Dermatoterapi
Preseptor: Lina Damayanti, dr., Sp.KK
Kelompok 64-A
Presentan:
Partisipan:
KRONIK
AKUT
KERING
BASAH
Kulit kepala - + + - - - +
Wajah + + +# + + + +
Badan,ekstre + + + + + + +
mitas
Genitalia + + - - + - +
Daerah + + + +@ + - +
lipatan
Keterangan:
+ : Boleh digunakan @ : Boleh pada istirahat
- : Tidak boleh digunakan # : Keadaan tertentu harus hati-hati
* : Kecuali pada saat istirahat (harus ada jeda)
KLASIFIKASI DERMATOTERAPI
Topikal
Medikamentosa
Sistemik
Bedah:
Dermatoterapi - Bedah skalpel
- Bedah kimia
- Bedah beku
Non- - Bedah listrik
Medikamentosa
Non-bedah:
- Penyinaran
- Psikoterapi
-Radioterapi
DERMATOTERAPI TOPIKAL
Bedak
Bedak
Kocok
Pasta
Pasta
pendingin
ANTI SKABIES
Antihistamin
Kortikosteroid
Antivirus
Antifungi
ANTIHISTAMIN
Antihistamin digolongkan menjadi 3 kategori yaitu antihistamin
penghambat reseptor H1 (AH-1), antihistamin penghambar
reseptor H2 (AH-2), dan antihistamin penghambat reseptor H3
(AH3).
Antihistamin H1 Generasi pertama
Golongan Contoh Obat
Etilendiamin Tripelenamin
Etanolamin Difenhidramin
Alkilamin Klorfeniramin (CTM)/ Klortimeton
Fenotiazin Prometazine/ fenergen
Piperazine Meklizin
Piperidin Siprohetadin
MEKANISME KERJA ANTIHISTAMIN
Antihistamin :
Antagonis reseptor
H1, H2, H3
Antihistamin H2
Nama Nama
Sediaan Dosis Lama Kerja Efek Samping
Generik Dagang
Simetidin Cimet tablet 200, Untuk pasien Masa paruh 2 jam. Jarang: nyeri kepala, pusing,
300, 400 tukak Absorbsi pada menit malaise, mialgia, mual, diare,
mg duodeni: ke-60. konstipasi, ruam kulit, pruritus,
sirup 300 Dewasa: 4 x kehilangan libido, impoten.
mg/5ml 300 mg. Pemberian ketokonazol adalah 2
larutan jam sebelum pemberian simetidin
suntik 300
mg/2 ml
Ranitidin Rantin tablet 150 Dewasa: 2 x 8-12 jam Karena absorbsi ketokonazol
mg 150 mg berkurang sekitar 50% bila
larutan diberikan bersama simetidin.
suntik 25 Ranitidin jarang berinteraksi
mg/ml dengan obat lain
Antihistamin H2
Nama Nama
Sediaan Dosis Lama Kerja Efek Samping
Generik Dagang
Famotidin Famocid tablet 20 Dewasa: pada Kadar puncak Jarang: sakit kepala, pusing,
mg, 40 tukak plasma 2 jam konstipasi, diare.
mg. duodenum 1 x Masa paruh 3-8
40 mg jam
(menjelang
tidur)
Nizatidin tablet Dewasa: 300 10 jam Jarang menimbulkan efek samping:
150 mg, mg/hari efek samping ringan pada saluran
300 mg menjelang tidur cerna dapat terjadi
Antihistamin tipe 1
Generasi pertama
R/ CTM 4 mg No. XXI
ʃ 1 dd tab 1 pc
₰
Generasi kedua
R/ Cetirizin dihidroklorida 10 mg No. VII
ʃ 3 dd cap 1 pc
R/ Loratadine10 mg No. VII
₰
ʃ 1 dd tab 1 pc
₰
KORTIKOSTEROID SISTEMIK
Definisi:
Kortikosteroid adalah suatu hormon yang disekresi di
oleh kelenjar suprarenal.
Fisiologi Hormon Steroid
Keterangan :
CRH : corticotropin-releasing hormon
ACTH : Adrenocorticotropic hormon
Kortisol sebagai glukokortikoid
Aldosteron sebagai mineralokortikoid, diaktifkan oleh angiotensin II.
SEKRESI HORMON STEROID
FASE DIURNAL
Efek Kerja Kortikosteroid Sistemik
• R/ Metilprednisolon 4 mg No. VI
ʃ 2 dd tab III pc
₰
• R/ Deksametason 5 mg No. III
ʃ 1 dd amp I I.V
₰
Contoh:
Deksametason =
100 X 0,75 = 15 mg/ hari
5
Sediaan deksametason = ampul 5 ml (setara dengan 5 mg) 🡪
pasien membutuhkan 3 ampul deksametason dalam sehari, maka
pada resep tertulis:
R/ Deksametason 5 mg amp no. IX
ʃ 2 dd I (IV)
₰
Dosis deksametason diturunkan pada hari ke-4 jika ada
perbaikan gejala klinis, dengan resep:
R/ Deksametason 5 mg amp no. VIII
ʃ 2 dd I (IV)
₰
Dosis deksametason diturunkan pada hari ke-7 jika ada perbaikan
gejala klinis, dengan resep:
R/ Deksametason 5 mg amp no. VI
ʃ 2 dd I (IV)
₰
Contoh:
Apabila kondisi pasien baik (bisa menelan) diberikan
prednison (peroral) dengan dosis 30-40 mg/hari resep sebagai
berikut:
R/ Prednison 5 mg no. XVIII
ʃ 2 dd III tab pc Selama 3 hari
₰
Dosis prednison diturunkan pada hari ke-4, dengan resep:
R/ Prednison tab. 5 mg no. XII
ʃ 2 dd tab II pc Selama 3 hari
₰
Dosis prednison diturunkan pada hari ke-7, dengan resep:
R/ Prednison tab. 5 mg no. IX
ʃ 3 dd tab I pc Selama 3 hari
₰
Dosis prednison diturunkan pada hari ke-10, dengan resep:
R/ Prednison 5 mg no. VI
ʃ 2 dd tab I pc 🡪 Selama 3 hari
₰
Fungisidal Fungistatik
Azole Griseofulvin
Allylamine Flucytosine
Polyenes
Echinocandins
Fungisidal
• Fungisidal adalah senyawa yang dapat membunuh jamur.
• Golongan:
1. Polyenes: Nystatin, Amphotericin B
2. Azol:
a.Imidazol: Ketokonazol, mikonazol, dan klotrimazol
b.Triazol: Itrakonazol, flukonazol, varikonazol, dan
posakonazol
3. Allylamine: Terbinafin
4. Echinocandins : Caspofungin, Micafungin
ANTIMIKOTIK
• Antimikotik sistemik
Griseofulvin
Bersifat fungistatik
Mekanisme : Golongan fungistatik masuk
ke mikrotubul
Menghambat pembentukan
spindle mikotik
Nukleus tidak bisa membelah
diri
Efek curling
Polyenes (Amfoterisin B)
Bersifat fungistatik atau fungisida tergantung pada
dosis dan sensitivitas jamur yang dipengaruhi.
Mekanisme : Berikatan dengan ergosterol
meningkatkan permeabilitas membran kebocoran
sel. Dosis : 1,5 mg/hari i.v.
Flusitosin
Bersifat fungistatik dengan inhibisi purin dan
pirimidin untuk pembentukan DNA dan RNA. Dosis
50-150 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 4 dosis
Golongan Azol :
Terdiri dari golongan imidazole dan triazol
Mekanisme : inhibisi lanosterol 14alpha-demetylase
yang mengubah lanesterol menjadi ergosterol
peningkatan permeabilitas membran kebocoran sel
Golongan alil-amin
Bersifat keratofilik dan fungisidal.
Mekanisme : Menghambat enzim epoksidase skualen
pada membran sel jamur peningkatan permeabilitas
membran kebocoran sel
c/terbinafin: 250mg/hari
Struktur Membran Sel dan Dinding Sel Fungi
• Mikroorganisme
Eukaryotic
(mempunyai
membran inti)
• Dinding sel: kitin,
glucan, mannan dan
peptidoglikan
• Membran sel :
ergosterol
Ergosterol Pathway
Efek Samping Sistemik
• Hepatotoksik
Karena antimikotik menghambat aktivitas sitokrom
p450 di hepar yang berfungsi sebagai katalis
oksidator 🡪 metatabolit bersifat lipofilik tidak bisa
diubah manjadi hidrofilik🡪 nekrosis hepatosit 🡪
SGOT/SGPT pada sitosol keluar🡪 SGOT/SGPT
meningkat
ANTIMIKOTIK SISTEMIK
Contoh Penulisan Resep: