Anda di halaman 1dari 33

64

d
PERANCANGAN LENTUR
4

c.i
PADA BALOK

y.a
Balok merupakan elemen struktur yang menanggung beban layan dalam arah
transversal yang menyebabkan terjadinya momen lentur dan gaya geser di sepanjang
bentangnya. Pada bagian ini akan dibahas lebih lanjut tentang tata cara analisis

un
kapasitas lentur dan perencanaan tulangan lentur pada elemen balok.

A. Asumsi-Asumsi dalam Perhitungan


Perhitungan kekuatan lentur penampang beton bertulang menggunakan asumsi-
asumsi dasar sebagai berikut:
@
1) Bentuk penampang melintang tetap berupa bidang datar, baik sebelum maupun
sesudah terjadi lenturan. Hal ini berarti berlakunya hukum Bernoulli dimana
do
besarnya tegangan yang terjadi di setiap titik pada penampang balok sebanding
dengan jarak titik tinjau terhadap garis netral, dengan anggapan adanya kesatuan
antara beton dengan baja tulangan secara monolit dan tidak terjadi slip.
ido

2) Diagram hubungan tegangan-regangan baja tulangan telah diketahui secara pasti


melalui hasil uji tarik baja yang valid. Pada umumnya perilaku baja tulangan
yang diperhitungkan hanya sampai saat dicapainya tegangan leleh, hal ini
dikarenakan setelah fase leleh baja akan mengalami strain hardening, dimana
sw

peningkatan tegangan disertai dengan terjadinya deformasi yang sangat besar.


3) Perilaku material beton yang sesungguhnya saat menerima tegangan tekan dapat
diketahui secara nyata baik dalam hal besaran maupun distribusinya, yang dapat
digambarkan dalam bentuk diagram tegangan-regangan beton dengan mengacu
il:

hasil-hasil penelitian yang telah diakui secara luas.


4) Beton hanya efektif menahan tegangan tekan, sehingga kekuatan beton tidak
ma

diperhitungkan pada bagian penampang yang menerima tegangan tarik.


5) Regangan maksimum yang dapat dimanfaatkan pada serat tekan beton terjauh
harus diambil sama dengan 0,003.
e-
65

d
6) Tegangan pada tulangan yang nilainya lebih kecil daripada kuat leleh f y harus

c.i
diambil sebesar Es dikalikan regangan baja. Untuk regangan yang nilainya lebih
besar dari regangan leleh yang berhubungan dengan f y , tegangan pada tulangan

y.a
harus diambil sama dengan f y .

7) Hubungan antara distribusi tegangan tekan beton dan regangan beton boleh
diasumsikan berbentuk persegi, dan dapat dipenuhi oleh suatu distribusi tegangan
beton persegi ekuivalen yang ditunjukkan pada Gambar 4-1 dan didefinisikan

un
sebagai berikut:

a) Tegangan beton sebesar 0,85fc' diasumsikan terdistribusi secara merata pada

daerah tekan ekuivalen yang dibatasi oleh tepi penampang dan suatu garis

regangan tekan maksimum.


@
lurus yang sejajar dengan sumbu netral sejarak a = β1c dari serat dengan
do
b) Jarak c dari serat dengan regangan maksimum ke sumbu netral harus diukur
dalam arah tegak lurus terhadap sumbu tersebut.
c) Faktor β1 harus diambil sebesar 0,85 untuk beton dengan nilai kuat tekan
ido

karakteristik fc' lebih kecil daripada atau sama dengan 30 MPa. Untuk beton

dengan nilai kuat tekan di atas 30 MPa, β1 harus direduksi sebesar 0,05 untuk
setiap kelebihan 7 MPa di atas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh diambil kurang
sw

dari 0,65.
εC 0,85.f’c

C a
a 2
c
il:

h z = d −a
d 2
ma

T= As.fy T
εS
b
Gambar 4-1 Distribusi Tegangan dan Regangan Balok Persegi
Bertulangan Tunggal
e-
66

d
B. Balok Tulangan Tunggal

c.i
Suatu balok dinyatakan bertulangan tunggal jika pada penampang beton
bertulang tersebut hanya diperhitungkan terpasang baja tulangan pada satu sisi saja,
yaitu pada bagian serat yang menerima gaya tarik.

y.a
1. Keadaan regangan seimbang
Suatu keadaan yang sangat menentukan dalam analisis dan perencanaan beton
bertulang dengan metode kekuatan dan kemampuan layan adalah keadaan regangan

un
berimbang (balance).

εC 0,85.f’c

ab Cb
cb

h
Asb d
@
do
Tb= Asb.fy
εS=εY
b
Gambar 4-2 Tegangan dan Regangan Kondisi Berimbang
ido

Dalam kondisi berimbang serat tekan ekstrim pada beton dan serat tarik pada
baja tulangan secara bersamaan mencapai regangan maksimum (εcu pada beton dan
εy pada baja tulangan) sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 4-2. Untuk keadaan
sw

berimbang, secara geometris dapat diperoleh:


cb ε cu 0,003 600
= = = (4-1)
d ε cu + ε y fy 600 + fy
0,003 +
Es
dimana Es = 200.000MPa dan ε cu = 0,003
il:

Gaya-gaya dalam penampang yang bekerja ke arah horisontal dapat dihitung


menurut Persamaan (4-2) dan (4-3):
ma

Cb = 0,85.f ' c.ab .b = 0,85.f ' c.β1.cb .b (4-2)


Tb = Asb .fy = ρ b .b.d .fy (4-3)
dimana
e-
67

d
Asb
ρb = (4-4)
b.d

c.i
Dengan mempertimbangkan prinsip keseimbangan Cb=Tb dan
mensubstitusikan Persamaan (4-1) ke dalamnya, diperoleh:
 0,85.f ' c   600 

y.a
ρ b =  .β1.  (4-5)
 fy   600 + fy 
Rasio penulangan yang dihitung menggunakan Persamaan (4-5) akan
menghasilkan beton bertulang dalam keadaan seimbang (balance).

un
2. Balok bertulangan lemah (Under-reinforced)

Dalam kondisi penampang terpasang baja tulangan kurang dari rasio tulangan
maksimum (0,75 kali rasio tulangan dalam keadaan seimbang), baja tulangan akan

@
lebih dulu mencapai tegangan leleh fy sebelum beton mencapai kekuatan
maksimumnya. Gaya tarik baja tulangan tetap sebesar As.fy meskipun besaran beban
terus bertambah. Bertambahnya beban yang bekerja menyebabkan terjadinya
do
perpanjangan (deformasi) palstis yang semakin besar hingga mengakibatkan retak
akibat lentur pada serat beton yang terkena tarik dan bertambahnya regangan secara
non-linear pada beton yang menerima gaya tekan hingga berakibat terjadinya
ido

keruntuhan tarik.
Berdasarkan asumsi-asumsi yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya,
maka dapat dihitung:
sw

C = 0,85.f ' c.a.b (4-6)


T = As.fy (4-7)
dimana:
C = gaya tekan pada beton, dihitung sebagai volume blok
tekan ekuivalen pada atau dekat keadaan batas; yaitu baja tulangan tarik
il:

telah mengalami leleh


Y = gaya tarik pada baja tulangan
ma

Dengan memperhitungkan prinsip keseimbangan gaya dalam arah horisontal,


C=T, maka:
0,85.f ' c.a.b = As.fy (4-8)
sehingga:
e-
68

d
As.fy
a= (4-9)
0,85.f ' c.b

c.i
Tahanan momen penemapang atau kekuatan nominal (Mn) dapat dihitung dengan:
Mn = As.fy . d − a ( 2
) (4-10)

y.a
Untuk menjamin daktilitas beton bertulang yang menerima momen lentur sekaligus
memperhitungkan terjadinya tegangan-tegangan yang diakibatkan susut, rangkak dan
pengaruh suhu, maka SNI 03-2847-2002 mensyaratkan penggunaan tulangan tarik
dengan rasio penulangan minimal;

un
f 'c
ρmin = (4-11)
4.fy
dan tidak boleh lebih kecil dari:
1,4
ρ min =
fy

3. Balok bertulangan kuat (Over-reinforced)


@ (4-12)
do
Dalam kondisi penampang terpasang luasan baja tulangan melebihi batas
luasan tulangan maksimum (0,75 kali luas tulangan dalam kondisi seimbang), akan
berakibat beton mencapai regangan maksimum (0,003) lebih dahulu sementara baja
ido

tulangan belum mencapai tegangan leleh (fs<fy), sehingga dengan analisis geometri
pada diagram regangan dapat diperoleh:
εs d −c d −c
= ∴ ε s = 0,003 (4-13)
0,003 c c
sw

sehingga tegangan pada baja tulangan tarik dapat dihitung:


d −c
fs = ε s .Es = 0,003 Es (4-14)
c
dengan mensubstitusikan nilai a = β1.c , maka:
il:

β1.d − a
fs = ε s .Es = 0,003 Es (4-15)
a
Dengan menerapkan prinsip keseimbangan horisontal maka C=T;
ma

β1.d − a
0,85.f ' c.a.b = As.fs = 0,003 Es .As (4-16)
a
dimana As = ρ .b.d , sehingga:

 0,85.f ' c  2
  2
 0,003.E .ρ .a + a.d − β1.d = 0 (4-17)
 
e-

s
69

d
yang dapat diselesaikan dengan formula akar kuadrat abc, dan selanjutnya dapat

c.i
digunakan untuk menghitung kapasitas tampang:
(
Mn = 0,85.f ' c.a.b. d − a
2
) (4-18)
Harus diingat bahwa dalam kondisi tulangan kuat (over-reinforced) keruntuhan

y.a
diawali dengan rusaknya beton sehingga kegagalan struktur terjadi secara tiba-tiba.
Dalam hal perencanaan beton bertulang maka kondisi over-reinforced harus
dihindari dengan alasan keamanan, untuk balok bertulangan tunggal disyaratkan:
ρmin ≤ ρ ≤ ρmax = 0,75.ρ b (4-19)

un
atau
Asmin ≤ As ≤ Asmax = 0,75.Asb (4-20)
Untuk perencanaan ataupun pemeriksanaan penampang, tentunya lebih disukai

dapat diperoleh berdasarkan: @


penggunaan formulasi yang sistematis dan sederhana dalam penyelesaiannya, yang

Persamaan (4-9) yang dibentuk berdasarkan Persamaan (4-6) dan (4-7) juga
do
dapat dinyatakan dalam:
 fy 
a = ρ .d (4-21)
 0,85.f ' c 
ido

dimana; ρ = As (b.d ) , dengan memasukkan Persamaan (4-21) ke dalam Persamaan

(4-10) dapat diperoleh:


 ρ.m 
Mn = ρ.b.d 2 .fy .1 −  (4-22)
sw

 2 
dimana:
fy
m= (4-23)
0,85.f ' c
selanjutnya didefinisikan koefisien lawan Rn yang dinyatakan dalam:
il:

Mn  ρ.m  2 m
Rn = = ρ .fy . 1 −  = ρ .fy − ρ . .fy (4-24)
b.d 2  2  2
Dengan mencermati persamaan (4-24) diatas dapat disimpulkan bahwa besaran Rn
ma

hanya tergantung dari ρ, fy dan f’c. Jika besaran b dan d yang telah diketahui, maka
m
ρ dapat dihitung dengan rumus: ρ 2 . .fy − ρ.fy + Rn = 0 (4-26)
2
selanjutnya dengan formulasi akar kuadrat abc dapat diperoleh:
e-
70

d
1  2.m.Rn 

ρ= . 1− 1− (4.26)
m  

c.i
fy 
Rangkaian formulasi diatas selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam analisis
balok tulangan tunggal yang ditunjukkan pada Gambar (4-3) dan perencanaan balok

y.a
persegi pada Gambar (4-7).
MULAI

Diketahui: b, d, As, f’c, fy


Tentukan Es = 200.000 MPa

un
As
ρ=
b.d

@
ρmin =
1,4
fy
do
Tidak Ya
ρ ≥ ρmin

As terlalu kecil
ido

β1 = 0,85 untuk f’c ≤ 30MPa


 0,85.f ' c   600 
ρ b =  .β1.   f ' c − 30 
 fy   600 + fy  β1 = 0,85 − 0,05 ’
 7 
sw

untuk 30 MPa≤f’c≤58 MPa


β1 = 0,65, untuk f’c≥58 MPa
Ya
ρ ≤ 0,75.ρ b
Tidak
As.fy
il:

a=
Penampang diperbesar 0,85.f ' c.b

 a
ma

Mn = As.fy . d − 
 2

SELESAI
e-

Gambar 4-3 Bagan Alir Analisis Balok Persegi Bertulangan Tunggal


71

d
C. Balok Tulangan Rangkap

c.i
Balok bertulangan rangkap adalah balok beton bertulang yang menggunakan
baja tulangan pada bagian penampang yang menerima gaya tarik maupun tekan. Ada
beberapa alasan yang mendorong penggunaan tulangan rangkap. Alasan yang paling

y.a
utama adalah aspek deformasi jangka panjang yang terjadi mengikuti fungsi waktu,
seperti halnya rangkak (creep) maupun susut (shrinkage). Keberadaan tulangan tekan
dalam kasus ini difungsikan untuk “membebaskan” beton dari tekanan yang
berlangsung secara terus menerus. Kemungkinan bekerjanya gaya luar yang

un
mengakibatkan timbulnya momen bolak-balik, misalnya saat bekerjanya gaya gempa
juga merupakan alasan penting diterapkannya tulangan rangkap pada struktur beton
bertulang.

@
Alasan yang lain lebih berkaitan dengan aspek arsitektural, dimana dituntut
batasan ketinggian tertentu dalam penentuan dimensi balok, hal ini membawa
do
konsekuensi dibutuhkannya tulangan pada bagian tekan untuk menambah kapasitas
momen. Alasan ini meskipun seringkali diterapkan di lapangan, sebenarnya dapat
mengakibatkan beberapa konsekuensi yang tidak menguntungkan berkaitan dengan
ido

kinerja struktural.
Pertama, besarnya penambahan kapasitas penampang dengan penambahan
tulangan rangkap tidak sebanding dengan harga yang harus dibayar sesuai dengan
jumlah tulangan tekan yang harus dipasang. Kedua, aspek kelayanan yang berkaitan
sw

dengan lendutan sangat berpotensi munculnya lendutan yang cukup besar, karena
balok dengan ketinggian yang kecil cenderung mengalami lendutan yang besar.
Ketiga, balok dengan ketinggian yang relatif lebih kecil cencerung akan
membutuhkan tulangan geser yang lebih besar sehingga dimungkinkan adanya
il:

kesulitan dalam pemasangan tulangan geser.


Dalam analisis dan perencanaan balok tulangan rangkap diperlukan prosedur
ma

hitungan yang berbeda dengan balok bertulangan tunggal. Pada balok bertulangan
rangkap, kekuatan nominal penampang beton bertulang dianggap sebagai akumulasi
dua momen kopel internal yang bekerja akibat adanya komponen gaya horisontal
pada baja tulangan tarik (T), gaya tekan pada blok tegangan tekan ekuivalen beton
e-
72

d
(C), dan gaya tekan pada baja tulangan tekan (CS) sebagimana ditunjukkan pada

c.i
Gambar 4-4.
εC
d’ CS a
a 2

y.a
c εS’
As’ C
h d z1 = d − a z2 = d − d '
2
As

un
T
εS
b
Gambar 4-4 Distribusi Tegangan dan Regangan Balok Persegi
Bertulangan Rangkap

@
Komponen pertama adalah momen kopel internal yang dibentuk oleh gaya
tarik (T) pada bagian tulangan tarik seluas As1 = (As − As ') dan gaya tekan pada blok
do
diagram tegangan tekan beton ekuivalen (C) dengan panjang lengan momen
z1 = d − a .
2
ido

Komponen kedua adalah momen kopel internal yang dibentuk oleh gaya tekan
pada bagian tulangan tekan seluas As ' dan gaya tarik pada baja tulangan tarik (T)
seluas As2 = As ' = (As − As1 ) , dengan panjang lengan momen z2 = d − d ' .
Kapasitas nominal penampang dapat dihitung sebagai jumlah antara komponen
sw

momen kopel pertama dan kedua, sebagaimana dinyatakan dalam formulasi berikut:
Mn = Mn1 + Mn2 (4-27)

(
Mn1 = (As − As ').fy . d − a
2
) (4-28)

dimana:
il:

a=
(As − As').fy (4-29)
(0,85.f ' c.b )
ma

Mn 2 = As '. fy (d − d ' ) (4-30)


sehingga kapasitas nominal penampang juga dapat dinyatakan dalam persamaan
berikut:
(
Mn = (As − As' ).fy . d − a ) + As'.fy (d − d ')
e-

2
(4-31)
73

d
atau
( ) + As .fy (d − d ')

c.i
Mn = As1.fy . d − a 2 (4-32)
2
Untuk menjamin keamanan struktur ditinjau dari aspek kekuatan maka
dipersyaratkan kapasitas momen rencana (MR = ϕ.Mn ) harus lebih besar dari

y.a
kombinasi terbesar momen luar yang bekerja (Mu ) , jadi:
Mu ≤ ϕ.Mn (4-33)
Persamaan (4-31) hanya dapat diberlakukan apabila tulangan tekan (As’) telah

un
meleleh, jika tegangan leleh belum dicapai maka balok harus dianggap sebagai
balok bertulangan tunggal, dan akan lebih tepat jika tegangan aktual (fs’) pada
tulangan tekan dan menggunakan gaya aktual untuk keseimbangan momennya.

segitiga sebangun pada Gambar 4-4;


c − d'  d' 
@
Syarat agar tulangan tekan (As’) meleleh dapat diturunkan dengan bantuan
do
εs ' = .0,003 = 1 − .0,003 (4-34)
d  c

c=
a
=
(As − As').fy = (ρ − ρ ').fy .d (4-35)
β1 β1.(0,85.f ' c.b ) 0,85.β1.f ' c
ido

hingga dapat diperoleh:


 0,85.β1.f ' c.d ' 
ε s ' = 1 − .0,003 (4-36)
 (ρ − ρ ').fy .d 
sw

Apabila baja tulangan tekan leleh maka dicapai suatu kondisi dimana

ε s ' ≥ ε y = fy = fy , sehingga:
Es 200.000
 0,85.β1.f ' c.d '  fy
1 − .0,003 ≥ (4-37)
 (ρ − ρ ').fy .d  200.000
il:

atau
0,85.β1.f ' c.d ' fy − 600
− ≥ (4-38)
(ρ − ρ ').fy .d 600
ma

atau

(ρ − ρ ') ≥  0,85.β1.f ' c.d ' . 600 


 (4-39)
 fy .d  600 − fy 
e-
74

d
Jika tulangan tekan (As’) belum leleh maka tegangan aktualnya dapat dihitung

c.i
sebesar fs' = ε s '.Es , atau:

 0,85.β1.f ' c.d ' 


fs' = 1 − .0,003 x 200.000 (4-40)
 (ρ − ρ ').fy .d 

y.a
atau
 0,85.β1.f ' c.d ' 
fs' = 600.1 − MPa < fy (4-41)
 ( ρ − ρ ' ).fy .d 
Nilai fs’ ini dapat digunakan untuk pendekatan awal terhadap kontrol regangan

un
untuk keadaan tulangan tekan belum leleh. Rasio penulangan dalam kondisi
regangan berimbang dapat ditulis:
_
fs '
ρb = ρ b + ρ '

dimana ρ b = 
fy

 0,85.f ' c   600 


 β1
@ (4-42)

 merupakan rasio penulangan berimbang pada


do
 fy   600 + fy 
balok tulangan tunggal.
Untuk menjamin perilaku daktail pada balok beton bertulang, rasio penulangan
ido

maksimum yang diijinkan untuk balok bertulangan rangkap ditetapkan sebesar:


_
fs'
ρ ≤ 0,75. ρ b + ρ ' (4-43)
fy

Dalam pembahasan yang diuraikan diatas, hilangnya sebagian luasan beton


sw

karena ditempati tulangan diabaikan karena tidak memberikan pengaruh yang


signifikan dalam perencanaan praktis beton bertulang.
Perlu dicatat apabila tulangan tekan (As’) belum leleh maka tinggi blok
tegangan tekan ekuivalen harus dihitung menggunakan tegangan aktual pada
il:

tulangan tekan yang diperoleh dari regangan tulangan tekan (εS), sehingga;
As.fy − As '.fs '
a= (4-44)
0,85.f ' c.b
ma

dengan demikian kapasitas momen nominal pada Persamaan (4-31) berubah menjadi:
Mn = (As.fy − As'.fs '). d − a( 2
) + As'.fs' (d − d ') (4-45)

Untuk mempermudah pemahaman tentang langkah-langkah dalam


e-

melakukan analisis kekuatan lentur balok beton bertulangan rangkap sesuai dengan
75

d
uraian diatas, disajikan bagan alir analisis balok bertulangan rangkap pada Gambar

c.i
(4-5). Sedangkan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam perencanaan balok
persegi baik dengan tulangan tunggal maupun tulangan rangkap disajikan pada
Gambar (4-6).

y.a
MULAI

Diketahui: b, d, d’,As, As’, f’c, fy

un
As As '
ρ = ; ρ' =
b.d b.d

Tidak
@
ρmin =
1,4
fy

Ya
do
ρ ≥ ρmin

As terlalu kecil

 0,85.β1.f ' c.d '   600 


ρ − ρ ' ≥  . 
ido

 fy .d  600 − fy 
Tidak Ya

 0,85.β1.f ' c.d '  Tulangan tekan leleh


fs ' = 6001 −  < fy fs’=fy
 (ρ − ρ ' ).fy .d 
sw

_
 0,85.f ' c   600 
ρ b =  .β1. 
 fy   600 + fy 
_
Penampang tidak kuat,
ρ '.fs'
ρ ≤ 0,75. ρ b +
il:

perbesar ukuran tampang Tidak fy


Ya

As.fy − As '.fs '


a=
ma

0,85.f ' c.b


(
Mn = (As.fy − As '.fs '). d − a
2
) + As'.fs'.(d − d ')
SELESAI
e-

Gambar 4-5 Bagan Alir Analisis Balok Persegi Bertulangan Rangkap


76

d
MULAI

c.i
Diketahui: b, d, d’, Mu, ϕ, f’c, fy

y.a
Hitung:
 0,85.f ' c   600 
Mn perlu = Mu ; ρ b =  .β1. 
ϕ  fy   600 + fy 
1,4
ρmax = 0,75.ρ b ; ρmin =

un
fy
fy Mn perlu
m= ; Rn =
0,85.f ' c b.d 2
1   2.m.Rn  
ρ perlu =ρ = 1 − 1 −  

Tidak
m
 

@ fy  

Ya
do
ρ ≤ ρmax Tulangan tunggal
Tulangan rangkap
Ya
Tentukan agar tulangan tekan leleh ρ > ρmin
1 d '  600 
.β1. .  ≤ (ρ − ρ ') ≤ ρmax
ido

m d  600 − fy  Tidak

Luas tulangan perlu: Luas tulangan perlu:


As = ρmin .b.d As = ρ .b.d
sw

Hitung:
a = (ρ − ρ ' ).m.d
(
Mn1 = (ρ − ρ ' ).b.d .fy . d − a
2
)
Mn2
Mn2 = Mn − Mn1 ; ρ ' = Pilih Tulangan
b.d .fy .(d − d ' )
il:

ρ = (ρ − ρ ' ) + ρ '

SELESAI
ma

Gambar 4-6 Bagan Alir Perencanaan Balok Persegi

D. Analisis Penampang Balok dengan Flens (T dan L)


Penampang balok T dan L terutama digunakan pada daerah lapangan seperti
diperlihatkan pada gambar 4-7. Hal ini dikarenakan pada penampang yang terletak di
e-
77

d
daerah lapangan flens mengalami tekan, artinya flens mempunyai pengaruh terhadap

c.i
kapasitas momen internal di daerah lapangan. Sebaliknya di daerah tumpuan, flens
mengalami tarik, dengan demikian diabaikan dalam perhitungan kekuatan
penampang.

y.a
I II

pelat

un
I II

g.n @ g.n
do
Potongan I pada Tumpuan Potongan I pada Lapangan
dihitung sebagai balok persegi dihitung sebagai balok T

Gambar 4-7 Penampang Balok Monolit pada Pelat


ido

Lebar bagian pelat yang diperhitungkan dapat bekerjasama dengan balok (lebar
flens) harus ditentukan berdasarkan ketentuan SNI 03-2847-2002. Lebar efektif flens
diambil dari nilai terkecil formulasi berikut:
sw

b = bw + b1 + b2 ≤ L
4
dengan
Ln
b1 = 8.h1 ≤ untuk balok T
2
Ln
b2 = 8.h2 ≤
2
il:

(4-46)

b = bw + b1
ma

b1 = 6.h f
untuk balok L
b1 = L
12
L
b1 = n
2
e-
78

d
Balok T adalah balok pada bagian interior sedangkan balok L terletak pada

c.i
bagian eksterior. Prinsip-prisip dasar yang digunakan dalan perhitungan balok
persegi juga berlaku untuk balok T maupun balok L. Perbedaan pokok terletak pada
perhitungan gaya tekan blok beton (C) yang tergantung dari tinggi garis netral (c),

y.a
sebagai berikut:

1. Balok T “Palsu”
Kasus ini dijumpai pada balok T atau L dimana garis netral berada di dalam

un
flens (c < hf), seperti ditunjukkan pada Gambar 4-8. Kasus ini juga berlaku jika c > hf
dan a < hf sehingga parameter desain yang diuraikan juga masih dapat digunakan.

b εCU

@ hf c a C
do
d

T=As.fy
ido

bW εS > εy

Gambar 4-8 Balok T dengan c < hf

Agar kondisi c < hf dapat terjadi, maka luas tulangan tarik As harus memenuhi:
sw

0,85.f ' c.b.hf


As ≤ (4-47)
fy
Dalam kondisi ini dijumpai keseimbangan gaya-gaya dalam:
C =T (4-48)
il:

C = 0,85.f ' c.a.b (4-49)


T = As.fy (4-50)
ma

sehingga diperoleh
As.fy
a= (4-51)
0,85.f ' c.b
sedangkan kekuatan lentur nominal dapat dihitung dengan:
( )
e-

Mn = As.fy . d − a (4-52)
2
79

d
Jika dicermati persamaan diatas sama dengan persamaan-persamaan yang dgunakan

c.i
untuk analisis balok persegi, dengan lebar balok selebar flens (b) yang dihitung
menurut Persamaan (4-46).

y.a
2. Balok T “Murni”
Kasus ini dijumpai pada balok T atau L dimana garis netral berada di dalam
flens (c > hf) dan tinggi blok tegangan segi-empat ekuivalen juga lebih besar dari
tinggi flens (a > hf), seperti ditunjukkan pada Gambar 4-9.

un
b εCU

hf
c Asf
d
@ As
do
bW εS
ido

Gambar 4-9.a Analogi Balok T


εC
d’ CS a
a 2
c εS’
Asf C
sw

h d z1 = d − a z2 = d − d '
2
As

T
b εS
il:

Gambar 4-9.b Distribusi Tegangan dan Regangan Balok T

Untuk kasus ini dapat diberlakukan serupa dengan balok persegi bertulangan
ma

rangkap, dengan menggantikan bagian pelat dari “flens” menjadi suatu penulangan
imajiner yang luasnya:
0,85.f ' c.(b − bw ).hf
Asf = (4-53)
fy
e-
80

d
Untuk balok yang dipandang sebagai balok T “murni”, gaya tarik sebesar As.fy

c.i
dari tulangan harus lebih besar daripada kapasitas gaya luas flens total sebesar
0,85.f’c.b.hf sehingga:
As
a= > hf (4-54)

y.a
0,85.f ' c.b
atau
hf < 1,18.ω.d = a (4-55)
As fy
dimana ω = . , dan jika digunakan blok tegangan parabola maka Persamaam

un
b.d f ' c
(4-55) dapat ditulis:
1,18.ω.d
hf < (4-56)
β1

ρ < 0,75.ρ b
@
Untuk menjamin perilaku daktail maka diberikan batasan penulangan:
(4-57)
do
dimana:
b  _ 
ρb = w  ρ b − ρf  (4-58)
b  
ido

_
0,85.f ' c 600
ρb = .β1. (4-59)
fy 600 + fy
hf
ρ f = 0,85.f ' c.(b − bw ). (4-60)
fy .bw .d
Sedangkan untuk persyaratan tulangan minimum:
sw

As 1,4
ρw = ≥ (4-61)
bw .d fy

Seperti halnya balok bertulangan rangkap, tulangan tarik dipandang menjadi


dua bagian yaitu As1 yang harus mengimbangi gaya tekan segi-empat seluas bw.a dan
il:

As2 untuk mengimbangi luas tulangan imajiner Asf , sehingga momen nominal dapat
dihitung:
ma

Mn = Mn1 + Mn2 (4-62)

Mn1 = As1.fy . d − a( 2
) = (As − As ).(d − a 2)
f (4-63)

Mn2 = As2 .fy . d − hf  = Asf .fy . d − hf  (4-64)


 2  2
e-
81

d
Prosedur analisis balok T dan L selengkapnya disajikan pada gambar 4-10.

c.i
b dihitung sebagai nilai terkecil dari:
MULAI b = bw + b1 + b2 ≤ L
4
dengan

y.a
Ln
b1 = 8.h1 ≤ untuk balok T
2
Diketahui: b2 = 8.h2 ≤
Ln
b, bw, hf, d, 2
As, f’c, fy
b = bw + b1
b1 = 6.h f

un
untuk balok L
_  0,85.f ' c   600  b1 = L
12
ρ b =  .β1.  Ln
 fy   600 + fy  b1 =
2
hf
ρ f = 0,85.f ' c.(b − bw ).
fy .bw .d
bw  _
b 
As

ρb = . ρb + ρ f 
 @ ρ ≤ 0,75.ρ b
Tidak
do
ρ = Ya Penampang
b.d
diperbesar
As fy Tidak As 1,4
ω= . ≤
b.d f ' c bw .d fy Ya
ido

ρ ditingkatkan

1,18.ω.d Ya
c= < hf
β1 Balok T Palsu
sw

Tidak
As.fy
Balok T Murni a=
0,85.f ' c.b
Mn = As.fy . d − a ( 2
)
0,85.f ' c.(b − bw ).hf
Asf =
fy
il:

( As − Asf ).fy
a=
0,85.f ' c.bw
(
Mn1 = ( As − Asf ).fy . d − a
2
) SELESAI
ma

Mn2 = Asf .fy . d − f 


h
 2
Mn = Mn1 + Mn2

Gambar 4-10 Bagan Alir Analisis Balok T dan L


e-
82

d
E. Contoh-Contoh Aplikasi

c.i
Contoh 4-1
Hitung kapasitas momen rencana (MR) yang diijinkan bekerja pada balok beton
bertulangan tunggal di bawah ini:

y.a
b = 400 mm
h = 800 mm
f’c = 25 MPa
fy = 400 MPa

un
As = 5D25
selimut beton = 40 mm
Diameter sengkang = 10 mm

Hitung tinggi efektif balok (d)

d = 800 − 40 − 10 − 25 = 737,5mm
@
Penyelesaian: (Analisis dilakukan sesuai bagan alir pada Gambar 4-3)
do
2
Kontrol rasio penulangan

ρ= =
(
As 5 x 0,25.π .25 2
=
)
2454,369
= 0,0083
b.d 400 x 737,5 295000
ido

1,4 1,4
ρmin = = = 0,0035
fy 400

ρ > ρmin (Memenuhi syarat)


sw

0,85.f ' c  600 


ρb = .β1. 
fy  600 + fy 
β1 = 0,85 ; karena f’c= 25 MPa < 30 MPa
0,85.25  600 
ρb = .0,85.  = 0,0271
400  600 + 400 
il:

ρmax = 0,75.ρ b = 0,75.0,0271 = 0,0203


ρ < ρmax (Memenuhi syarat)
ma

Hitung kapasitas momen nominal


As.fy 2454,369.400
a= = = 115,4997mm
0,85.f ' c.b 0,85.25.400
e-
83

d
 a
Mn = As.fy . d − 

c.i
 2

 115,4997 
= 2454,369.400. 737,5 −  N.mm
 2 

y.a
= 667343078,4 N.mm

= 667,343 kN.m

Momen rencana (MR) yang boleh dikerjakan di atas balok sebesar:

un
MR = ϕ.Mn

= 0,80.667,3431 kN.m

= 533,8745 kN.m
@
do
Contoh 4-2

Hitung kapasitas momen rencana (MR) yang diijinkan bekerja pada balok beton
bertulangan rangkap di bawah ini:
ido

b = 400 mm; h = 800 mm


f’c = 25 MPa; fy = 400 MPa
As = 8D29
As’ = 4D29
sw

selimut beton = 40 mm
Diameter sengkang = 10 mm
Jarak antar lapis tulangan tarik = 30 mm

Penyelesaian: (Analisis dilakukan sesuai bagan alir pada Gambar 4-4)


il:

Hitung tinggi efektif balok (d)


d = 800 − 40 − 10 − 29 − 15 = 706mm
ma

Hitung posisi pusat berat tulangan tekan


d ' = 40 + 10 + 29 = 64,5mm
2
Periksa rasio penulangan minimum
e-
84

d
ρ= =
(
As 8 x 0,25.π .29 2
=
5284,1588)= 0,0187

c.i
b.d 400 x 706 282400

ρ' = =
(
As ' 4 x 0,25.π .29 2
=
)
2642,0794
= 0,0094
b.d 400 x 706 282400

y.a
As1 = As − As ' = 5284,1588 − 2642,0794 = 2642,0794 mm 2

As1 2642,0794
ρ − ρ' = = = 0,0094
b.d 400 x 706
1,4 1,4
ρmin = = = 0,0035

un
fy 400

ρ > ρmin (Memenuhi syarat)


Periksa kondisi tulangan tekan:

fy .d
.  =
 600 − fy 
ρ − ρ ' = 0,0094 < 0,0124
@
0,85.β1.f ' c.d '  600  0,85.0,85.25.64,5 
400 x 706
.
600 
 = 0,0124
 600 − 400 
(Tulangan tekan belum leleh)
do
Hitung fs’ aktual
 0,85.β1.f ' c.d '   0,85.0,85.25.64,5 
fs ' = 600.1 −  = 600.1 − 
 (ρ − ρ ' ).fy .d   0,0094 . 400 . 706 
ido

fs ' = 336,6725MPa
Periksa rasio penulangan maksimum
0,85.f ' c  600 
ρb = .β1. 
sw

fy  600 + fy 
β1 = 0,85 ; karena f’c= 25 MPa < 30 MPa
0,85.25  600 
ρb = .0,85.  = 0,0271
400  600 + 400 
il:

ρ '.fs' 0,0094 x 336,6725


ρmax = 0,75.ρ b + = 0,75 x 0,0271 + = 0,0282
fy 400

ρ < ρmax (Memenuhi syarat)


ma

Hitung kapasitas momen nominal


As.fy − As '.fs ' 5284,1588 x 400 − 2642,0794 x 336,6725
a= = a = 144,0174 mm
0,85.f ' c.b 0,85.25.400

 a
e-

Mn = (As.fy − As '.fs '). d −  + As '.fs '.(d − d ')


 2
85

d
 144,0174 
= (5284,1588 .400 − 2642,0794 .336,6725 ) 706 − +

c.i
 2 
2642,0794.336,6725(706 − 64,5 )

= 1346723388 N.mm

y.a
= 1346,7234 kN.m

Momen rencana (MR) yang boleh dikerjakan di atas balok sebesar:


MR = ϕ.Mn

un
= 0,80.1346,7234 kN.m

= 1077,3787 kN.m

Contoh 4-3
@
do
Hitung kapasitas momen rencana (MR) yang diijinkan bekerja pada balok beton
bertulangan rangkap di bawah ini:

b = 400 mm; h = 800 mm


ido

f’c = 25 MPa; fy = 400 MPa


As = 8D29
As’ = 2D29
selimut beton = 40 mm
Diameter sengkang = 10 mm
Jarak antar lapis tulangan tarik = 30 mm
sw

Penyelesaian: (Analisis dilakukan sesuai bagan alir pada Gambar 4-4)


Hitung tinggi efektif balok (d)
d = 800 − 40 − 10 − 29 − 15 = 706mm
il:

Hitung posisi pusat berat tulangan tekan


d ' = 40 + 10 + 29 = 64,5mm
2
ma

Periksa rasio penulangan minimum

ρ= =
(
As 8 x 0,25.π .29 2
=
)
5284,1588
= 0,0187
b.d 400 x 706 282400
(
As ' 2 x 0,25.π .29 2 )
1321,0397
e-

ρ' = = = = 0,0047
b.d 400 x 706 282400
86

d
As1 = As − As ' = 5284,1588 − 1321,0397 = 3963,1191mm 2

c.i
As1 3963,1191
ρ − ρ' = = = 0,014
b.d 400 x 706
1,4 1,4
ρmin = = = 0,0035

y.a
fy 400

ρ > ρmin (Memenuhi syarat)


Periksa kondisi tulangan tekan:
0,85.β1.f ' c.d '  600  0,85.0,85.25.64,5  600 

un
.  = .  = 0,0124
fy .d  600 − fy  400 x 706  600 − 400 
ρ − ρ ' = 0,014 > 0,0124 (Tulangan tekan leleh)
Karena tulangan tekan telah meleleh maka fs’ = fy
Periksa rasio penulangan maksimum

ρb =
0,85.f ' c  600 
.β1. 
@
do
fy  600 + fy 
β1 = 0,85 ; karena f’c= 25 MPa < 30 MPa
0,85.25  600 
ρb = .0,85.  = 0,0271
ido

400  600 + 400 


ρ '.fs ' 0,0047 x 400
ρmax = 0,75.ρ b + = 0,75 x 0,0271 + = 0,025
fy 400

ρ < ρmax (Memenuhi syarat)


sw

Hitung kapasitas momen nominal


As.fy − As '.fs ' 5284,1588 x 400 − 1321,0397 x 400
a= = a = 186,4997 mm
0,85.f ' c.b 0,85.25.400

 a
Mn = (As.fy − As '.fs '). d −  + As '.fs '.(d − d ')
 2
il:

 186,4997 
= (5284,1588 .400 − 1321,0397 .400 ) 706 − +
 2 
ma

1321,0397.400.(706 − 64,5 )

= 1310339516 N.mm

= 1310,3395 kN.m
e-
87

d
Momen rencana (MR) yang boleh dikerjakan di atas balok sebesar:

c.i
MR = ϕ.Mn

= 0,80.1310,3395 kN.m

y.a
= 1048,2716 kN.m

Contoh 4-4
Rencanakanlah penulangan balok beton bertulang dengan ketentuan berikut:

un
b = 350 mm
h = 700 mm
f’c = 34 MPa
fy = 400 MPa
selimut beton
Diameter sengkang@ = 40 mm
= 10 mm
Diameter tulangan pokok tersedia = 22 mm
do
Untuk menanggung kombinasi beban ultimate:
a. Mu = 10 t.m
ido

b. Mu = 50 t.m

Penyelesaian: (Cara perencanaan sesuai bagan alir pada Gambar 4-6)


Kasus (a)
sw

Hitung perkiraan tinggi efektif balok (d)


d = 700 − 40 − 10 − 22 = 639mm
2

Mu = 10 t .m = 100 kN.m = 100 x10 6 N.mm


il:

Mu 100 x10 6
MR = Mn perlu = = = 125 x10 6 N.mm
ϕ 0,8
ma

0,85.f ' c.  600 


ρb = .β1.  ;
fy  600 + fy 
karena f’c= 34 MPa > 30 MPa, maka:
 f ' c − 30 
β1 = 0,85 − 0,05  = 0,82
e-

 7 
88

d
0,85.34.  600 
ρb = .0,82.  = 0,0356

c.i
400  600 + 400 
ρmax = 0,75.ρ b = 0,75.0,0356 = 0,0267
fy 400
m= = = 13,8408

y.a
0,85.f ' c 0,85.34

Mn perlu 125 x10 6


Rn = = = 0,8747
b.d 2 350.639 2

1   2.m.Rn   1 
1 − 1 −  2.13,8408 .0,8747  

un
ρ= 1 − 1 −   =
m  fy   13,8408   400  

ρ = 0,0022
1,4 1,4
ρmin =
fy
=
400
= 0,0035

Kontrol rasio penulangan perlu


@
do
ρ = 0,0022 < ρmax = 0,0267 ; maka digunakan tulangan tunggal
ρ = 0,0022 < ρmin = 0,0035 ; maka diperlukan luas tulangan minimum
Luas tulangan perlu
ido

As = ρmin .b.d = 0,0035.350.639 = 782,775mm 2

dipasang tulangan tarik:


3D22 = 1140, 2981 mm2 > 782,775 mm2
sw

Kasus (b)
Hitung perkiraan tinggi efektif balok (d)
d = 700 − 40 − 10 − 22 = 639mm
2
il:

Mu = 50 t .m = 500 kN.m = 500 x10 6 N.mm

Mu 500 x10 6
MR = Mn perlu = = = 625 x10 6 N.mm
ϕ 0,8
ma

0,85.f ' c.  600 


ρb = .β1.  ;
fy  600 + fy 
karena f’c= 34 MPa > 30 MPa, maka:
e-
89

d
 f ' c − 30 
β1 = 0,85 − 0,05  = 0,82

c.i
 7 

0,85.34.  600 
ρb = .0,82.  = 0,0356
400  600 + 400 

y.a
ρmax = 0,75.ρ b = 0,75.0,0356 = 0,0267
fy 400
m= = = 13,8408
0,85.f ' c 0,85.34

Mn perlu 625 x10 6

un
Rn = = = 4,3733
b.d 2 350.639 2

1   2.m.Rn   1 
1 − 1 −  2.13,8408 .4,3733  

ρ= 1 − 1 −   =
m  fy   13,8408   400  

ρ = 0,0119

ρmin =
1,4
=
1,4
= 0,0035
@
do
fy 400

Kontrol rasio penulangan perlu


ρ = 0,0119 < ρmax = 0,0267 ; maka digunakan tulangan tunggal
ido

ρ = 0,0119 > ρmin = 0,0035 ; memenuhi kebutuhan tulangan minimum


Luas tulangan perlu
As = ρ.b.d = 0,0119.350.639 = 2661,435mm 2

dipasang tulangan tarik:


sw

7D22 = 2660,929 mm2 ≈ 2661,435 mm2

Contoh 4-5
il:

Rencanakanlah penulangan balok beton bertulang dengan ketentuan berikut:


ma

b = 350 mm
h = 700 mm
f’c = 34 MPa
fy = 400 MPa
selimut beton = 40 mm
Diameter sengkang = 10 mm
e-

Diameter tulangan pokok tersedia = 28 mm


90

d
Untuk menanggung kombinasi beban ultimate: Mu = 100 t.m

c.i
Penyelesaian: (Cara perencanaan sesuai bagan alir pada Gambar 4-6)
Hitung perkiraan tinggi efektif balok (d)

y.a
d = 700 − 40 − 10 − 28 = 636mm
2
Hitung perkiraan posisi pusat berat tulangan tekan
d ' = 40 + 10 + 28 = 64mm
2

un
Mu = 100 t .m = 1000 kN.m = 1000 x10 6 N.mm

Mu 1000 x10 6
MR = Mn perlu = = = 1250 x10 6 N.mm
ϕ 0,8

ρb =
0,85.f ' c.  600 
fy
.β1.
 600 + fy
 ;
 @
do
karena f’c= 34 MPa > 30 MPa, maka:
 f ' c − 30 
β1 = 0,85 − 0,05  = 0,82
 7 

 
ido

0,85.34. 600
ρb = .0,82.  = 0,0356
400  600 + 400 
ρmax = 0,75.ρ b = 0,75.0,0356 = 0,0267
fy 400
m= = = 13,8408
sw

0,85.f ' c 0,85.34

Mn perlu 1250 x10 6


Rn = = = 8,8293
b.d 2 350.636 2

1   2.m.Rn   1 
1 − 1 −  2.13,8408.8,8293  

ρ= 1 − 1 −   =
m  fy   13,8408   400  
il:


ρ = 0,0272
ma

1,4 1,4
ρmin = = = 0,0035
fy 400

Kontrol rasio penulangan perlu


ρ = 0,0272 > ρmin = 0,0035 ; memenuhi kebutuhan tulangan minimum
e-

ρ = 0,0272 > ρmax = 0,0267 ; maka digunakan tulangan rangkap


91

d
Tentukan agar tulangan tekan meleleh:

c.i
1 d '  600 
.β1. .  ≤ (ρ − ρ ') ≤ ρmax
m d  600 − fy 

1 64  600 
.0,82. .  ≤ (ρ − ρ ') ≤ 0,0267

y.a
13,8408 636  600 − 400 

0,0179 ≤ (ρ − ρ ') ≤ 0,0267

Ditentukan
0,0179 < (ρ − ρ ') = 0,02 < 0,0267 ; agar tulangan tekan leleh

un
a = (ρ − ρ ').m.d = 0,02.13,8408.636 = 176,055mm

Mn1 = (ρ − ρ ').b.d .fy . d − a ( 2


)
= 0,02.350.636.400. 636 − 176,055 

= 975829428 N.mm
 2
@
do
Mn2 = Mn − Mn1

= 1250 x10 6 − 975,5829 x10 6 = 274,4171x10 6 N.mm


ido

Mn2
ρ' =
b.d .fy .(d − d ' )

274,4171x10 6
=
350.636.400.(636 − 64 )
sw

= 0,0054
ρ = (ρ − ρ ' ) + ρ
= 0,02 + 0,0054
= 0,0254
il:

As = ρ.b.d
= 0,0254 .350.636
ma

= 5654,04 mm 2
As ' = ρ '.b.d
= 0,0054.350.636
e-

= 1202,04 mm 2
92

d
Dipakai:

c.i
Tulangan tarik = 10 D 28 = 6157,5216 mm2 > 5654,04 mm2
Tulangan tekan = 2 D 28 = 1231,5043 mm2 > 1202,04 mm2

y.a
Contoh 4-6
960 mm

f’c = 28 MPa
120 mm
fy = 400 MPa
a) As= 4D28

un
555 mm b) As= 7D36
500 mm

300 mm
@
do
Hitung kapasitas momen rencana (MR) yang diijinkan bekerja pada balok beton
bertulang yang tergambar di atas:
ido

Penyelesaian: (Analisis sesuai bagan alir pada Gambar 4-10)


Kasus (a)
Kontrol rasio penulangan
_
 0,85.f ' c   600 
ρb =  .β1. 
sw

 fy   600 + fy 

 0,85.28   600 
= .0,85.  = 0,0304
 400   600 + 400 
hf
ρf = 0,85.f ' c.(b − bw ).
il:

fy .bw .d

120
= 0,85.28.(960 − 300 ). = 0,0283
400.300.555
ma

b  _ 
ρb = w . ρ b + ρf 
b  
300
= .(0,0304 + 0,0283 ) = 0,0183
960
e-
93

d
As
ρ =
b.d

c.i
=
(
4 x 0,25.π .28 2
= 0,0046
)
960.555

y.a
ρmax = 0,75.ρ b = 0,75.0,0183 = 0,0137

ρ = 0,0046 < ρmax = 0,0137 (Memenuhi syarat)


As 1,4
ρw = ≥ ρmin =
bw .d fy

un
ρw =
(
4 x 0,25.π .28 2 ) ≥ ρmin =
1,4
300.555 400

ρw = 0,0148 ≥ ρmin = 0,0035 (Memenuhi syarat)


Kontrol perilaku balok

ω =
As fy
.
@
do
b.d f ' c

=
(
4 x 0,25.π .28 2 400
.
)
= 0,066
960.555 28
1,18.ω.d
ido

c =
β1
1,18.0,066.555
= = 50,851mm
0,85

c = 50,851mm < hf = 120mm (Balok T Palsu)


sw

Kapasitas lentur penampang


As.fy
a =
0,85.f ' c.b

(
4 x 0,25.π .28 2 .400 )
il:

=
0,85.28.300
= 137,9837 mm
ma

Mn (
= As.fy . d − a
2
)
( )
= 4 x 0,25.π .28 2 .400. 555 − 137,9837 
 2

= 478816920,3 N.mm
e-
94

d
= 478,8169 kN.m

c.i
MR = ϕ.Mn

= 0,80.478,8169 kN.m

y.a
= 383,0535 kN.m

Kasus (b)

un
Kontrol rasio penulangan
_
 0,85.f ' c   600 
ρb =  .β1. 
 fy   600 + fy 

 0,85.28 
=
 400 

.0,85.

600
600

= 0,85.f ' c.(b − bw ).


+ 400

 = 0,0304

hf
@
do
ρf
fy .bw .d

120
= 0,85.28.(960 − 300 ). = 0,0283
400.300.555
ido

b  _ 
ρb = w . ρ b + ρf 
b  
300
= .(0,0304 + 0,0283 ) = 0,0183
960
sw

As
ρ =
b.d

=
(
7 x 0,25.π .36 2
= 0,0134
)
960.555
ρmax = 0,75.ρ b = 0,75.0,0183 = 0,0137
il:

ρ = 0,0121 < ρmax = 0,0137 (Memenuhi syarat)


As 1,4
ma

ρw = ≥ ρmin =
bw .d fy

ρw =
(
7 x 0,25.π .36 2 ) ≥ ρmin =
1,4
300.555 400
e-

ρw = 0,0428 ≥ ρmin = 0,0035 (Memenuhi syarat)


95

d
Kontrol perilaku balok

c.i
As fy
ω = .
b.d f ' c
7125,1321 400
= . = 0,191
960.555 28

y.a
1,18.ω.d
c =
β1
1,18.0,191.555
= = 147,1929mm
0,85

un
c = 132,915mm < hf = 120mm (Balok T Murni)
Kapasitas lentur penampang

Asf =

=
0,85.f ' c.( b − bw ).hf
fy

0,85.28.(960 − 300 ).120


= 4712,4mm 2
@
do
400
( As − Asf ).fy
a =
0,85.f ' c.bw

(7125,1321 − 4712,4).400
ido

= = 135,1671mm
0,85.28.300

Mn1 (
= ( As − Asf ).fy . d − a
2
)
= (7125,1321 − 4712,4).400. 555 − 135,1671 
 2
sw

Mn1 = 470402143,2N.mm

Mn2 = Asf .fy . d − hf 


 2

(
= 4712,4.400. 555 − 120 )
il:

2
= 933055200N.mm
ma

Mn = Mn1 + Mn2
= 470402143,2 + 933055200
= 1403457343N.mm

= 1403,4573 kN.m
e-
96

d
MR = ϕ.Mn

c.i
= 0,80.1403,4573 kN.m

= 1122,7659 kN.m

y.a
un
@
do
ido
sw
il:
ma
e-

Anda mungkin juga menyukai