Anda di halaman 1dari 6

PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT RUMAH SAKIT

ARTHRITIS IDIOPATIK JUVENIL PADA ANAK


Oleh
Tsuraya Yaumil Mahdiyyah Nur Ilham
NIM : C 014181070

Residen Pembimbing
dr. Hasriani

Supervisor Pembimbing
Prof. dr. Husein Albar, Sp.A (K)

KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019

HALAMAN PENGESAHAN

Judul PKMRS : Arthritis Idiopatik Juvenil Pada Anak


N ama : Tsuraya Yaumil Mahdiyyah Nur Ilham
NIM : C 014181070

1
Program Studi : Pendidikan Program Profesi Dokter FK UNHAS

Makassar, 10 Agustusl 2019


Menyetujui

Residen Pembimbing
dr. Nurhidayah

( )

Supervisor Pembimbing
Prof. dr. Husein Albar, Sp.A (K)
NIP. 19510521198010001

( )

ARTHRITIS IDIOPATIK JUVENIL PADA ANAK

Pendahuluan
Juvenile idiopathic arthritis (JIA) merupakan penyakit peradangan sendi kronik yang
paling banyak ditemukan pada anak-anak. Diagnosis JIA setelah menyingkirkan penyebab-
arthritis yang lain.1.2 Arthritis ditegakkan dengan melakukan pemeriksaaan fisik dengan
ditemukan tanda peradangan yaitu bengkak pada persendian, nyeri terutama bila sendi di
gerakan, teraba hangat di daerah sendi, dan gerakan sendi terbatas.3.4 Penelitian Jing-Long Huang
ddk menemukan JIA pada 1 dari 1000 populasi anak di dunia. 5

Definisi

2
 Menurut kriteria International League Against Rheumatism (ILAR) tahun 1997, JIA adalah
penyakit radang sendi yang menetap selama lebih dari 6 minggu dan terjadi pada anak
umur di bawah 16 tahun dan tidak ada penyebab lain arthritis. 2.5.7

Klasifikasi

Etiologi
Faktor lingkungan misalnya infeksi diduga sebagai faktor pencetus penyakit pada anak
yang secara genetik berpotensi menderita JIA 8

Manifestasi klinis
Gejala klinis terbanyak pasien JIA yaitu nyeri sendi (94,4%), deformitas sendi ( 18,3 %)
terutama pada tipe polyarthritis, dan Rheumatoid Factors (RF) biasanya negatif. Kecacatan
dapat ditemukan pada pasien JIA umur 7-15 tahun (15- 28%).6

3
Gejala umum dari semua subtipe JIA adalah arthritis. Gejala sistemik banyak tejadi pada
JIA subtipe sistemik dan poliartikuler termasuk kelelahan, penurunan berat badan, anemia,
anoreksia dan demam. Inflamasi sendi menyebabkan sendi dan rasa tidak nyaman terutama
kekakuan sendi pada pagi hari (morning stiffness). Sendi-sendi besar lebih banyak terserang
walaupun semua sendi bisa terlibat seperti sendi servikal, thoraco lumbal dan
temporomandibular. Ketidaknormalan pertumbuhan jarang terjadi dan dapat menyebabkan
perawakan pendek (short stature) atau gangguan pertumbuhan yang terlokalisir misalnya
pertumbuhan tulang berlebihan, efisie cepat menutup, dan disporporsi anggota gerak. Gejala lain
meliputi osteopenia, nodule rheumatoid, dan atrofi otot. Dapat ditemukan pericarditis (9%),
myocarditis, atau endokardiitis. 9 


Pemeriksaan penunjang 

Tidak ada pemeriksaan khusus untuk diagnosis AIJ. Biasanya dijumpakn anemia ringan -
sedang (Hb 7 – 10 g/dl) dan leukositosis terutama netrofilia, trombositosis, LED, CRP meningkat
, C3 menurun, rheumatoid factor (RH) positif biasanya pada AIJ tipe polyarthritis, ANA positif
biasanya pada AIJ tipe oligoarthritis.
Gambaran radiologik : Jaringan lunak sekitar sendi bengkak, ruang sendi melebar,
osteoporosis, dan pembentukan tulang baru periosteal, ankilosis biasanya ditemukan pada sendi
karpal dan tarsal.

Diagnosis
Kriteria diagnosis artritis Idiopatik juvenil menurut American College of Rheumatology
(ACR) Dikutip dari Cassidy JT, Petty RE.1
1) Usia onset kurang dari 16 tahun
2) Artritis pada satu sendi atau lebih yang ditandai oleh bengkak atau efusi sendi, atau oleh
dua dari gejala kelainan sendi berikut: gerakan sendi terbatas, nyeri atau sakit pada
gerakan sendi, dan peningkatan suhu di daerah sendi
3) Lama sakit lebih dari 6 minggu
4) Jenis onset penyakit dalam 6 bulan pertama diklasifikasikan sebagai
a. pausiartikular (oligoartritis): 4 sendi atau kurang
b. poliartritis: 5 sendi atau lebih

4
c. penyakit sistimik: artritis disertai demam intermiten
5) Penyakit artritis juvenil lain dapat disingkirkan

Diagnosis Banding
 GonitisTuberkulosis
 Keganasan tulang
 Keganasan darah (leukemia, neuroblastoma)
 Growing pain

Terapi
Terapi secara komprehensif dengan kerjasama multidisiplin yaitu dokter, psikolog,
okupasi-terapis, fisioterapis, dan ahli gizi. Penatalaksanaan yang optimal penting untuk
keberhasilan pengobatan, dengan melibatkan kesehatan mental, memantau perkembangan
anak dan melibatkan keluarga.7
Terapi JIA meliputi terapi anti inflamasi, imunomodulator, terapi okupasional, fisioterapi,
pembedahan, nutrisi, psikososial, dan edukasi. Terapi jangka panjang JIA meliputi penggunaan
obat-obatan secara optimal, tata laksana non farmakologi, pencegahan komplikasi,
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan, alur rujukan dan perawatan, edukasi
manajemen mandiri pasien dan penggunaan alat penunjang psikososial pasien. 2
Terapi farmaklogik dengan anti inflamasi nonsteroidal (AINS), disease modyfying
antirheumatoic drugs (DMARDs), obatan imunosupresif, atau kortikosteroid sistemik. AINS
digunakan untuk mengatasi nyeri sendi, kekakuan dan demam yang berhubungan dengan
artrhtitis sistemik. Biasanya digunakan ibuprofen, diklofenak, piroksikam, atau meloxicam. Efek
samping saluran pencernaan (28-75%) misalnya gastritis. Obat AINS diberikan sesudah minum
susu atau makan. Obat kortikosteroid misalnya predniosn atau metilprednisolon diberikan jika
tidak sembuh dengan AINS. Dosis yang diberikan 0,25 -1 mkg/kg perhari oral sesudah makan.9
Obat DMARDS misalnya hidoksiklorokuin atau methotrexat digunakan pada pasien dengan
poliartritis berat yang tidak respons dengan kortikosteroid.10

Komplikasi
 Uvetis : radang kronik nongranulomatosa pada iris. Oleh sebab itu, perlu konsultasi
dokter spesialis mata
 Amyloidosis sangat jarang. Gejala klinis seperti anemia, hepatosplenomegaly,
proteinuria, sindroma nephrotic sampai gagal ginjal.9
 Gangguan pertumbuhan tulang seperti disporporsi panjang kaki

5
Prognosis
JIA merupakan penyakit kronis sehingga sering kambuh.

Daftar Pustaka
1. Cassidy JT, Petty RE. Textbook of pediatric rheumatol- ogy. Edisi ke-2. New York: Churchill
Livingstone; 1990.
2. Warren RW, Perez MD, Curry MR, Wilking AP, Myones BL. Juvenile idiopathic arthritis.
Dalam: Koopman WJ, penyunting. Arthritis and allied conditions. A textbook of
rheumatology. Edisi ke-14. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins, 2001. h. 1270-93.
3. Cassidy JT. What’s in a name? Nomenclature of juvenile arthritis. A North American view.
J Rheumatol 1993; 20:4-8.
4. White P. Juvenile chronic arthritis. Clinical features. Dalam: Klippel JH, Dieppe PA,
penyunting. Rheumatology. St Louis: Mosby, 1994. h.171-80.
5. Prieur AM. What’s in a name? Nomenclature of juvenile arthritis. A European view. J
Rheumatol 1993; 20:9-11.
6. Manners PJ. Juvenile rheumatoid arthritis (idiopathic arthritis of childhood). Dalam:
Matondang CS, Akib AAP, penyunting. Strategi pendekatan klinis berbagai penyakit alergi
dan reumatik pada anak. Naskah lengkap PKB IKA XXXVI. Jakarta: FKUI, 1995. h. 107-15.
7. Petty RE, Southwood TR, Baum J, Bhettay E, Glass DN, Manners P, dkk. Revision of the
proposed classification criteria for juvenile idiopathic arthritis: Durban, 1997. J Rheumatol
1998; 25:1991-4.
8. Hofer MF, Mouy R, Prieur AM. Juvenile idiopathic ar- thritides evaluated prospectively in
a single centre ac- cording to the Durban criteria. J Rheumatol 2001; 28:1083-90.
9. Sherry DD. Juvenile rheumatoid arthritis. Dalam: Lichtenstein LM, Fauci AS, penyunting.
Current therapy in allergy, immunology, and rheumatology. Edisi ke-5. St Louis: Mosby,
1996. h. 194-9.
10. Singsen BH. Juvenile rheumatoid arthritis and pediatric spondyloarthropathies. Dalam:
Weisman MH, Weinblatt ME, Louie JS, penyunting. Treatment of the rheumatic diseases.
Edisi ke-2. Philadelphia: WB Saunders Com- pany, 2001. h. 403-22.

Anda mungkin juga menyukai