Anda di halaman 1dari 24

JURNAL FARMASETIKA DASAR

“SALEP”

Disusun oleh :

Kelompok : 2 (Dua)

Anggota : Rahmad syandi Wakiden

Adelia tutut Mokad

` Fitri suryaningish

Nur Tiara ivanka abas

Esterlita Rumayar

Priska laode

Asisten : 1. Rahmawanto Taidi S.Farm

2. M. Ali Akbar S.Farm

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

UNIVERSITAS BINA MANDIRI GORONTALO

FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN

PRODI S1 FARMASI

2020
I. RESEP ASLI

RESEP I

dr. Eman Rahim nama dokter


SIK: 112/SIK/111/2013 nomor SIK
Jl. Rambutan alamat
Telp. 0435 812345 no. telepon

Gorontalo, 16 januari 2014 tempat dan tanggal


resep
R/
Chloramphenicol 150 mg
miconazole 1 Tube
Lanolin q.s nama dan
kandungan obat
Acid salicyl 0,5 %
LCD 3%

M.f ungtda in pot No. II bentuk sediaan


∫ u.e m.et vesp aturan pakai

Pro : Fitri nama pasien


Umur : 18 tahun umur pasien
II. RESEP 2

dr. Dede S. Nama dokter


SIK : 354/SIK/V2013 Nomor SIK
Jl. Durian Alamat
Telp. (0435) 828345 Nomor telepon

Gorontalo,20 Januari 2014 tempat dan


tanggal resep

R/ Hidrokortison Cream 1 tube


Propylenglikol 1
Adeslanae 1 Nama obat
Vaselineum album 10%
Acid Salicyl 1%

m.f Ungt da in Pot No I Bentuk sediaan


S u.e td.d I Aturan pakai

Pro : Ny. Ifa Nama pasien


Umur : 39 tahun Umur pasien

Keterangan resep I
Singkata Nama Latin Arti
n Latin
∫ Signa Tandai
R/ Recipe Ambillah
Quantum
q.s Seccukupnya
statis
M.f Miscefak Campur dan buatlah
ungt unguentum Salep
Masukan kedalam
Da in pot Da in pot
tempat salep
No II Nomeru Duo Sebanyak dua
Usus Untuk pemakaian
u.e
externum Luar
Mane et
M et vesp Pagi dan malam
vespere
Pro Pro Untuk

Narasi resep I
 bahasa latin
Recipe Chloramphenicol 150 mg, miconazole 1 tube, Lanolin quantum
statis, acid salicyl 0,5% dan LCD 3%. Misce fac unguenta da in pot nomero
duo. Signa usus eksternum mane et vespere. Pro Fitri umur 18 tahun.
 bahasa indonesia
Ambillah Chloramphenicol 150 mg, miconazole 1 tube, Lanolin
secukupnya, acid salicyl 0,5% dan LCD 3%. Campur dan buatlah salep
masukkan kedalam tempat salep sebanyak dua. Tandai pemakaian luar pagi
dan malam. Untuk Fitri umur 18 tahun.

Keterangan resep II
- R/ : Recipe : ambillah
- m.f : misce fac : campur,buat
- ungt. : unguentum : salep
- da in pot : da in pot : masukan ke dalam tempat
- No I : nomeru unus : sebanyak satu
- S : signa : tandai
- t. d.d : ter de die : 3 kali sehari
- u.e : usus externus : untuk obat luar
- pro : pro : untuk

Narasi resep II
 bahasa latin
Recipe Hidrokortison Cream 1 tube, Propylenglikol 1, Adeslanae 1,
Vaselineum album 10%, Acid Salicyl 1% , misce fac, unguentum, da in
potio, nomeru unus, signa, ter de die, usus externus

 bahasa Indonesia
Ambillah Recipe Hidrokortison Cream 1 tube, Propylenglikol 1,
Adeslanae 1, Vaselineum album 10%, Acid Salicyl 1% , campur dan
buatlah salep, masukan kedalam tempat , sebanyak satu,tandai, tiga kali
sehari untuk obat luar.

II. KLINIS
I. Chloramphenicolhum
Kloramfenikol merupakan salah satu golongan antibiotika yang
dapat digunakan pada pengobatan pentakit infeksi pada kulit. Preparat
topikalnya tersedia di perdagangan dalam bentuk salep. Obat dalam
bentuk salep atau setangah padat lainnya akan berkhasiat apabila aktif
mampu dilepaskan dari basisnya, kemudian diabsorpsi dan bereaksi
sesuai efek yang dikehendaki. Umumnya proses pelepasan obat dari
baisisnya mengikuti mekanisme difusi pasif (Higuchi, 1961)
Kloramfenikol tidak dapat dideteksi di sumsum tulang ketika
antibiotik diberikan baik dalam air minum atau oleh gavage, meskipun
itu terdeteksi dalam serum (Williams TC¸1998).
II. Miconazole
Miconazole merupakan obat anti jamur yang termasuk
golongan azol. Obat ini merupakan turunan dari imidazole. Obat ini
bersifat fungistatik terhadap jamur (menghambat pertumbuhan) namun
pada jamur yang rentan terhadap obat ini seperti golongan Candida,
obat ini dapat bersifat fungsidal (mematikan jamur). Miconazole
digunakan untuk pengobatan dermatofita, pitiriasis versikolor dan
kutaneus kandidiasis. Miconazole 2% krim digunakan untuk infeksi
jamur dermatofita, dengan dosis dan lamanya pengobatan tergantung
dari kondisi pasien, biasanya diberikan selama 2-6 minggu dan
dioleskan 1-2 kali sehari.
Sebagian besar kasus tinea kruris berespon baik dengan
preparat anti jamur topikal. Akan tetapi pada lesi yang luas, tidak
dapat mentoleransi obat topikal, gagal dengan pengobatan topikal dan
penderita dengan infeksi kronis maka diperlukan pemberian preparat
antijamur sistemik.11 Terapi oral diperlukan jika wilayah infeksi yang
terlibat lebih luas atau di mana infeksi kronis atau berulan. (Djuanda
Adhi, dkk. 2009)
III. Lanolin
Lanolin Disebut juga adeps lanae, merupakan lemak bulu
domba. Banyak digunakan pada produk kosmetik dan pelumas.
Sebagai bahan dasar salep lanolin bersifat hipoalergik diserap oleh
kulit. ( Ignatius Darma Juwono, 2007 )

IV. Acid salicyl


Akumulasi nikotin pada tanaman penghasil asam salisilat
(CSA) konstitutif dan tembakau non-transgenik (Nicotiana tabacum
LSamsunNN) setelah luka dan inokulasi TMV daun terdeteksi
menggunakan kromatografi gas. Akumulasi nikotin ditekan dalam
daun CSA-tembakau yang diinokulasi TMV, sedangkan luka
meningkatkan akumulasi nikotin. Selain itu, dalam studi waktu tentang
akumulasi nikotin dan alkaloid terkait ditemukan bahwa tidak ada
perbedaan antara tanaman tembakau-CSA dan tembakau non-
transgenik. ( L.Hartanto Nugroho, 2001 )
V. LCD
LCD banyak digunakan dalam kosmetik dan obat-obatan
topikal formulasi, dan umumnya dianggap sebagai bahan tidak
beracun. Dipaparan mata, kulit, dan selaput lendir, bisa asam linoleat
menyebabkan iritasi ringan (Pharmacists Association 2009).
VI. Hidrokortison cream
Hidrokortison asetat adalah glukokortikoida yang banyak
digunakan sebagai antiinflamasi lokal akibat dermatitis. obat tersebut
banyak diformulasi sebagai sediaan krim. Obat generik merupakan
obat yang telah habis masa patennya sehingga dapat diproduksi oleh
semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar royalty Sedangkan
Obat Generik Berlogo (OGB) merupakan program Pemerintah dengan
tujuan memberikan alternatif obat bagi masyarakat, yang dengan
kualitas terjamin, harga terjangkau, serta ketersediaan obat yang
cukup. Penelitian dilaksanakan dilaboratorium kimia Stikes Bhakti
Husada Mulia Madiun. Beberapa Hidrokortison generik dan generik
berlogo disiapkan kemudian dilakukan uji evalusi mutu fisik yaitu
berdasarkan Organoleptis, Uji Homogenitas, Uji pH, Uji Daya Sebar
dan Viskositas krim. Berdasarkan hasil organoleptis hasil yang
didapatkan berupa sediaan setengah padat, warna putih Aroma atau
bau dan warna yang adalah tidak berbau. Uji homogenitas dimana
hasil dari pengujian semua sediaan menunjukkan susunan yang
homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar pada gelas objek.
Berdasarkan Hasil pengkuran pH pada semua sediaan sesuai dengan
pH kulit. Selanjutnya dilakukan uji daya sebar dimana Uji daya sebar
krim berguna untuk mengetahui kemampuan menyebar krim saat di
aplikasikan pada kulit. Krim hidrokortison krim generik dan generik
berlogo dilakukan pengujian viskositas krim menggunakan
viskometer. Hasil pengukuran viskositas pada sediaan menunjukan
pada G1 memiliki viskositas paling tinggi pada G2, G3, GB1, GB2
dan GB3 dari minggu pertama hingga minggu kedua mengalami
peningkatan Hasil penelitan ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan
antara hidrokortison krim generik dan generik berlogo pada evalusi
mutu fisik (Ritter, J.M.2008).

VII. Adepslanae
Cold ceam merupakan emulsi air dalam minyak, yang salah
satu komponennya adalah adeps lanae. Adeps lanae berfungsi
meningkatkan sifat serap air, sehingga diperkirakan mempengaruhi
pelepasan asam salisilat yang bersifat sukar larut dalam air. Oleh
karena itu dilakukan penelitian tentang pengaruh konsentrasi adeps
lanae dalam dasar salep cold cream terhadap pelepasan asam salisilat.
Penelitian ini dilakukan dengan membuat empat formula salep asam
salisilat dalam dasar cold cream dengan variasi konsentrasi adeps
lanae 0%, 5%, 10%, dan 15%. Uji salep secara fisik yang dilakukan
adalah uji homogenitas dan uji kelengketan, dilanjutkan dengan uji
disolusi. Hasil penelitian menunjukan bahwa homogenitas salep sesuai
dengan persyaratan yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi III.
Uji kelengketan salep menunjukan bahwa semakin banyak konsentrasi
adeps lanae yang ditambahkan, daya lengket salep semakin kecil. Uji
disolusi salep menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi adep
lanae semakin besar pula kecepatan pelarutan salep asam salisilat.
(Depkes RI, 1979)
VIII. Propylenglikol
Propilen gikol banyak digunakan sebagai pelarut dalam berbagai
formulasi farmasi parenteral dan nonparenteral. Propilen glikol
digunakan dalam kosmetik sebagai emulsifier. Pemeriannya cairan
kental, jernih, tidak berbau, rasa agak manis, higroskopis. Propilen
glikol memiliki kelarutan dapat bercampur dengan air, etanol,
kloroform, eter, namun tidak dapat larut dalam eter, minyak tanah dan
minyak lemak (Kibbe, 2006).
IX. Vaselinum album
Vaselinum album atau vaselin putih merupakan campuran
hidrokarbon setengah padat yang telah diputihkan diperoleh dari
minyak mineral. Pemerian vaselinum album masa seperti lemak, putih
atau kekuningan, pucat, massa berminyak transparan dalam lapisan
tipis setelah didinginkan pada suhu 0o. Vaselinum album mempunyai
kelarutan praktis tidak larut dalam air, dalam etanol 95%, namun larut
dalam kloroform dan eter (Depkes, 2014).
I.II Indikasi
1) Acid salicyl (Hadusoebroto dan Senandi budiman, 2019)
 Indikasi : Zat anti jerawat dan keratolitik yang lazim
diberikan secara topical
 Kontra indikasi : Dengan konsentrasi 1%-15% dapat
menimbulkan injury pada epidermis dalam jangka
waktu dua hingga 14 hari. Efloresensi yang
dapat muncul akibat pajanan asam salisilat
sendiri berupa eritema, edema, fisura disertai
dengan eksfoliasi eritema.

2) Miconazole (Puspita S, 2018)


 Indikasi : Dermatofitosis, tinea versikolor, candidiasis
mukokutan
 Kontra indikasi : Hipersensitif

3) Chlorophenicolum (Katzung, Betram and Trevor Anthony, 2005)


 Indikasi : Infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri
gram positif dan negative yang sensitive terhadap
chloramphenicol.
 Kontra indikasi : Superinfeksi

4) LCD (Ditjen POM, 1979)


 Indikasi :-
 Kontra indikasi :-
 Kegunaan : Zat tambahan
5) Vaselinum album (Ditjen POM, 1979)
 Indikasi :-
 Kontra indikasi :-
 Kegunaan : Zat tambahan

6) Propylenglikol (Ditjen POM, 1979)


 Indikasi :-
 Kontra indikasi :-
 Kegunaan : Zat tambahan

7) Lanolin (Ditjen POM, 1979)


 Indikasi :-
 Kontra indikasi :-
 Kegunaan : Zat tambahan

8) Hidrokortison cream (Ditjen POM, 1979)


 Indikasi : Antiinflamasi, antialergi dan anti pruritus
 Kontra indikasi : Menyebabkan vasokonstraksi bila diterapkan
langsung ke kulit, kemungkinan dengan menekan
degranulasi sel mast dan juga menurunkan
permeabilitas kapiler dengan mengurangi
jumlah histamine yang dilepaskan oleh basophil
dan sel mast.
9) Adepslanae (Ditjen POM, 1979)
 Indikasi :-
 Kontra indikasi :-
 Kegunaan : Zat tambahan

III.BENTUK SEDIAAN
1) Hidrokortison Cream : Setengah Padat
2) Propyleglikol : Setengah Padat
3) Adepslanae : Setengah Padat
4) Vaselinun album : Setengah Padat
5) Acid salicyl : Setengah Padat
6) Chloramphenucolum : Setengah Padat
7) Miconazole : Setengah Padat
8) Lanolin : Setengah Padat
9) LCD : Setengah Padat

IV. INFORMASI OBAT


1) Hidrokortison Cream (Gunawan, S., 2007))
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup, jauhkan dari cahaya langsung
dan tempat yang lembab.

Cara Pemakaian : Pemakaian awal dapat bervariasi dari 20-240 mg per


hari, tergantung penyakit yang diobati.

Jangka Waktu : Expired date 1 tahun s/d 3 tahun

2) Propyleglikol (Ditjen POM)


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup, jauhkan dari cahaya langsung
dan tempat yang lembab.

Cara Pemakaian : Digunakan 1-2 tetes pada mata sesuai kebutuhan

Jangka Waktu : Expired date 1 tahun s/d 3 tahun

3) Adepslanae (Tjay, H., 2007)


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik terlindungi dari cahaya
atau ditempat sejuk.

Cara Pemakaian : Digunakan sebagai obat luar. Dioleskan pada bagian


kulit yang terkena infeksi

Jangka Waktu : Expired date 1 tahun s/d 3 tahun

4) Vaselinun album (Ditjen POM, 1995)


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik terlindungi dari cahaya
atau ditempat sejuk.

Cara Pemakaian : Digunakan sebagai obat luar. Dioleskan pada bagian


kulit yang terkena infeksi
Jangka Waktu : Umur simpan 12 bulan

5) Acid salicyl (Ditjen POM, 1979)


Penyimpanan : Biasanya disimpan pada temperature dibawah 30
derajat celsius untuk mencegah sediaan melembek
karena dasar salepnya yang bersifat dapat mencair.
Salep biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam
tube.

Cara Pemakaian : Digunakan sebagai obat luar. Dioleskan pada bagian


kulit yang terkena infeksi

Jangka Waktu : Expired date 1 tahun s/d 3 tahun

6) Chloramphenucolum (Ansel, 2011)


Penyimpanan : Simpan ada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya
langsung dan tempat yang lembab. Jangan disimpan
dikamar mandi. jangan dibekukan.

Cara Pemakaian : Untuk dosis salep ophtalmic, gunakan satu tetes setiap
3 jam, untuk dosis larutan (Obat tetes mata) ophtalmic
gunakan satu tetes setiap 1-4 jam

Jangka Waktu : Expired date 3 tahun s/d 5 tahun

7) Miconazole (Ditjen POM, 1979)


Penyimpanan : Biasanya disimpan pada temperature dibawah 30
derajat celsius untuk mencegah sediaan melembek
karena dasar salepnya yang bersifat dapat mencair.
Salep biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam
tube.

Cara Pemakaian : Digunakan dengan cara mengoleskan obat pada


daerah kulit yang infeksi.

Jangka Waktu : Expired date 1 tahun s/d 3 tahun

8) Lanolin (Tjay, H., 2007, Exipients 6th, 2009)


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, sebaiknya pada suhu
kamar terkendali.
Cara Pemakaian : Digunakan sebagai obat luar. Dioleskan pada bagian
kulit yang terkena infeksi

Jangka Waktu : Expired date 1 tahun s/d 3 tahun

9) LCD (Sweetman, 2009)


Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik, baik terlindungi dari
cahaya atau ditempat sejuk.

Cara Pemakaian : Digunakan sebagai obat luar. Dioleskan pada bagian


kulit yang terkena infeksi

Jangka Waktu : Expired date 1 tahun s/d 3 tahun

I. URAIAN BAHAN
V.I Resep 1
1.1. Chloramphenicolum (IAI, 2012; Dirjen POM, 1979; Tjay, H., 2007)
- Nama resmi :Chloramphenicolum
- Nama lain :Chloramex, Alpharma, Kemicetine
- Rumus molekul :C11H12Cl2N2O5
- Rumus struktur :

- Pemerian :

Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang putih sampai


putih kelabu atau putih kekuningan; tidak berbau ; rasa pahit ; dalam
larutan asam lemah mantap

- Kelarutan
Larutan dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol (95%)
dan dalam 7 bagian  propilenglikol;sukar larut dalam kloroform dan
dalam eter
- Khasiat :
Antibiotik, antibakteri (gram positif, gram megatif, riketsia, klamidin),
infeksi meningitis (Martindale edisi 30 hal 1440
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
1.2. Miconazole Cream (Tjay, H., 2007; Dirjen POM, 1979; Tjay, H., 2007)
- Nama resmi : Miconazole cream
- Nama lain : Mikonazol, Doktarin, Gyno-Doktarin
- Rumus molekul :C18H14Cl4NO.HNO3
- Rumus struktur :

- Pemerian : hablur putih hingga kuning muda


- Kelarutan : larut dalam air
- Khasiat : Antifungi
- Penyimpanan : Dalam tube atau dalam wadah tertutup baik
1.3. Lanolin (Dirjen POM, 1979; Tjay, H., 2007; Excipients 6th, 2009)
- Nama resmi : Lanolin
- Nama lain : Adeps Lanae, Cera Lanae, Lanolina anhydrous
- Rumus molekul : C48H69NO
- Rumus struktur :

- Pemerian : Massa seperti lemak, lengket, warna kuning; bau khas


- Kelarutan :
Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air kurang lebih
2 kali beratnya, agak sukar larut dalam etanol panas; mudah larut
dalam eter, dan dalam kloroform
- Khasiat : Zat tambahan
- Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik, sebaiknya pada suhu kamar terkendali

1.4. Acid Salisyl (Dirjen POM, 1979; Tjay, H., 2007)


- Nama resmi : Acid Salicyl
- Nama lain : Asam salisilat, aspirin, asetosal
- Rumus molekul : C7H6O3
- Rumus struktur :

- Pemerian :
Hablur putih; biasanya berbentuk jarum halus
atau serbuk hablur putih; rasa agak manis, tajam dan
stabil di udara. Bentuk sintesis warna putih dan tidak
berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami.
- Kelarutan
Sukar larut dalam air dan dalam benzena;
mudah larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam
air mendidih; agak sukar larut dalam kloroform.
- Khasiat :Antiseptikum ekstern
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Resep 2

1.1. Hidrokortison Cream (Dirjen POM, 1979; Gunawan, S., 2007; IAI, 2012;
Tjay, H., 2007)
- Nama resmi : Hydrocortisonum Cream
- Nama lain : Hidrokortison, Dexametason, Predniso(10)n
- Rumus molekul :C21H30O5
- ARumus struktur :

- Pemerian :Serbuk hablur putih sampai praktis, putih tidak  berbau


- Kelarutan
Sangat sukar larut dalam air, dalam eter; agak
sukar larut dalam aseton dan dalam etanol; sukar larut
dalam kloroform
- Khasiat : Antiinflamasi, antialergi, dan antipruritus
- Penyimpanan : Dalam wadah yang tertutup rapat
1.2. Propylenglikol (Dirjen POM, 1979)
- Nama resmi : Propylenglikolum
- Nama latin : Propylenglikol
- Rumus molekul : C3H8O2
- Rumus struktur :
- Pemerian :
Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas,
praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab
- Kelarutan :
Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan
dengan kloroform, larut dalam eter dan beberapa
minyak esensial tetapi tidak dapat bercampur dengan
minyak lemak
- Khasiat : Pelarut, humektan
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
1.3. Adeps lanae (Ditjen POM, 1979; Tjay, H,2007).
- Nama resmi : Adeps lanae
- Nama lain : lanolin, lanolina anhydrous, cera lanolin
- Rumus molekul : C48H69NO2
- Rumus struktur :

- Pemerian : Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas


- Kelarutan :
Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan
air kurang lebih 2 kali beratnya, agak sukar larut dalam
etanol panas, mudah larut dalam eter dan dalam
kloroform
- Khasiat : Zat tambahan
- Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik, sebaiknya pada
suhu kamar terkendali
1.4. Vaselinum album (Dirjen POM, 1979; Dirjen POM, 1995)
- Nama resmi :Vaselin album
- Nama lain : Vaselin putih, Soft paraffin, White pretoletum
- Rumus molekul : -
- Rumus struktur : -
- Pemerian :
Putih atau kekuningan, massa berminyak,
transparan dalam lapisan tipis setelah didinginkan pada
suhu 0oC.
- Kelarutan :
Tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol
dingin, atau panas dan dalam etanol mutlak dingin,
mudah larut dalam benzene, karbon disulfit, dalam
kloform, larut dalam heksan dalam sebagian besar
minyak lemak dan minyak atsiri.
- Khasiat : Zat tambahan
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
1.5. Acid Salisyl (Dirjen POM, 1979; Tjay, H., 2007)
- Nama resmi : Acid Salicyl
- Nama lain : Asam salisilat, aspirin, asetosal
- Rumus molekul : C7H6O3
- Rumus struktur :

- Pemerian :
Hablur putih, biasanya berbentuk jarum halus
atau serbuk hablur putih, rasa agak manis, tajam dan
stabil di udara. Bentuk sintesis warna putih dan tidak
berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami.
- Kelarutan :
Sukar larut dalam air dan dalam benzene,
mudah larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam
air mendidih, agak sukar larut dalam kloroform.
- Khasiat : Antiseptikum ekstern
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
1.6 LCD (Pharmacists Association 2009).
LCD banyak digunakan dalam kosmetik dan obat-obatan topikal
formulasi, dan umumnya dianggap sebagai bahan tidak beracun. Dipaparan
mata, kulit, dan selaput lendir, bisa asam linoleat menyebabkan iritasi ringan.
VII. PERITUNGAN BAHAN

II. Resep 1

150 mg
Chloromphenicolum =
2

=75 mg

= 0,075 g

10 g
Miconazole Cream =
2

=5g

Lanolin = Secukupnya

0,5 g
Acid Salicyl = x5
100

= 0,0125 g

LCD = 3%

3
= x 10 g
100

30
=
100

= 0,3 gr

III.Resep 2

Hidrokortison cream =1 tube

= 10 g
Propylenglikol =1g

= 1 ml

=20 tetes

Adeps lanae =1 g

Vaseline album =10 g

Acid salicyl =1%

1
= x 10
100

=0,1 g

IV. ETIKET DAN COPY RESEP


ETIKET
COPY RESEP

APOTEK CARYANGGA
FITRI S.Farm., Apt
SIP: 1245/UDR/ 63
Jl. Pt. Pg. Tolangohula

Gorontalo, 16/1/2016
COPY RESEP
Dokter : dr. Eman Rahim
Pro/umur : Nn. Fitri / 18 tahun
Tgl resep : 16/1/16

R/Chloramphenicolhum
150 mg
Miconazole 1 tubr
Lanolin q.s
Acid salicyl 0,5 %
LCD 3%

m.f ungt da in pot No. II


S u.e m.et.vesp
Det 1
Iter 2x
pcc

APOTEK CARYANGGA
FITRI S.Farm., Apt
SIP: 1245/UDR/ 63
Jl. Pt. Pg. Tolangohula

Gorontalo, 16/1/2016
COPY RESEP
Dokter : dr. Dede S
Pro/umur : Ny. Ifa / 39 tahun
Tgl resep : 16/1/16

R/Hidrokortison cream 1 tube


Propylenglikol 1
Adepslanae 1

Vaselinum album 10
Acid salicyl 1%

m.f ungt da in pot No. I


S u.e td.d 1
Det 1

pcc

IX. DAFTAR PUSTAKA


Ansel, H.2011. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press

Constitution Avenue, NW, Washington, DC 20037-2985, USA #


Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association 2009

DITJEN POM.1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

DITJEN POM.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Gunawan, S dkk.2007. Farmakologi Dan Terapi 5. Jakarta: Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia.

Tjay,H dkk. 2006. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elexmedia Komputido

Williams TC¸1998. The myelotoxicity of chloramphenicol: in vitro and in vivo


studies: II: In vivo myelotoxicity in the B6C3F1 mouse.

Higuchi, T. 1961. Pharmaceutical Analysis. New York : Interscience


Publisher.
Andika Y R, Diana M. 2017. Dermatitis Kontak Iritan Et Causa Asam Salisilat
Pada Lesi Post Herpes Zoster Thoracalis Sinistra. Volume 4 Nomor 1.
Fakultas kedokteran Universitas Lampung.
Ditjen POM 1979, Farmakope Indonesia edisi ketiga. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia

Gibayanti Hadusoebroto dan Senandi Budiman.2019. Penetapan Kadar Asam


Salisilat pada Krim Anti Jerawat yang Beredar di Kota Bandung
dengan Metode Spektrometri Ultra Violet. Kartika Kimia Jurnal

Higuchi, T. 1961. Pharmaceutical Analysis. New York : Interscience Publisher

Katzung, Betram and Trevor Anthony.(2005) : Basic and Clinical Volume 06,
Nomor 01 (2019) Pharmacology, 13th Edition, Lange Medical Book,
SanFransisco.

Puspita S. 2018. Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Krim Hidrokortison Generik dan
Generik Berlogo. Jurnal Para Pemikir Volume 7 Nomor 2.

Tranggono, R. I. dan Fatma L. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan


Kosmetik. Jakarta : PT Gramedia.

Andika Y R, Diana M. 2017. Dermatitis Kontak Iritan Et Causa Asam Salisilat


Pada Lesi Post Herpes Zoster Thoracalis Sinistra. Volume 4 Nomor 1.
Fakultas kedokteran Universitas Lampung.

Ditjen POM 1979, Farmakope Indonesia edisi ketiga. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia

Gibayanti Hadusoebroto dan Senandi Budiman.2019. Penetapan Kadar Asam


Salisilat pada Krim Anti Jerawat yang Beredar di Kota Bandung
dengan Metode Spektrometri Ultra Violet. Kartika Kimia Jurnal
Katzung, Betram and Trevor Anthony.(2005) : Basic and Clinical Volume 06,
Nomor 01 (2019) Pharmacology, 13th Edition, Lange Medical Book,
SanFransisco.

Puspita S. 2018. Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Krim Hidrokortison Generik dan
Generik Berlogo. Jurnal Para Pemikir Volume 7 Nomor 2.

Tranggono, R. I. dan Fatma L. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan


Kosmetik. Jakarta : PT Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai