Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Lupus


Topik :Pengetahuan tentang Lupus dan caraPengobatannya
Sasaran : Penderita Lupus
Tempat : RSI Jemursari
Hari/ tanggal : 24 Oktober 2019
Waktu : 55 menit
Tujuan Instruksional Umum:
Setelah dilakukan penyuluhan, 80% penderita Lupus mengetahui tentang Lupus
dan cara pengobatannya
Tujuan Instruksional Khusus:
Setelah dilakukan penyuluhan selama 90 menit, Warga Desa Padengan, Ploso
diharapkan mampu:
1. Pengetahuan tentang Definisi Penyakit Lupus
2. Pengetahuan tentang Etiologi Lupus
3. Pengetahuan tentang Patofisiologi Lupus
4. Pengetahuan tentang Manifestasi Klinis Lupus
5. Pengetahuan tentang WOC Lupus
6. Pengetahuan tentang Penatalaksanaan Lupus
7. Pengetahuan tentang Komplikasi Lupus
8. Pengetahuan tentang Pemeriksaan Diagnostik Lupus

Materi : Terlampir
1. Pengetahuan tentang Definisi Lupus
2. Etiologi Lupus
3. Patofisiologi Lupus
4. Manifestasi Klinis Lupus
5. WOC Lupus
6. Penatalaksanaan Lupus
7. Komplikasi Lupus
8. Pemeriksaan Diagnostik Lupus

Metode : 1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Tanya jawab

1
4. Pre test dan Post Test
Media/Alat : 1. Leaflet
2. LCD
3. Gambar
4. Flipchart
Proses :
No Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. Pembukaa a) Memberi salam pembuka a) Menjawab salam
b) Mendengarkan dan
n 5 menit dan perkenalan diri
b) Membuka penyuluhan memperhatikan
dengan menyebutkan
materi yang akan
diberikan
c) Pre test lisan tentang
Definisi Penyakit Lupus
d) Pre test lisan Etiologi
Lupus
e) Pretest lisan tentang
Penatalaksanaan Lupus
2. Penyampa Memberikan leafleat dan a) Mendengarkan dengan
ian materi menjelaskan materi tentang: penuh perhatian
a) Pengetahuan tentang b) Bertanya pada penyuluh
45 menit
Definisi Penyakit Lupus bila masih ada yang
b) Etiologi Lupus
belum jelas
c) Patofisiologi Lupus
d) Manifestasi Klinis Lupus
e) WOC Lupus
f) Penatalaksanaan Lupus
g) Komplikasi Lupus
h) Pemeriksaan Diagnostik
Lupus
3 Evaluasi a) Post test lisan tentang a) Menanyakan hal yang
dan Definisi Lupus belum jelas
b) Post test etiologi Lupus b) Aktif bersama dalam
penutup
c) Post test lisan tentang
5 menit menyimpulkan
Penatalaksanaan Lupus c) Membalas salam
d) Menyimpulkan hasil
penyuluhan

2
e) Memberikan salam
penutup

Pengorganisasian :
Pembimbing : Arif Hilmi, S.Kep., Ns., M.Kep
Pembawa Acara : Siti Hardiyanti
Penyaji : Firnanda Erindia
Observer : Annisatul Arum Pridasari
Sie Perlengkapan : Annisatul Arum Pridasari
Sie. Dokumentasi : Zakiyyatus Sholikhah

EVALUASI :
EVALUASI
NO Masalah yang
STRUKTUR
terjadi
1 Survei tempat penyuluhan H-10 -
2 Koordinasi dengan kepala Rumah Sakit H-7 -
3 Pemberitahuan undangan kepada sasaran H-3 -
4 Pemberian surat peminjaman tempat penyuluhan H-3
Persiapan alat bahan ( menggunakan leafleat)
5
penyuluhan H-3 -
PROSES
1 Antusiasme peserta dalam mendengarkan penyuluhan -
2 Tampilan penyaji dalam menyampaikan materi -
Suara microfon
3 Alat dan bahan mendukung penyampaian materi
kurang jelas
HASIL
1 Sasaran mampu menyebutkan Definisi Lupus
Sasaran mampu menyebutkan Pengetahuan tentang
2
Etiologi Lupus
3 Sasaran mampu menyebutkan Patofisiologi Lupus
4 Sasaran mampu menyebutkan Manifestasi Klinis Lupus
5 Sasaran mampu menyebutkan Penatalaksanaan Lupus
6 Sasaran mampu menyebutkan Komplikasi Lupus

ANTISIPASI MASALAH
NO
STRUKTUR ANTISIPASI
Membuat rencana tempat A dan B,
1 Survei tempat penyuluhan H-10
Jika rencana A tidak berhasil
2 Koordinasi dengan kepala Rumah Jika kepala Rumah sakit tidak ada
Sakit H-7 menemui wakil kepala atau staf lain

3
yang bertugas untuk koordinasi
dalam pemberian penyuluhan
Pemberian surat peminjaman tempat Membuat rencana A dan B
3
penyuluhan H-7
4 Persiapan alat penyuluhan H-3 Pengadaan alat dilakukan H-3
PROSES
Antusiasme peserta dalam Diberikan ice breaking di sela-sela
1
mendengarkan penyuluhan materi
Tampilan penyaji dalam Melakukan gladi sebelum acara
2
menyampaikan materi dimulai
Alat dan bahan mendukung Menyiapkan leafleat agar sasaran
3
penyampaian materi bisa mudah memahami
HASIL
Jika sasaran masih belum faham
1 Sasaran mampu menyebutkan diinstruksikan untuk belajar sendiri
Pengetahuan tentang Etiologi Lupus melalui leafleat
Jika sasaran masih belum faham
2 Sasaran mampu menyebutkan diinstruksikan untuk belajar sendiri
Patofisiologi Lupus melalui leafleat
Jika sasaran masih belum faham
3 Sasaran mampu menyebutkan diinstruksikan untuk belajar sendiri
Manifestasi Klinis Lupus melalui leaflet
Jika sasaran masih belum faham
4 Sasaran mampu menyebutkan diinstruksikan untuk belajar sendiri
Penatalaksanaan Lupus melalui leaflet
Jika sasaran masih belum faham
5 Sasaran mampu menyebutkan diinstruksikan untuk belajar sendiri
Komplikasi Lupus melalui leaflet
Jika sasaran masih belum faham
6 Sasaran mampu menyebutkan diinstruksikan untuk belajar sendiri
Pengetahuan tentang Etiologi Lupus melalui leaflet
Jika sasaran masih belum faham
7 Sasaran mampu menyebutkan diinstruksikan untuk belajar sendiri
Patofisiologi Lupus melalui leaflet

4
LAMPIRAN MATERI
2.1. Definisi
Lupus Eritematosus Sistemik adalah suatu penyakit autoimun menahun
yang menimbulkan peradangan dan bisa menyerang berbagai organ tubuh,
termasuk kulit, persendian dan organ dalam.
Lupus eritmatosus sistemik (LES) adalah penyakit autoimun yang terjadi
karena produksi antibodi terhadap komponen inti sel tubuh sendiri yang berkaitan
dengan manifestasi klinik yang sangat luas pada satu atau beberapa organ tubuh,
dan ditandai oleh inflamasi luas pada pembuluh darah dan jaringan ikat, bersifat
episodik diselangi episode remisi.
Lupus eritmatosus sistemik (LES) adalah suatu penyakit autoimun yang
kronik dan menyerang berbagai sistem dalam tubuh. Tanda dan gejala dari
penyakit ini bisa bermacam-macam, bersifat sementara dan sulit untuk
didiognisis.
Lupus eritmatosus sistemik (LES) adalah penyakit radang multisistem
yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut
dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi, disertai oleh terdapatnya
berbagai macam autoantibodi dalam tubuh.
2.2 Etiologi
Sampai saat penyebab LES (Lupus eritematsus sistemik) belum diketahui,
Diduga ada beberapa paktor yang terlibat seperti paktor genetic,inpeksi dan
lingkungan ikut berperan pada patofisiologi LES (Lupus eritmatosus sistemik).
Sistem imun tubuh kehilangan kemampuan untuk membedakan antigen
dari sel dan jaringan tubuh sendiri. Penyimpangan dari reaksi imunologi ini dapat
menghasilkananti bodi secara terus menerus. Anti bodi ini juga berperan dalam

5
komplek imun sehingga mencetuskan penyakit implamasi imun sistemik dengan
kerusakan multiorgan dalam fatogenesis melibatkan gangguan
Mendasar dalam pemeliharaan self tolerance bersama aktifitas selbe.hal ini
dapat terjadi sekunder
Terhadap beberapa factor :
1. Efek herediter dalam pengaturan proliferasi sel B
2. Hiperaktivitas sel T helper
3. Kerusakan pada fungsi sel T supresor
Beberapa faktor lingkungan yang dapat memicu timbulnya lupus :
a. Infeksi
b. Antibiotik
c. Sinar ultraviolet
d. Stres yang berlebihan
e. Obat-obatan yang tertentu
f. Hormon
Lupus seringkali disebut penyakit wanita walaupun juga bisa diderita oleh
pria. Lupus bisa menyerang usia berapapun, baik pada pria maupun wanita,
meskipun 10-15 kali sering ditemukan pada wanita. Faktor hormonal yang
menyebabkan wanita sering terserang penyakit lupus daripada pria. Meningkatnya
gejala penyakit ini pada masa sebelum menstruasi atau selama kehamilan
mendukung keyakinan bahwa hormon (terutama esterogen) mungkin berperan
dalam timbulnya penyakit ini. Kadang-kadang obat jantung tertentu dapat
menyebabkan sindrom mirip lupus, yang akan menghilang bila pemakaian obat
dihentikan
3. Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang
menyebabkan peningkatan autoantibody yang berlebihan. Gangguan
imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara factor-faktor genetic,
hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi
selama usia reproduksi) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal).
Obat-obatan tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan
beberapa preparat antikonvulsan disamping makanan seperti kecambah alfalfa

6
turut terlibat dalam penyakit SLE akibat senyawa kimia atau obat-obatan. Pda
SLE, peningkatan produksi autoantibody diperkirakan terjadi akibat funsi sel T
supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan
kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya
serangsang antibody tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.

4. Manifestasi Klinis
Perjalanan penyakit SLE sangat bervariasi. Penyakit dapat timbul
mendadak disertai dengan tanda-tanda terkenanya berbagai sistem dalam tubuh.
Dapat juga menahun dengan gejala pada satu sistem yang lambat laun diikuti oleh
gejala yang terkenanya sistem imun. Pada tipe menahun terdapt remisi dan
eksaserbsi. Remisinya mungkin berlangsung bertahun-tahun.
Onset penyakit dapat spontan atau didahului oleh faktor presipitasi seperti
kontak dengan sinar matahari, infeksi virus/bakteri, obat. Setiap serangan
biasanya disertai gejala umum yang jelas seperti demam, nafsu makan berkurang,
kelemahan, berat badan menurun, dan iritabilitasi. Yang paling menonjol ialah
demam, kadang-kadang disertai menggigil.
a. Gejala Muskuloskeletal
Gejala yang paling sering pada SLE adalah gejala muskuloskeletal,
berupa artritis (93%). Yang paling sering terkena ialah sendi interfalangeal
proksimal didikuti oleh lutut, pergelangan tangan, metakarpofalangeal,
siku dan pergelangan kaki. Selain pembekakan dan nyeri mungkin juga
terdapat efusi sendi. Artritis biasanya simetris, tanpa menyebabkan
deformitas, kontraktur atau ankilosis. Adakala terdapat nodul reumatoid.
Nekrosis vaskular dapat terjadi pada berbagai tempat, dan ditemukan pada
pasien yang mendapatkan pengobatan dengan streroid dosis tinggi. Tempat
yang paling sering terkena ialah kaput femoris.
b. Gejala Mukokutan
Kelainan kulit, rambut atau selaput lendir ditemukan pada 85%
kasus SLE. Lesi kulit yang paling sering ditemukan pada SLE ialah lasi
kulit akut, subakut, diskoid, dan livido retikularis.

7
Ruam kulit berbentuk kupu-kupu berupa eritema yang agak
edamatus pada hidung dan kedua pipi. Dengan pengobatan yang tepat,
kelainan ini dapat sembuh tanpa bekas luka. Pada bagian tubuh yang
terkena sinar matahari dapat timbul ruam kulit yang terjadi karena
hipersensitivitas. Lesi ini termasuk lesi kulit akut.Lesi kulit subakut yang
khas berbentuk anular.
Lesi diskoid berkembang melalui 3 tahap yaitu eritema,
hiperkeratosis dan atrofi. Biasanya tampak sebagai bercak eritematosa
yang meninggi, tertutup oleh sisik keratin disertai adanya penyumbatan
folikel. Kalau sudah berlangsung lama akan berbentuk silikatriks.
Vaskulitis kulit dapat menyebabkan ulserasi dari yang berbentuk
kecil sampai yang besar. Sering juga tampak perdarahan dan eritema
periungual.Livido retikularis suatu bentuk vaskulitis ringan, sangat sering
ditemui pada SLE.
c. Ginjal
Kelainan ginjal ditemukan pada 68% kasus SLE. Manifestasi
paling sering ialah proteinuria atau hematuria. Hipertensi, sindrom nefrotik
kegagalan ginjal jarang terjadi, hanya terdapat pada 25% kasus SLE yang
urinnya menunjukkan kelainan.
Ada 2 macam kelainan patologis pada ginjal, yaitu nefritis lupus
difus dan nefritis lupus membranosa. Nefritis lupus merupakan kelainan
yang paling berat. Klinis biasanya tampak sebagai sindrom nefrotik,
hipertensi serta gangguan fungsi ginjal sedang sampai berat. Nefritis lupus
membranosa lebih jarang ditemukan. Ditandai dengan sindrom nefrotik,
gangguan fungsi ginjal ringan serta perjalanan penyakit yang mungkin
berlangsung cepat atau lambat tapi progresif.
Kelainan ginjal yang lain yang mungkin ditemukan pada SLE ialah
pielonefritis kronik, tuberkulosis ginjal. Gagal ginjal merupakan salah satu
penyebab kematian SLE kronik.
d. Susunan Saraf Pusat
Gangguan susunan saraf pusat terdiri atas 2 kelainan utama yaitu
psikosis organik dan kejang-kejang.

8
Penyakit otak organik biasanya ditemukan bersamaan dengan
gejala aktif SLE pada sistem lain-lainnya. Pasien menunjukkan gejala
halusinasi disamping gejala khas organik otak seperti sukar menghitung
dan tidak snggup mengingat kembali gambar-gambar yang pernah dilihat.
Psikosis steroid juga termasuk sindrom otak organik yang secara
klinis tak dapat dibedakan dengan psikosis lupus. Perbedaan antara
keduanya baru dapat diketahui dengan menurunkan atau menaikkan dosis
steroid yang dipakai. Psikosis lupus membaik jika dosis steroid dinaikkan
dan sebaliknya.
Kejang-kejang yang timbul biasanya termasuk tipe grandmal.
Kelainan lain yang mungkin ditemukan ialah afasia, hemiplegia.
e. Mata
Kelainan mata dapat berupa konjungtivitas, perdarahan
subkonjungtival dan adanya badan sitoid di retina
f. Jantung
Peradangan berbagai bagian jantung bisa terjadi, seperti
perikarditis, endokarditis maupun miokarditis. Nyeri dada dan aritmia bisa
terjadi sebagai akibat keadaan tersebut.
g. Paru-paru
Pada lupus bisa terjadi pleuritis (peradangan selaput paru) dan efusi
pluera (penimbunan cairan antara paru dan pembungkusnya). Akibat dari
kejadian tersebut sering timbul nyeri dada dan sesak napas.
h. Saluran Pencernaan
Nyeri abdomen terdapat pada 25% kasus SLE, mungkin disertai
mual dan diare. Gejalanya menghilang dengan cepat jika gangguan
sistemiknya mendapat pengobatan adekuat. Nyeri yang timbul mungkin
disebabkan oleh peritonitis steril atau arteritis pembuluh darah kecil
mesenterium dan usus yang mengakibatkan ulserasi usus. Arteritis dapat
juga menimbulkan pankreatitis.
i. Hemik-Limfatik
Kelenjar getah bening yang sering terkena adalah aksila dan
sevikal, dengan karakteristik tidak nyeri tekan dan lunak. Organ limfoid

9
lain adalah splenomegali yang biasanya disertai oleh pembesaran hati.
Kerusakan lien berupa infark atau trombosis berkaitan dengan adanya
lupus antikoagulan. Anemia dapat dijumpai pada periode perkembangan
penyakit LES, yang diperantai oleh proses imun dan non-imun.

5. WOC
faktor genetik Factor lingkungan faktor hormonal Obat-obatan
(sinar ultraviolet) (Hidration)

Keterlibatan gen
Hormon proklatin
Gangguan kulit
Obat
Gen membawa terakumulasi
Merangsang dalam tubuh
SLE pada
infeksi system imun
keturunan
selanjutnya
Obat berikatan
Obat-obatan Pembentukan
dengan kompleks
Faktor pemicu tidak cocok kompleks
anti bodi
(mengikat imun
komplemen)
Stres berlebihan Aktivasi Imun kompleks
komplemen

Perubahan reaksi imun


(reaksi Hipersensitivitas dan
Autoimun)

Lupus Eritematosus Sistemik

Kulit akut artritis Efusi pleura kelelahan


n

Ruam kulit Sendi Pneumonitis lupus Meningkatnya


berbentuk interfalngeal beban kerja
kupu-kupu proksimal
Kompleks
imun pada
alveolus
10
Merangsang
Eritema system imun
Efusi sendi
dan
purpura

Reaksi inflamasi
pembekakan sesak
nyeri Pembentukan
komples antibodi

nyeri nyeri
Gangguan
Anemia
mobilitas

MK : intoleransi
MK : gg. aktivitas
Integritas Mk : gg rasa
kulit nyaman (nyeri
kronik)

6. Penatalaksanaan
Jenis penatalaksanaan ditentukan oleh beratnya penyakit. Luas dan jenis
gangguan organ harus ditentukan secara hati-hati. Dasar terapi adalah kelainan
organ yang sudah terjadi. Adanya infeksi dan proses penyakit bisa dipantau dari
pemeriksaan serologis. Monotoring dan evaluasi bisa dilakukan dengan parameter
laboratorium yang dihubungkan dengan aktivitas penyakit.
a. Pendidikan terhadap Pasien
Pasien diberikan penjelasan mengenai penyakit yang dideritanya
(perjalanan penyakit, komplikasi, prognosis), sehingga dapat bersikap positif
terhadap penanggulangan penyakit.
b. Beberapa Prinsip Dasar Tindakan Pencegahan pada SLE
1. Monitoring yang teratur
2. Penghematan enersi

11
Pada kebanyakan pasien kelelahan merupakan keluhan yang menonjol.
Diperlukan waktu istirahat yang terjadwal setiap hari dan perlu ditekankan
pentingnya tidur yang cukup.
3. Fotoproteksi
Kontak dengan sinar matahari harus dikurangi atau dihindarkan. Dapat juga
digunakan lotion tertentu untuk mengurangi kontak dengan sinar matahari
langsung.
4. Mengatasi infeksi
Pasien SLE rentan terhadap infeksi. Jika ada demam yang tak jelas
sebabnya, pasien harus memeriksanya.
5. Merencanakan kehamilan
Kehamilan harus dihindarkan jika penyakit aktif atau jika pasien sedang
mendapatkan pengobatan dengan obat imunosupresif.
c. Pengobatan
a. Lupus diskoid
Terapi standar adalah fotoproteksi, anti-malaria dan steroid topikal.
Krim luocinonid 5% lebih efektif dibandingkan krim hidrokrortison 1%.
Terapi dengan hidroksiklorokuin efektif pada 48% pasien dan acitrenin
efektif terhadap 50% pasien.
b. Serositis lupus (plueritis, perikarditis)
Standar terapi adalah NSAIDs (dengan pengawasan ketat terhadap
gangguan ginjal), anti-malaria dan kadang-kadang diperlukan steroid dosis
rendah.
c. Arthritis lupus
Untuk keluhan muskuloskeletal, standar terapi adalah NSAIDs
dengan pengawasan ketat terhadap gangguan ginjal dan ati-malaria.
Sedangkan untuk keluhan myalgia dan gejala depresi diberikan serotonin
reuptake inhibitor antidepresan (amitriptilin)
d. Miositis lupus
Standar terapi adalah kortikosteroid dosis tinggi (dimulai dengan
prednison dosis 1-2 mg/kg/hari dalam dosis terbagi, bila kadar komplemen
meningkat mencapai dosis efektif terendah. Metode lain yang digunakan

12
untuk mencegah efek samping pemberian harian adalah dengan cara
pemberian prednison dosis alternate yang lebih tinggi (5 mg/kg/hari, tak
lebih 150-250 mg) metrotreksat atau azathioprine.
e. Fenomena Raynaud
Standar terapinya adalah calcium channel blockers, misalnya
nifedipin dan nitrat, misalnya isosorbid mononitrat.

f. Lupus nefritis
Lupus nefritis kelas II mempunyai prognosis yang baik dan
membutuhkan terapi minimal. Peningkatan proteinuria harus diwaspadai
karna menggambarkan perubahan status penyakit menjadi lebih parah.
Lupus nefritis III memerlukan terapi yang sama agresifnya dengan DPGN.
Pada lupus nefritis IV kombinasi kortikosteroid dengan siklofosfamid
intravena. Siklofosfamid intravena diberikan setiap bulan, setelah 10-14
hari pemberian, diperiksa kadar leukositnya. Dosis siklofosfamid
selanjutnya akan dinaikkan atau diturunkan tergantung pada jumlah
leukositnya (normalnya 3.000-4.0000/ml). Pada lupus nefritis V regimen
terapi yang di berikan adalah (1) monoterapi dengan kortikosteroid. (2)
terapi kombinasi kortikosteroid dengan siklosporin A. (3) sikofosfamid,
azathioprine atau klorambusil. Pada lupus nefritis V tahap lanjut, pilihan
terapinya adalah dialisis dan transplantasi renal.
g. Gangguan hematologis
Untuk trombositopeni, terapi yang dipertimbangkan pada kelainan
ini adalah kortikosteroid, imunoglobulin intravena. Sedangkan untuk
anemi hemolitik, terapi yang dipertimangkan adalah kortikosteroid,
danazol, dan spelenektomi.
h. Pneumonitis intersititialis lupus
Obat yang digunakan pada kasus ini adalah kortikosteroid dan
siklfosfamid intravena.
i. Vaskulitis lupus dengan keterlibatan organ penting
Obat yang digunakan pada kasus ini adalah kortikosteroid dan
siklfosfamid intravena

13
7. Komplikasi
Komplikasi LES meliputi :
 Hipertensi (41%)
 Gangguan pertumbuhan (38%)
 Gangguan paru-paru kronik (31%)
 Abnormalitas mata (31%)
 Kerusakan ginjal permanen (25%)
 Gejala neuropsikiatri (22%)
 Kerusakan muskuloskeleta (9%)
 Gangguan fungsi gonad (3%)
8. Pemeriksaaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorim
Pemeriksaan laboratorium mencakup pemeriksaan :
1. Hematologi
Ditemukan anemia, leukopenia, trombosittopenia
2. Kelainan Imunologis
Ditemuka sel LE, antibodi antinuklir, komplemen serum menurun, anti DNA,
faktor reumatitoid, krioglobulin, dan uji lues yang positif semu.
b. Histopatologi
 Umum :
Lesi yang dianggap karakteristik untuk SLE ialah badan hematoksilin, lesi
onion-skin pada pembuluh darah limpa dan endokarditis verukosa Libman-
Sacks.
 Ginjal :
2 bentuk utama ialah glomerulus proliferatif difus dan nefritis lupus
membranosa
 Kulit
Pemeriksaan imunofluoresensi direk menunjukkan deposit igG granular
pada dermo-epidermal junction, baik pada lesi kulit yang aktif (90%)
maupun pada kulit yang tak terkena (70%). Yang paling karakteristik
untuk SLE ialah jika ditemukan pada kulit yang tidak terkena dan
terpanjan.

14
9. Peran keluarga
Peran keluarga sangat dibutuhkna dalam pengobatan LSE karena penderita
akan sering mengalami kelemahan dan sering lemas dalam melakukan
kegiatan serta tidak boleh kelelahan. Sehingga keluarga sangat dibutuhkna
dalam membantu dan merawat penderita LSE. Ada beberapa tugas keluarga
untuk pasien LSE dianataranya :
a) Keluarga mampu mengenal LSE
Selain penderita, keluarga harus mengetahui tentang pengertian hingga
penatalaksanaan penyakit LSE, sehingga keluarga dapat mengetahu
kegiatan atau perawatan yang dibutuhkan oleh penderita LSE saat
dirumah.
b) Keluarga mampu memutuskan tentang perawatan pasien LSE
Dalam hal ini jika keluarga telah mengetahui tentang penyakit LSE maka
keluarga akan mudah memutuskan hal yang tebaik untuk pasien LSE
tersebut, sehingga pasien LSE tidak terlambat dalam penanganan
selanjutnya.
c) Keluarga mampu merawat pasien LSE
Keluarga juga dibutuhkan dalam merawat pasien LSE saat dirumah,
kelelahan akan menyebabkan pasien LSE mengalami peningkatan
penyakit, sehingga peran keluarga diperlukan untuk menjaga aktivitas
pasien LSE agar tidak terlalu memikul beban keluarga.
d) Keluarga mampu memodifikasi perawatan pasien LSE
Dalam tugas ini, selain fokus keluarga dalam pengobatan dan perawatan,
keluarga juga diharapkan mampu memodifikasi perawatan misalnya dalam
lingkungan, lingkingan rumah yang bersih dan nyaman untuk pasien akan
membuat pasien lebih menerima dirinya dan memiliki sikap positif dalam
keadaan dirinya yang sedang mengalami LSE
e) Keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk pasein LSE
Dalam hal ini jika pasien LSE mengalami penurunan kesadaran atau
kekambuhan diharapkan keluarga mampu membawa pasien ke tempat
pelayanan kesehatan semampu keluarga.

15
16

Anda mungkin juga menyukai