Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

FIBROADENOMA MAMMAE

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Defenisi
Fibroadenoma adalah suatu tumor jinak yang merupakan pertumbuhan
yang meliputi kelenjar dan stroma jaringan ikat (Brunner & Suddath, 2001)
Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak pada payudara yang
bersimpai jelas, berbatas jelas, soliter, berbentuk benjolan yang dapat
digerakkan. Fibroadenoma mammae umumnya dikenal dengan tumor
mammae.
Ketika sejumlah sel di dalam payudara tumbuh dan berkembang
dengan tidak terkendali, inilah yang disebut kanker payudara. Sel-sel tersebut
dapat menyerang jaringan sekitar dan menyebar ke seluruh tubuh. Kumpulan
besar dari jaringan yang tidak terkontrol ini disebut tumor atau benjolan. Akan
tetapi, tidak semua tumor merupakan kanker karena sifatnya yang tidak
menyebar atau mengancam nyawa. Tumor ini disebut tumor jinak. Tumor
yang dapat menyebar ke seluruh tubuh atau menyerang jaringan sekitar
disebut kanker atau tumor ganas. Teorinya, setiap jenis jaringan pada
payudara dapat membentuk kanker, biasanya timbul pada saluran atau
kelenjar susu (www.pitapink.com, situs resmi Yayasan Kanker Payudara
Jakarta, diakses tanggal 8 Desember 2016).

2. Etiologi
Belum ada penyebab spesifik, namun factor predisposisi terjadinya
fibroadenoma mammae adalah siklus menstruasi yang tidak teratur. Selain itu
1
ada beberapa faktor resiko diantaranya :
a. Anak perempuan dari ibu dengan kanker payudara (herediter)

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


b. Menarke dini. Resiko Tumor payudara meningkat pada wanita yang
mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun.
c. Nulipara dan usia maternal. Lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita
yang melahirkan setelah usia 30 tahun lebih berisiko mengalami Tumor
payudara.
d. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun.
e. Pernah mengalami radiasi didaerah dada.

3. Patofisiologi
Sampai saat ini penyebab dari tumor jinak payudara belum diketahui
(idiopatik). Namun, ada faktor predisposisi yang mendukung terjadinya tumor
pada payudara adalah siklus menstruasi yang tidak teratur. Hal itu disebabkan
karena pada fase luteal dalam siklus menstruasi terjadi peningkatan kadar
hormon estrogen dan penurunan kadar hormon progesteron.
Sedangkan secara fisiologisnya pada saat menstruasi hormon estrogen
dan progesteron meningkat dan dua hari sebelum menstruasi berakhir hormon
estrogen dan progesteron menurun. Secara normalnya, fungsi estrogen untuk
perkembangan jaringan stroma pada payudara, pertumbuhan sistem duktus
yang luas, dan untuk deposit lemak pada payudara. Sedangkan progesteron
berfungsi untuk peningkatan perkembangan dari lobulus dan alveoli payudara,
menyebabkan sel-sel alveolar berproliferasi, membesar dan bersifat
sekretorik.
Pembesaran jaringan payudara terjadi akibat meningkatnya kadar
estrogen dan defisiensi kadar hormon progesteron dari ketidakteraturan siklus
menstruasi. Sehingga terjadi peningkatan deposit lemak dan perkembangan
jaringan payudara. Dan juga penurunan pembentukan lobulus dan alveoli.
2 Apabila kejadian ini berlangsung secara terus-menerus dapat mengakibatkan
tumor payudara (Guyten & Hall, 1997).

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


Tumor dapat terjadi karena mutasi dalam DNA sel. Penimbunan
mutasi merupakan pemicu munculnya tumor. Penimbunan mutasi di jaringan
fibrosa dan jaringan epitel dapat menyebabkan proliferasi sel yang abnormal
sehingga akan tampak tumor yang membentuk lobus- lobus hal ini
dikarenakan terjadi gangguan pada nukleus sel yang menyebabkan sel
kehilangan fungsi deferensiasi yang disebut anaplasia. Dengan rangsangan
estrogen fibroadenoma mamae ukurannya akan lebih meningkat.

4. Manifestasi Klinis
a. Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada
penampang tampak jaringan ikat berwarna putih, kenyal
b. Nyeri terkadang dirasakan
c. Ada bagian yang menonjol ke permukaan
d. Ada penekanan pada jaringan sekitar
e. Ada batas yang tegas
f. Bila diameter mencapai 10 – 15 cm muncul Fibroadenoma raksasa ( Giant
Fibroadenoma)
g. Memiliki kapsul dan soliter
h. Benjolan dapat digerakkan
i. Pertumbuhannya lambat
j. Mudah diangkat dengan lokal surgery
k. Bila segera ditangani tidak menyebabkan kematian

5. Pemeriksaan Penunjang
a. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
b. Pemeriksaan laboratorium : darah rutin, gula daeah, enzim (alkali
3 fosfotose, LDH), sitologi pada cairan putting susu

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


c. Mammografi
Mamografi adalah suatu pemeriksaan untuk mammae (payudara)
dengan menggunakan sinar x-ray dosis rendah. Dipakai untuk mendeteksi
dini tumor payudara pada wanita, tanpa disertai keluhan atau yang disertai
keluhan. Keluhan seperti adanya benjolan pada payudara, cairan yang
tidak normal keluar dari puting payudara atau adanya nyeri pada payudara
(sebelum atau sesudah menstruasi - untuk menyingkirkan bahwa nyeri
yang ditimbulkan bukan dikarenakan sindroma pre menstrual).
d. Biopsi
Biopsi bedah dilakukan dibawah anastesi lokal. Biopsi mencakup
eksisi lesi dan mengirimkannya ke laboraturium untuk dilakukan
pemeriksaan patologis.
Bila ukuran tumor tidak terlalu besar, maka semua benjolan diangkat
dengan cara operasi yang dilakukan dalam pembiusan total, disebut biopsi
eksisi. Bila tumor ukurannya besar, biasanya diambil sampel dari benjolan
yang ada, disebut biopsi insisi. Setelah dilakukan biopsi, jaringan tumor
dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi (PA) untuk penentuan tumor
jinak atau ganas (kanker). Bila hasil PA jinak maka dengan pengangkatan
tumor berarti pengobatan sudah selesai. Namun bila hasilnya adalah
kanker , harus dilanjutkan oleh operasi kedua yaitu dengan tindakan bedah
kuratif yaitu mastektomi radikal (pengangkatan payudara dengan sebagian
besar kulitnya, m.pektoralis mayor dan minor, serta semua kelenjar ketiak
sekaligus).

6. Penatalaksanaan Medis
a. Insisi permukaan, dilakukan pada tumor dengan ukuran lebih besar dari
4 5 cm.
b. Eksisi tumor dengan anastesi lokal ataupun umum. Ini dilakukan untuk
tumor yang berukuran < 5 cm. selanjutnya specimen operasi periksa

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


potologis. Bila penderitanya muda dengan lesi kecil, diagnosa dapat
dibuat dengan aspurasi jarum halus bila penderita tidak menginginkan
biopsi dengan eksisi. Fibroadenoma yang lebih besar dari 3 cm harus
diangkat karena dapat menyebabkan nyeri dan tumbuh terus.

7. Komplikasi
Tumor mammae bisa berkembang menjadi kanker mammae jika tidak
mendapatkan penanganan yang baik. Kemudian Ca mammae dapat
bermetastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) menuju ke
paru, pleura, tulang dan hati.

1. Prognosis
Tumor payudara memiliki prognosis yang baik jika ditangani dengan
pengobatan yang sesuai dan ditangani secepat mungkin tetapi prognosisnya
akan buruk jika tidak ditangani dengan tepat dan cepat.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Kelemahan dan / keletihan
Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur,
misalnya : nyeri, ansietas.
Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsiogen
lingkungan.
b. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja
5 Kebiasaan : Perubahan pada TD
c. Integritas Ego
Gejala : Factor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


mengatasi stress (misalnya merokok,minum alcohol, mununda
mencari pengobatan, keyakinan religius / spiritual)
Masalah tentang perubahan dalam penampilan, misalnya
pembedahan.
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak
mampu, tidak bernakna, rasa bersalah, kehilangan control,
depresi.
Kebiasaan : Menyangkal, menarik diri, marah
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pada pola defekasi, misalnya nyeri pada defekasi
Perubahan eliminasi urinarius, misalnya sering berkemih.
Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
e. Makanan / cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk, misalnya rendah serat tinggi lemak
bahan pengawet. Anoreksi, mual / muntah
Perubahan pada berat badan ; penurun berat badan
Tanda : Perubahan pada kelembaban / turgo kulit ; edema
f. Neurosensori
Gejala : Pusing ; sinkope
g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Derajat nyeri bervariasi, misalnya ketidak nyamanan ringan
sampai nyeri berat.
h. Pernapasan
Gejala : Merokok, hidup dengan seseorang yang merokok.
Pemajanan asbes
i. Keamanan
6 Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen
Pemanjana matahari lama / berlebihan.
Tanda : Demam

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


Ruam kulit, ulserasi
j. Seksualitas
Gejala : Masalah seksual, misalnya dampak pada hubungan,
perubahan pada tingkat kepuasan.
k. Interaksi Sosial
Gejala : Ketidakadekuatan / kelemahan system pendukung.
Masalah tentang fungsi / tanggung jawab peran
l. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat kaker pada keluarga, misalnya ibu / Bibi dengan
kanker payudara, kanker ovarium, kanker kolo
Riwayat pengobatan : Pengobatan sebelumnya untuk tempat
kanker dan pengobatan yang diberikan.

2. Diagnosa Keperawatan
Pre-operatif :
a. Gangguan rasa nyaman :nyeri berhubungan dengan penyakit(kompressi

atau dekstruksi, jaringan saraf, infiltrasi syaraf, atau suplai vaskulernya,

obtruksi jaringan syaraf inflamasi dan adanya penekanan masa tumor

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi,

peningkatan energi (status hipermetabolik) kebutuhan psikologis atau

emosional berlebihan dan perubahan kimia tubuh: efek samping obat-

obatan : kemoterapi

c. Kerusakan intergritas kulit / jaringan berhubungan dengan Penurunan

7 imunologis, Penurunan status nutrisi, anemia

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


d. Gangguan rasa nyaman: ansietas berhubungan dengan krisis situasi

(kanker) ancaman pada perubahan status kesehatan, fungsi peran, pola

interaksi, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga, transmisi atau

penularan perasaan interpersonal, perubahan gambaran tubuh

e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek samping kemoterapi atau

radioterapi misal kehilangan rambut, mual dan muntah, penurunan berat

badan, impotensi, sterilisasi, kelelahan berlebihan, nyeri tidak terkontrol

kecacatan bedah

f. Defisiensi pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan serta pengobatan

penyakit berhubungan dengan kurang informasi

Post Operatif:

a. Nyeri berhubungan dengan luka operasi

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi

c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pengangkatan organ, luka

operasi

d. Resiko penyebaran infeksi sekunder berhubungan dengan luka operasi,

port d’entry kuman

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


3. Intervensi Keperawatan

Pre-Operatif :

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria


Intervensi
Keperawatan Hasil

1. Nyeri NOC : NIC :


 Pain level Pain Management
Definisi :  Pain control  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
Sensori yang tidak menyenangkan  Comfort level lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
dan pengalaman emosional yang Setelah dilakukan tindakan presipitasi
muncul secara aktual atau keperawatan …x24 jam  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
potensial kerusakan jaringan atau diharapkan nyeri berkurang  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
menggambarkan adanya atau hilang pengalaman nyeri pasien
kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Kriteria Hasil :  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Internasional): serangan  Mampu mengontrol  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
mendadak atau pelan nyeri (tahu penyebab  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
intensitasnya dari ringan sampai nyeri, mampu ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
berat yang dapat diantisipasi menggunakan tehnik  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
dengan akhir yang dapat nonfarmakologi untuk menemukan dukungan
diprediksi dan dengan durasi mengurangi nyeri,  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
kurang dari 6 bulan. mencari bantuan) seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
 Melaporkan bahwa nyeri  Kurangi faktor presipitasi nyeri
Batasan karakteristik : berkurang dengan  Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
 Laporan secara verbal atau menggunakan
9 farmakologi dan inter personal)
non verbal manajemen nyeri  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
 Fakta dari observasi  Mampu mengenali nyeri  Ajarkan tentang teknik non farmakologi

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


 Posisi antalgic untuk (skala, intensitas,  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
menghindari nyeri frekuensi dan tanda  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Gerakan melindungi nyeri)  Tingkatkan istirahat
 Tingkah laku berhati-hati  Menyatakan rasa  Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
 Muka topeng nyaman setelah nyeri tindakan nyeri tidak berhasil
 Gangguan tidur (mata sayu, berkurang  Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
tampak capek, sulit atau  Tanda vital dalam
gerakan kacau, rentang normal Analgesic Administration
menyeringai)  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
 Terfokus pada diri sendiri sebelum pemberian obat
 Fokus menyempit  Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
(penurunan persepsi waktu, frekuensi
kerusakan proses berpikir,  Cek riwayat alergi
penurunan interaksi dengan  Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari
orang dan lingkungan) analgesik ketika pemberian lebih dari satu
 Tingkah laku distraksi,  Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya
contoh : jalan-jalan, nyeri
menemui orang lain  Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis
dan/atau aktivitas, aktivitas optimal
berulang-ulang)  Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan
 Respon autonom (seperti nyeri secara teratur
diaphoresis, perubahan  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
tekanan darah, perubahan analgesik pertama kali
nafas, nadi dan dilatasi  Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
pupil)  Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek
 Perubahan autonomic samping)
10 dalam tonus otot (mungkin
dalam rentang dari lemah
ke kaku)

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


 Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
 Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

Faktor yang berhubungan :


Agen injuri (biologi, kimia, fisik,
psikologis)

2. Intoleransi akivitas NOC : NIC :


 Energy conservation Activity Therapy
Defenisi : ketidakcukupan energi  Activity tolerance  Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medic dalam
psikologis atau fisiologis untuk  Self care : ADLs merencanakan program terapi yang tepat
melanjutkan atau menyelesaikan Setelah dilakukan tindakan  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
aktifitas kehidupan sehari-sehari keperawatan …x24 jam mampu dilakukan
yang harus atau yang ingin diharapkan klien toleran  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
dilakukan. terhadap aktivitas. dengan kemmpuan fisik, psikologi dan social
Kriteria hasil:  Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber
Batasan karakteristik:  Berpartisipasi dalam yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
 Respon tekanan darah aktivitas fisik tanpa  Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti
abnormal terhadap disertai peningkatan kursi roda, krek
aktivitas tekanan darah, nadi dan  Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
 Respon frekuensi jantung RR  Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu
11
abnormal terhadap  Mampu melakukan luang
aktivitas aktivitas sehari-hari  Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifiasi
 Perubahan EKG yang (ADLs) secara mandiri kekurangan dalam beraktivitas

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


mencerminkan iskemia  Tanda-tanda vital  Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
 Ketidaknyamanan setelah normal  Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
beraktivitas  Energy psikomotor penguatan
 Dispnea setelah  Level kelemahan  Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual
beraktivitas  Mampu berpindah
 Menyatakan merasa letih dengan atau tanpa
 Menyatakan merasa lemah bantuan alat
 Status kardiopulmonary
Factor yang berhubungan : adekuat
 Tirah baring atau  Sirkulasi status baik
mobilisasi  Status respirasi :
 Kelemahan umum pertukaran gas dan
 Ketidakseimbangan antara ventilasi adekuat
suplai dan kebutuhan
oksigen
 Imobilitas
 Gaya hidup monoton
3. Kerusakan integritas kulit NOC : NIC :
 Tissue integrity : skin Pressure Management:
Defenisi : perubahan/gangguan and mucous  Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
epidermis dan/atau dermis  Membranes longgar
 Hemodyalis akses  Hindari kerutan pada tempat tidur
Batasan karakteristik: Setelah dilakukan tindakan  Jaga kebersihan kulit adar tetap bersih dan kering
 Kerusakan pada lapisan keperawatan …x24 jam  Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam
kulit diharapkan integritas kulit sekali
 Gangguan pada membaik.  Monitor kulit akan adanya kemerahan
12 permukaan kulit Kriteria hasil:  Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang
 Invasi struktur tubuh  Integritas kulit yang tertekan
baik bisa dipertahankan

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


Faktor yang berhubungan: (sensasi, elastisitas,  Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
temperature, hidrasi,  Monitor status nutrisi pasien
Eksternal (lingkungan) pigmentasi)  Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
 Zat kimia  Tidak ada luka/lesi Insision site care:
 Kelembaban pada kulit  Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses
 Hipertermia  Perfusi jaringan baik penyembuhan pada luka yang ditutup dengan jahitan
 Hipotermia  Menunjukkan  Monitor proses kesembuhan area insisi
 Factor mekanik pemahaman dalam  Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi
(terpotong, tertekan, akibat proses perbaikan kulit  Bersihkan area sekitar jahitan menggunakan kapas lidi
restrain) dan mencegah kapas steril
 Obat terjadinya cedera  Gunakan preparat antiseptic, sesuai program
 Kelembaban kulit berulang  Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau
 Imobilisasi fisik  Mampu melindungi biarkan luka tetap terbuka (tidak dibalut) sesuai program
 Radiasi kulit dan
mempertahankan
Internal (somatic) kelembaban kulit dan
 Perubahan status cairan perawatan alami
 Perubahan pigmentasi
 Perubahan turgor
 Factor perkembangan
 Ketidakseimbangan nutrisi
 Deficit imunologis
 Gangguan sirkulasi
 Gangguan status metabolic
 Gangguan sensasi
 Penonjolan tulang

13 Factor perkembangan
 Usia eksterm muda atau

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


tua

4. Ansietas NOC: NIC


 Anxiety self control Anxiety Reduction
Defenisi : perasaan tidak nyaman  Anxiety level 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
atau kekhawatiran yang samar  Coping 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
disertai respon autoimun, Setelah dilakukan asuhan 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
perasaan takut yang disebabkan keperawatan selama … x24 prosedur
oleh antisipasi terhadap bahaya. jam diharapkan rasa cemas 4. Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress
Hal ini merupakan isyarat yang ada pada diri klien 5. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
kewaspadaan yang berkurang mengurangi takut
memperingatkan individu akan 6. Dorong keluarga untuk menemani anak
adanya bahaya dan memampukan Kriteria hasil : 7. Lakukan back/neck rub
individu untuk bertindak  Klien mampu 8. Dengarkan dengan penuh perhatian
menghadapi ancaman. mengidentifikasi dan 9. Identifikasi tingkat kecemasan
mengungkapkan gejala 10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
Batasan karakteristik : cemas kecemasan
Perilaku 11. Dorong pasien untuk mengungkapkan pearasaan,
 Mengidentifikasi,
 Penurunan produktivitas ketakutan, persepsi
mengungkapkan dan
 Mengekspresikan 12. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
menunjukkan teknik
kekhawatiran akibat 13. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
untuk mengontrol
perubahan dalam peristiwa
cemas
hidup
 Vital sign dalam batas
 Gerakan yang tidak relevan
normal
 Gelisah
14  Memandang sekilas
 Postur tubuh, ekspresi
 Insomnia
wajah, bahasa tubuh
dan tingkat aktivitas

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


 Kontak mata buruk menunjukkan
 Resah berkurangnya
 Menyelidik&tidak waspada kecemasan

Afektif
 Gelisah
 Kesedihan yang mendalam
 Distress
 Ketakutan
 Perasaan tidak adekuat
 Fokus pada diri sendiri
 Peningkatan kekhawatiran
 Iritabilitas
 Gugup
 Gembira berlebihan
 Nyeri dan peningkatan
ketidakberdayaan yang
persisten
 Marah
 Menyesal
 Perasaan takut
 Ketidakpastian’
 Khawatir

Fisiologis
 Wajah tegang
 Peningkatan keringat
15  Peningkatan keteganbgan
 Terguncang

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


 Gemetar/tremor
 Suara bergetar

Parasimpatis
 Nyeri abdomen
 Penurunan TD, nadi
 Diare
 Pingsan
 Keletihan
 Mual
 Gangguan tidur
 Kesemutan pada
ekstremitas
 Sering berkemih

Simpatis
 Anoreksia
 Mulut kering
 Wajah kemerahan
 Jantung berdebar-debar
 Peningkatan TD, nadi,
reflek, pernapasan
 Dilatasi pupil
 Kesulitan bernapas
 Kedutan otot
 Kelemahan
16

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


Kognitif
 Kesadaran terhadap
gejala-gejala fisiologis
 Bloking fikiran
 Konfusi
 Penurunan lapang pandang
 Kesulitan untuk
berkonsentrasi
 Keterbatasan kemampuan
untuk menyelesaikan
masalah
 Keterbatasan kemampuan
untuk belajar
 Takut terhadap
konsekuensi yang tidak
spesifik
 Mudah lupa
 Gangguan perhatian
 Melamun
 Kecenderungan untuk
menyalahkan ornag lain

Faktor yang berhubungan:


 Hubungan
keluarga/hereditas
17  Transmisi dan penularan
interpersonal

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


 Krisis situasi dan maturasi
 Stress
 Penyalahgunaan zat
 Ancaman kematian
 Ancaman atau perubahan
pada status peran, fungsi
peran, lingkungan, status
kesehatan, status ekonomi,
atau pola interaksi
 Ancaman terhadap konsep
diri
 Konflik yang tidak
disadari tentang nilai dan
tujuan hidup yang esensial
 Kebutuhan yang tidak
terpenuhi

5. Gangguan citra tubuh NOC: NIC :


 Body image Body image enhancement
Defenisi : konfusi dalam  Self esteem  Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien
gambaran mental tentang diri-fisik Setelah dilakukan tindakan terhadap tubuhnya
indiviu keperawatan selama ….  Monitor frekuensi mengkritik dirinya
gangguan body image  Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan
Batasan karakteristik : pasien teratasi dan prognosis penyakit
 Berfokus pada fungsi masa Kriteria hasil:  Dorong klien mengungkapkan perasaannya
lalu  Body image positif  Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat
 Berfokus pada kekuatan  Mampu bantu
18 sebelumnya mengidentifikasi  Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam
 Berfokus pada penampilan kekuatan personal kelompok kecil

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


masa lalu  Mendiskripsikan
 Depersonaliasi bagian tubuh secara faktual
melalui pengguanaan kata perubahan fungsi
ganti impersonal tubuh
 Depersonaliasi kehilangan  Mempertahankan
melalui penggunaan kata interaksi sosial
ganti impersonal
 Gangguan fungsi tubuh
 Gangguan pandangan
tentang tubuh seseorang
(mis, penampilan,struktur,
fungsi)
 Gangguan struktur tubuh
 Memperluas batasan tubuh
(mis, memasukkan objek
eksternal)
 Menekankan pada kekuatan
yang tersisa
 Menekankan pencapaian
 Persepsi yang merefleksikan
perubahan pandangan
tentang penampilan tubuh
seseorang
 Personalisasi bagian tubuh
dengan nama
 Personalisasi kehilangan
dengan nama
19  Menghindari melihat tubuh
 Menghindari menyentuh

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


tubuh
 Menolak menerima
perubahan
 Menyembunyikan bagian
tubuh
 Perasaan negatif tentang
tubuh
 Perilaku memantau tubuh
 Perilaku mengenali tubuh
 Perubahan gaya hidup
 Perubahan lingkungan sosial
 Perubahan pada kemampuan
memperkirakan hubungan
spasial tubuh dengan
lingkungan
 Preokupasi pada kehilangan
 Preokupasi pada perubahan
 Respons nonverbal pada
perubahan tubuh (mis,
penampilan struktur, fungsi)
 Respons nonverbal pada
perubahan yang dirasakan
pada tubuh (mis,
penampilan,struktur,fungsi)
 Takut reaksi orang lain
 Terlalu terbuka tentang
bagian tubuh
20  Tidak ada bagian tubuh
 Trauma terhadap bagian

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


tubuh yang tidak berfungsi

Faktor yang berhubungan :


 Biofisik, kognitif
 Budaya, terhadap
perkembangan
 Penyakit, cedera
 Perceptual, psikososial,
spiritual
 Pembedahan, trauma
 Terapi penyakit
6. Defisiensi pengetahuan NOC: NIC :
 Kowlwdge : disease Teaching diseases Process
Defenisi : ketiadaan atau process  Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
defisiensi informasi kognitif yang  Kowledge : health  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana
berkaitan dengan topik tertentu. Behavior hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi,
Setelah dilakukan tindakan dengan cara yang tepat.
Batasan karakteristik: keperawatan selama ….  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
 Perilaku hiperbola Pasien menunjukkan penyakit, dengan cara yang tepat
 Ketidakakuratan mengikuti pengetahuan tentang  Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
perintah proses penyakit dengan  Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang
 Ketidakakuratan Kriteria hasil: tepat
melakukan tes  Pasien dan keluarga  Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,
 Perilaku tidak tepat (mis: menyatakan dengan cara yang tepat
hysteria, bermusuhan, pemahaman tentang  Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan
21 agitasi, apatis) penyakit, kondisi, pasien dengan cara yang tepat
 Pengungkapan masalah prognosis dan program  Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
pengobatan

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


Factor yang berhubungan :  Pasien dan keluarga  Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
 Keterbatasan kognitif mampu melaksanakan mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat
 Salah interpretasi informasi prosedur yang atau diindikasikan
 Kurang pajanan dijelaskan secara benar  Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan,
 Kurang minat dalam belajar  Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat
mampu menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya.

Post- Operatif:

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria


Intervensi
Keperawatan Hasil

1. Nyeri NOC : NIC :


 Pain level Pain Management
Definisi :  Pain control  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
Sensori yang tidak menyenangkan  Comfort level lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
dan pengalaman emosional yang Setelah dilakukan tindakan presipitasi
muncul secara aktual atau keperawatan …x24 jam  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
potensial kerusakan jaringan atau diharapkan nyeri berkurang  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
menggambarkan adanya atau hilang pengalaman nyeri pasien
22 kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Kriteria Hasil :  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Internasional): serangan  Mampu mengontrol  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
mendadak atau pelan

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


intensitasnya dari ringan sampai nyeri (tahu penyebab  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
berat yang dapat diantisipasi nyeri, mampu ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
dengan akhir yang dapat menggunakan tehnik  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
diprediksi dan dengan durasi nonfarmakologi untuk menemukan dukungan
kurang dari 6 bulan. mengurangi nyeri,  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
mencari bantuan) seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Batasan karakteristik :  Melaporkan bahwa nyeri  Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Laporan secara verbal atau berkurang dengan  Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
non verbal menggunakan farmakologi dan inter personal)
 Fakta dari observasi manajemen nyeri  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
 Posisi antalgic untuk  Mampu mengenali nyeri  Ajarkan tentang teknik non farmakologi
menghindari nyeri (skala, intensitas,  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
 Gerakan melindungi frekuensi dan tanda
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Tingkah laku berhati-hati nyeri)
 Tingkatkan istirahat
 Muka topeng  Menyatakan rasa
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
 Gangguan tidur (mata sayu, nyaman setelah nyeri
tindakan nyeri tidak berhasil
tampak capek, sulit atau berkurang
 Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
gerakan kacau,  Tanda vital dalam
menyeringai) rentang normal
Analgesic Administration
 Terfokus pada diri sendiri  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
 Fokus menyempit sebelum pemberian obat
(penurunan persepsi waktu,  Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
kerusakan proses berpikir, frekuensi
penurunan interaksi dengan  Cek riwayat alergi
orang dan lingkungan)
 Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari
 Tingkah laku distraksi, analgesik ketika pemberian lebih dari satu
contoh : jalan-jalan,
23  Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya
menemui orang lain
nyeri
dan/atau aktivitas, aktivitas

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


berulang-ulang)  Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis
 Respon autonom (seperti optimal
diaphoresis, perubahan  Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan
tekanan darah, perubahan nyeri secara teratur
nafas, nadi dan dilatasi  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
pupil) analgesik pertama kali
 Perubahan autonomic  Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
dalam tonus otot (mungkin  Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek
dalam rentang dari lemah samping)
ke kaku)
 Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
 Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

Faktor yang berhubungan :


Agen injuri (biologi, kimia, fisik,
psikologis)

2. Kerusakan integritas kulit NOC : NIC :


 Tissue integrity : skin Pressure Management:
Defenisi : perubahan/gangguan and mucous  Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
epidermis dan/atau dermis  Membranes longgar
 Hemodyalis akses  Hindari kerutan pada tempat tidur
24 Batasan karakteristik: Setelah dilakukan tindakan  Jaga kebersihan kulit adar tetap bersih dan kering
 Kerusakan pada lapisan keperawatan …x24 jam  Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


kulit diharapkan integritas kulit sekali
 Gangguan pada membaik.  Monitor kulit akan adanya kemerahan
permukaan kulit Kriteria hasil:  Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang
 Invasi struktur tubuh  Integritas kulit yang tertekan
baik bisa dipertahankan  Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Faktor yang berhubungan: (sensasi, elastisitas,  Monitor status nutrisi pasien
temperature, hidrasi,  Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
Eksternal (lingkungan) pigmentasi) Insision site care:
 Zat kimia  Tidak ada luka/lesi  Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses
 Kelembaban pada kulit penyembuhan pada luka yang ditutup dengan jahitan
 Hipertermia  Perfusi jaringan baik  Monitor proses kesembuhan area insisi
 Hipotermia  Menunjukkan  Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi
 Factor mekanik pemahaman dalam  Bersihkan area sekitar jahitan menggunakan kapas lidi
(terpotong, tertekan, akibat proses perbaikan kulit kapas steril
restrain) dan mencegah  Gunakan preparat antiseptic, sesuai program
 Obat terjadinya cedera
 Kelembaban kulit
 Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau
berulang
biarkan luka tetap terbuka (tidak dibalut) sesuai program
 Imobilisasi fisik  Mampu melindungi
 Radiasi kulit dan
mempertahankan
Internal (somatic) kelembaban kulit dan
 Perubahan status cairan perawatan alami
 Perubahan pigmentasi
 Perubahan turgor
 Factor perkembangan
 Ketidakseimbangan nutrisi
 Deficit imunologis
25  Gangguan sirkulasi
 Gangguan status metabolic

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


 Gangguan sensasi
 Penonjolan tulang

Factor perkembangan
 Usia eksterm muda atau
tua

3. Gangguan citra tubuh NOC: NIC :


 Body image Body image enhancement
Defenisi : konfusi dalam  Self esteem  Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien
gambaran mental tentang diri-fisik Setelah dilakukan tindakan terhadap tubuhnya
indiviu keperawatan selama ….  Monitor frekuensi mengkritik dirinya
gangguan body image  Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan
Batasan karakteristik : pasien teratasi dan prognosis penyakit
 Berfokus pada fungsi masa Kriteria hasil:  Dorong klien mengungkapkan perasaannya
lalu  Body image positif  Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat
 Berfokus pada kekuatan  Mampu bantu
sebelumnya mengidentifikasi  Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam
 Berfokus pada penampilan kekuatan personal kelompok kecil
masa lalu  Mendiskripsikan
 Depersonaliasi bagian tubuh secara faktual
melalui pengguanaan kata perubahan fungsi
ganti impersonal tubuh
 Depersonaliasi kehilangan
 Mempertahankan
melalui penggunaan kata interaksi sosial
ganti impersonal
 Gangguan fungsi tubuh
26  Gangguan pandangan
tentang tubuh seseorang

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


(mis, penampilan,struktur,
fungsi)
 Gangguan struktur tubuh
 Memperluas batasan tubuh
(mis, memasukkan objek
eksternal)
 Menekankan pada kekuatan
yang tersisa
 Menekankan pencapaian
 Persepsi yang merefleksikan
perubahan pandangan
tentang penampilan tubuh
seseorang
 Personalisasi bagian tubuh
dengan nama
 Personalisasi kehilangan
dengan nama
 Menghindari melihat tubuh
 Menghindari menyentuh
tubuh
 Menolak menerima
perubahan
 Menyembunyikan bagian
tubuh
 Perasaan negatif tentang
tubuh
 Perilaku memantau tubuh
27  Perilaku mengenali tubuh
 Perubahan gaya hidup

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


 Perubahan lingkungan sosial
 Perubahan pada kemampuan
memperkirakan hubungan
spasial tubuh dengan
lingkungan
 Preokupasi pada kehilangan
 Preokupasi pada perubahan
 Respons nonverbal pada
perubahan tubuh (mis,
penampilan struktur, fungsi)
 Respons nonverbal pada
perubahan yang dirasakan
pada tubuh (mis,
penampilan,struktur,fungsi)
 Takut reaksi orang lain
 Terlalu terbuka tentang
bagian tubuh
 Tidak ada bagian tubuh
 Trauma terhadap bagian
tubuh yang tidak berfungsi

Faktor yang berhubungan :


 Biofisik, kognitif
 Budaya, terhadap
perkembangan
 Penyakit, cedera
28  Perceptual, psikososial,
spiritual

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


 Pembedahan, trauma
 Terapi penyakit

4. Resiko penyebaran infeksi NOC : NIC :


 Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
Definisi : Peningkatan resiko  Knowledge : Infection · Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
masuknya organisme patogen control · Pertahankan teknik isolasi
 Risk control · Batasi pengunjung bila perlu
Faktor-faktor resiko : Kriteria Hasil : · Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
- Prosedur Infasif  Klien bebas dari tanda berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
- Ketidakcukupan pengetahuan dan gejala infeksi · Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
untuk menghindari paparan  Mendeskripsikan proses · Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
patogen penularan penyakit, kperawtan
- Trauma factor yang · Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
- Kerusakan jaringan dan mempengaruhi · Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
peningkatan paparan penularan serta · Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai
lingkungan penatalaksanaannya, dengan petunjuk umum
- Ruptur membran amnion  Menunjukkan · Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
- Agen farmasi kemampuan untuk kandung kencing
(imunosupresan) mencegah timbulnya · Tingktkan intake nutrisi
- Malnutrisi infeksi · Berikan terapi antibiotik bila perlu
- Peningkatan paparan  Jumlah leukosit dalam · Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
lingkungan patogen batas normal · Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
- Imonusupresi  Menunjukkan perilaku · Monitor hitung granulosit, WBC
- Ketidakadekuatan imum hidup sehat · Monitor kerentanan terhadap infeksi
buatan · Batasi pengunjung
29 - Tidak adekuat pertahanan · Saring pengunjung terhadap penyakit menular
sekunder (penurunan Hb, · Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


Leukopenia, penekanan · Pertahankan teknik isolasi k/p
respon inflamasi) · Berikan perawatan kuliat pada area epidema
- Tidak adekuat pertahanan · Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,
tubuh primer (kulit tidak utuh, panas, drainase
trauma jaringan, penurunan · Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
kerja silia, cairan tubuh statis, · Dorong masukkan nutrisi yang cukup
perubahan sekresi pH, · Dorong masukan cairan
perubahan peristaltik) · Dorong istirahat
- Penyakit kronik · Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
· Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
· Ajarkan cara menghindari infeksi
· Laporkan kecurigaan infeksi
· Laporkan kultur positif

30

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall (2005), Buku saku diagnosa keperawatan dan dokumentasi, edisi 4,
Alih Bahasa Yasman Asih, Jakarta, EGC

C. J. H. Van de Velde (2006), Ilmu bedah, Edisi 5, Alih Bahasa “ Arjono”


Penerbit Kedokteran, Jakarta, EGC

Carpenito, Lynda Juall (2008), Buku saku diagnosa keperawatan, edisi 8, alih Bahasa Monica
Ester, Jakarta, EGC

Daniell Jane Charette (2006), Ancologi Nursing Care Plus, Elpaso Texas, USA Alih Bahasa
Imade Kariasa, Jakarta, EGC.
Nurarif, Amin Huda., Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC Edisi Revisi. Yogyakarta: Mediaction
Publishing.
Sylvia, Prince. 2006. Patofisiologi Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC

Theodore R. Schrock, M. D (2007), Ilmu Bedah, Edisi 7, Alih Bahasa Drs. Med Adji
Dharma, dr. Petrus Lukmanto, Dr gunawan. Penerbit Kedokteran Jakarta, EGC

Thomas F Nelson, Jr M. D (2007), Ilmu Bedah, edisi 4, Alih Bahasa Dr. Irene Winata, dr.
Brahnu V Pendit. Penerbit Kedokteran, Jakarta, E G C

31

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep | 70900116049 – Ners UINAM Angkt. XI

Anda mungkin juga menyukai