Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.


Bismillaahirrohmaanirrohiim, Sebelum kami membuat makalah pertama dan
paling utama, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat yang maha kuasa Allah SWT
atas ridho dan rahmat, serta izin-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Mencari
Solusi dalam Pembagian Harta Warisan” dapat diselesaikan tepat waktu.
Dalam rangka melengkapi Tugas dari mata pelajaran munaqosah santri,
kelompok 7 mengangkat judul “Mencari Solusi dalam Pembagian Harta Warisan”
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan,
baik dari cara penulisan maupun isi makalahnya.
Oleh karena itu kami kelompok 7 kelas kenanga III MTKD Al-Ikhlas
Kiaracondong mohon kritik dan saran yang membangun dari teman-teman kelas
kenanga III, juga mohon bimbimngan dan arahan dari mudarisah tercinta Hj, Titin
Suprihatin M.Ag selaku guru yang membimbing kami demi sempurnanya makalah
yang kami buat ini.

Bandung, 25 Oktober 2022


Penyusun
1. Lilis Maryati D.
2. Dedah Jubaedah.
3. Suwarti.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
A. Pengertian Harta Warisan.................................................................. 3
B. Dasar Hukum Waris.......................................................................... 3
C. Syarat dan Rukun Waris................................................................... 4
D. Kewajiban-Kewajiban Al Muwarits.................................................. 4
E. Bagian-Bagian Waris........................................................................ 5

BAB III PENUTUP.............................................................................................. 8


A. Kesimpulan........................................................................................ 8
B. Saran.................................................................................................. 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sistem waris merupakan salah satu sebab pindahnya kepemilikan harta
yaitu dari pihak yang mewariskan (al-muwarits) setelah wafat kepada para
penerima warisan (al-warits) yang masih hidup berdasarkan hukum syara. Harta
warisan dibagikan setelah memenuhi hak dan kewajiban si mayit sebagai yang
terkait dengan harta peninggalan si mayit.
Latar belakang membuat makalah dengan judul “Mencari solusi dalam
pembagian harta warisan” karena sering terjadi perselisihan di masyarakat saling
menyakiti bahkan saling membunuh gara-gara memperebutkan harta warisan,
akibat tidak mengetahui ilmu mawaris dan faroid salah satu contoh dari
memecahkan penyelesaian masalah pembagian waris.
Tugas pelajaran Munaqosah santri untuk mendapatkan nilai dari mata
pelajaran Munaqosah santri. Membuat semangat santri kenanga III MTKD Al-
Ikhlas Kiaracondong dalam mempelajari ilmu mawarits dan ilmu faroid yang
manfaatnya insya Allah dapat diamalkan di lingkungan keluarga dan masyarakat
dalam membantu menyelesaikan pembagian harta warisan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka kami merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mencari solusi dalam pembagian harta warisan dan siapa saja
yang berhak menerima warisan tersebut?
2. Seberapa banyakah ahli waris mendapat bagian dari harta warisan
peninggalan al-muwarits, apabila seorang suami meninggal dunia,
meninggalkan 1 orang istri dan 1 orang anak laki-laki, 2 orang anak
perempuan?

1
C. Tujuan
Dalam mengerjakan atau membuat sesuatu tentunya harus mempunyai
tujuan yang jelas, sehingga mempunyai nilai yang berkualitas.
Adapun tujuan yang hendak dicapai yaitu, mencari solusi dalam masalah
pembagian waris ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui cara pembagian harta warisan yang sesuai dengan hukum
al-Qur’an dan Hadits dan untuk mengetahui siapa saja ahli waris yang berhak
mendapat harta warisan yaitu ( ahli waris yang ada hubungan dengan si mayit
baik hubungan nasab atau hubungan karena ikatan pernikahan ).

b. Untuk mengetahui seberapa banyak ahli waris mendapat bagian dari harta
peninggalan Muwarits.
Seberapa banyak bagian Istri yang mempunyai anak dari hasil pernikahan
dengan Muwarits, dan seberapa banyak bagian satu orang anak laki – laki dan
dua orang anak perempuan mendapat bagian dari harta peninggalan ayahnya.
Ketentuan ini sesuai dengan dalil al-Qur’an surat An-Nisa ayat 7, 11, 12 dan
176 juga Q.S Al-Anfal ayat 75.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Harta Warisan


Pengeritian harta warisan adalah suatu yang berharga baik yang bergerak
maupun tidak bergerak milik orang yang sudah meninggal dunia (mayit) yang
harus dibagikan kepada ahli waris yang berhak menerimanya. Adapun
pembagiannya harus sesuai dengan hukum yang berlaku dan tidak menyimpang
dari ketentuan aturan al-Qur’an dan hadits sebagai sumber hukumnya.

B. Dasar Hukum Warisan


Ada beberapa dalil qur’an yang menerangkan tentang waris yaitu: QS An-
Nisa ayat 7, 11 ,12, 176 dan QS Al-Anfal ayat 75.
Salah satu contoh Dasar hukum waris Q.S. An-Nisa ayat 11

Artinya: Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Allah
mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk)
anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua
orang anak perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan yang
jumlahnya lebih dari dua, maka bagian mereka dua pertiga dari harta yang
ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) itu seorang saja, maka dia
memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak,
bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang
meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak
dan dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat
sepertiga. Jika dia (yang meninggal) mempunyai beberapa saudara, maka

3
ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) setelah
(dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya.
(Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di
antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan
Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha bijaksana.

Dalil Al-Hadits

Nabi Saw. bersabda: “Berikanlah bagian-bagian tertentu kepada orang-orang


yang berhak. Sesudah itu sisanya untuk orang laki-laki yang lebih utama (dekat
kekerabatannya).” (Muttafaquw alaih). (HR. Ibnu Abbas Rodhiallahu Anhu).

C. Syarat dan Rukun Waris


1. Syarat Waris
a. Harus yakin masih hidupnya ahli waris.
b. Yakin bahwa yang akan mewariskan hartanya benar-benar sudah meninggal
dunia, bahkan ada saksi minimal 2 orang dewasa.
c. Harus mengetahui tata cara pembagian harta warisan.

2. Rukun Waris
a. Matinya orang yang mewariskan (al-muwarits), yaitu orang yang akan
mewariskan hartanya harus benar-benar sudah meninggal dunia (ada saksi
yang memperkuat).
b. Hidupnya orang yang menerima waris (Al waarits) ahli waris yang berhak
menerima warisan harus ahli waris yang masih hidup.
c. Pusaka atau harta yang diwariskan (Al-Maurus) adalah harta peninggalan
orang yang meninggal dunia atau mayit yang akan diwariskan. Harta yang
akan dibagikan tersebut harus sudah terpenuhi 5 kewajiban si mayit.

D. Kewajiban-kewajiban al-Muwarits
1. Kewajiban pemilik harta: seperti wasiat, tunggakan hutang, gadai.
2. Biaya perawatan yang meninggal dunia, seperti biaya pemulasaraan mayat:
memandikan, mengkafani, menyolati, memakamkan, semua dikeluarkan dari
harta yang akan dibagikan kepada ahli waris dengan syarat biaya tersebut
tidak boleh berlebihan ataupun di irit-irit, seperlunya saja.

4
3. Hutang-Hutang mayit terbagi menjadi 2.
a. Hutang kepada Allah, contohnya nadzar, zakat, fidyah, dll
b. Hutang kepada sesama manusia, contohnya hutang kepada seseorang yang
belum terbayar semasa hidupnya
4. Melaksanakan wasiat. (al-wasiah)
5. Warisan itu sendiri dihitung atau dirinci terlebih dahulu jangan sampai ada
yang terlewat
Lima kewajiban tersebut diambil dari kitab al-Majmuatu ar-Riwayah (Syekh
Abdul Fatah bin Husein)

E. Bagian-bagian Waris
1. Suami ½ jika tidak ada anak atau cucu dari anak laki-laki. ¼ jika ada anak
atau cucu dari anak laki-laki.
2. Istri ¼ jika tidak ada anak atau cucu dari anak laki-laki. 1/8 jika ada anak atau
cucu dari anak laki-laki.
3. Ayah 1/6 jika bersama dengan anak laki-laki atau cucu laki-laki (dari anak
laki-laki), Asobah jika ada anak perempuan atau cucu perempuan, atau jika
tidak ada far’u waris (anak laki-laki/cucu laki-laki).
4. Ibu 1/6 jika ada anak atau cucu (ada far’u waris) atau lebih dari seorang
saudara. 1/3 jika tidak ada anak atau cucu (ada far’u waris) atau lebih dari
seorang saudara.
5. Anak laki-laki asobah bersama dengan siapapun/ dalam kondisi apapun
6. Anak perempuan ½ jika anak perempuan hanya seorang dan tidak bersamaan
dengan anak laki-laki. 2/3 jika anak perempuan dua orang atau lebih dan tidak
ada anak laki-laki dan asobah jika ada anak laki-laki.
7. Cucu laki-laki asobah jika tidak ada anak laki-laki dan mahjub jika ada anak
laki-laki
8. Cucu perempuan dari anak laki-laki ½ jika cucu perempuan hanya seorang
dan tidak bersamaan dengan cucu laki-laki dari anak laki-laki yang
menariknya menjadi asobah. 2/3 jika cucu perempuan dua orang atau lebih
dan tidak ada anak serta tidak ada cucu laki-laki dari anak laki-laki. 1/6 jika
bersamaan dengan anak perempuan tunggal sebagai pelengkap 2/3 harta
warisan dan asobah jika ada cucu laki-laki dan anak laki-laki.
9. Saudara laki-laki sekandung asobah jika tidak ada anak laki-laki, tidak ada
bapak atau kakek.

5
10. Saudara laki-laki sebapak asobah jika tidak ada anak laki-laki, tidak ada
bapak, kakek dan saudara laki-laki sekandung.
11. Saudara laki-laki seibu 1/6 jika sendirian, tidak ada anak, cucu, ayah dan 1/3
jika dua orang lebih, tidak ada anak, cucu dan ayah.
12. Saudara perempuan sekandung ½ jika sendirian, tidak ada anak atau ayah dan
2/3 jika dua orang atau lebih dan tidak ada anak atau ayah.
13. Saudara perempuan sebapak ½ jika sendirian, tidak ada anak, ayah atau
saudara perempuan sekandung, 2/3 jika dua orang atau lebih, tidak ada anak,
ayah atau saudara perempuan sekandung dan 1/6 jika tidak ada anak, cucu
laki-laki, saudara laki-laki sekandung. Seayah tapi bersama dengan saudara
perempuan sekandung.
14. Saudara perempuan seibu 1/6 jika sendirian serta tidak ada anak, cucu, ayah,
1/3 jika dua orang atau lebih serta tidak anak, cucu dan ayah.
15. Kakek 1/6 jika ada anak atau cucu dan tidak ada ayah. 1/6 dan ashobah jika
ada anak perempuan atau cucu perempuan, dan tidak ada far’u waris laki-laki
dan tidak ada ayah. Ashobah tidak ada anak, cucu dan ayah.
16. Nenek 1/6 jika tidak ada ibu.

Melihat permasalahan di BAB I dan Teori yang ada di BAB II maka


penyelesaiannya sebagai berikut :

Contoh masalah :
Seorang suami meninggal dunia memiliki harta senilai 24 Miliar. Meninggalkan
seorang istri, 1 orang anak laki – laki dan 2 orang anak perempuan.
Istri berhak mendapat 1/8 dari harta peninggalan suaminya karena ada anak dari
hasil pernikahan dengan muwarits. Anak laki – laki mendapat ashobah bil ghoiri
(2 bagian anak perempuan), anak perempuan mendapat Ashobah Bil Ghoiri
(masing-masing mendapat 1/2 dari bagian anak laki – laki ). Ketentuan ini sesuai
dengan dalil al-Qur’an surat An-Nisa ayat 7, 11, 12 dan 176 juga Q.S Al-Anfal
ayat 75

6
Contoh Penghitungan bagi waris :

HW : 24 M ( Tanpa Wasiat )
AW : Seorang istri
1 orang anak laki – laki
2 orang anak perempuan
- Istri berhak menerima 1/8 dari harta peninggalan muwarits karena mempunyai
anak dari hasil pernikahan dengan muwarits
- 1 orang anak laki-laki berhak menerima ashobah bil ghoiri karena bersama
anak perempuan
- 2 orang anak perempuan berhak menerima ashobah bil ghoiri karena bersama
anak laki-laki

Cara Penghitungannya :

Bagian istri 1/8 24 x 1/8 = 3 M.


24 M – 3 M = 21 M
21 M x 1/4 = 5,25 M
Bagian anak laki – laki 2 x 5,25 M = 10,5 M
Sisanya 10,5 M untuk 2 orang anak perempuan masing – masing anak perempuan
mendapat 5,25 M

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembagian harta warisan harus adil sesuai dengan aturan hukum yang
berlaku merupakan hal utama dalam proses pembagian harta warisan.
Keselamatan, keselarasan, kerukunan dan kedamaian merupakan hal
penting yang harus dijalankan bersama. Kesepakatan dan musyawarah merupakan
suatu hal utama dalam keberagaman kehidupan keluarga, tanpa adanya
perselisihan dalam pembagian harta warisan.
Dengan membuat makalah yang berjudul “Mencari Solusi dalam
Pembagian Harta Warisan” ini kami berharap kita dan masyarakat luar menjadi
tahu dan mengerti cara pembagian harta warisan yang baik dan benar sesuai
dengan hukum yang berlaku juga sesuai dengan syariat agama, sehingga dapat
teratasi perselisihan, saling menyakiti, bahkan saling membunuh antar keluarga
akibat dari pembagian harta warisan.

B. Saran
Berdasarkan pelajaran ilmu mawarits dan ilmu faroid, maka saran yang

dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Pelajari ilmu mawarits dan ilmu faroid hingga faham betul agar masyarakat
semakin mengerti aturan pembagian harta warisan.
2. Untuk mengurangi pertikaian dan perselisihan antar keluarga maka dalam
pembagian harta warisan hendaklah mengikuti aturan Syariah agama.

Anda mungkin juga menyukai