Anda di halaman 1dari 20

1

TINJAUAN PUSTAKA

DERMATOTERAPI

Perseptor : Dian Mardianti, dr., Sp.KK., FINS-DV

Kelompok LV-D
Presentan :
Arfan Bagja Nugraha (4151171419)
Shyfa Nurasiyah Fauziani (4151171451)
Gusti Ayu Indira Saraswati (4151171467)
Fauziyah Widya Musthika (4151171468)
Afrial Wirandani (4151171469)
Partisipan :
Mochamad Burhanuddin Silmy (4151171002)
Sina Abdul Rasyied R (4151171422)
Anggita Rizqi Ramdhani (4151171450)
Aneisza Puspha Putri P. (4151171477)
Cintya Fajri Anida (4151171518)

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2018
DERMATOTERAPI

I. DEFINISI
2

Dermatoterapi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai

pengobatan pada penyakit kulit.1

II. PRINSIP DERMATOTERAPI

Dalam mengobati penyakit kulit, terdapat prinsip umum dan prinsip khusus

untuk pemberian obat.

a. Prinsip umum :
1. Perhatikan penderita secara keseluruhan, psikis dan somatik
2. Berikan kesempatan pada alam untuk menyembuhkan penyakit tersebut,

obat yang diberikan bertujuan membantu proses penyembuhan oleh alam.


3. Segi fisologi, anatomi dan biokimia perlu diperhatikan.
4. Kuasai materi medika
5. Perhatikan farmasi dan farmakologi obat-obatan, misalnya sinergisme, efek

samping dan toksisitas obat.


6. Terapi yang baik adalah terapi kausal
7. Berikan obat sesederhana mungkin, untuk mencegah hal yang tidak

diinginkan. Campuran obat yang sulit akan mempersulit apotik dalam

pembuatannya.
8. Individualisasi
9. Perhatikan segi ekonomi pasien.
b. Prinsip khusus dermatoterapi topikal:
1. Pemilihan vehikulum tergantung pada :
a) Stadium gambaran klinis penyakit

Obat topikal yang diberikan diubah sesuai dengan perjalanan penyakitnya,

misal pada stadium akut (eritema/edema/basah) diberikan kompres, pada

stadium subakut (eritema +/-, tidak basah, tidak eritem) diberikan krim,

bedak kocok, bedak pasta, pada stadium kronik/kering diberikan obat

dengan bentuk salep.

b) Distribusi dan lokalisasi penyakit


3

Misalnya salep tidak digunakan untuk kelainan kulit yang generalisata

(kecuali salep 2-4 untuk skabies ), tidak boleh digunakan pada kulit kepala

berambut, sedangkan untuk daerah lipatan boleh diberikan ketika penderita

istirahat malam hari.

c) Efek yang diinginkan

Misalnya digunakan kompres untuk membersihkan.

2. Makin akut/produktif penyakit kulitnya, makin rendah konsentrasi bahan

aktif yang digunakan.


3. Beri penjelasan kepada penderita mengenai cara pemakaian obat.
4. Hindarkan pemberian obat topikal yang bersifat sensitizer: misalnya

mengandung penisilin, tetrasiklin, sulfa dan anti histamin.


5. Batasi obat yang tidak stabil atau tidak dapat disimpan lama

Bagan 1 Berdasarkan Gambaran Klinis/Lesi/Stadium

III. JENIS DERMATOTERAPI


4

Topikal
Medikamentosa
Sistemik

Dermatoterapi
Bedah : - Bedah
listrik- Bedah
skalpel- Bedah
kimia- Bedah beku
Non - medikamentosa

Non - bedah-
Penyinaran-
Psikoterapi

- Radioterapi

A. Dermatoterapi Topikal

Vehikulum yaitu bahan dasar obat pembawa zat aktif (bersifat inert), dan

kedalamannya (tidak selalu) dapat ditambahkan bahan aktif, zat pewangi, zat

pewarna, dan lain-lain.

Bedak

Bedak Pasta
kocok
Pasta pendingin

Cairan
Solutio Salep
Tinktura
O/W W/O
imseeeeEmul
si
Gambar 1. Bagan Vehikulum
5

1. Cairan
a. Solusio
Solusio adalah suatu dermatoterapi topikal dengan vehikulum dasar

monofasik, yaitu aqua, digunakan dengan cara kompres terbuka. Solutio terdiri

atas solutio rivanoli 1 ‰, solutio as. Salisilat 1‰, dan solutio acid Borici 1% dan

3%.

Contoh penulisan resep solusio:


Sol. As. Salisilat 1‰ Sol. Rivanoli1‰
R/ As. Salisilat 1 R/ Rivanoli 1
Aqua ad 1000 Aqua ad 1000
m.f.l.a sol m.f.l.a sol
ʃ u.e ₰ ʃ u.e ₰
Untukkompres terbuka dermatitis
Untuk ektima
numularis, dermatitis kontak alergika,
Untuk ektima
impetigo krustosa
Sol. Acid Borici 1%
Sol.Acid Borici 3%
R/ As. Borici 3% R/ As. Borici 1%
Aqua ad 100 Aqua ad 100
m.f.l.a sol m.f.l.a sol
ʃ u.e ₰ ʃ u.e ₰

Untuk kompres terbuka


6

b. Tinktura

Tinktura adalah suatu dermatoterapi topikal dengan vehikulum dasar

monofasikselain aqua, yang sering etilalkohol dan spiritus dilutus, digunakan

dengan cara ditotol.

Contoh penulisan resep tinktura:

Tinktura LCD
Tinktura podofilin 25%
Tinktura yodium 10% R/ Liq. Carb. Det 5%
R/ podofilin 25 gr
R/ Yodium 10gr As. salisil 5%
etil alkohol ad 100
Mercurochrom 10 gr Gliserin 5%
m.f.l.a tinkt
etil alcohol ad 100 spiritus dilutus ad 100
ʃ u.e
m.f.l.a tinkt m.f.l.a tinkt

ʃ u.e ʃ u.e
Untuk pengobatan topikal
₰ ₰
kondiloma akuminata
Untuk luka-luka dan antiseptikUntuk Psoriasis
di kulit kepala berambut

2) Bedak

Bedak adalah suatu dermatoterapi topikal dengan vehikulum

dasarmonofasik, yaitu talk venetum, digunakan dengan cara ditabur.

Contoh penulisan resep bedak:

Bedak As. Salisilat 2%


R/ As. Salisilat 2 %
Talk Venetum ad 100
m.f.l.atalk
ʃ u.e

Untuk impetigo neonatorum

3) Salep (Unguentum, Zalf, Ointment)


7

Salep adalah suatu dermatoterapi topikal dengan vehikulum dasarmonofasik


yaitu lemak, biasanya vaselin (album dan flavum) dan adaepslanae dengan cara
pemakaian dioles.
Contoh penulisan resep salep:

Salep 2-4 Ung L.C.D


R/ As. Salisilat 2 % R/ Liq. Carb. Det. 5%
Sulf Precip 4 % As Salisilat 5%
vas.flav.ad 100 Oxyd Zincii 5%
m.f.l.a ung Lanolin 5%
∫ u.e Vas. Alb. Ad 100
₰ m.f.l.a ung
Untuk skabies ∫ u.e

Psoriasis vulgaris, dermatitis seboroik,
psoriasis gutata pada badan
Ung Whitfield (half strength) Ung Whitfield (full strength)
R/ As. Salisilat 3% R/ As. Salisilat 6%
As benzokum 6% As benzokum 12%
Lanolin 10% Lanolin 10%
Vas. Flav ad 100 Vas. Flav ad 100
m.f.l.a ung m.f.l.a ung
∫ u.e ∫ u.e
₰ ₰
Untuk dermatofitosis Untuk dermatofitosis

4) Bedak kocok
Bedak kocok adalah suatu dermatoterapi topikal yang vehikulum dasar

bifasik menggunakan bedak dan aqua biasanya ditambah dengan gliserin sebagai

emulsifying agent, yang digunakan dengan cara dikocok terlebih dahulu kemudian

dibalurkan.

Contoh penulisan resep bedak kocok:

Lotion Asam Salisilatat 2%


R/ As Salisilatat 2%
8

Talk Venetum 10%


Gliserin 5%
Aqua ad 100
m.f.l.a lot
ʃ u.e ₰

5) Krim
Krim adalah suatu dermatoterapi topikal dengan vehikulum dasar bifasik

terdiri atas salep dan aqua dengan scara pemakaiannya dioles. Krim ada 2 jenis:

a. Krim W/O: air dalam minyak/salep: ‘cold cream’. Fasa luar adalah lemak,

air merupakan butir-butir di dalam lemak. Cocok digunakan malam hari.


b. Krim O/W: minyak dalam air. ‘vanishing cream’. Fasa luar adalah air, lemak

hanya merupakan butir-butir dalam air. Cocok digunakan siang hari.

Contoh penulisan resep krim:


EBB (Emulsi Benzyl Benzoat) Permetrin 5%
R/ Benzil benzoat 20% R/ Krim permetrin 5% No. Tube 1 (10gr)
Gliserin 5% ʃ u.e
Spiritus dilitus ad 100 ₰
m.f.l.a tinkt
ʃ u.e

Untuk pengobatan skabies

Ketokonazole 2%
R/ Ketokonazole 2% Tube no 1 (10 gr)
ʃ u.e ₰
Untuk pengobatan Tinea fasialis

6) Pasta dan pasta pendingin


Pasta merupakan suatu dermatoterapi topikal dengan vehikulum dasar

trifasik berupa talk, aqua dan salep yang cara penggunaannya dioles.

7) Kortikosteroid Topikal
9

Kortikosteroid topikal dibagi menjadi 7 golongan besar, di antaranya

berdasarkan anti inflamasi dan antimitotik. Golongan 1 yang paling kuat

daya anti-inflamasi dan anti-mitotiknya (superpoten). Sebaliknya golongan

VII yang terlemah (potensi lemah). Efek samping terjadi bila penggunaan

kortikosteroid terlalu lama dan berlebihan. Efek samping yang dapat

terjadi pada penggunaan kortikosteroid topikal diantaranya atrofi, strie

atrofise, telangiektasis, purpura, hipertrikosis setempat, hipopigmentasi.

Klasifikasi Nama Generik


Golongan 1: (sangat 0,05% betamethason
kuat) dipropionate

0,05% diflorasone diacetate


0,05% clobetasol propionate

0,05% halobetasol propionate

Golongan II: (kuat) 0,1% amcinonide


0,05% betamethasone
dipropionate
0,01% mometasone fuorate
0,05% diflorasone diacetate
0,01% halcinonide

0,05% fluocinonide

0,05% diflorasone diacetate


0,05% betamethasone
dipropionate

0,25% desoximetasone
10

Golongan III: (kuat)


0,05% desoximetasone

0,1% triamcinolone acetonide


0,005% fluticasone propionate
0,1 amcinonide

0,05% betamethasone
dipropionate
0,05% diflorosone diacetate
0,05% fluocinonide
Golongan IV: (sedang) 0,05% diflorosone diacetate
0,05% betamethasone
dipropionate
0,05% desoximetasone
0,01% betamethasone valerate

0,1% triamcinolone acetonide


0,05% flurandrenolide
Golongan V: (sedang) 0,1% mometasone furoate

0,1% triamcinolone acetonide

0,025% fluocinolone acetonide


0,2% hydrocortisone valerate

0,05% flurandrenolide
0,05% fluticasone propionate
0,1% prednicarbate
0,05% betamethasone
Golongan VI: (sedang) dipropionate
0,1% triamcinolone acetonide
0,1% hydrocortisone butyrate

0,025% fluocinolone acetonide


0,05% desonide
0,1% betamethasone valerate
0,2% hydrocortisone valerate

0,05% aclometasone
11

Golongan VII: (lemah) 0,1% triamcinolone acetonide


0,05% desonide
0,025% triamcinolone acetonide

0,1% hydrocortisone butyrate


0,01% fluocinolone acetonide

0,05% desonide
0,1% betamethasone valerate

Kortikosteroid sangat kuat


R/ Krim clobetasol diproprionate 0,05% No. tube I (5 g)
ʃ u.e

Kortikosteroid kuat
R/ Krim bethametasone valerat 0,1% No. tube I (5 g)
ʃ u.e

Kortikosteroid sedang
R/ Krim triamcinolone acetonide 0,1% No. tube I (5 g)
ʃ u.e

Kortikosteroid lemah
R/ Krim hydrocortisone asetat 1% No. tube I (5 g)
ʃ u.e

8) Antimikotik topikal

Berdasarkan mekanisme kerjanya Anti mikotik dibagi menjadi dua jenis yaitu

bersifat fungisidal (membunuh jamur) dan fungistatik (menghambat

pertumbuhan jamur). Antimikotik topikal terdiri dari Griseofulvin, Golongan

azol, Tolnaftat dan Tolsiklat, Nistatin dan antimikotik lainnya.

• Golongan Azol
12

Antimikotik golongan azol mempunyai spektrum yang luas. Mikonazol

misalnya menghambat aktivitas jamur (fungistatik) Trichophyton,

Epidermophyton, Microsporum dll. Mekanisme kerja obat ini belum

diketahui sepenuhnya. Mikonazol masuk ke dalam sel jamur dan

menyebabkan kerusakan dinding sel sehingga permeabilitas terhadap

berbagai zat intrasel meningkat. Efek samping penggunaan golongan azol

diantaranya berupa iritasi, rasa terbakar dan maserasi memerlukan

penghentian terapi.

Krim ketokonazol 2%, krim mikonazol 2%, krim klotrimazol.

• Golongan Alilamin

Terbinafin merupakan golongan alilamin yang bersifat antifungi dengan

menghambat enzim epoksidase, squalen pembentukan ergosterol

membran sel jamur. Terbinafin topikal digunakan untuk pengobatan tinea

kruris dan korporis yang diberikan 1-2 kali sehari selama 1-2 minggu.

Krim terbinafin 1% dan gel 1%

• Golongan Benzilamin

Butenafin &Tolnaftat → 1-2x/hari

• Nistatin

Nistatin menghambat pertumbuhan berbagai jamur dan ragi tetapi tidak

aktif terhadap bakteri, protozoa dan virus. Nistatin terutama digunakan

untuk infeksi kandida di kulit, selaput lendir dan saluran cerna. Jarang

ditemukan efek samping dari pemakaian topikal golongan nistatin.

Bersifat fungistatik.Contoh : Kandistatin


13

Contoh penulisan resep ketokonazol:

Krim ketokonazole 2%

R/ Krim ketokonazol 2% tube No I (10 gr)

ʃ u.e

9) Antibiotik topikal

Antibiotik topikal diantaranya ialah neomisin, basitrasin, mupirocin,

gentamisin, fusidin.

▪ Neomisin, Gentamisin

Golongan obat: Aminoglikosid

Mekanisme Kerja:

Aminoglikosid berdifusi lewat kanal air yang dibentuk oleh porin proteins

pada membran luar dari bakteri Gram-negatif masuk ke ruang periplasmik,

sedangkan transpor melalui membran dalam sitoplasma membutuhkan

energi.Setelah masuk sel, aminoglikosid terkait pada ribosom 30S dan

menghambat sintesis protein.Terkait aminoglikosid pada ribosom ini

mempercepat transpor aminoglikosid ke dalam sel diikuti dengan kerusakan

membran sitoplasma dan kematian sel.

Efek Samping:

Dermatitis Kontak

▪ Basitrasin
14

Golongan obat: Eritromisin dan makrolid lainnya

Mekanisme Kerja:

Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mencegah transfer

mukopeptida ke dalam dinding sel terutama mengganggu sintesis peptidoglikan.

Efek Samping:

Edema di wajah atau bibir, reaksi alergi.

▪ Mupirocin

Golongan obat: Eritromisin dan makrolid lainnya

Mekanisme Kerja:

Berikatan dengan iso-leucyl t-RNA dan mencegah sintesis protein bakteri.

Efek samping:

● Vehikulum obat ini dapat diserap terlalu banyak pada lesi yang luas hingga

menimbulkan efek nefrotoksik.


● Efek samping krim adalah reaksi hipersensitivitas pada kulit, sedangkan salep

rasa panas terbakar pada tempat dimana obat dioleskan, gatal, eritema, rasa

nyeri tersengat dan kering pada daerah yg di oleskan.

Contoh penulisan resep antibiotik topikal:

R/ Krim Gentamisin sulfat 0,1% tube No. I (5 gr)


ʃ u.e

R/ Krim Mupirosin 2% tube No. I (5 gr)
ʃ u.e

10) Antivirus topikal

Asiklovir
15

Mekanisme Kerja:

Asiklovir merupakan analog 2’-deoksiguanosin.Bekerja di DNA pilomerase

virus seperti DNA polmerase virus herpes. Sebelum dapat menghambat sistensi

DNA virus, asiklovir harus mengalami fosforilasi intraseluler, dalam tiga tahap

untuk menjadi bentuk trifosfat fosforilsi pertama dikatalis oleh timidin kinase

virus, proses selanjutnya berlangsung dalam sel yang terinfeksi virus.

Efek samping:

Asiklovir topikal dalam pembawa polietilen glikol dapat menyebabkan

iritasi mukosa dan rasa terbakar yang sifatnya sementara jika di pakai pada luka

genitalia.

Contoh penulisan resep asiklovir:

R/ Krim Asiklovir 5% tube No. I (5gr)


ʃ u.e

II. Dermatoterapi Medikamentosa Sistemik

1. Kortikosteroid

Kortikosteroid adalah suatu hormon yang disekresi di dalam tubuh oleh

kelenjar suprarenal.Kortikosteroid memiliki efek sebagai hormon dan obat.

Efek kortikosteroid sebagai hormon:


16

● Glukokortikoid: mempengaruhi metabolisme glukosa dengan peningkatan

glukoneogenesis, sehingga dapat meningkatkan glukosa dari lemak dan

protein.
● Mineralokortikoid:mempengaruhi metabolisme mineral yaitu

kortikosteroid dapat menyebabkan retensi Na+ dan ekskresi K+.

Efek kortikosteroid sebagai obat :

● Antiinflamasi

Pada inflamasi terjadi kalor, rubor, dolor, tumor.Pemberian kortikosteroid

memiliki efek kerja antieritema, vasokontriksi, antipruritus, antiproliferasi

(antimitotik).

● Immunosupresan

Kortikosteroid menghambat proliferasi sel limfosit T, imunitas seluler, dan

ekspresi gen yang menyandi berbagai sitokin (IL-1, IL-2, IL-6, IFN-α, TNFα).

Kortikosteroid sistemik banyak digunakan dalam bidang dermatologi

karena obat tersebut memiliki efek antiinflamasi dan imunosupresan.

Klasifikasi kortikosteroid berdasarkan waktu kerja obat:

● Kerja singkat (8-12 jam): hidrokortison & kortison.


● Kerja sedang (12-36 jam): metilprednisolon, prednisolon, prednison,

triamnisolon.
● Kerja lama (36-72 jam): betametason, deksametason, parametason.

Dosis prednison adalah 1-2 mg/kgBB/hari.Berikut adalah dosis ekuivalen untuk

berbagai jenis kortikosteroid.

Tabel Dosis Ekuivalen Kortikosteroid


Macam Potensi Dosis Potensi
Kortikosteroid Glukokortikoid ekuivalen Mineralokortikoid
17

(mg)
Kerja singkat
Hidrokortison 1 20.0 2+
Kortison 0,8 25.0 2+
Kerja sedang
Meprednison 4-5 4.0 0
Metilprednisolon 5 4.0 0
Prednisolon 4 5.0 1+
Prednison 4 5.0 1+
Triamnisolon 5 4.0 0
Kerja lama
Betametason 20-30 0,60 0
Deksametason 20-30 0,75 0
Parametason 10 2,0 0

Efek samping kortikosteroid sistemik :

1. Ulkus peptikum merupakan komplikasi yang kadang-kadang terjadi pada

pengobatan dengan kortikosteroid.Pemberian dosis besar sebaiknya dilakukan

pada waktu lambung berisi.


2. Atrofi
3. Osteoporosisperlu diperhatikan pada pengobatan kortikosteroid, sehingga jika

hal tersebut terjadi, maka pengobatan harus dihentikan. Hal ini terutama perlu

diperhatikan pada wanita yang telah berhenti haid.


4. Retensi Na+
5. Diabetes Melitus

2. Antihistamin
● AH-1 generasi I (klasik/sedatif) : Chlorpheniramine Maleat dan

cyproheptadine HCL. Dosis klorfeniramin adalah 0,3-0,35 mg/KgBB/hari dibagi

dalam 4 dosis atau 4 mg dalam 20 jam.


● AH-1 generasi II (non-sedatif) : Astemizol, Cetirizine, Loratadine dengan.

Dosis Histapan (astemizol) 2x1 tablet sehari.


18

● AH-1 generasi III : Feksofenadin dengan dosis 60mg/hari. Dosis

norastemizole 100mg dosis tunggal.


● Antihistamin tipe 2 antara lain simetidin, famotidin, nizaridin dan

ranitidin.
3. Antimikotik

Antimikotik sistemik terdiri dari griseofulvin, golongan amphoteresin B,

flusitosin, golongan azol yang terdiri dari golongan imidazol dan golongan triazol,

serta alilamin.

• Griseofulvin

Merupakan obat pilihan karena keamanannya dan dapatditoleransi baik

oleh anak. Obat ini bersifat fungistatik. Dosis griseofulvin ultramicrosize tunggal

10-15mg/kgBB, microsize tunggal 15-25mg/kgBB. Obat ini diberikan bersama

dengan makanan yang mengandung lemak. Lama pengobatan 6-8 minggu sampai

3-4 bulan.

• Amfoterisin B

Ampotheresin B bersifat fungisidal, yaitu dengan membentuk ikatan

dengan ergosterol membran sel jamur, sehingga menyebabkan lisis dinding sel

jamur. Flusitosin merupakan obat antimikotik yang bekerja dengan cara

menghambat sintesis DNA jamur. Dosis : 1,5 mg/kgBB/hari I.V.

• Flusitosin

Bersifat fungistatik dengan mengganggu sintesis DNA dengan metabolit

klorourosil.Dosis 50-150 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 4 dosis.

• Golongan Azol
19

Golongan azol terdiri atas golongan imidazol dan golongan

triazol.Golongan imidazol seperti ketokonazol, mikonazol dan

klotrimazol.Golongan triazol terdiri atas itrakonazol, dan flukonazol.Ketokonazol

dengan dosis pada dewasa 1x200-400 mg / hari, pada anak-anak 3,3-6,6

mg/KgBB/hari.

• Golongan alil-amin

Terbinafin merupakan golongan alilamin yang bersifat antimikotik dengan

menghambat enzim epoksidase, squalen pembentukan ergosterol membran sel

jamur. Dosis terbinafin: 250mg/hari.

4. Antivirus

Antivirus sistemik diantaranya ialah asiklovir yang menghambat DNA

polymerase virus. Contoh lainnya adalah valasiklovir, dan famsiklovir. Dosis

asiklovir untuk anak-anak pada varisela dan hepres zoster 20 mg/kg berat

badan/kali pemberian, diberikan 4 kali sehari selama 5 hari.


20

DAFTAR PUSTAKA

1. Hamzah M. Dermatoterapi. Dalam: Djuanda A., Hamzah M., Aisah.,. Ilmu


Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013: 342-352
2. Bergstrom KG, Strober E. Principles of Topical Therapy. In: Klaus W.,
Goldsmith LA., Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS., Leffel DJ., Fitzpatrick's
Dermatology in General Medicine ed. 7th Edition. New York: McGraww-
Hill. 2008: 2092-6.

Anda mungkin juga menyukai