Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Komunikasi Dalam Arsitektur

Dalam hubungannya dengan praktik dunia Arsitektur, kegiatan komunikasi


dilaksanakan oleh seorang Arsitek ataupun Biro Konsultan dengan berbagai pihak
yang berkaitan misalnya dengan pemberi tugas (klien), para pemakai (user), sesama
arsitek/perancang, dengan pelaksana pembangunan di lapangan, para konsultan dari
bidang lain, para pemasok bahan bangunan (supplier), dan lain-lain pihak yang terkait
dengan proses perancangan bangunan. Berbeda dengan komunikasi jurnalistik yang
banyak menggunakan media: tulisan (Koran, majalah) dan media komunikasi
elektronik seperti radio (alat komunikasi lisan) atau televisi dan film (alat komunikasi
yang menggunakan bentuk visualisasi gambar hidup), serta media komunikasi
canggih dengan menggunakan jaringan komputer (internet).

Komunikasi dalam konteks Arsitektur adalah komunikasi dengan memanfaatkan


berbagai kemungkinan yang lebih luas dan beragam, termasuk di antaranya dengan
menggunakan media tulisan, gambar sketsa (freehand sketches), media gambar
(grafis), animasi, gambar hidup, maupun kombinasi atau gabungan antara berbagai
media tersebut. Tujuan dari pemanfaatan media tersebut adalah untuk memberikan
gambaran sejelas-jelasnya tentang gagasan perancang sesuai dengan yang diminta
oleh pemberi tugas.

Penggunaan berbagai media tadi tentu harus diselaraskan dengan tujuan yang
ingin dicapai oleh si perancang. Sebagai contoh: Penggunaan media sketsa biasanya
diperlukan pada saat si perancang membutuhkan solusi yang tepat dalam waktu yang
relatif singkat. Meskipun dewasa ini dimungkinkan untuk menghasilkan gambar
dengan media audio visual, atau animasi 3D, namun kecermatan dalam memilih
media apa untuk tujuan apa, menjadi sebuah ciri kematangan pengambilan keputusan.
Dengan demikian, gagasan si perancang dapat disampaikan dengan cara yang tepat.

3
Arsitek dalam pekerjaannya sebagai seorang perancang, berada dalam situasi
yang dituntut untuk berpikir secara kreatif dalam upayanya untuk mewujudkan
rancangan yang di masa kini dan masa yang akan datang dapat mewadahi kebutuhan
masyarakat akan sebuah lingkungan binaan. Perancangan dalam konteks Arsitektur
merupakan sebuah proses pemecahan masalah di masyarakat yang sifatnya kompleks,
saling terkait, dan menyeluruh. Hal ini harus dapat dimengerti oleh berbagai pihak
yang terlibat sehingga ada kesepahaman dalam melihat kemungkinan solusinya.
Komunikasi grafis dengan menggunakan media sketsa, gambar dua dimensi, gambar
tiga dimensi, foto-foto, gambar bergerak, animasi, serta penjelasan-penjelasannya,
merupakan media yang efektif untuk menyampaikan gagasan-gagasan perancang
kepada pihak lain.

Dalam proses komunikasi, kenyataan menunjukkan bahwa hasil pemahaman


orang terhadap pesan yang disampaikan secara grafis jauh lebih baik daripada
penyampaian pesan secara lisan atau tertulis. Pesan yang disampaikan dengan
menggunakan komunikasi tulisan paling banyak hanya akan ditangkap orang sekitar
15 persen saja. Sedangkan apabila komunikasi yang disampaikan secara grafis, pesan
yang tersaji dapat dipahami oleh orang sampai 70 persen. Persentase pemahaman ini
akan bertambah apabila orang tersebut diajak berkomunikasi secara 2 arah dalam
suatu pembahasan terhadap materi yang disampaikan. Dengan cara ini pesan dapat
dipahami hampir secara keseluruhan (lebih dari 85 persen)

2.2 Pendekatan Komunikasi Citra Bangunan

Pada pendekatan komunikasi citra bangunan, ada 6 aspek yang ditinjau yaitu
sebagai berikut:

1. Program Bangunan
Dalam program bangunan, bangunan ditinjau dari aspek syarat kedekatan ruang
kegiatan, kegunaan ruang, kesesuaian tapak, bentuk ruang, ukuran ruang, pengguna
ruang serta waktu penggunaan.

4
Contoh bangunan yang menerapkan salah satu program bangunan adalah
Museum Gunggenheim.

Gambar 1. Museum Gunggenheim

The Solomon R. Guggenheim Museum yang berlokasi di Upper East Side Manhattan,
New York, adalah rumah bagi sejumlah besar koleksi karya seni impresionis, post-
impresionis, dan kontemporer.

Gambar. 2 Denah Gunggenheim


Desain bangunan Museum Guggenheim yang tidak konvensional, berbentuk silindris
dengan bagian puncak lebih lebar daripada dasarnya, memberinya tabal sebagai
"temple of spirit". Interior gedung sendiri memberi ruang pamer unik bagi benda-

5
benda koleksi museum berupa galeri yang berbentuk jalur spiral, berputar menurun,
memanjang dari atap gedung hingga mencapai lantai dasar.

Gambar 3. Ruang Dalam Museum Gunggenheim


2. Tipe Bangunan
Tipe bangunan adalah simbolisme atau citra yang mewakili gagasan kolektif
masyarakat. Dalam tipe bangunan, bangunan ditinjau dari aspek hirarki
penggunaannya, lokasi dan ekspresi yang ditampilkan pada bangunan.
Contoh bangunan yang menerapkan salah satu tipe bangunan adalah masjid Noor
di Kota Banjarmasin.

Gambar. Masjid Noor di Kota Banjarmasin

Ekspresi bangunan yang ditampilkan ada pada bentuk atau wujud bangunan, terlihat
dari bentuk segiempat pada badan bangunan yang dipadukan dengan bentuk setengah

6
lingkaran pada qubah yang menjulang tinggi keatas, secara emosional memberikan
kesan hanya sang Khaliq Yang Maha Esa yang patut disembah. Penggabungan kedua
bentuk ini secara visual tidak terlalu kontras karena ada elemen transisi yang
menggabungkan kedua bentuk dasar tersebut, yaitu pada jendela yang pada bagian
atasnya ada berbentuk kerucut setengah lingkaran menghantarkan ke bentuk qubah.

Gambar. Ekspresi pada Masjid Noor Kota Banjarmasin

3. Tapak
Tapak pada bangunan dapat mengemukakan tanggapan-tanggapan bentuk yang
khusus. Dalam tapak, bangunan ditinjau dari aspek daya dukung tanah, drainase, jalan
masuk, pencapaian, syarat-syarat hukum setempat, vegetasi dan satwa, syarat iklim
serta pemandangan.

Contoh bangunan yang menerapkan salah satu tapak pada bangunan adalah
Universitas Dumoga Kotamobagu.

7
Gambar 1. Universitas Dumoga Kotamobagu

a. Lokasi dan Tapak


Lokasi tapak berada di Kota Kotamobagu, terletak di Jalan Jendral A. Yani No.
184 Kota Kotamobagu 95711. Dengan batasan site sebagai berikut :
 Sebelah Barat : Jalan Jendral A. Yani
 Sebelah Utara : Perpustakaan daerah
 Sebelah Timur : Permukiman penduduk
 Sebelah Selatan : Jln, Ratahan Kotamobagu Dan Taman Kota

Adapun kapabilitas site sebagai berikut :


 Total luas site : 30.911 m2
 Lebar Jalan : 12 m

8
 Total Luas Sempadan Site : 4.935 m2
 Total Luas Site Efektif 25.976 m2

Gambar 3. Kondisi Batasan Tapak


b. Zoning dan Sirkulasi

Gambar 4. Sirkulasi Dalam Tapak


Tanggapan rancangan:
 Entrance ke dalam tapak diletakkan jauh dari tikungan untuk menghindari
kemacetan. Entrance harus mampu berdialog dengan lingkungan sehingga
menarik pengunjung.
 Disepanjang jalan diberi daerah jalur hijau sekaligus berfungsi sebagai daerah
pejalan kaki (pedestrian ways).
 Mempertahankan arah sirkulasi 2 arah dengan penataan sirkulasi dalam site
nantinya menyesuaikan dengan tata letak massa.

9
Zona pada tapak dibagi menjadi menjadi 3 bagian , zona private, zona public, dan
zona service.
 Zona private difungsikan sebagai fasilitas kantor pengelola.
 Zona public difungsikan sebagai fasilitas penunjang.
 Zona service difungsikan sebagai ruang luar dan parkir.
c. Vegetasi
Area hijau pada ruang luar difungsikan sebagai unsur penyejuk pada tapak.
Bukan hanya itu saja, area hijau juga difungsikan sebagai fasilitas taman baca dan
area diskusi mahasiswa. Kehadiran taman pada tapak berfungsi untuk menciptakan
view, sehingga pengguna objek rancangan tidak merasakan kejenuhan.
Penataan area hijau tapak serta penggunaan vegetasi dilakukan berdasarkan
pengaplikasian rancangan. Vegetasi, khususnya pohon diasumsikan sebagai garis
vertikal dalam tapak. Karena pohon cenderung berdiri tegak dan gagah. Pengulangan
penempatan pohon secara urut-urutan dapat memperkuat, mengubah, dan membentuk
pola lalu lintas dalam tapak. Sedangkan tinggi rendahnya merupakan perwujudan dari
contrat, yang menciptakan variasi visual, sehingga suasana tapak tampak tidak
monoton. Pohon diletakkan mengelilingi tapak berfungsi sebagai pembatas dan
sebagai penghalang keluarnya suara kegaduhan yang disebabkan oleh aktivitas jalan
utama. Bukan hanya itu juga dalam tapak pohon digunakan sebagai tempat berteduh
dan menjadi penghalang panas matahari lagsung terhadap kendaraan, umumnya
pohon yang di tanam pada area parkir dan area taman baca adalah jenis pohon yang
rimbun.

10
Gambar 7. Ruang Luar Area Diskusi

4. Gaya Arsitek
Gaya dalam konteks ini adalah sifat-sifat bentuk khusus yang diberi pada suatu
bangunan yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan proyek tersebut yang
mewakili arsiteknya.

Contoh bangunan yang menerapkan gaya arsitek adalah Universitas Dumoga


Kotamobagu.

Gambar 8. Universitas Dumoga Kotamobagu

a. Gubahan Bentuk Bangunan


Bentuk yang akan ditonjolkan adalah bentuk yang mencerminkan unsur-unsur
Budaya Bolaang Mongondow baik dari tampilan eksterior bangunan maupun interior
bangunanan, sehingga memberikan pandangan atau kesepakatan pemikiran bahwa
Universitas Dumoga

11
Kotamobagu adalah Arsitektur yang kental akan budaya Bolaang Mongondow.
Bentuk dasar yang akan diambil adalah bentuk Perisai Patung Bogani Bolaang
Mongondow.

Gambar 9. Modifikasi Bentuk Perisai Patung Bogani Bolaang Mongondow


Dalam hal Bentuk dan Tampilan, perancangannya dibuat berdasarkan konsep seperti
pada gambar dibawah:

Gambar 10. Tampilan Bangunan

12
Suatu kualitas perancangan yang dihasilkan akan baik jika memenuhi kriteria-kriteria
yang baik pula. Kriteria - kriteria yang baik tersebut tergantung dari sudut pandang
mana perancangan tersebut diterapkan. Oleh karena itu penerapan setiap kriteria
harus diperhatikan, seperti bagaimana mendapatkan sifat suasana hubungan dan
kesan yang ditimbulkan oleh objek pada Universitas Dumoga Kotamobagu.

Gambar 11. Konsep Gubahan Bentuk


Perancang ingin menerapkan konsep rancangan yang mempertimbangkan segala
prinsip yang berkaitan dengan nilai-nilai budaya Bolaang Mongondow dan Arsitektur
Modern, Untuk pemilihan material bangunan mengambil motif material pada rumah
adat bolaang mongondow, serta mengadopsi salah satu bentuk icon yang menonjol
serta menyajikannya secara Modern.
5. Pengkajian Lingkungan dan Perilaku
Dalam pengkajian lingkungan dan perilaku, seorang arsitek dapat meramalkan
perilaku dalam ruang sebagaimana yang dirancang.
Contoh bangunan yang menerapkan salah satu pengkajian lingkungan dan perilaku
pada bangunan adalah Gedung Pemuda di Kota Manado.

13
Gambar. Gedung Pemuda di Kota Manado

Penentuan ruang dalam berawal dari bentuk dasar segiempat dan lingkaran. Dengan
mempertimbangkan pola perilaku pemuda pada lingkungan sosialnya yang begitu
aktif, dinamis, agresif, sensitive dan sebagainya. Selain itu bentuk
mempertimbangkan jenis perilaku yang terbuka yang ada pada manusia.

Gambar. Penentuan Ruang


6. Teknologi Bangunan
Kemajuan teknologi bangunan telah memberi dampak yang besar terhadap
bagaimana bangunan dikomunikasikan.

Contoh bangunan yang menerapkan salah satu teknologi pada bangunan adalah
Perpustakaan UI.

14
Gambar. Perpustakaan UI

Perpustakaan UI Dirancang dengan konsep sustainable building bahwa kebutuhan


energi menggunakan sumber terbarukan, yakni energi matahari (solar energy). Selain
itu, di dalam gedung pengunjung dan pegawai tidak boleh membawa tas plastik untuk
wadah. Area bangunan ramah lingkungan itu bebas asap rokok, hemat listrik, air, dan
kertas. 60% dari bangunan tersebut ditimbun lapisan tanah dan rumput, diantara
punggung rerumputan itu terdapat jaringan-jaringan selokan yang di sampingnya
terdapat kaca tebal bening selebar 50cm. Selokan itu untuk mengalirkan air hujan ke
tanah resapan, sedangkan fungsi kaca sebagai sistem pencahayaan. Punggung rumput
ini dapat mereduksi fungsi alat pendingin udara sampai 15%.

Gambar. Punggung rerumputan

15
Interior bangunannya didesain terbuka dan menyambung antara satu ruang dan
ruang yang lain melalui sistem void. Dengan begitu, penggunaan sirkulasi udara alam
menjadi maksimal. Penggunaan energi matahari dilakukan melalui solar cell yang
dipasang di atap bangunan untuk memenuhi standar ramah lingkungan, bangunan
juga dilengkapi dengan sistem pengolahan limbah. Karena itu, air buangan toilet
dapat digunakan untuk menyiram di punggung bangunan. Tentunya, setelah diproses
melalui pengolahan limbah atau sewage treatment plant (STP).

Gambar. Interior Bangunan

Finishing eksterior bangunan tersebut mengunakan batu alam andesit, sedangkan


interiornya memakai batu palimanan Palemo. Kedua bahan bangunan itu bersifat
bebas pemeliharaan (maintenance free) dan tidak perlu dicat.

16
Gambar. Finishing eksterior

Ruang perpustakaan pusat UI terdiri atas delapan lantai. Lantai dasar berisi pusat
kegiatan dan bisnis mahasiswa yang terdiri atas toko buku, toko cendera mata, ruang
internet, serta ruang musik dan TV. Ada juga restoran dan kafe, pusat kebugaran,
ruang pertemuan, ruang pameran, dan bank.

Lantai 2 hingga 6 akan dilengkapi fasilitas seperti ruang tamu, ruang pelayanan
umum dan koleksi, ruang baca, ruang teknologi informasi, serta unit pelayanan
teknis. Sedangkan di lantai 7 terdapat ruang sidang dan ruang diskusi.
Gedung perpustakaan juga dilengkapi plaza dan ruang pertemuan yang menjorok ke
danau.

Untuk melengkapi desain ramah lingkungan, sejumlah pohon besar berusia 30


tahunan berdiameter lebih dari 100 sentimeter sengaja tidak ditebang saat
pembangunan gedung itu. Keindahan menjadi lengkap karena gedung itu
mengeksplorasi secara maksimal keindahan tepi danau yang asri, sejuk, dan, teduh.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam suatu desain bangunan, pasti memiliki komunikasi citra bangunan


dengan pendekatan-pendekatan seperti program bangunan, tipe bangunan, tapak, gaya
arsitek, perilaku dan lingkungan serta teknologi bangunan.

3.2 Saran

Setelah penyusunan makalah ini, diharapkan pembaca terutama mahasiswa


dapat mengerti dalam pembuatan desain yang mengacu pada citra desain sehingga
kedepannya dapat memberikan pemahaman dari penerapan bangunan tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA

Hentje Maahury, 2014, Perancangan Rumah Produksi Film Dan Multimedia Di


Manado, Manado, UNSRAT
Jessica, 2010, Autism Care Center, Arsitektur Perilaku, Medan, USU
Laurens, Joyce Marcella. 2004. Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta : Grasindo.
Neufert, Ernst. 1996. Data Arsitek Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Neufert, Ernst.1996. Data Arsitek Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Setiawan, Haryadi, 1995. Arsitektur Lingkungan dan Perilaku, Yogyakarta, UGM
Jencks, C., 1977. The Language of Post-Modern Architecture. Academy Editions.
London .
Ching, F. D. K., 1991. Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Susunannya. Erlangga. Jakarta.
Hendraningsih dkk. 1982. Peran, Kesan dan Pesan Bentuk-bentuk Arsitektur.
Djambatan, Jakarta.

archdaily.com (diakses 13 November 2017)

19

Anda mungkin juga menyukai