Anda di halaman 1dari 11

ANALISA DATA

NO HARI/TANGGAL DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI

1. Sabtu/ 14 Juni DS: - Bersihan jalan obstruksi jalan nafas

2013 DO: nafas tidak

 Terdapat sumbatan pada jalan efektif

nafas oleh sputum/lendir.

 Kesadaran : Somnolent

 Nadi 67 x/mnt, Kuat, Reguler

 RR : 28 x/mnt, Cepat dan

dangkal

 Hasil EKG: Sinus Bradikardia

DS : Perubahan Intake tidak adekuat ( Anorek

 Ibu klien mengatakan klien nutrisi kurang Mual dan Muntah )

makan tempe bongkrek saat dari kebutuhan

dirumah, sudah lebih dari tubuh

empat jam sejak terakhir

makan.

 Ibu klien mengatakan klien

dirumah sudah muntah satu

kali.

 Ibu klien mengatakan

sebelumnya klien merasa


mual.

DO :

 Penurunan berat badan

 TD 100/60

 RR : 28 x/mnt, Cepat dan

dangkal

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO TGL / JAM DIAGNOSA PRIORITAS

1 14 juni 2013 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Potensial

obstruksi jalan nafas

2 14 Juli 2013 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Aktual

berhubungan dengan intake tidak adekuat ( Anoreksia,

Mual dan Muntah )

D. RENCANA KEPERAWATAN

TGL/JAM TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI

14 Juni Setelah dilakukan tindakan NIC 1: Pengelolaan Jalan Nafas

2013 keperawatan 1 x 24 jam diharapkan


1. Jaga kepatenan jalan nafas : buka jalan nafas, suction, fi

bersihan jalan nafas menjadi efektif sesuai indikasi

dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi kebutuhan insersi jalan nafas buatan

NOC 1 : 3. Monitor pemberian oksigen

Status Pernapasan : Pertukaran Gas


4. Monitor status respirasi : adanya suara nafas tambahan.
tidak akan terganggu di buktikan
5. Identifikasi sumber alergi : obat,makan an, dll, dan rea

dengan : Kesadaran composmentis, terjadi

TTV menjadi normal, pernafasan


6. Monitor respon alergi selama 24 jam

menjadi normal yaitu tidak


7. Ajarkan/ diskusikan dgn klien/keluraga untuk menghind

mengalami nafas dangkal 8. Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif

9. Pertahankan status hidrasi untuk menurunkan viskositas

10. Kolaborasi dgn Tim medis : pemberian O2, obat bronk

anti allergi, terapi nebulizer, insersi jalan nafas, dan

laboratorium: AGD

14 Juni Setelah dilakukan tindakan NIC 2 : Pengelolaan nutrisi

2013 keperawatan selama 1 x 24 jam


1. Ketahui kesukaan makanan pasien

pemenuhan nutrisi dapat


2. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuha

adekuat/terpenuhi dengan kriteria


3. Timbang berat badan pasien dalam interval yang tepat

hasil : 4. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan

NOC 2 : 5. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan m

Status Gizi Asupan Makanan dan NIC 3 : Bantuan menaikkan berat badan

Cairan ditandai pasien nafsu makan


1. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuh

meningkat, mual dan muntah


2. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi n

hilang, pasien tampak segar makanan pelengkap, pemberian makanan melalui slang

NOC 3: 3. Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab perubahan

Status Gizi; Nilai Gizi terpenuhi


4. Rujuk ke program gizi di komunitas yang tepat, jika

dibuktikan dengan BB meningkat, dapat membeli atau menyiapkan makanan yang adekuat

BB tidak turun.
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TGL/JAM INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI

14 Juni NIC 1: Pengelolaan NIC 1: Pengelolaan Jalan S: -

2013 Jalan Nafas Nafas O:

1. Jaga kepatenan jalan 


1. Menjaga kepatenan jalan Tidak terdapat

nafas : buka jalan nafas, nafas : membuka jalan sumbatan pada jalan

suction, fisioterapi dada nafas, suction, fisioterapi nafas oleh

sesuai indikasi dada sesuai indikasi sputum/lendir.

2. Identifikasi kebutuhan
2. 
Mengidentifikasi Kesadaran : compos

insersi jalan nafas kebutuhan insersi jalan mentis

buatan nafas buatan  Nadi 80 x/mnt,


3. Monitor pemberian
3. Memonitor pemberian
 RR : 24 x/mnt,
oksigen, vital sign tiap oksigen.
A: Masalah teratasi
....... jam 4. Memonitor status respirasi
P: Intervensi
4. Monitor status respirasi : : adanya suara nafas
dihentikan
adanya suara nafas tambahan.

tambahan. 5. Mengidentifikasi sumber

5. Identifikasi sumber alergi alergi : obat,makanan, dll,

: obat,makan an, dll, dan reaksi yang biasa

dan reaksi yang biasa terjadi

terjadi 6. Memonitor respon alergi

6. Monitor respon alergi selama 24 jam


selama 24 jam 7. Mengajarkan/

7. Ajarkan/ diskusikan dgn mendiskusikan dengan

klien/keluraga untuk klien/keluraga untuk

menghindari alergen menghindari alergen

8. Ajarkan tehnik nafas


8. Mengajarkan tehnik nafas

dalam dan batuk efektif dalam dan batuk efektif

9. Pertahankan status
9. Mempertahankan status

hidrasi untuk hidrasi untuk menurunkan

menurunkan viskositas viskositas sekresi

sekresi 10. Mengkolaborasikan

10. Kolaborasi dgn Tim dengan Tim medis :

medis : pemberian O2, pemberian O2, obat

obat bronkhodilator, bronkhodilator, obat anti

obat anti allergi, terapi allergi, terapi nebulizer,

nebulizer, insersi jalan insersi jalan nafas, dan

nafas, dan pemeriksaan pemeriksaan laboratorium:

laboratorium: AGD AGD

14 Juni NIC 2 : Pengelolaan NIC 2 : PengelolaanS: Klien mengatakan

2013 nutrisi nutrisi sudah tidak merasa

1. Ketahui kesukaan
1. Mengetahui kesukaan mual dan muntah.

makanan pasien makanan pasien O:

2. Tentukan kemampuan
2. 
Menentukan kemampuan TD 110/70 mmHg


pasien untuk memenuhi pasien untuk memenuhi RR : 24 x/mnt,
kebutuhan nutrisi kebutuhan nutrisi A: Masalah teratasi

3. Timbang berat badan


3. Menimbang berat badan P: Intervensi

pasien dalam interval pasien dalam interval yang dihentikan

yang tepat tepat

4. Pantau kandungan nutrisi


4. Memantau kandungan

dan kalori pada catatan nutrisi dan kalori pada

asupan catatan asupan

5. Tentukan motivasi
5. Menentukan motivasi

pasien untuk mengubah pasien untuk mengubah

kebiasaan makan kebiasaan makan

NIC 3 : Bantuan

menaikkan berat badan

1. Mendiskusikan dengan

NIC 3 : Bantuan ahli gizi dalam

menaikkan berat badan menentukan kebutuhan

1. Diskusikan dengan ahli protein

gizi dalam menentukan


2. Mendiskusikan dengan

kebutuhan protein dokter kebutuhan

2. Diskusikan dengan stimulasi nafsu makan,

dokter kebutuhan makanan pelengkap,

stimulasi nafsu makan, pemberian makanan

makanan pelengkap, melalui slang.

pemberian makanan
3. Merujuk ke dokter untuk
melalui slang. menentukan penyebab

3. Rujuk ke dokter untuk perubahan nutrisi

menentukan penyebab
4. Merujuk ke program gizi

perubahan nutrisi di komunitas yang tepat,

4. Rujuk ke program gizi di jika pasien tidak dapat

komunitas yang tepat, membeli atau menyiapkan

jika pasien tidak dapat makanan yang adekuat

membeli atau

menyiapkan makanan

yang adekuat

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan termasuk kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam kehidupan manusia.
Disebut keracunan makanan bila seseorang mengalami gangguan kesehatan setelah
mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri atau racun yang dihasilkan oleh bakteri
penyakit. Mikroorganisme ini dapat masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan dengan
perantaraan orang yang mengolah makanan atau memang berasal dari makanan itu sendiri akibat
pengolahan yang kurang baik. Seperti diketahui, bakteri sangat menyukai suasana lingkungan
yang lembab dan bersuhu ruangan. Pada kondisi ini, pertumbuhan bakteri akan meningkat
dengan pesat. Bila suhu ini ditingkatkan atau diturunkan maka perkembangan biakan bakteri pun
akan berkurang atau terhenti. Keracunan makanan merupakan penyakit yang diakibatkan
pengkonsumsian makanan atau minuman yang memiliki kandungan bakteri, atau toksinnya,
parasit, virus atau bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan gangguan di dalam fungsi
normal tubuh. Jenis keracunan makanan disebabkan oleh biologikal (bakteria, fungi
(kulat),Virus), fizikal(benda atau bahan asing seperti rambut, cebisan kaca, paku dan lain-
lain),kimia(racun serangga, racun rumpai, bahan pencuci kimia, aditif makanan seperti pengawet
yang berlebihan). Tanda-tanda umum keracunan makanan diantaranya kekejangan otot, demam,
sering membuang air besar, tinja cair dan mungkin disertai darah, nanah atau mukus, otot-otot
lemah dan badan terasa sejuk, lesu dan muntah, memulas dan sakit perut, kadangkala demam dan
dehidrasi, hilang selera makan. Untuk mencegah terjadinya keracunan makanan, kita sebaiknya
melakukan pengelolaan sistem higyen yang baik, pengolahan makanan yang baik, hindari terjadi
kontaminasi dari mana pun, simpan makanan dalam suhu yang tepat (<5oc untuk makanan yang
disimpan dalam kulkas dan > 60oc untuk makanan yang panas), hindari makan makanan yang
asam yang dikemas dalam kemasan yang terbuat dari logam, hindari makan jamur yang liar,
hindari mengkonsumsi makanan setengah matang.
Racun adalah sesuatu yang bila masuk kedalam tubuh kita menyebabkan keadaan tidak sehat dan
bisa membahayakan jiwa ( Ircham Machfoed, dkk, 2012:87). Sedangkan menurut Menurut
Taylor, Racun adalah setiap bahan atau zat yang dalam jumlah tertentu bila masuk ke dalam
tubuh akan menimbulkan reaksi kimia yang menyebabkan penyakit dan kematian. Dari zat – zat
racun ini lah yang akan menyebabkan keracunan pada manusia.
Keracunan adalah keadaan darurat yang diakibatkan masuknya suatu zat atau makanan kedalam
tubuh melalui berbagai cara, seperti melalui saluran pencernaan, saluran pernafasan, atau melalui
kulit. Keracunan juga merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh bahan organik
ataupun bahan anorganik yang masuk ke dalam tubuh sehingga menyebabkan tidak normalnya
mekanisme di dalam tubuh. Akibat-akibat dari keracunan dapat menurunkan kesadaran bahkan
pada kasus-kasus tertentu dapat menyebabkan kematian, jika cara penanganan yang salah. Di
Indonesia sering terjadi kasus keracunan, mulai dari keracunan makanan, zat kimia hingga
keracunan gas. Tidak jarang kasus keracunan ini berujung pada kematian. Ketidak tahuan
masyarakat terhadap pertolongan pertama pada kasus keracunan juga menjadi salah satu
penyebab kematian tersebut.
Untuk mengatasi dan membatu korban yang keracunan kita harus mengetahui keracunan yang
dialami oleh korban dan gejala – gejala yang ditunjukan oleh korban serta penanganan
pertamanya. Karena keracunan dapat meimbulkan dampak yang berbahaya bagi keehatan hingga
bisa menyebabkan kematian. Oleh karena itu, pertolongan pertama yang tepat dalam kasus
keracunanan sangat penting untuk mencegah terjadinya korban jiwa. Pada banyak kasus yang
ada akibat keracunan sebagai “first stander” dapat melakukan pertolongan pertama bagi setiap
orang yang mengalami atau menjadi korban keracunan.
Pada makalah ini akan dibahas tentang bagaimana cara bagi penolong pertama apabila menemui
korban yang menderita keracunan, apa sajakah tindakan yang harus kita lakukan. Selain itu akan
dibahas pula tata cara penanggulangannya jika sudah melewati masa kritis (keracunan). Dengan
dibahasnya tentang tata cara pertolongan pertama dan cara penanggulangan terhadap korban
keracunan penulis berharap agar tingkat kesalahan dalam menolong dan penaggulangan dapat
dibuat seminimal mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Fajri. (2012). Keracunan Obat dan bahan Kimia Berbahaya. Dari:


http://fajrismart.wordpress.com/2011/02/22/keracunan-obat-dan-bahan-kimia-berbahaya/.
Diakses tanggal 4 Mei 2012.
Indonesiannursing. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Luka Bakar (Combustio).
Dari:http://indonesiannursing.com/2008/10/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-luka-bakar-
combustio/. Diakses tanggal 16 April 2012.
Krisanty, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info Media.
Sartono. (2001). Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika.
Smeltzer, Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah, vol: 3. Jakarta:
EGC.
Syamsi. (2012). Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga.
Dari:http://nerssyamsi.blogspot.com/2012/01/konsep-kegawatdaruratan-pada-pasien.html.
Diakses tanggal 16 April 2012.

DAFTAR PUSTAKA
1. Bernas, Keracunan di pesta, satu meninggal, http://www.indomedia.com/bernas/030202/04/
utama, diakses 17-03-2005.
2. Bernas, Dua tewas keracunan usai hajatan, http://www.indomedia com/ bernas/072001/utama,
diakses 17-03-2005.
3. Dari balik warta, Keracunan makanan di tanah air,http://news.indosiar.com/news, diakses 17-
03-2005.
4. Departemen Kesehatan RI, 2001, Kumpulan Modul Kursus Penyehatan Makanan Bagi
Pengusaha Makanan da Minuman, Yayasan Pesan, Jakarta.
5. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Pencegahan Keracunan Makanan pada Industri
Katering, wwwnakertrans.go.id/Kkhiperkes.
6. Dharwiyanti, 2004, Bahaya pencemaran timbal pada makanan dan minuman,http://
dharwiyanti, blogdrive.com, diakses 10-03-2005.
7. Frank C.LU, Toksikologi Dasar, Universitas Indonesia Press 1995 (Termahan Edi Nugroho).
8. HAKLI, 2001, Kumpulan Makalah Seminar dan Simposium Nasional Kesehatan Lingkungan,
Yogyakarta.
9. Media Indonesia , 2004, Zat Kimia masih ditemukan dalam makanan anak,Copyright, 204,
2005 LIPI.
10. Intisari, Enam langkah mencegah keracunan makanan, http://www.intisari.com,diakses 10-
03-2005.
11. Imam Supardi, Prof, Dr,dr,Sp.Mk, 2002, Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan
Pangan, yayasan Adikarya IKAPI, Bandung.
12. Leni Herleani Afrianti, 2004, Penyebab Makanan Beracun, F MIPA, ITB.
13. Kompas, 2004, Puluhan Siswa Keracunan Makanan, http://www.kompas.com/kompas-
cetak/0408/19/metro/1217177.htm, diakses 16,02,05.
14. Media Indonesia, 2004, Zat kimia masih ditemukan dalam makanan anak, http://www.media
indonesia-cetak 8 Des 2004, diakses 12-12-2004.
15. Pikiran rakyat, 540 karyawan PT.Derma Internasional Cileuyi Bandung keracunan
makanan,http://www.pikiran rakyat, diakses 17-03-2005.
16. Republika, 2005, Belasan Jemaah Haji Kena Diare karena Keracunan makanan,
http://www.mail-archive.com/ppiindia@yahoogroups-com diakses 16,02,05.
17. Rosihan Anwar, 2001, Lima Spesies Bakteri yang dikenal sebagai penyebab keracunan
Makanan, Ibu Sina, Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Univ. Islam
Sumatera (Vol.1 No.1/Januari 2001.
18. Sartono, 2002, Racun dan Keracunan, Widya Merdeka.
19. Waspada online, 2005, Bantuan Kadaluarsa Dimusnahkan, http://www.
waspada.co.id/berita/aceh/artikel.php dikases16,02,05.
20. Zaenab ,2003, Kumpulan Klipping Keracunan Makanan

Anda mungkin juga menyukai