Disusun Oleh:
Sem. V/Perbandingan Madzhab
Sinal Sali Doni Ginting (0202191007)
Muhammad Cecha Habibie (0202191016)
Putri Romaito Siregar (0202192026)
ABSTRAK
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Gharawain ?
2. Bagaimanakah Pembagian Gharawain Dalam Islam ?
3. Bagaimanakah Pendapat Ulama tentang Masalah Gharawain ?
C. KERANGKA TEORI
1. Maksud Dari Gharawain !
2. Pembagian Gharawain Dalam Islam !
3. Pendapat Ulama tentang Masalah Gharawain !
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN GHARAWAIN
1
Amal hayati, Rizki Muhammad Haris dan Zuhdi Hasibuan, Hukum Warisan ,( Medan : CV Manhaji,
2015), hal 71.
2
Andi Ali Akbar, Fikih Mawaris Hukum Kewarisan Islam, Kota Gajah : Pondok Pesantren Ulum Kauman
Lampung Tengah, h.49
3
Untuk menghilangkan kejanggalan tersebut, maka
pembagian harta warisan itu dilakukan secara khusus, dengan kata lain
penyelesaian khusus ini ha nya berlaku untuk pe rsoalan - persoalan yang
khusus pula.3
B. PEMBAGIAN GHARAWAIN
Kasus Gharawain ini terjadi hanya dalam 2 kondisi atau 2 kemungkinan
saja, yaitu:
1. Jika seseorang yang meninggal dunia hanya meninggalkan ahli waris (ahli
waris yang tinggal): suami, ibu, dan bapak.
2. Jika seseorang yang meninggal dunia hanya meninggalkan ahli waris (ahli
waris yang tinggal): istri, ibu dan bapak4
Adapun yang dimaksud dengan ahli waris yang tinggal adalah ahli waris
yang t idak terhijab, karena boleh jadi ahli waris yang lain masih ada, akan
tetapi terhijab oleh b apak. Jadi apakah suatu kasus warisan itu merupakan
kasus Gharawain atau tidak, diket ahui setelah ditentukan siapa saja yang
menjadi ahli w aris d ari si meningg al, k emudian siapa yang te rhijab, dan
ternyata ahli waris yang berhak untuk mendapat warisan hanyalah ( terdiri)
suami, ibu, dan bapak atau istri, ibu dan bapak.
Apabila ternyata ahli waris yang b erhak untuk mendapatkan warisan
hanya terdiri dari suami, ibu dan bapak atau istri, ibu dan bapak maka
dapatlah dipastikan bahwa persoalan kewarisan tersebut adalah persoalan
yang khusus (istimewa) yang diistilahkan dengan gharawain.
Contoh Kondisi atau Kemungkinan Pertama:
Ahli Waris Jumlah Bagian AM = 6
Suami 1 ½ 3
Ibu 1 1/3 2
1
Bapak 1 1/6 + Ashobah
6/6
3
Suhrawardi K. Lubis dan Komis Simanjuntak, HUKUM WARIS ISLAM (Lengkap dan Praktis),
(Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hlm. 137.
4
Ibid, h.98
4
Apabila penyelesaiannya dilakukan seperti di atas terlihat hasilnya bahwa
untuk ibu adalah 1/3 x 6 = 2, sedangkan bapak hanya memperoleh 1. Padahal
semestinya pendapatan bapak haruslah lebih besar dari pendapatan ibu. Sebab
bapak selain sebagai ashabul furudh juga me rupakan ashabah (dapat
menghabisi seluruh harta).
Jadi persoalan al-Gharawain ini terletak pada pendapatan ibu yang lebih
besar dari pendapatan bapak. Untuk menghilangkan kejanggalan ini haruslah
diselesaikan secara kh usus, yaitu pendapatan ibu bukanlah 1/3 dari harta
warisan melainkan hanya 1/3 dari sisa harta.
Adapun yang di maksud dengan sisa harta adalah keseluruhan harta
warisan setelah dikurangi bagian yang harus diterima oleh suami atau istri.5
Dengan demikian penyelesaiannya adalah sebagai berikut:
5
Suhrawardi K. Lubis dan Komis Simanjuntak, HUKUM WARIS ISLAM (Lengkap dan
Praktis), (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hlm. 139.
4
Ahli Waris Jumlah Bagian AM = 12
Istri 1 1/4 3 (sisa = 9)
Ibu 1 1/3 (dari sisa) 1/3 x 9 = 3
5+1=6
Bapak 1 1/6 + Ashabah
12/12
5
C. PENDAPAT ULAMA TENTANG MASALAH GHARRAWAIN
Dari kalangan sahabat yang menduku ng p endapat Umar ibn al-Khattab
adalah Zaid ibn Tsabit dan Ali ibn Abi Thalib, kemudian diikuti oleh Jumhur
Ulama. Adapun argumentasi yang dikemu kakan oleh Jumhur Ulama adalah
jika ahli waris terdiri dari ibu dan bapak, maka ibu mendapatkan 1/3 dan
bapak sisanya, yaitu 2/3. Sehingga dalam hal ini sesuai dengan prinsip
„bagian laki-laki 2 (dua) bagian perempuan 1 (satu)‟. Menurut mereka hal ini
juga b erlaku jika ada ahli waris lain dan bapak menerima bagian ashabah
(sisa). Akan tetapi dalam masalah Gharawain ini, ada ulama yang tidak
sependapat, yaitu s ahabat Ibn Abb as, Qadli Syuraih, Dawwud ibn Sirrin d an
Jama‟ah. Argumentasi yang mereka kemukakan adalah ibu menerima bagian
tertentu yaitu 1/3 dan bapak sisanya. Bagian sisa adalah bagian yang t idak
tertentu jumlah penerimaannya, kadang menerima bagian yang jumlahnya
banyak, akan tetapi terkadang menerima bagian yang sedikit. Penerimaan
tersebut merupakan konsekuensi penerima bagian sisa.6
Berkaitan dengan dua pendapat tersebut, maka dapat diberikan contoh
dalam pembagian warisan kasus Gharawain sebagai berikut:
1. Menurut Ibnu Abbas
Ahli
Bagian AM HW Penerimaan
Waris
Suami 1/2 3 3/6 x 360.000.000 = 180.000.000
Ibu 1/3 2 2/6 x 360.000.000 = 120.000.000
Bapak Ash 1 1/6 x 360.000.000 = 60.000.000
6 Jumlah = 360.000.000
Ahli
Bagian AM HW Penerimaan
Waris
Istri 1/4 3 3/12 x 360.000.000 = 90.000.000
Ibu 1/3 4 4/12 x 360.000.000 = 120.000.000
Bapak Ash 5 5/12 x 360.000.000 = 150.000.000
12 Jumlah = 360.000.000
6
Suhairi, Fikih Mawaris, (Yogyakarta: Idea Press, 2013) hlm. 89.
6
Ahli SM
Jlh Bagian 12 AM HW Penerimaan
Waris (2)
Istri 2 1/4 3 3/12 6/24 x 360.000.000 = 90.000.000
Ibu 1 1/3 3 3/12 6/24 x 360.000.000 = 90.000.000
Bapak 1 Ash 6 6/12 12/24 x 360.000.000 = 180.000.000
12 Jumlah = 360.000.000
Dalam hal ini hak yang diterima ahli warits (istri) dibagi dua maka
½ x 90.000.000 = 45.000.000/AW
Ahli
Bagian AM HW Penerimaan
Waris
Istri 1/4 3 3/12 x 360.000.000 = 90.000.000
Ibu 1/3 4 4/12 x 270.000.000 = 90.000.000
Bapak Ash = 180.000.000
Jumlah = 360.000.000
Ahli SM
Jlh Bagian 12 AM HW Penerimaan
Waris (2)
Istri 2 1/4 3 3/12 6/24 x 360.000.000 = 90.000.000
Ibu 1 1/3 3 3/12 6/24 x 270.000.000 = 67.500.000
Bapak 1 Ash 6 = 202.500.000
12 Jumlah = 360.000.000
Dalam hal ini hak yang diterima ahli warits (istri) dibagi dua maka
½ x 90.000.000 = 45.000.000/AW
7
Berkaitan dengan kasus Gharawain ini, maka di Indonesia me ngikuti
pendapat Umar atau Jumhur Ul ama. Hal tersebut sebagaimana diket entuan
dalam Pasal 178 Kompilasi Hukum Islam:
1. Ibu mendapat seperenam bagian bila ada anak atau dua saudara atau lebih.
Bila tidak ada anak atau dua orang saudara atau lebih, maka ia mendapat
sepertiga bagian.
2. Ibu mendapat sepertiga bagian dari sisa sesudah diambil oleh janda atau
Tetapi jika anak anak ( yang jadi ahli warits) itu, perempuan (dua orang)
atau lebih dari dua orang maka mereka mendapat dua pertiga dari apa ynag
ditinggalkan (oleh bapaknya). (QS An-Nisa ayat 11)
Tetapi jika simayit tidak mempunyai anak, dan menjadi ahli warisnya
(hanya)ibu dan bapak, maka bagi ibunya sepertiga. (QS An-Nisa ayat 11)
Artinya:
“Bila ada ahli waris suami, ibu dan bapak Maka sepertiga sisa bagi ibu
diurutkan Demikian pula bersama satu istri atau lebih Janganlah pengetahuan
itu kau tinggalkan”9
Dari dua bait di atas dapat dipahami bahwa apabila terjadi dua kasus
pembagian warisan di mana ahli warisnya terdiri dari suami, ibu dan bapak
atau terdiri dari istri, ibu dan bapak, maka sang ibu mendapat bagian 1/3 sisa
dari asal masalah yang sebelumnya telah diambil lebih dahulu oleh suami atau
istri. Kedua kasus seperti inilah yang disebut dengan masalah gharawain.
Sebagaimana diketahui bahwa seorang ibu apabila tidak bersama dengan anak
atau cucunya si mayit ia bisa mendapatkan bagian 1/3 dari harta w arisan yang
ada. Bagian 1/3 ini diambil langsung oleh ibu dari asal masalah yang ada.
Namun demikian bila terjadi dua kasus sebagaimana di atas maka ibu tidak
diberi bagian 1/3 langsung dari asal masalah namun 1/3 dari sisa asal masalah
setelah diambil ol eh suami atau istri. Untuk lebih jelasnya masalah gharawain
ini bisa digambarkan sebagai berikut:
Penyelesaian masalah Gharrawain terjadi apabila di dalam pembagian
warisan, ahli warisnya terdiri dari:
suami ibu dan ayah
istri ibu dan ayah
contoh:
a. seseorang meninggal dunia dengan meninggalkan seorang suami
kok ma ibu dan ayah.
Suami : ½ = 1/2 × 6 = 3
Ibu : 1/3 = 1/3 × 6 = 2
Ayah : ashabah 6-5 = 1
b. Seseorang meninggal dunia dengan meninggalkan seorang istri, ibu
dan ayah.
Istri : ¼ = ¼ × 12 = 3
9
(Muhammad bin Ali Ar -Rahabi, Matnur Rahabiyyah dalam ar -Rabahiyyatud Dîniyyah, Semarang, Toha Putra, tanpa
tahun, halaman 22)
11
Ibu : 1/3 = 1/3 × 12 = 4
Ayah : ashabah = 12 – 7 = 5
Pada kedua contoh diatas, Ayah mendapatkan bagian yang lebih kecil dari
ibu (contoh 1) dan mendapat bagian yang hampir sama dengan bagian ibu
(contoh dua). Sedangkan apabila tidak ada suami atau istri, Ayah mendapatkan
2/3 dan Ibu 1/3, Serta adanya ketentu an bagian laki -laki dua kali bagian
perempuan. Maka dalam masalah ini, bagian Ibu bukan 1/3 melainkan
10
sepertiga sisa atau (tsulusul baqi). Dengan demikian penyelesaian contoh
diatas adalah:
Contoh 1
Suami : ½ = ½ × 6 = 3
Ibu : 1/3 sisa = 1/3 × (6-3) = 1
Ayah : ashabah 6 – 4 = 2
Contoh 2
Istri : ¼ = ¼ × 4 = 1
Ibu : 1/3 sisa = 1/3 × (4-1) = 1
Ayah : ashabah 4 – 2 = 2
10
Haries, Akhmad. 2019. Hukum Kewarisan Islam (edisi revisi). Yogyakarta. Ar-Ruzz Media
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gharawain mufrot dari lafadz ghara yang bermakna “bintang
cemerlang” kemudian ditsasniahkan menjadi Gharawain yang makn anya
“dua bintang cemerlang” atau sering dikenal juga dengan sebutan
Umariyatain maksudnya dua masalah yang diputuskan cara penyelesainya
dan diperkenalkan oleh Syaidina Umar Ibn Al Khattab r.a.
Adanya mas alah gharawain ini terjadi karena pada d asarnya bagian
wanita dalam masalah kewarisan tidak ada yang menyamai atau bahkan
melebihi bagian laki - laki yang s ederajat dengannya. Oleh karena itu
Syaidina Um ar Ibn Al Khattab R.A mem ecahkan masalah te rsebut dengan
menggunakan gharawain, dimana bagian ibu diubah ketika tidak ada anak
dari 1/3 harta menj adi 1/3 dari sisa h arta, ketika ahli waris (ibu) bersama
dengan dua orang yaitu ayah dan suami atau istri.
Jumhur Ulama sependapat dengan Syaidina Umar Ibn Al Khattab R.A,
jka ahli waris terdiri dari ibu dan bapak, maka ibu mendapatkan 1/3 dan
bapak sisanya, dalam hal ini sesuai dengan prinsip „bagian laki-laki dua dan
perempuan satu‟. Sebagaiman yang tertuang dalam Q.S An Nisa‟ ayat 11
13
menjadi ahli wari snya (hanya)ibu dan bapak, ma ka bagi i bunya
sepertiga.Tetapi jika (si mayit) ada mempunyai saudara – saudara, maka
iunya mendapat s eperenam.
14
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Andi Ali. fiqh mawaris Hukum Kewarisan Islam. Kotagajah : Pondok
Pesantren Ulum Kauman. Lampung Tengah.
Hayati, Amal. Rizki Muhammad Haris dan Zuhdi Hasibuan. Hukum Warisan.
Medan : CV Manhaji. 2015.
Ibid, h.98
15