Dermatoterapi
Preseptor: Dian Mardianti, dr., Sp.KK., FINS-DV
Kelompok LV-D
Presentan:
Arfan Bagja Nugraha (4151171419)
Shyfa Nurasiyah Fauziani (4151171451)
Gusti Ayu Indira Saraswati (4151171467)
Fauziyah Widya Musthika (4151171468)
Afrial Wirandani (4151171469)
Partisipan :
Mochamad Burhanuddin Silmy A.(4151171002)
Sina Abdul Rasyied R. (4151171422)
Anggita Rizqi Ramdhani (4151171450)
Aneisza Puspha Putri P. (4151171477)
Cintya Fajri Anida (4151171518)
DEFINISI
Dermatoterapi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
mengenai pengobatan pada penyakit kulit.
PRINSIP DERMATOTERAPI
1. Prinsip umum (untuk dermatoterapi topikal dan sistemik):
KRONIK
AKUT
KERING
BASAH
Kulit kepala - + + - - - +
Wajah + + +# + + + +
Badan,ekstre + + + + + + +
mitas
Genitalia + + - - + - +
Daerah lipatan + + + +@ + - +
Keterangan:
+ : Boleh digunakan @ : Boleh pada istirahat
- : Tidak boleh digunakan # : Keadaan tertentu harus hati-hati
* : Kecuali pada saat istirahat (harus ada jeda)
KLASIFIKASI DERMATOTERAPI
Topikal
Medikamentosa
Sistemik
Bedah:
Dermatoterapi - Bedah skalpel
- Bedah kimia
- Bedah beku
Non- - Bedah estetik
Medikamentosa
Non-bedah:
- Penyinaran
- Psikoterapi
-Radioterapi
DERMATOTERAPI TOPIKAL
Bedak
Pasta
pendingin
Cairan:
-Solutio Salep
-Tinktura
O/W W/O
3%
31
Contoh penulisan resep tinktura
10-25%
10%
Bedak
Antimikotik mukokutan:
• Golongan Azol
Krim ketokonazol 2%, krim mikonazol 2%, krim
klotrimazol 1%
• Golongan Alilamin
Krim terbinafin 1%
• Golongan Benzilamin
Krim butenafin 1%, krim tolnaftat 1%
Antimikotik topikal
R/ krim ketokonazole 2% tube no. I (10 gr)
ʃ u.e
R/ krim mikonazole 2% tube no. I (10 gr) ₰
ʃ u.e
R/ krim kotrimazole 1% tube no. I (15 gr) ₰
ʃ u.e
R/ krim terbinafin 1% tube no. I (10 gr)
₰
ʃ u.e
R/ krim butenafin 1% tube no. I (15 gr)
₰
ʃ u.e
R/ krim tolnaftat 1% tube no. I (15 gr)
₰
ʃ u.e
₰
ANTIBIOTIKA TOPIKAL
ANTI SKABIES
R/ Oxyd zinci 5%
Talk Venetum ad 2000 mg
Vaselin ad 5000
m. f. l. a pasta
ʃ u.e
₰
DERMATOTERAPI SISTEMIK
Antihistamin
Kortikosteroid
Antivirus
Antifungi
ANTIHISTAMIN
Antihistamin digolongkan menjadi 3 kategori yaitu antihistamin
penghambat reseptor H1 (AH-1), antihistamin penghambar
reseptor H2 (AH-2), dan antihistamin penghambat reseptor H3
(AH3).
Antihistamin H1 Generasi pertama
Golongan Contoh Obat
Etilendiamin Tripelenamin
Etanolamin Difenhidramin
Alkilamin Klorfeniramin (CTM)/ Klortimeton
Fenotiazin Prometazine/ fenergen
Piperazine Meklizin
Piperidin Siprohetadin
Antihistamin H2
Nama Nama
Sediaan Dosis Lama Kerja Efek Samping
Generik Dagang
Simetidin Cimet tablet 200, Untuk pasien Masa paruh 2 jam. Jarang: nyeri kepala, pusing,
300, 400 tukak Absorbsi pada menit malaise, mialgia, mual, diare,
mg duodeni: ke-60. konstipasi, ruam kulit, pruritus,
sirup 300 Dewasa: 4 x kehilangan libido, impoten.
mg/5ml 300 mg. Pemberian ketokonazol adalah 2
larutan jam sebelum pemberian simetidin
suntik 300
mg/2 ml
Ranitidin Rantin tablet 150 Dewasa: 2 x 8-12 jam Karena absorbsi ketokonazol
mg 150 mg berkurang sekitar 50% bila
larutan diberikan bersama simetidin.
suntik 25 Ranitidin jarang berinteraksi
mg/ml dengan obat lain
Antihistamin H2
Nama Nama
Sediaan Dosis Lama Kerja Efek Samping
Generik Dagang
Famotidin Famocid tablet 20 Dewasa: pada Kadar puncak Jarang: sakit kepala, pusing,
mg, 40 tukak plasma 2 jam konstipasi, diare.
mg. duodenum 1 x Masa paruh 3-8
40 mg jam
(menjelang
tidur)
Nizatidin tablet Dewasa: 300 10 jam Jarang menimbulkan efek samping:
150 mg, mg/hari efek samping ringan pada saluran
300 mg menjelang tidur cerna dapat terjadi
Antihistamin tipe 1
Generasi pertama
R/ CTM tab. 4 mg No. XXI
ʃ 3 dd 1 pc
₰
Generasi kedua
R/ Cetirizin dihidroklorida cap. 10 mg No. VII
ʃ 1 dd 1 pc
R/ Loratadine tab. 10 mg No. VII
₰
ʃ 1 dd 1 pc
₰
KORTIKOSTEROID
Definisi:
Kortikosteroid adalah suatu hormon yang disekresi di dalam
tubuh oleh kelenjar suprarenal.
Deksametason =
100 X 0,75 = 15 mg/ hari
5
Sediaan deksametason = ampul 5 ml (setara dengan 5 mg)
pasien membutuhkan 3 ampul deksametason dalam sehari, maka
pada resep tertulis:
R/ deksametason amp. 5 mg no. IX
ʃ 2-0-1 (IV)
₰
Dosis deksametason diturunkan pada hari ke-4 jika ada
perbaikan gejala klinis, dengan resep:
R/ deksametason amp. 5 mg no. VIII
ʃ 2-0-1/2 (IV)
₰
Dosis deksametason diturunkan pada hari ke-7 jika ada perbaikan
gejala klinis, dengan resep:
R/ deksametason amp. 5 mg no. VI
ʃ 1-0-1 (IV) ₰
Contoh:
Amfoterisin B
Bersifat fungistatik atau fungisida tergantung pada dosis
dan sensitivitas jamur yang dipengaruhi. Dosis : 1,5
mg/hari i.v.
Flusitosin
Bersifat fungistatik dengan mengganggu sintesis DNA
dengan metabolit klorourosil. Dosis 50-150
mg/kgBB/hari yuang terbagi dalam 4 dosis
Golongan Azol :
Golongan azol: imidazol seperti ketokonazol,
mikonazol dan klotrimazol.
Golongan triazol: itrakonazol, dan flukonazol.
Golongan alil-amin
Bersifat keratofilik dan fungisidal. Contohnya ialah
terbinafin: 250mg/hari
ANTIMIKOTIK SISTEMIK
Contoh Penulisan Resep:
ANTIVIRUS
• Antivirus sistemik terdiri atas golongan Asiklovir, valasiklovir, famsiklovir.
• Asiklovir merupakan antivirus yang efektif untuk HSV tipe I dan II dengan
mekanisme kerja mempengaruhi polimerase DNA untuk menghambat
replikasi DNA virus melalui terminasi rantai DNA. Bioavaliabilitas oral 15-
30%.
• Valasiklovir merupakan derivat asiklovir dengan bioavaliabilitas oral lebih
tinggi dibandingkan asiklovir sehingga lebih efektif dibandingkan asiklovir.
Mekanisme kerja valasiklovir yakni dikonversi menjadi asiklovir oleh
metabolisme intestinal dan hepatik, berkompetisi dengan deoksiguanin
trifosfat untuk polimerase DNA virus sehingga sintesis DNA dan replikasi
virus terhambat.
Contoh Penulisan Resep Antivirus
• Pada herpes zooster dengan etiologi virus varisela zooster, diberikan
obat Asiklovir dengan dosis 5x800 mg selama 7 hari karena herpes
zooster tidak rekuren dan timbul erupsi kulit yang biasanya gatal atau
nyeri terlokalisata (terbatas di satu dermatom) berupa makula
kemerahan.
• Pada herpes simpleks dengan etiologi VHS tipe I dan II, diberikan
asiklovir dosis 2x500 mg selama 10 hari karena penyakit berlangsung
singkat dan masa rekurens lebih panjang.
Antivirus sistemik:
Varisela dan herpes zoster
Herpes simpleks
TERIMA KASIH