PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gharawain
2
Masalah Gharawain berkaitan erat dengan kasus yang diputuskan oleh
syaidina Umar ibn al-Khattab, sehingga kasus ini sering juga disebut
dengan istilah “Umariyatain” yaitu dua masalah yang diputuskan cara
penyelesaiannya dan diperkenalkan oleh Syaidina Umar Ibn al Khattab r.a
Alasan yang dikemukakan jumhur ulama adalah bahwa ibu dan bapak
jika bersama-sama mewarisi dengan tidak ada ahli waris yang lain, maka
ibu menerima bagian 1/3 dan bapak menerima ashabah. Karena itu cara
demikian wajib diberlakukan manakala terdapat sisa. Mereka memandang
sebagai suatu hal yang menyalahi prinsip apabila bagian yang diterima ibu
lebih besar daripada bagian yang diterima bapak.
Prinsip dasarnya adalah bahwa ibu menerima 1/3 dan bapak 2/3, dengan
kata lain bagian lak-laki adalah dua kali lipat bagian perempuan. Keadaan
ini tetap berlaku manakala ibu dan bapak bersama-sama dengan ahli waris
suami atau istri. Jadi setelah bagian suami atau istri diberikan maka ibu
menerima 1/3 dan bapak sisanya.3
Kasus al-gharawain ini terjadi hanya dalam dua kemungkinan saja, yaitu:
Suami
Ibu
Bapak
2 Amir Syarifuddin. Hukum Kewarisan Islam. (Jakarta: Kencana, 2005 ) hlm. 108
3 Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, cet IV (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001) hal. 130
3
2. Jika seseorang yang meninggal dunia hanya meninggalkan ahli waris :
Istri
Ibu
Bapak
Adapun maksud ahli waris disini adalah ahli waris yang tidak terhijab,
karena boleh jadi ahli waris yang lain masih ada, namun terhijab oleh
bapak.
Jadi suatu kasus bisa dikatakan gharawain apabila telah diketahui dan
ditentukan siapa saja yang menjadi ahli waris dari yang meninggal,
kemudian siapa yang terhijab dan ternyata yang berhak untuk mendapat
warisan hanyalah (terdiri dari) suami/istri, ibu dan bapak.
4 Suhrawardi K. Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam Lengkap dan Praktis,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hlm.137.
4
B. Pembagian Gharawain
Adapun yang dimaksud dengan ahli waris yang tinggal adalah ahli
waris yang tidak terhijab, karena boleh jadi ahli waris yang lain masih ada,
akan tetapi terhijab oleh bapak. Jadi apakah suatu kasus warisan itu
merupakan kasus Gharawain atau tidak, diketahui setelah ditentukan siapa
saja yang menjadi ahli waris dari si meninggal, kemudian siapa yang
terhijab, dan ternyata ahli waris yang berhak untuk mendapat warisan
hanyalah (terdiri) suami, ibu, dan bapak atau istri, ibu dan bapak.
5 Ibid, hlm.138.
5
ibu. Sebab bapak selain sebagai ashabul furudh juga merupakan ashabah
(dapat menghabisi seluruh harta).
6
Ahli Waris Jumlah Bagian Asal Muasal Sah Masalah
12x2 24
Istri 2 ¼ 3 (sisa = 9) 6
Ibu 1 1/3 dari sisa 1/3 x 9 = 3 6
(2)
Bapak 1 1/6 + Ashabah 6 12
12/12 24/24
2 istri = 6
7
tetapi terkadang menerima bagian yang sedikit. Penerimaan tersebut
merupakan konsekuensi penerima bagian sisa.7
12 Jumlah = 360.000.000
8
Dalam hal ini hak yang diterima ahli warits (istri) dibagi dua maka
½ x 90.000.000 = 45.000.000/AW
Dalam hal ini hak yang diterima ahli warits (istri) dibagi dua maka
½ x 90.000.000 = 45.000.000/AW
Ibu mendapat seperenam bagian bila ada anak atau dua saudara
atau lebih. Bila tidak ada anak atau dua orang saudara atau lebih, maka ia
mendapat sepertiga bagian.
9
Ibu mendapat sepertiga bagian dari sisa sesudah diambil oleh janda
atau duda bila bersama-sama dengan ayah.8
Artinya: Tetapi jika anak anak ( yang jadi ahli warits) itu, perempuan
(dua orang) atau lebih dari dua orang maka mereka mendapat dua
pertiga dari apa ynag ditinggalkan (oleh bapaknya).
ص ك
ف ۚ لو إد من لك اَ نل م
ت لو ا دح لد ةء فل لِل هل اَ ال نظ م
10
ك إد من لك اَ لن لل هك لو لل دد ۚ لو دللاابل لوُ مي ده لد كك ظل لو ا دح دد دم من هك لم اَ ال سس كد ك
س دم ام اَ تل لر ل
Artinya: Tetapi jika simayit tidak mempunyai anak, dan menjadi ahli
warisnya (hanya)ibu dan bapak, maka bagi ibunya sepertiga.
11
Dapat dikatakan pula masalahGharawain apabila seorang suami
meninggal dunia dengan meninggalkan istri, bapak dan ibu maka ibu
mendapat bagian sepertiga dari sisa harta istri. Namun, apabila kedudukan
bapak diganti oleh kakek (karena bapak terlebih dahulu meninggal) maka
ibu tidak mendapat bagian sepertiga sisa namun mendapat bagian sepertiga
dari seluruh harta, menurut ijma‟.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
Gharawain mufrot dari lafadz ghara yang bermakna “bintang
cemerlang” kemudian ditsasniahkan menjadi Gharawain yang maknanya
“dua bintang cemerlang” atau sering dikenal juga dengan sebutan
Umariyatain maksudnya dua masalah yang diputuskan cara penyelesainya
dan diperkenalkan oleh Syaidina Umar Ibn Al Khattab r.a.
DAFTAR PUSTAKA
13
Hasan, A. 1992. Fara’id Ilmu Pembagian Warisan, (Surabaya: Pustaka Progressif
Hayati, Amal. Etc. 2015. Hukum Warisan.Medan: Manhaji
Rofiq, Ahmad. 2001. Fiqh Mawaris. Cet IV. Jakarta: Raja Grafindo Persada
14