Anda di halaman 1dari 10

Grahawain

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah fiqih mawari

Disusun oleh : kelompok 4

1. Renaldi 1930104119
2. Febriansyah 1930104127
3. Ita Puspita Sari 1930104153
4. Sri rezeki putri KD 1930104235
5. Iman hafus Muslim 1930104228
6. Windi bulandari 1930104129

Dosen pengampu:

Yusida Fitriyanti ,M.Ag

Program studi hukum ekonomi syariah


Fakultas hukum dan syariah
Universitas Islam negeri Raden Fatah Palembang
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puja serta syukur atas segala nikmat yang tercurahkan kepada
kita sebagai hamba Tuhan yang memberi kita kesempatan untuk menghirup kembali udara
yang bebas. Yang memberi kita kemampuan untuk membaca, yang mengajarkan kita lewat
perantara-perantaraTak lupa dan luput pula, shalawat bertangkaikan salam, kita haturkan dan
bingkiskan khususkepada baginda kita, nabi Muhammad saw., sang pembawa rahmat untuk
seluruh alam.Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini Terlepas dari semua itu, Kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.Akhir kata kami berharap
semoga makalah ilmiah tentang ini dapat memberikan manfaat maupuinpirasi terhadap
pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................

A.Latar Belakang...................................................................................................................
B.Rumusan Masalah...............................................................................................................

II PEMBAHASAN...................................................................................................................

A. Pengertian gharawain...............................................................................................................
B. Argumentasiulama...................................................................................................................
C. Contoh kasus gharawain..........................................................................................................

III PENUTUP...........................................................................................................................

Simpulan....................................................................................................................................

Saran............................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
A. LATAR BELAKANG

Didalam Hukum Kewarisan Islam ada masalah - masalah khusus. Adapun masalah - masalah khusus
yang dimaksud adalah persoalan -persoalan kewarisan yang penyelesaiannya menyimpang dari
penyelesaian yang biasa, dengan perkataan lain pembagian harta warisan itu tidakdilakukan
sebagaimana biasanya.Masalah - masalah khusus ini terjadi disebabkan adanya kejanggalan apabila
penyelesaian pembagian harta warisan tersebut dilakukan atau dibagi secara biasa. Untuk
menghilangkan kejanggalan tersebut, maka penyelesaian pembagian harta warisan itu dilakukan
secara khusus, dengan kata lain penyelesaian khusus ini hanya berlaku untuk persoalan-persoalan
yang khusus pula.Didalam hukum Kewarisan Islam ditemui beberapa persoalan kewarisan yang
harus diselesaikan secara khusus, diantaranya adalah masalah tentang Gharawain.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Yang Dimaksud Dengan Gharawain ?

2. Bagaimanakah Pembagian Gharawain Dalam Islam ?

3. Bagaimanakah Pendapat Ulama tentang Masalah Gharawain ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. pengertian gharawain

Gharawain mufrot dari lafadz ghara yang bermakna “ bintang cemerlang” kemudian
ditsasniahkan menjadi Gharawain yang maknanya “dua bintang cemerlang”.Akan tetapi ada
yang memaknai berbeda, Gharawain dimaknai dari kata gharra artinya menipu. Menurut Abd
al-Rahim, dimaknai menipu, karena dalam masalah Gharrawain terjadi “penipuan” kepada
ahli waris ibu. Dimana ahli waris ibu yang menerima bagian 1/3 dikarenakan tidak ada anak
dan atau cucu, bukan menerima 1/3 dari harta warisan, akan tetapi menerima 1/3 dari sisa
ketika bersama dengan dua orang yakni ayah dan suami atau istri.Ketika bersama mereka,
sejatinya ibu mendapatkan hak warisan 1/3 harta sehingga menyamai atau melebihi bagian
ayah yang sederajat dengannya. Namun setelah itu haknya dirubah menjadi 1/3 dari harta
setelah diambil ayah dan suami atau istri terlebih dahulu.Masalah Gharawain berkaitan erat
dengan kasus yang diputuskan oleh syaidina Umar ibn al-Khattab, sehingga kasus ini sering
juga disebut dengan istilah “Umariyatain” yaitu dua masalah yang diputuskan cara
penyelesaiannya dan diperkenalkan oleh Syaidina Umar Ibn al Khattab r.a Gharawain
termasuk ke dalam masalah-masalah khusus. Adapun yang dimaksud masalah-masalah
khusus adalah persoalan-persoalan kewarisan yang penyelesainnya menyimpang dari
penyelesaian yang biasa, dengan kata lain pembagian harta warisan tidak dilakukan
sebagaimana biasanya. Masalahkhusus ini terjadi disebabkan adanya kejanggalan apabila
penyelesaian pembagian harta warisan tersebut dilakukan atau dibagi secara biasa. Untuk
menghilangkan masalah kejanggalan tersebut, maka penyelesaian pembagianharta warisan itu
dilakukan secara khusus, dengan kata lain penyelesaian khusus ini hanya berlaku untuk
persoalan - persoalan yang khusus pula.Dasar ArgumenDari kalangan sahabat yang
mendukung pendapat Umar ibn al-Khattab adalah Zaid ibn Tsabit dan Ali ibn Abi Thalib,
kemudian diikuti oleh Jumhur Ulama. Adapun argumentasi yang dikemukakan oleh Jumhur
Ulama adalah jika ahli waris terdiri dari ibu dan bapak, maka ibu mendapatkan 1/3 dan bapak
sisanya, yaitu 2/3. Sehingga dalam hal ini sesuai dengan prinsip „bagian laki-laki 2 (dua)
bagian perempuan 1 (satu)‟. Menurut mereka hal ini juga berlaku jika ada ahli waris lain dan
bapak menerima bagian ashabah(sisa). Akan tetapi dalam masalah Gharawain ini, ada ulama
yang tidak sependapat, yaitu sahabat Ibn Abbas, Qadli Syuraih, Dawwud ibn Sirrin dan
Jama‟ah. Argumentasi yang mereka kemukakan adalah ibu menerima bagian tertentu yaitu
1/3 dan bapak sisanya. Bagian sisa adalah bagian yang tidak tertentu jumlah penerimaannya,
kadang menerima bagian yang jumlahnya banyak, akan tetapi terkadang menerima bagian
yang sedikit. Penerimaanm tersebut merupakan konsekuensi penerima bagian sisa.6Berkaitan
dengan dua pendapat tersebut, maka dapat diberikan contoh dalam pembagian warisan kasus
Gharawain sebagai berikut:
B pembagian Gharawain dalam islama

1. Menurut Ibnu Abbas Ahli Waris Bagian AM HW Penerimaan Suami 1/2 3 3/6 x
360.000.000 = 180.000.000 Ibu 1/3 2 2/6 x 360.000.000 = 120.000.000 Bapak Ash 1 1/6 x
360.000.000 = 60.000.0006 Jumlah = 360.000.000

Ahli Waris Bagian AM HW Penerimaan Istri 1/4 3 3/12 x 360.000.000 = 90.000.000Ibu 1/3 4
4/12 x 360.000.000 = 120.000.000 Bapak Ash 5 5/12 x 360.000.000 = 150.000.00012 Jumlah
= 360.000.000 Ahli Waris Jlh Bagian 12 AM SM (2) HW Penerimaan Istri 2 1/4 3 3/12 6/24
x 360.000.000 = 90.000.000Ibu 1 1/3 3 3/12 6/24 x 360.000.000 = 90.000.000 Bapak 1 Ash 6
6/12 12/24 x 360.000.000 = 180.000.000 12 Jumlah = 360.000.000 Dalam hal ini hak yang
diterima ahli warits (istri) dibagi dua maka ½ x 90.000.000 = 45.000.000/AW

2. Jika diselesaikan menurut Umar ibn al-Khattab

Ahli Waris Bagian AM HW Penerimaan Suami 1/2 3 3/6 x 360.000.000 = 180.000.000 Ibu
1/3 2 2/6 x 180.000.000 = 60.000.000 Bapak Ash = 120.000.000 Jumlah = 360.000.000 Ahli
Waris Bagian AM HW Penerimaan Istri 1/4 3 3/12 x 360.000.000 = 90.000.000 Ibu 1/3 4
4/12 x 270.000.000 = 90.000.000 Bapak Ash = 180.000.000 Jumlah = 360.000.000 Ahli
Waris Jlh Bagian 12 AM SM (2) HW Penerimaan Istri 2 1/4 3 3/12 6/24 x 360.000.000 =
90.000.000Ibu 1 1/3 3 3/12 6/24 x 270.000.000 = 67.500.00 Bapak 1 Ash 6 = 202.500.000 12
Jumlah = 360.000.000

Dalam hal ini hak yang diterima ahli warits (istri) dibagi dua maka ½ x 90.000.000 =
45.000.000/AW Berkaitan dengan kasus Gharawain ini, maka di Indonesia mengikuti
pendapat Umar atau Jumhur Ulama. Hal tersebut sebagaimana diketentuan dalam Pasal 178
Kompilasi Hukum Islam:

1. Ibu mendapat seperenam bagian bila ada anak atau dua saudara atau lebih. Bila tidak ada
anak atau dua orang saudara atau lebih, maka ia mendapat sepertiga bagian.

2. Ibu mendapat sepertiga bagian dari sisa sesudah diambil oleh janda atau duda bila
bersama-sama dengan ayah

Jika orang yang meninggal itu tidak mempunyai saudara-saudara laki-laki atau saudara -
saudara perempuan dua orang atau lebih baik saudara-saudara sekandung, seayah atau seibu
baik laki - laki atau perempuan, mereka Allah mewajibkan atas kamu tentang anak – anak
kamu,bahwa seorang anak laki laki dapat bagian dua anak perempuan.

Anak laki laki mendapatkan dua bagian dan anak perempuan mendapatkan satu bagian, dari
semua harta orang tua mereka, jika tidak ada ahli warits lain, atau mereka mendapatkan sisa
(ashobah), jika ada ahli warisan lain yang bagianya tertentu. Jika tidak ada anak, maka cucu
menggantikan anak tentang mendapatkan warisan itu. Begitulah seterusnya, ashal saja dari
pihak laki laki.Tetapi jika anak anak ( yang jadi ahli warits) itu, perempuan (dua orang) atau
lebih dari dua orang maka mereka mendapat dua pertiga dari apa ynag ditinggalkan (oleh
bapaknyaTetapi jika (si mayit) ada mempunyai saudara – saudara, maka iunya mendapat
seperenam Saudara laki-laki seibu bila ia seorang diri mendapat waris seperenam. Begitu
juga, saudara perempuan seibu bila ia seorang diri ia mendapat warisan seperenam bagian.
Dan perempuan seibu mendapat bagian sama besar (tidak membedakan bagian antara laki-
laki dan perempuan). Lain halnya dengan saudara laki-laki dan saudara perempuan
sekandung atau seayah kewarisan mereka tidak sama antara bagian laki-laki dan perempuan.
Laki-laki mendapat dua kali lipat bagian perempuan. Pada dasarnya bagian waris seorang ibu
apabila bersama ayah sepertiga dari semua harta.Kedua masalah ini dinamakan juga masalah
Gharawain, di dalam masalah tersebut seorang ibu mendapat sepertiga dari sisa setelah
diambil oleh bagian suami atau istri bukan sepertiga dari seluruh harta warisan. Dalam
masalah gharawain, yaitu jika seorang perempuan meninngal dan meninggalkan suami, bapak
dan ibu, ibu mendapatkan bagian sepertiga dari sisa. Namun, apabila kedudukan ayah
ditempati oleh kakek (karena bapak telah terlebih dahulu meninggal) ibu tetap mendapatkan
bagian sepertiga dari

seluruh harta warisan, menurut ijma‟.Dapat dikatakan pula masalah Gharawain apabila
seorang suami meninggal dunia dengan meninggalkan istri, bapak dan ibu maka ibumendapat
bagian sepertiga dari sisa harta istri. Namun, apabila kedudukan bapak diganti oleh kakek
(karena bapak terlebih dahulu meninggal) maka ibu tidak mendapat bagian sepertiga sisa
namun mendapat bagian sepertiga dari seluruh harta, menurut ijma‟.

C.Contoh kasus ghawarain

Kasus Gharawain ini terjadi hanya dalam 2 kondisi atau 2 kemungkinan saja, yaitu:

1. Jika seseorang yang meninggal dunia hanya meninggalkan ahli waris (ahli waris
yangtinggal):suami, ibu, dan bapak.

2. Jika seseorang yang meninggal dunia hanya meninggalkan ahli waris (ahli waris yang
tinggal): istri, ibu dan bapak.4

Adapun yang dimaksud dengan ahli waris yang tinggal adalah ahli waris yang tidak terhijab,
karena boleh jadi ahli waris yang lain masih ada, akan tetapi terhijab oleh bapak. Jadi apakah
suatu kasus warisan itu merupakan kasus Gharawain atau tidak, diketahui setelah ditentukan
siapa saja yang menjadi ahli waris dari si meninggal, kemudian siapa yang terhijab, dan
ternyata ahli waris yang berhak untuk mendapat warisan hanyalah (terdiri) suami, ibu, dan
bapak atau istri, ibu dan bapak.Apabila ternyata ahli waris yang berhak untuk mendapatkan
warisan hanya terdiri dari suami, ibu dan bapak atau istri, ibu dan bapak maka dapatlah
dipastikan bahwa persoalan kewarisan tersebut adalah persoalan yang khusus (istimewa)
yang diistilahkan dengan gharawain.

Contoh Kondisi atau Kemungkinan Pertama:

Ahli Waris Jumlah Bagian AM = 6 Suami 1 ½ 3 Ibu 1 1/3 2Bapak 1 1/6 + Ashobah 1 6/6
Apabila penyelesaiannya dilakukan seperti di atas terlihat hasilnya bahwa untuk ibu adalah
1/3 x 6 = 2, sedangkan bapak hanya memperoleh 1. Padahal semestinya pendapatan bapak
haruslah lebih besar dari pendapatan ibu. Sebab bapak selain sebagai ashabul furudh juga
merupakan ashabah (dapat menghabisi seluruh harta). Jadi persoalan al-Gharawain ini
terletak pada pendapatan ibu yang lebih besar dari pendapatan bapak. Untuk menghilangkan
kejanggalan ini haruslah diselesaikan secara khusus, yaitu pendapatan ibu bukanlah 1/3 dari
harta warisan melainkan hanya 1/3 dari sisa harta. Ok

Adapun yang dimaksud dengan sisa harta adalah keseluruhan harta warisan setelah dikurangi
bagian yang harus diterima oleh suami atau istri.Dengan demikian penyelesaiannya adalah
sebagai berikut:

Ahli Waris Jumlah Bagian AM = 6 Suami 1 1/2 3 (sisa = 3)Ibu 1 1/3 (dari sisa) 1/3 x 3 =
1Bapak 1 1/6 + Ashabah1 + 1 = 2 6/6 Contoh Kemungkinan atau Kondisi yang Kedua:

Ahli Waris Jumlah Bagian AM = 12 Istri 1 1/4 3 Ibu 1 1/3 4 Bapak 1 1/6 + Ashabah 5 12/12

Penyelesaian kasus seperti di atas adalah salah, sebab persoalan ini merupakan persoalan
gharawain, dan semestinya haruslah diselesaikan sebagai berikut:

Ahli Waris Jumlah Bagian AM = 12Istri 1 1/4 3 (sisa = 9)Ibu 1 1/3 (dari sisa) 1/3 x 9 =
3Bapak 1 1/6 + Ashabah 5 + 1 = 6 12/1 Yang perlu diingat, bahwa untuk memudahkan dalam
penyelesaiannya tempatkan suami atau istri di tempat yang paling atas, sebab 1/3 dari sisa
merekalah (setelah dikeluarkan bagian mereka) untuk bagian ibu.Namun, apabila si mayit
meninggalkan (ahli warits) istri lebih dari satu orang maka akan mengakibatkan
perbandingan jumlah ahli warits (istri) dengan jumlah bagian yang mereka peroleh tidak akan
pas (pecahan), maka untuk penyelesainya haruslah dicari Sah Masalah (SM) Misalnya istri
yang ditinggalkan oleh suami yang meninggal adalah dua orang, maka penyelesainya sebagai
berikut :

Ahli Waris Jumlah BagianAsal Masalah

12 x 224 Istri 2 ¼ 3 (sisa =9) 6Ibu 1 1/3 dari sisa 1/3 x 9 = 3 (2) 6Bapak 1 1/6 + ashabah 6 12
12/12 24/24Untuk menentukan Sah Masalahnya lakukan :

Sah Masalah = 2 (jumlah AW) x Asal Masalah (AM) = 2 x 12 = 24 Jadi, hasil akhirnya 2 istri
= 6 1 istri = ½ x 6 = 3/24 dari harta.Ibu = 6/24 dari harta.Bapak = 12/24 dari harta.
BAB III

Kesimpulan

Gharawain mufrot dari lafadz ghara yang bermakna “bintang cemerlang” kemudian
ditsasniahkan menjadi Gharawain yang maknanya “dua bintang cemerlang” atau sering
dikenal juga dengan sebutan Umariyatain maksudnya dua masalah yang diputuskan cara
penyelesainya dan diperkenalkan oleh Syaidina Umar Ibn Al Khattab r.aAdanya masalah
gharawain ini terjadi karena pada dasarnya bagian wanita dalam masalah kewarisan tidak ada
yang menyamai atau bahkan melebihi bagian laki - laki yang sederajat dengannya. Oleh
karena itu Syaidina Umar Ibn Al Khattab R.A memecahkan masalah tersebut dengan
menggunakan gharawain, dimana bagian ibu diubah ketika tidak ada anak dari 1/3 harta
menjadi 1/3 dari sisa harta, ketika ahli waris (ibu) bersama dengan dua orang yaitu ayah dan
suami atau istri.Jumhur Ulama sependapat dengan Syaidina Umar Ibn Al Khattab R.A, jka
ahli waris terdiri dari ibu dan bapak, maka ibu mendapatkan 1/3 dan

bapak sisanya, dalam hal ini sesuai dengan prinsip „bagian laki-laki dua danperempuan satu‟.
Sebagaiman yang tertuang dalam Allah mewajibkan atas kamu tentang anak – anak
kamu,bahwa seorang anak laki laki dapat bagian dua anak perempuan. Tetapi jika anak anak (
yang jadi ahli warits) itu, perempuan (dua orang) atau lebih dari dua orang maka mereka
mendapat dua pertiga dari apa ynag ditinggalkan (oleh bapaknya). Dan jika (anak perempuan
itu hanya ) seorang maka ia mendapatkan setengah, tetapi jika simayit tidak mempunyai
anak, dan menjadi ahli warisnya (hanya)ibu dan bapak, maka bagi ibunya sepertiga.Tetapi
jika (si mayit) ada mempunyai saudara – saudara, maka iunya mendapat seperenam.
Daftar pustaka

Akbar, Andi Ali. fiqh mawaris Hukum Kewarisan Islam. Kotagajah : Pondok Pesantren
Ulum Kauman. Lampung Tengah.

Hasan, A.. Al Fara.id Ilmu Pembagian Warisan. .Surabaya : Pustaka Progressif.1992.

Hayati, Amal. Rizki Muhammad Haris dan Zuhdi Hasibuan. Hukum Warisan.Medan : CV
Manhaji. 2015.

Lubis, Suhrawardi K. dan Komis Simanjuntak. HUKUM WARIS ISLAM (Lengkap dan
Praktis). Jakarta: Sinar Grafika. 2004.

Suhairi. Fikih Mawaris. Yogyakarta: Idea Press. 2013.

Anda mungkin juga menyukai