Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH MAWARITS

(Munasakhah)

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mawarits

Dosen pengampu : Fitria Fajrina M.Ed

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 12

Andi Humairah (2010102032)

Lisa Amelia (2010102072)

Zubaidah Taslimah (2010102038)

KELAS ASY-20-D-HP

INSTITUT AGAMA ISLAM TAZKIA BOGOR

TAHUN AJARAN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT berkat rahmat-Nya kami di berikan kesehatan
untuk mengyelesaikan tugas-tugas perkuliahan. Dan berkat ridho-Nya pula kami
diberi kekuatan untuk membuat makalah yang berjudul “Munasakhah” dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah Mawarits.

Ucapan Terima Kasih tak lupa kami sampaikan kepada para pihak yang
sejak awal telah banyak memberikan referensi, dukungan dan bantuan hingga
terselesaikannya pembuatan makalah ini.

Karena kami masih dalam tahap pembelajaran, tentunya kami secara sadar
mengakui masih banyak kekurangan, untuk itu kami mohon kritik dan sarannya
untuk membangun kesempurnaan makalah ini. Dan dalam hal ini kami memohon
maaf apabila terjadi kesalahan dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bogor, Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan Makalah..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
1. Definisi Munasakhah..............................................................................3
2. Syarat-syarat Munasakhah....................................................................4
3. Amaliah Munasakhah.............................................................................4
BAB III  PENUTUP...............................................................................................7
a. Kesimpulan..................................................................................................7
b. Saran............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al Mawaris merupakan segala sesuatu yang mengatur tentang kewarisan.
Dalam kajian ini juga dibahas terkait perhitungan-perhitungan pembagian
warisan. Al Mawaris pun mempunyai bagian-bagian, syarat-syarat, jalur-jalur dan
juga siapa-siapakah yang berhak mendapatkannya. Al-Takharruj merupakan salah
satu bentuk pembagian harta warisan secara damai berdasarkan musyawarah
antara para ahli waris. Namun dalam perhitungannya, mesti menghitungnya
dengan teliti dan seksama karena dalam perhitungannya pasti memakai konsep
matematika yang sebagian orang merupakan pekerjaan yang melelahkan dan
harus memakai pikiran yang maksimal.

Olehnya itu, pada makalah ini akan dibahas terkait Munasakhat dan hal-
hal yang berkaitan dengannya sebagai ilmu dasar dalam mempelajari Al Mawaris.
Mulai dari pengertian sampai pembagian-pembagiannya. Semoga makalah ini
dapat menambah wawasan dalam hal kewarisan.

1
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan hal-hal apa saja yang akan dikaji oleh penulis.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut :

1. Bagaimakah defenisi Munasakhat ?

2. Apa saja syarat Munasakhah?

3. Bagaimanakah Rincian Amaliah al-Munasakhat ?

Tujuan Makalah

Tujuan dari dilakukannya penulisan makalah ini selain sebagai tugas Mata


Kuliah Etika Bisnis Islam juga sebagai berikut :

1. Mendefinisikan Munasakhah
2. Menjelaskan syarat-syarat Munasakhah.
3. Menjelaskan Amaliah Munasakhah dan contoh kasus

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi Munasakhah
Al-munasakhat dalam bahasa Arab berarti 'memindahkan' dan 'menghilangkan',
misalnya dalam kalimat nasakhtu al-kitaba yang bermakna 'saya menukil
(memindahkan) kepada lembaran lain nasakhat asy-syamsu ash-zhilla yang berarti
'sinar matahari menghilangkan bayang-bayang'.

Makna yang pertama yakni memindahkan/menukil sesuai dengan firman Allah


SWT yang artinya: "... Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang
telah kamu kerjakan." (al-Jatsiyah: 29)

Sedangkan makna yang kedua sesuai dengan firman berikut:

"Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa
kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding
dengannya. Tiadakah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu?" (al-Baqarah: 106)

Adapun pengertian al-munasakhat menurut istilah ulama faraid ialah


meninggalnya sebagian ahli waris sebelum pembagian harta waris sehingga
bagiannya berpindah kepada ahli warisnya yang lain. Bila salah seorang ahli waris
meninggal, sedangkan ia belum menerima hak warisnya (karena memang belum
dibagikan), maka hak warisnya berpindah kepada ahli warisnya. Karenanya di sini
akan timbul suatu masalah yang oleh kalangan ulama faraid dikenal dengan
sebutan al-jami'ah.

Al-munasakhat mempunyai tiga macam keadaan:

Keadaan pertama: sosok ahli waris yang kedua adalah mereka yang juga
merupakan sosok ahli waris yang pertama. Dalam kasus seperti ini masalahnya
tidak berubah, dan cara pembagian warisnya pun tidak berbeda. Misalnya, ada
seseorang wafat dan meninggalkan lima orang anak. Kemudian salah seorang dari
kelima anak itu ada yang meninggal, tetapi yang meninggal itu tidak mempunyai
ahli waris kecuali saudaranya yang empat orang, maka seluruh harta waris yang
ada hanya dibagikan kepada keempat anak yang tersisa, seolah-olah ahli waris
yang meninggal itu tidak ada dari awalnya.

Keadaan kedua: para ahli waris dari pewaris yang kedua adalah sosok ahli waris
dari pewaris pertama, namun ada perbedaan dalam hal jauh-dekatnya nasab
mereka terhadap pewaris. Misalnya, seseorang mempunyai dua orang istri. Dari
istri yang pertama mempunyai keturunan seorang anak laki-laki. Sedangkan dari
istri kedua mempunyai keturunan tiga anak perempuan. Ketika sang suami

3
meninggal, berarti ia meningalkan dua orang istri dan empat anak (satu laki-laki
dan tiga perempuan). Kemudian, salah seorang anak perempuan itu meninggal
sebelum harta waris peninggalan ayahnya dibagikan. Maka ahli waris anak
perempuan ini adalah sosok ahli waris dari pewaris pertama (ayah). Namun,
dalam kedua keadaan itu terdapat perbedaan dalam hal jauh-dekatnya nasab
kepada pewaris. Pada keadaan yang pertama (meninggalnya ayah), anak laki-laki
menduduki posisi sebagai anak. Tetapi dalam keadaan yang kedua (meninggalnya
anak perempuan), anak laki-laki terhadap yang meninggal berarti merupakan
saudara laki-laki seayah, dan yang perempuan sebagai saudara kandung
perempuan. Jadi, dalam hal ini pembagiannya akan berbeda, dan mengharuskan
kita untuk mengamalkan suatu cara yang disebut oleh kalangan ulama faraid
sebagai masalah al-jami'ah.

Keadaan ketiga: para ahli waris dari pewaris kedua bukan ahli waris dari pewaris
pertama. Atau sebagian ahli warisnya termasuk sosok yang berhak untuk
menerima waris dari dua arah, yakni dari pewaris pertama dan dari pewaris kedua.
Dalam hal seperti ini kita juga harus melakukan teori al-jama'iyah, sebab
pembagian bagi tiap-tiap ahli waris yang ada berbeda dan berlainan.

2 Syarat Munasakhah

1. Minimal adanya dua orang muwarrits yang meninggal.

Yang pertama disebut muwarrits (yang meninggalkan warisan atau si


mati) pertama, selanjutnya muwarrits kedua, dst.

2. Muwarrits kedua harus salah satu dari ahli waris muwarrits pertama.

3 Amaliah Al-Munasakhah
Sebelum kita melakukan rincian tentang amaliah al-munasakhat, kita terlebih
dahulu harus melakukan langkah-langkah berikut:

1. Mentashihkan masalah pewaris yang pertama dengan memberikan hak


waris kepada setiap ahlinya, termasuk hak ahli waris yang meninggal.
2. Merinci masalah baru, khususnya yang berkenaan dengan kematian
pewaris kedua, tanpa mempedulikan masalah pertama.
3. Membandingkan antara bagian pewaris kedua dalam masalah pertama,
dengan pentashihan masalah dan para ahli warisnya dalam masalah kedua.
4. Perbandingan antara keduanya itu dalam kecenderungannya terhadap
ketiga nisbat, yaitu al-mumatsalah, al-muwafaqah, dan al-mubayanah. Bila
antara keduanya yakni antara bagian pewaris yang kedua dan masalah ahli

4
warisnya yang lain ada mumatsalah (kesamaan), maka dibenarkan kedua
masalah hanya dengan tashih yang pertama .

Contoh kasus:

Munasakhah tipe Pertama:

Ahli waris yang bakal menerima pemindahan bagian pusaka dari orang yang
meninggal belakangan (kedua) adalah juga termasuk ahli waris yang meninggal
dunia terdahulu (pertama).

Contoh kasus:

Pewaris meninggalkan harta warisan Rp900.000,00 (Sembilan ratus ribu rupiah).


Ahli warisnya 4 anak kandung 2 anak laki-laki yaitu Hasan dan Husein, dan 2
anak perempuan, yaitu Alia dan Talia. Sebelum harta warisan dibagi kepada
empat anak tersebut, Hasan wafat, sehingga ahli waris tinggal tiga yaitu Husein,
Alia, dan Talia. Dalam kasus seperti ini pembagian cukup sekali saja. Uang
tersebut dibagikan kepada ketiga orang tersebut dengan perbandingan 2:1:1
(ashabah bil ghair).

Dengan demikian,penerimaan masing-masing adalah:

1) Husein mendapat 2/4 x Rp900.000,00 = Rp450.000,00

2) Alia mendapat ¼ x Rp900.000,00 = Rp225.000,00

3) Talia mendapat ¼ x Rp900.000,00 = Rp225.000,00

Jumlah= Rp900.000,00

Seandainya si Hasan juga meninggalkan harta warisan sebesar Rp100.000,00 dan


tidak mempunyai ahli waris selain ketiga saudara itu, maka harta pusaka
peninggalan si Hasan di satukan dengan harta pusaka si mayit pertama hingga
menjadi Rp 900.000,00 + Rp100.000,00 = Rp 1.000.000,00.

Apabila demikian, perolehan masing-masing ahli waris adalah:

1) Husein mendapat 2/4xRp1.000.000,00 = Rp500.000,00

2) Alia mendapat 1/4xRp1.000.000,00 =Rp250.000,00

3) Talia mendapat 1/4xRp1.000.000,00 =Rp250.000,00

Munasakhah tipe Kedua:

5
Ahli waris yang bakal menerima pemindahan bagian warisan dari orang yang
meninggal belakangan (kedua) adalah bukan ahli waris dari orang yang meninggal
terdahulu (pertama). Dalam hal ini, maka dilakukan pembagian warisan dua kali.
Pertama pembagian warisan pewaris pertama, lalu dilakukan pembagian warisan
pewaris kedua.

Contoh kasus:

Seorang lelaki bernama Jalal wafat. Ahli warisnya adalah dua anak kandung laki-
laki dan perempuan bernama Riza dan Lina. Harta waris yang ditinggalkan
sebesar Rp300.000,00.

Sebelum dilakukan pembagian harta warisan kepada kedua anaknya Riza


meninggal dunia dengan meninggalkan seorang anak perempuan (Mira), yakni
cucu dari Jalal. Maka dalam hal ini, dilakukan dua kali tahap pembagian warisan.

Penyelesaian tahap pertama:

1. Anak laki-laki (Riza) = 2:2/3xRp300.000 = Rp 200.000

2. Anak perempuan (Lina) = 1 :1/3xRp300.000,00 = Rp 100.000

Jumlah =Rp300.000.

Penyelesaian tahap kedua:

Bagian Riza sebesar Rp200.000 dibagikan kepada ahli warisnya yaitu Mira (anak
perempuan) dan Lina (saudara kandung perempuan), perolehan masing-masing
ahli waris adalah:

1. Anak perempuan (Mira) anak dari (riza) 1/2x2= 1

2. Saudari kandung (Lina) 2-1 = 1

Jumlah: = 2

Jadi bagian mereka masing-masing:

1. Anak perempuan (Mira) 1/2 x Rp. 200.000 = Rp. 100.000

2. Saudari (Line) 1/2 x Rp. 200.000 = Rp. 100.000 -

6
BAB III 
PENUTUP

a. Kesimpulan.
Munasakhah merupakan meninggalnya sebagian ahli waris sebelum
pembagian harta waris sehingga bagiannya berpindah kepada ahli warisnya yang
lain. Bila salah seorang ahli waris meninggal, sedangkan ia belum menerima hak
warisnya (karena memang belum dibagikan), maka hak warisnya berpindah
kepada ahli warisnya. Karenanya di sini akan timbul suatu masalah yang oleh
kalangan ulama faraid dikenal dengan sebutan al-jami'ah.

Adapun mengenai prosesnya atau rincian amaliyah dari Munasakhat ini tak
bisa disimpulkan karena merupakan proses panjang yang harus dilalui dengan
teliti sehingga perlu waktu yang lebih banyak lagi untuk hal ini. Namun, pada
intinya hal ini harus diatur dalam ilmu faraid karena bisa saja hal ini terjadi di
kalangan dekat kita sehingga harus dipelajari lagi bagaimana cara kerja atau
proses yang harus dijalani dalam Munasakhat ini.

b. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, semoga bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan pemakalah khususnya. Kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karenanya, saran dan kritik yang
konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://media.isnet.org/islam/Waris/Amaliah.html

http://media.isnet.org/islam/Waris/Munasakhat.html

https://umma.id/post/mengenal-munasakhah-dalam-fiqih-faraaidh-239179?

lang=id

Anda mungkin juga menyukai