Anda di halaman 1dari 25

PRAKTIKUM TEKNIK SEDIAAN STERIL INFUS

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

INFUS GLUKOSA

GLUKOSAR

OLEH

TANGGAL ACC NAMA MAHASISWA NIM

YUNITA FERIYANTI PUTRI F.18.065

WINA ANDARISTA F.18.063

WANDA F.18.061

WAYAN SEPTIANA F.18.0

YULIANA F.18.0

MARYAM F.18.0

KELAS/KELOMPOK NAMA DOSEN TTD NILAI

3A/1 NIRWATI RUSLI, S.si, M.sc, Apt

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

POLITEKNIK BINA HUSADA

KENDARI

2019

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


PRAKTIKUM TEKNIK SEDIAAN STERIL INFUS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infus merupakan sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen

dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke

dalam vena dalam volume relatif banyak.

Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan

yang sering dilakukan dirumah sakit. Namun, hal ini tinggi resiko terjadinya

infeksi yang akan menambah tingginya biaya perawatan dan waktu

perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam

pelasaknaannya selalu mengacu pada standar yang telah ditetapkan, sehingga

kejadian infeksi atau beragai permasalahan akibat pemasangan infus dapat

dikurangi.

Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian

sejumlah cairan kedalam tubuh, melalui jarum kedalam pembuluh vena

(pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat – zat

makanan dari tubuh.

Glukosa merupakan bahan aktif yang berkhasiat sebagai kalorigenik yaitu

zat yang dapat menghasilkan atau meningkatkan energy atau memperkecil

kekurangan kalori pada terapi pengganti atau pemeliharaan,

Infus glukosa dibuat sebagai infus intravena periver sebagai sumber

kalori dan cairan dimana pengganti kalori dan cairan yang dibutuhkan bagi

tubuh.

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


PRAKTIKUM TEKNIK SEDIAAN STERIL INFUS

Glukosa dibuat dalam bentuk sediaan infus intravena bertujuan untuk

menambah cairan tubuh, elektrolit, atau untuk memberikan nutrisi, pada

umumnya cairan infus intravena digunakan untuk pengganti cairan tubuh dan

memberikan cairan tambahan, untuk mempertahankan fungsi normal tubuh

pasien rawat inap yamg membutuhkan asupan kalori yang cukup selama

masa penyembuhan atau setelah operasi.

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


PRAKTIKUM TEKNIK SEDIAAN STERIL INFUS

B. Tujuan praktikum

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara pembuatan sediaan

steril bentuk sediaan parenteral volume besar (infus)

2. Mampu memahami macam-macam teknik sterilisasi

3. Untuk mengetahui apa syarat-syarat teori sediaan infus

4. Untuk mengetahui khasiat farmakologi dari infus

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


PRAKTIKUM TEKNIK SEDIAAN STERIL INFUS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Infus

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III. Hal 12. Infus intravena adalah

sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas dari pirogen dan sedapat

mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung kedalam vena,

dengan volume relatif banyak. kecuali dinyatakan lain, infus intravena tidak

diperbolehkan mengandung bakteriosida dan zat dapar. Larutan untuk infus

intravenous harus jernih dan praktis bebas partikel.

Infus adalah sediaan larutan dalam jumlah besar terhitung dari 100 ml

yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan

yang cocok. Asupan air dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan atau

minuman dan dikeluarkan dalam jumlah yang sama, ketika terjadi gangguan

hemostatis maka tubuh harus segera mendapatkan terapi untuk

mengembalikkan air dan elektrolit ( Arief, 1997).

Injeksi volume besar atau injeksi yang dimasukkan untuk pemberian

langsung kedalam pembuluh darah vena harus steril atau isotonis dengan

darah, dikemas dalam wadah tunggal berukuran 100-2000 ml. Tubuh

manusia mengandung 60 % air dan terdiri atas cairan intraseluler (didalam

sel), 40 % mengandung ion-ion K+, Mg+, sulfat. Fosfat, protein serta

senyawa organic asam fosfat seperti ATP, heksosa, monofosfat, dan lain-lain.

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


PRAKTIKUM TEKNIK SEDIAAN STERIL INFUS

Pembuatan sediaan yang akan digunakan untuk infus harus dilakukan

dengan hati-hati untuk menghindari kontaminasi mikroba dan bahan asing.

Cara pembuatan obat yang baik (CPOB) juga mempersyaratkan tiap wadah

akhir infus harus diamati secara fisik dan tiap wadah yang menunjukkan

pencemaran bahan asing yang terlihat secara visual harus ditolak.

B. Keuntungan dan Kerugian

a) Keuntungan

1. Bekerja cepat

2. Kemurnian dan takaran zat khasiat lebih terjamin

3. Obat padat diberikan kepada penderita yang sakit keras atau dalam

keadaan koma

4. Obat memiliki onset (mula kerja) yang cepat

b) Kerugian

1. Rasa nyeri pada saat disuntikkan

2. Memberikan efek psikologis pada penderita yang takut suntik

3. Kekeliruan pemberian obat atau dosis hampir tidak mungkin

diperbaiki terutama sesudah pemberian intravena

4. Obat hanya dapat diberikan kepada penderita dirumah sakit atau

ditempat prakter dokter oleh perawat yang komponen

C. Syarat-syarat Infus

1. Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan dan efektoksik.

2. Jernih, berarti tidak boleh ada partikel padat.

3. Tidak berwarna, kecuali obatnya memang berwarna.

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


PRAKTIKUM TEKNIK SEDIAAN STERIL INFUS

4. Sedapat mungkin isotons, artinya mempunyai tekanan osmosis yang sama

dengan darah atau cairan tubuh seperti darah, air mata, cairan lambung

dengan tekanan osmosis larutanNaCL 0,9%.

5. Sedapat mungkin isohidrit, PH larutan sama dengan darah dan cairan

tubuh lain yakni 7,4.

6. Harus steril, suatu bahan dinyatakan steril bila sama sekali bebas dari

mikroorganisme hidup dan pathogen maupun non pathogen.

D. Rute Injeksi

1. Parenteral Volume Kecil

a. Intradermal

Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis
dan "dermis" yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit.
Ketika sisi anatominya mempunyai derajat pembuluh darah tinggi,
pembuluh darah betul-betul kecil. Makanya penyerapan dari injeksi disini
lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan
karena absorpsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal
dalam kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitivitas
terhadap mikroorganisme.

b. Intramuskular

Istilah intramuskular (IM) digunakan untuk injeksi ke dalam obat.


Rute intramuskular menyiapkan kecepatan aksi onset sedikit lebih
normal daripada rute intravena, tetapi lebih besar daripada rute subkutan.

c. Intravena

Istilah intravena (IV) berarti injeksi ke dalam vena. Ketika tidak


ada absorpsi, puncak konsentrasi dalam darah terjadi dengan segera, dan
efek yang diinginkan dari obat diperoleh hampir sekejap.

d. Subkutan

Subkutan (SC) atau injeksi hipodermik diberikan di bawah kulit.


Parenteral diberikan dengan rute ini mempunyai perbandingan aksi onset
lambat dengan absorpsi sedikit daripada yang diberikan dengan IV atau
IM.

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


PRAKTIKUM TEKNIK SEDIAAN STERIL INFUS

e. Rute intra-arterial

disuntikkan langsung ke dalam arteri, digunakan untuk rute


intravena ketika aksi segera diinginkan dalam daerah perifer tubuh.

f. Intrakardial

disuntikkan langsung ke dalam jantung, digunakan ketika kehidupan


terancam dalam keadaan darurat seperti gagal jantung.

g. Intraserebral

injeksi ke dalam serebrum, digunakan khusus untuk aksi lokal


sebagaimana penggunaan fenol dalam pengobatan trigeminal neuroligia.

h. Intraspinal

injeksi ke dalam kanal spinal menghasilkan konsentrasi tinggi dari


obat dalam daerah lokal. Untuk pengobatan penyakit neoplastik seperti
leukemia.

i. Intraperitoneal dan intrapleural

Merupakan rute yang digunakan untuk pemberian berupa vaksin


rabies. Rute ini juga digunakan untuk pemberian larutan dialisis ginjal.

j. Intra-artikular

Injeksi yang digunakan untuk memasukkan bahan-bahan seperti


obat antiinflamasi secara langsung ke dalam sendi yang rusak atau
teriritasi.

k. Intrasisternal dan peridual

Injeksi ke dalam sisterna intracranial dan durameter pada urat spinal.


Keduanya merupakan cara yang sulit dilakukan, dengan keadaan kritis
untuk injeksi.

l. Intrakutan (i.c)

Injeksi yang dimasukkan secara langsung ke dalam epidermis di


bawah stratum corneum. Rute ini digunakan untuk memberi volume
kecil (0,1-0,5 ml) bahan-bahan diagnostik atau vaksin.

m. Intratekal

Larutan yang digunakan untuk menginduksi spinal atau anestesi


lumbar oleh larutan injeksi ke dalam ruang subarachnoid. Cairan

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


PRAKTIKUM TEKNIK SEDIAAN STERIL INFUS

serebrospinal biasanya diam pada mulanya untuk mencegah peningkatan


volume cairan dan pengaruh tekanan dalam serabut saraf spinal. Volume
1-2 ml biasa digunakan. Berat jenis dari larutan dapat diatur untuk
membuat anestesi untuk bergerak atau turun dalam kanal spinal, sesuai
keadaan tubuh pasien.

2. Parenteral Volume Besar

Untuk pemberian larutan volume besar, hanya rute intravena dan


subkutan yang secara normal digunakan.

a. Intravena

Keuntungan rute ini adalah (1) jenis-jenis cairan yang disuntikkan


lebih banyak dan bahkan bahan tambahan banyak digunakan IV
daripada melalui SC, (2) cairan volume besar dapat disuntikkan relatif
lebih cepat; (3) efek sistemik dapat segera dicapai; (4) level darah dari
obat yang terus-menerus disiapkan, dan (5) kebangkitan secara
langsung untuk membuka vena untuk pemberian obat rutin dan
menggunakan dalam situasi darurat disiapkan.

Kerugiannya adalah meliputi : (1) gangguan kardiovaskuler dan


pulmonar dari peningkatan volume cairan dalam sistem sirkulasi
mengikuti pemberian cepat volume cairan dalam jumlah besar; (2)
perkembangan potensial trombophlebitis; (3) kemungkinan infeksi
lokal atau sistemik dari kontaminasi larutan atau teknik injeksi septik,
dan (4) pembatasan cairan berair.

b. Subkutan

Penyuntikan subkutan (hipodermolisis) menyiapkan sebuah


alternatif ketika rute intravena tidak dapat digunakan. Cairan volume
besar secara relatif dapat digunakan tetapi injeksi harus diberikan
secara lambat. Dibandingkan dengan rute intravena, absorpsinya lebih
lambat, lebih nyeri dan tidak menyenangkan, jenis cairan yang
digunakan lebih kecil (biasanya dibatasi untuk larutan isotonis) dan
lebih terbatas zat tambahannya.

E. komposisi Infus

1. Bahan Aktif

2. Bahan Tambahan

a. Pengisotonis

b. Antipirogen

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


PRAKTIKUM TEKNIK SEDIAAN STERIL INFUS

c. Pelarut

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


PRAKTIKUM TEKNIK SEDIAAN STERIL INFUS

BAB III

FORMULA

R/

Glukosa 25 gram

Nacl 2,25 gram

Karbon adsorbens 0,5 garam

Aqua Pro Injeksi ad 500 ml

A. Master Formula

Nama : Glufusa

Jumlah produk : 1 Botol

Tanggalproduksi : 08 Oktober 2019

No. Registrasi : DKL 1900100143 A1

No. Batch : D 9100001

Komposisi Formula

Tiap 100 ml mengandung

Bahan Konsentrasi

Glukosa 5%

NaCl 0,1 %

Karbon Adsorbens 0,1 %

Aqua Pro Injeksi 100 ml

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


PRAKTIKUM TEKNIK SEDIAAN STERIL INFUS

B. Rancangan formula

Pabrikan Nama Produk : Glufusa


Nama Pabrik Master Formula Dibuat Oleh Disetujui
Bina Husada 08 Oktober 2019 Kelompok I oleh Penggunaan
Kendari
Kode Bahan Nama Bahan Per dosis Perbatch

01 Glukosa 5 gram 5 gram Kolongetikum

02 NaCl 0,1 gram 0,1 gram Pengisotonis

03 Karbon adsorben 0,1 gram 0,1 gram Anti Pirogen

04 Aqua Pro Injeksi 100 ml 100 ml Pelarut injeksi

C. Alasan pemilihan Formulasi

a. Formula infus

Alasan di buat sediaan infus Karena infus merupakan sediaan

parenteral volume besar berupa sediaan steril yang mengandung obat

yang dikemas dalam wadah yang pemberian dosisnya konstan. Glukosa

dibuat dalam sediaan infus karena glukosa dapat berfungsi sebagai

karbohidrat dan untuk pasien yang mengalami dehidrasi, sehingga di beri

obat glukosa dalam sediaan infus. Karena absorbsinya lebih cepat di

bandingkan sediaan tablet, kapsul. Sediaan infus langsung kedalam

pembuluhdarah.

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


PRAKTIKUM TEKNIK SEDIAAN STERIL INFUS

D. Alasan Penggunaan Bahan

a. Zat aktif

1) Glukosa (FI Edisi III Hal.269 )

Indikasi : Infus intravena periver sebagai sumber kalori

Dimana pengganti cairan dan kalori di butuhkan

Dosis : 2.5 – 11.5 % untuk intravena

Ph : Antara 3.2 - 6.5

Efek Samping : Semakin sering buang air kecil dan terasa

nyeri, kuli tnyeri/ bengkak pada bagian di suntik

Kontraindikasi : Pada penderita sindrom olabsorbsiglukosa/

Galaktosa penderita kemo diabetikum

Interaksi Obat: Perlu mempertimbangkan dan memperingatkan

tindakan pencegahan dan kontraindikasi terkait dengan

penggunaan NaCl dan alcohol

Stabilitas : stabil dalam bentuk larutan, glukosa stabil dalam

keadaan penyimpanan yang kering, dengan pemanasan

tinggi dapat menyebabkan reduksi pH dan

karamelisasi dalam larutan

a. Zat tambahan

1). NaCl

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


PRAKTIKUM TEKNIK SEDIAAN STERIL INFUS

Natrium klorida digunakan sebagai zat pengisotonis dalam

sediaan injeksi

2). Karbon adsorben

Karbon adsorben di gunakan untuk menghilangkan pirogen

dalam larutan. Dimana pirogen dari larutan sediaan. Dimana

pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam sehingga

adanya pirogen infuse akan membahayakan pasien.

3). Aqua Pro Injeksi

A.P.i di gunakan sebagai pelarut injeksi yang telah di

sterilkan dan dikemas dengan cara yang sesuai tidak

mengandung bahan mikroba/penyaringan agar menghilangkan

mikroorganisme atau zat asing yang tidak diinginkan.

E. URAIAN BAHAN

a. Nacl (FI Edisi V hal. 917)

Nama resmi : SODIUM CLORIDA

Nama lain : Natrium klorida

Pemerian : hablur bentuk kubus tidak berwarna atau serbuk hablur

putih rasa urin

BM : C8 H12 O6 H20

Kelarutan : mudah larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih,

larut dalam gliserin, sukar larut dalam etanol

Khasiat : pengisotonis

bobot : 58,44

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


PRAKTIKUM TEKNIK SEDIAAN STERIL INFUS

PH : 4-5,7

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Stabilitas : stabil dalam bentuk larutan, stabil dapat menyebabkan

penguraian Partikel gas

b. A .P . I (FI Edisi III)

Nama resmi : Aqua Pro Injeksi

Sterilisasi : kalor basah (autoklaf)

Kegunaan : pembawa dan melarutkan

Cara pembuatan : didihkan aqua dan di diamkan selama 30 menit

Penyimpanan : dalam wadah dosis tunggal dari kaca atau plastic tidak

lebih besar dari 1 liter wadah kaca sebaiknya dari kaca

tipe 1 dan 2

Khasiat : untuk pelarut injeksi

c. Karbon aktif (FI Edisi III)

Pemerian : serbuk halus, bebas dari butiran hitam, tidak berbau

dan tidak berasa

Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol

Kegunaan : absorbs pirogen

Konsentrasi : 0,1 %

Stabilitas : dapat mengabsorbsi air

Penyimpanan : sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup kedap di

tempat sejuk dan Kering

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


PRAKTIKUM TEKNIK SEDIAAN STERIL INFUS

F. PERHITUNGAN

1. Perhitungan bahan
5
a. Glukosa =10 x 100 = 5 gram

b. Nacl =EXW

= 0,16 x 5 gram

= 0,8 %

Nacl yang ditimbang = 0,9 % - 0,8 %

= 0,1 %

Jadi Nacl yang ditimbang :

= 0,1 % x 100

= 0,1 gram
0,1
c. Karbon adsorbens = x 100 = 0,1 gram
100

d. A .P . I = 100 – (5 + 0,1 + 0,1 + 0,1)

= 100 – 5,3

= 94,7 ml

2. Kelebihan volume
2
a. Glukosa = 100 x 5 = 0,1 gram

2
b. Nacl = x 0,1 = 0,002 ml
100

2
c. Karbon aktif = 100 x 0,1 = 0,002 ml

Jadi bahan yang digunakan :

a. Glukosa = 5 + 0,1 = 5,1 gram

b. Nacl = 0,1 + 0,002 = 0,102 gram

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


PRAKTIKUM TEKNIK SEDIAAN STERIL INFUS

c. Karbon aktif = 0,1 + 0,002 = 0,102 gram

d. A .P . I = 100 – (5,1 + 0,102 + 0,102)

= 100 – 5,3

= 94,7 ml

G. STERILISASI DAN CARA KERJA

A. Sterilisasi Alat

NO ALAT SATUAN STERILISASI PUSTAKA


1. Gelas beaker 2 buah Oven 250 ºC selama
15 menit

2. Kaca arloji 2 buah Oven 250 ºC selama


15 menit

3. erlenmeyer 3 buah Oven 250 ºC selama


15 menit

4. corong gelas 1 buah Autoklaf 115-116 ºC


selama 30 menit

5. spatel 2 buah Oven 250 ºC selama


15 menit

6. pinset logam 1 buah Oven 250 ºC selama


15 menit

7. batang 1 buah Oven 250 ºC selama


pengaduk 15 menit

8. gelas ukur 2 buah Autoklaf 115-116 ºC


selama 30 menit

9. pipet tetes 2 buah Autoklaf 115-116 ºC


selama 30 menit

10. karet pipet 2 buah Rebus selama 30

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


PRAKTIKUM TEKNIK SEDIAAN STERIL INFUS

menit

11. botol infus 1 buah Oven 250 ºC selama


15 menit

12. karet penutup 4 buah Autoklaf 115-116 ºC


botol selama 30 menit
B. CARA KERJA

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dilakukan perhitungan bahan

3. Alatnya di sterilkan terlebih dahulu di bebas alkalikan dengan larutan

bebas alkali kemudian di sterilkan pada oven alat alat gelas yang tidak

berskala pada suhu 170 ºC selama 1-2 jam sedangkan untuk alat gelas

yang berskala disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121 ºC selama

15 menit

4. Di timbang glukosa 5,1 gram dalam gelas kimia 100 ml

5. Dengan menggunakan spoit CC diambil larutan nacl 0,9% sebanyak 0,102

gram,

6. Dengan gelas ukur diambil aqua pro injeksi 94,7ml

7. Penutup botol infus di bebas sulfurkan

8. Dikalibrasi botol infuse yang telah di sterilkan untuk digunakan

9. glukosa yang telah di timbang dilarutkan dengan aquades atau API,

kemudian di aduk hingga larut

10. ditambahkan nacl sebanyak 0,102 ml kemudia di bebas pirogenkan dengan

menggunakan larutan bebas pirogen sebanyak 2 ml

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


PRAKTIKUM TEKNIK SEDIAAN STERIL INFUS

11. di tambahkan aqua pro injeksi hingga tanda batas, kemudian di saring

menggunakan kertas saring

12. masukkan kedalam botol infuse kemudian tutup menggunakan

alumminium foil kemudian ikat dengan tali godam.

13. Disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit

14. Setelah di sterilkan dikeluarkan kemudian diberikan etiket, brosur, dan

kemasan

15. Di uji pada hewan kelinci

Cara kerja pembuatan Na2co3 dengan SLS larutan bebas sulfur :

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dipipet seksama 0,82 ml HCL dalam lemari asam

3. Dimasukkan kedalam labutentukur yang berisi 2/3 aquades

4. Dicukupkan volumenya hingga tanda batas

5. Dikocok dan diberi etiket

Cara pembuatan larutan bebas pirogen dengan arang aktif :

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang arang aktif 1 gram dalam gelas kimia dan dilarutkan dengan

sedikit aquades

3. Dimasukkan dalam labu ukur

4. Dicukupkan volumenya hingga tanda batas

5. Kocok, beri label dan etiket

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


PRAKTIKUM TEKNIK SEDIAAN STERIL INFUS

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

Uji organoleptik Uji kejernihan Uji kebocoran

Warna Bau Bentuk jernih Tidak bocor

Bening Tidak berbau cair

B. Pembahasan

Infus atau infus intravena adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi

bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, dan di

suntikkan langsung kedalam vena dan volume relative banyak.

Pembuatan sediaan infus yang akan di gunakan untuk infus harus

dilakukan dengan berhati hati untuk menghindari kontaminasi mikroba dan

bahan asing secara pembuatan obat yang baik (CPOB) mempersyaratkan tiap

wadah terakhir infus harus di amati secara fisik dan tiap wadah yang

menunjukkan pencemaran bahan asing secara visual dan harus di tolak.

Air yang digunakan untuk pembuatan infus aqua pro injeksi yang

dibuat dengan cara penyulingan kembali air suling segera dengan alat gelas

netral atau wadah logam yang cocok dengan labu. Hasil sulingan yang

pertama dibuang dengan hasil sulingan selanjutnya di tampung dan segera

digunakan. Bila segera digunakan harus di sterilkan dengan cara sterilisasi A

dan C setelah di tampung.

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


PRAKTIKUM TEKNIK SEDIAAN STERIL INFUS

Dalam praktikum kali ini, dibuat sediaan infus pertama-

tama di sterilkan semua alat yang akan digunakan. Tujuan di sterilkan alat

alat yang digunakan adalah untuk mematikan organisme dan bahan asing

bahan lainnya yang keberadaannya yang tidak di kehendaki dalam

pembuatannya. Penutup botol infus di bebas sulfur terlebih dahulu sebelum

digunakan larutan bebas sulfur selama 15 menit. Tujuannya adalah untuk

memberikan penutup botol infus dari cemaran maupun kontaminasi

mikroorganisme yang tidak di harapkan keberadaannya.

Bahan aktif yang digunakan adalah glukosa. Glukosa merupakan bahan

aktif yang berkhasiat sebagai kalorigenik yaitu zat yang dapat menghasilkan

atau meningkatkan energy atau memperkecil kekurangan kalori pada terapi

pengganti atau pemeliharaan. Dan bahan tambahan antara lain natrium

klorida digunakan sebagai zat pengisotonis dalam sediaan injeksi, karbon

adsorben di gunakan untuk menghilangkan pirogen dalam larutan. Dimana

pirogen dari larutan sediaan. Dimana pirogen adalah zat yang dapat

menyebabkan demam sehingga adanya pirogen infuse akan membahayakan

pasien. A.P.i di gunakan sebagai pelarut injeksi yang telah di sterilkan dan

dikemas dengan cara yang sesuai tidak mengandung bahan

mikroba/penyaringan agar menghilangkan mikroorganisme atau zat asing

yang tidak diinginkan.

Sebelum sediaan infus di masukkan kedalam wadah, terlebih

dahulu di saring dengan menggunakan kertas saring agar diperoleh larutan

yang jernih dan bebas dari partikel partikel asing yang dapat merusak

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


PRAKTIKUM TEKNIK SEDIAAN STERIL INFUS

kejernihan dan kesterilan sediaan infus setelah larutan infuse glukosa di

saring kedalam botol infus, ditutup wadah infuse dengan penutup yang telah

di bebas surfaktan kemudian tutup botol di bungkus dengan menggunakan

tali godam dan sekuat mungkin. Tujuannya agar pada saat di sterilkan di

autoklaf, volume infus tidak kurang.

Setelah itu botol infus di sterilkan di autoklaf pada suhu 121 C

selama 15 menit setelah sediaan di sterilkan, di keluarkan botol infus dari

autoklaf, kemudiaan dilakukan pengujian sediaan yaitu uji kebocoran dan uji

kejernihan tujuannya untuk memastikan apakah sediaan infus yang telah

dibuat memenuhi syarat ata utidak.

Uji kebocoran dapat dilakukan saat dilakukan meneliti botol yang

telah di sterilkan, dimana dilihat berkurang atau tidak volume larutan dalam

botol infus.Jika berkurang maka terjadi kesalahan dalam pengemasan botol

saat di bungkus dengan aluminium foil atau karetbotol yang digunakan dalam

keadaan tidak baik atau rusak. Untuk uji kebocoran diperoleh hasil tidak

bocor pada larutan dalam botol infus yang dibuat.

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


PRAKTIKUM TEKNIK SEDIAAN STERIL INFUS

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam praktikum kali ini diperoleh sediaan infus glukosa yang telah

memenuhi syarat dimana uji kebocoran dan uji kejernihan tidak bocor dan

sediaannya jernih serta volume larutan dalam botol tidak berkurang.

B. SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan adalah diharapkan kepada praktikan

harus memahami prosedur kerja dalam pembuatan infus dan praktikan harus

berhati-hati dalam melakukan praktikum sediaan infus. Praktikan juga dapat

menjaga kebersihan saat melakukan praktikum.

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


PRAKTIKUM TEKNIK SEDIAAN STERIL INFUS

DAFTAR PUSTAKA

Dirjenpom, 1974.Farmakope Indonesia edisi III.Jakarta:depkes RI

James, 1989.Martidel the extra.Farmakope London the farmaceutical press

Raymond. 2006. Handbook of pharmaceutical excipient ed V london. The

pharmaceutical press

syamsuni. 2006. Ilmuresep. Jakarta:bukukedokteran EGC

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


PRAKTIKUM TEKNIK SEDIAAN STERIL INFUS

LAMPIRAN

INFUS 100 mL
Infus 100 INDIKASI,
mL KOTRA INDIKASI
GLUFUSA®
Komposisi ,PENYIMPANAN
GLUKOSA INFUS
Tiapbotolme GLUFUSA® EFEK SAMPING :
Glukosa 5 %
ngandung GLUKOSA LIHAT BROSUR
Gkukosa INFUS
…………… GLUKOSA
………..5% 5% No Reg :
Nacl DKL190010143A1N
PT. BINA …………… o batch : D9010101
HUSADA FARMA …………… PT. BINA EXP Date :18
KENDARI- …0,5 gr HUSADA oktober 2023
INDONESIA A.P.I……… FARMA
…………..… KENDARI-
…@ 100ml INDONESIA

Simpanpadas
uhukamar
(25°C-30°C)

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN

STERIL

POLITEKNIK BINA HUSADA

Apoteker : RandaW,S.Farm,M.Si,Ap

No : 1 Tgl : 18

oktober 2018

Nn. Laras

Seharitiga kali satuampul

PROGRAM STUDI D-III FARMASI

Anda mungkin juga menyukai