan potensi wilayah tersebut
menjadi kekuatan wilayah haruslah dianalisis secara cukup mendalam dan
menyeluruh, kemudian diranking berdasarkan prinsip interdisipliner dengan
metode pemecahan persoalan tertentu. Transformasi potensi wilayah yang sudah
dianalisis menjadi kekuatan wilayah melalui upaya pembangunan wilayah, antara
lain memakai metode Ketahanan Nasional sebagai metoda pemecahan masalah
dengan model decision matrix.

44
Potensi suatu wilayah seberapapun sempit dan luasnya akan terdiri dari
aspek tata ruang/geografi, sumber daya alam/kekayaan alam, kependudukan,
ideology, politik, ekonomi, social budaya dan aspek pertahanan keamanan. Untuk
aspek pertahanan dan keamanan, dapat dilihat dari kondisi kesadaran bela negara
masyarakat, sumber-sumber rakyat terlatih, sumber gangguan kamtibmas, sumber
ancaman, subversi, infiltrasi, sumber-sumber perlindungan masyarakat dan
sumber daya nasional bagi kebutuhan pertahanan keamanan negara, tingkat
perincian legitimasinya, serta kondisi postur ABRI dan cadangannya di wilayah
tersebut (Ibrahim, 1992:3-4).
Menurut Ibrahim (1992:5); Upaya-upaya mentransformasikan potensi
wilayah menjadi kekuatan wilayah secara teknis melalui pembangunan wilayah,
baik secara terencana maupun berupa terobosan-terobosan sebagai upaya
akselerasi pembangunan. Agar peringkat kepentingan (ranking) pembangunan
tersebut benar-benar objektif, maka potensi wilayah yang sudah diketahui
tersebut, harus diracik lagi secara interdisipliner (komprehensif integral) bukan
sekedar multidisipliner
Manfaat Anpotwil di Bidang Kelembagaan
Kelembagaan meliputi :
a) Instansi-instansi pemerintah/ lembaga aparatur (dinas, badan, kantor,)
b) Lembaga ekonomi
c) Lembaga adat
d) Lembaga hukum
e) Lembaga teknologi
Kelembagaan (institution) sebagai aturan main (rule of game) dan
organisasi, berperan penting dalam mengatur penggunaan atau alokasi sumber
daya secara efisien, sumber daya merata, dan berkelanjutan.
Penguasaan dan pengelolaan sumber daya sangat ditentukan oleh sistem
kelembagaan yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Sistem nilai yang
berlaku dalam suatu kelompok masyarakat, dapat mentukan pembagian tanah atau
lahan bagi anggota masyarakat. Dengan anpotwil, fungsi-fungsi kelembagaan
dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan daerah sehingga pengaturan

45
penggunaan sumber daya dapat dilaksanakan secara efisien, merata dan
berkelanjutan.

46

Anda mungkin juga menyukai