Anda di halaman 1dari 13

NERVI CRANIALES

Ada 12 saraf kranial yang meninggalkan otak melalui


foramina dan fissura di tengkorak. Semua saraf ini
didistribusikan ke kepala dan leher kecuali saraf kranial
kesepuluh, yang mempersarafi struktur-struktur yang berada di
toraks dan abdomen. Saraf-saraf otak tersebut diberi nama
sebagai berikut: olfactorius (n.I), opticus (n.II), oculomotorius
(n.III), trochlearis (n.IV), trigeminus (n.V), abducens (n.VI),
facialis (n.VII), vestibulocochlearis (n.VIII), glossopharyngeus
(n.IX), vagus (n.X), accessorius (n.XI), dan hypoglossus
(n.XII) (Snell, 2002).

Nervus olfactorius, nervus opticus, dan nervus vestibulocochlearis merupakan saraf


sensorik murni. Nervus oculomotorius, nervus trochlearis, nervus abducens, nervus accessorius,
dan hypoglossus adalah saraf motorik murni. Nervus trigeminus, nervus facialis, nervus
glossopharyngeus, dan nervus vagus merupakan saraf campuran motorik dan sensorik (Snell,
2002).

Nervus kranialis memiliki nuklei motorik dan/ atau sensorik di dalam otak dan serabut-
serabut saraf perifer keluar dari otak serta meninggalkan tengkorak menuju organ sensorik atau
efektor (Snell, 2002). Adapun serabut-serabut saraf kranial dikelompokkan menjadi beberapa
jenis:

a. Serabut aferen somatik, yang menghantarkan impuls rasa nyeri, suhu, raba, tekanan, dan
sensasi propioseptif melalui reseptor-reseptornya di kulit, sendi, otot, dan sebagainya.
b. Serabut aferen otonom (viseral), yang menghantarkan impuls (nyeri) dari organ visera.
c. Serabut aferen khusus (SAK), yang terdiri atas SAK somatik yang menghantarkan impuls
dari reseptor khusus (mata, telinga) dan SAK viseral yang menghantarkan impuls kecap
dan bau.
d. Serabut eferen somatik umum, yang mempersarafi otot-otot rangka (III, IV, VI, XII).
e. Serabut eferen viseral, yang mempersarafi otot polos, otot jantung, dan kelenjar
(parasimpatis/ simpatis)

1
f. Serabut eferen brankhio-metrik khusus yang mempersarafi otot-otot derivat arkus
brankhialis (n.V untuk arkus 1, n.VII untuk arkus 2, n. IX untuk arkus 3, n. X dan n. XI
untuk arkus selanjutnya).

Berbagai komponen saraf otak, fungsi, serta celah di cranium yang dilewati oleh
saraf-saraf tersebut untuk meninggalkan cavum crania diringkas sebagai berikut:

Saraf-Saraf Kranial (Nervi Craniales)


No Nama Komponen Fungsi Tempat keluar di otak
I Olfactorius Sensorik (SVA) Penghidu Celah-celah di lamina
cribrosa ossis
ethmoidalis
II Opticus Sensorik (SSA) Penglihatan Canalis opticus
III Oculomotorius Motorik (GSE, GVE) Mengangkat kelopak mata Fissura orbitalis superior
atas, menggerakkan bola
mata ke atas, bawah, dan
medial; konstriksi pupil;
akomodasi mata
IV Trochlearis Motorik (GSE) Membantu menggerakkan Fissura orbitalis superior
bola mata ke bawah dan
lateral
V Trigeminus
Divisi ophtalmicus Sensorik (GSA) Kornea, kulit dahi, kulit Fissura orbitalis superior
kepala, kelopak mata, dan
hidung; juga membran
mukosa sinus parasanal dan
rongga hidung
Divisi maxillaris Sensorik (GSA) Kulit wajah di atas maxilla; Foramen rotundum
gigi geligi rahang atas;
membrane mukosa hidung,
sinus dan lempeng maxilla
Divisi mandibularis Motorik (SVE) Otot-otot pengunyah, M. Foramen ovale
mylohyoideus, m. digastricus
venter anterior, m. tensor veli
palatini, dan m. tensor
tympanicum.
Sensorik (GSA) Kulit pipi; kulit di atas
mandibula dan sisi kepala,
gigi geligi rahang bawah dan
articulation temporo
mandibularis; membrane
mukosa mulut dan bagian
anterior lidah
VI Abducens Motorik (GSE) M. rectus lateralis Fissura orbitalis superior
menggerakkan mata ke
lateral
VII Facialis Motorik (SVE) Otot-otot wajah dan kulit Meatus acusticus interna,
kepala, m. stapedius, m. canalis facialis, foramen
digastricus venter posterior, sylomastoideus
dan m. stylohyoideus.
Sensorik (SVA) Pengecapan dari dua-pertiga
bagian anterior lidah, dari

2
dasar mulut dan palatum.
Sekretomotorik Kelenjar ludah submandibula
parasimpatis (GVE) dan sublingual, kelenjar
lakrimalis, dan kelenjar
hidung dan palatum.

VIII Vestibulocochlear
Vestibular Sensorik (SSA) Dari utriculus, sacculus, dan Meatus acusticus
canalis semicircularis- posis internus
dan gerakan kepala
Cochlear Sensorik (SSA) Organ Corti- pendengaran Meatus acusticus
internus
IX Glossopharyngeus Motorik (SVE) M.stylopharingeus- Foramen jugulare
membantu menelan.
Sekretomotorik Kelenjar parotis.
parasimpatis (GVE)
Sensorik (GVA, SVA, Sensasi umum dan pengecap
GSA) dari dua pertiga bagian
posterior lidah dan faring;
sinus carotis (baroreseptor);
corpus carotis
(kemoreseptor)
X Vagus Motorik (GVE, SVE) Jantung dan pembuluh darah Foramen jugulare
besar di toraks; laring, trakea,
Sensorik (GVA, SVA, bronkus, dan paru; traktus
GSA) alimentary dari faring ke
fleksura splenicus kolon;
hepar, ginjal, dan pankreas
XI Accessorius Motorik (SVE) Otot-otot palatum molle Foramen jugulare
Radix cranialis (kecuali m. tensor veli
palatini), faring (kecuali m.
stylopharyngeus), dan laring
(kecuali m. cricothyroid) di
cabang-cabang n. vagus
Radiks spinalis Motorik (SVE) M. sternocleidomastoideus Foramen jugulare
dan m. trapezius
XII Hypoglossus Motorik (GSE) Otot-otot lidah (kecuali m. Canalis hypoglossus
palatoglossus) mengatur
bentuk dan pergerakan lidah
Keterangan: GSA: aferen somatik umum, SSA: aferen somatik khusus, GVA: aferen viseral umum, SVA: aferen
visceral khusus, GSE: eferen somatik umum, GVE: eferen viseral umum, SVE: eferen viseral khusus.

1. Nervus Olfactorius (Saraf Otak I)


Nervus olfactorius muncul dari sel-sel reseptor saraf di dalam membran mukosa
olfaktori yang terletak di rongga hidung bagian atas di cranial conchae superior. Sel
reseptor olfaktori tersebar di antara sel penyokong. Setiap sel reseptor terdiri dari sel-sel
saraf bipolar kecil dengan processus perifer yang kasar yang berjalan ke permukaan
membran dan sebuah processus sentral yang halus. Dari processus perifer yang kasar
timbul cilia-cilia pendek, rambut olfactorius yang menembus ke dalam mucus yang

3
menutupi permukaan membran mukosa. Tonjolan serabut-serabut ini bereaksi terhadap
bau di udara dan menstimulasi sel-sel olfactorius (Snell, 2002).
Processus sentralis yang halus
membentuk serabut saraf olfactorius. Berkas
serabut-serabut saraf ini masuk ke bulbus
olfactorius melalui lubang-lubang di lamina
cribrosa os ethmoidale. Serabut-serabut
nervus olfactorius tidak bermielin dan
diliputi oleh sel Schwann (Snell, 2002).
Gangguan-gangguan yang melibatkan saraf otak I sebagai berikut:
1) Anosmia
Hilangnya sensasi penciuman yang dapat disebabkan oleh kelainan agenesis
traktus olfaktorius (merupakan cacat bawaan), gangguan mukosa olfaktorius
(rinitis, tumor hidung), robekan fila olfaktoria akibat fraktur lamina kribosa,
destruksi bulbus dan traktus olfactorius akibat adanya kontusi kontrakup
(biasanya karena jatuh dan belakang kepala terbentur), trauma region orbita, dan
infeksi sekitarnya serta tumor fosa cranial anterior (Satyanegara, 1998).
2) Hiperosmia
Sensasi penciuman akut yang berlebihan. Keadaan ini dapat dijumpai pada kasus-
kasus histeria, kadang pada kasus adiksi kokain.
3) Parosmia
Abnormalitas penciuman yang dapat terjadi pada kasus-kasus skhizofrenia, lesi-
lesi girus unsinatus, dan histeria.
4) Kakosmia
Timbulnya bau-bau tak enak, biasanya merupakan akibat dekomposisi jaringan.
5) Halusinasi olfaktorius
Halusinasi penciuman yang dapat terjadi pada penderita-penderita psikosis,
epilepsi, girus unsinatus (uncinate fits) akibat lesi unkus dan hipokampus
(Satyanegara, 1998).

4
2. Nervus Opticus (Saraf Otak II)
Serabut- serabut N. II adalah akson-
akson sel di lapisan ganglionik retina. Serabut
tersebut berkonvergensi pada discus opticus
dan keluar dari mata, pusatnya sekitar 3 atau 4
mm dari sisi nasal sebagai N. II. Serabut-
serabut N.II bermielin, namun selubungnya
dibentuk oleh sel oligodendrosit bukan sel
Schwann. Oleh karena itu, N. II disamakan dengan traktus saraf di susunan saraf pusat.
Saraf otak II meninggalkan rongga orbita melalui canalis opticus dan bergabung dengan
nervus opticus sisi kontralateral untuk membentuk chiasma opticum (Snell, 2002).
Gangguan lapang pandang cenderung dapat mengarahkan adanya gangguan atau
kerusakan sistem penglihatan di lokasi tertentu seperti:
1) Buta sirkumferensial (tubuler)
Neuritis optikum retrobulbar buta total sebelah mata: kerusakan seluruh serabut
N. II
2) Hemianopsia bitemporalis
Gangguan daerah khiasma karena tumor hipofise, meningioma, tuberkulum sela,
kraniofaringioma
3) Hemianopsia nasal unilateral
Lesi prekhiasma karena perkapuran a. karotis interna
4) Hemianopsia homonimus unilateral (refleks pupil negatif)
Lesi lobus parietal/temporal kontralateral yang menekan traktus optikus
5) Kuadranopsia hominimus inferior unilateral
Gangguan radiasio optika kontralateral
6) Hemianopsia homonimus unilateral (reflek pupil normal)
Gangguan kedua sisi khiasma optikus serebelum serabut-serabut n. II menghilang,
misalnya aneurisma a. karotis bilateral, arakhnoiditis khiasmatika.
7) Macular spring
Gangguan di belakang khiasma optikum/ lesi lobus oksipitalis (Satyanegara,
1998).

5
3. Nervus Oculomotorius (Saraf Otak III)
Nervus oculomotorius mempunyai dua nuklei motorik, yaitu nukleus motorik
utama dan nukleus parasimpatis asesorius (nukleus Edinger-Westphal). Nervus
oculomotorius muncul dari permukaan anterior mesencephalon. Nervus ini melintas
kedepan di antara arteria cerebri posterior dan arteria cerebella superior. Selanjutnya,
nervus ini berjalan ke dalam fossa crania media di dinding lateral sinus cavernosus.
Disini, nervus oculomotorius terbagi menjadi ramus superior dan inferior yang memasuki
rongga orbita melalui fisura orbitalis superior (Snell, 2002).
N.oculomotorius mempersarafi
otot-otot ekstrinsik mata berikut:
m. levator palbebrae superioris,
m. rectus medialis, m. rectus inferior,
dan m. obliquus inferior. Melalui
cabang ke ganglion ciliare dan serabut
parasimpatis nervi ciliares breves,
nervus ini juga mempersarafi otot-otot
intrinsik mata berikut: m. constrictor
papillae iris dan m. ciliaris
(Snell, 2002).
Dengan demikian, nervus oculomotorius bersifat motorik murni dan berfungsi
mengangkat kelopak mata atas; menggerakkan bola mata ke atas, bawah, dan medial;
konstriksi pupil; serta akomodasi mata (Snell, 2002).
Kerusakan semua serabut n. III akan menimbulkan paralisa semua otot mata,
kecuali m. rectus lateralis (yang dipersarafi oleh n.VI) dan m. obliquus superior
(dipersarafi n.IV). Paralisa persarafan parasimpatis akan menyebabkan hilangnya refleks
pupil, midriasis dan gangguan konvergensi serta akomodasi (Satyanegara, 1998).
4. Nervus Trochlearis (Saraf Otak IV)
Nervus trochlearis merupakan satu-satunya saraf kranial yang keluar melalui
dorsal batang otak (Satyanegara, 1998). Nervus trochlearis muncul dari mesencephalon
dan segera menyilang saraf senama sisi yang berlawanan. Nervus trochlearis berjalan ke
depan melalui fossa crania media pada dinding lateral sinus cavernosus dan masuk

6
rongga orbita melalui fisura orbitalis superior (Snell, 2002). Saraf ini mempersarafi m.
obliquus superior (untuk menggerakkan mata ke arah bawah- dalam dan abduksi sedikit.
Paralisa otot ini akan menampilkan deviasi mata ke atas dan sedikit ke dalam yang
tampak jelas bila mata melirik ke bawah dan ke dalam (Satyanegara, 1998).

5. Nervus Trigeminus (Saraf Otak V)


Nervus trigeminus merupakan saraf otak terbesar yang berisi serabut-serabut
sensorik dan motorik. Saraf ini merupakan saraf sensorik (posio mayor) untuk sebagian
besar kepala dan nervus motorik (porsio minor) untuk beberapa otot, termasuk otot-otot
penguyah.
Porsio mayor atau bagian sensorik
mempunyai sentral dari gangguan trigeminus
(ganglion semilunaris Gasseri) yang berkaitan dengan
ganglion spinalis dan mengandung sel-sel ganglion
pseudo-unipolar. Akson perifer sel ini berhubungan
dengan reseptor rasa raba, diskriminasi, tekanan,
nyeri, dan suhu. Processus sentralnya memasuki pons
dan berakhir di nukleus sensorik prinsipalis (raba dan
diskriminasi) serta di nukleus spinalis (rasa nyeri dan
suhu). Ganglion Gasseri terletak di suatu cekungan

7
(impresio trigemini) pada bagian rostral os petrosus, di luar sinus kavernosus
posterolateral. Akson-akson perifer neuron ganglion yang menghantarkan impuls
sensorik ini terdiri dari tiga divisi utama yaitu: n. oftalmikus (n.V1) yang memasuki
rongga tengkorak melalui fisura orbitalis superior, n. maksilaris (n. V2) yang masuk
melalui foramen rotundrum, dan n. mandibularis yang masuk melalui foramen ovale
(Satyanegara, 1998).
Porsio minor atau bagian motorik n.V mempunyai nucleus pada tegmentum pons
yang terletak di sebelah medial nukleus sensorik prinsipalis. Saraf motorik ini
meninggalkan tengkorak bersama n. mandibularis dan menginervasi otot-otot masseter,
temporal, pterigoid lateralis dan medialis, milohioid, digastrikus anterior, dan tensor veli
palatine (Satyanegara, 1998).
Gangguan yang melibatkan saraf otak V ini dapat dimanifestasikan sebagai
penyakit-penyakit: neuralgia trigeminus, glaucoma/ iritis, sindroma Charlin, sindroma
Gradenigo dan sindroma Bing-Horton (Satyanegara, 1998).
6. Nervus Abducens (Saraf Otak VI)
Nervus abducens adalah saraf
motorik kecil yang mempersarafi musculus
rectus lateralis bola mata. Serabut- serabut
nervus abducens melintas ke anterior melalui
pons serta muncul di alur antara tepi bawah
pons dan medulla oblongata. Nervus ini akan
berjalan ke depan melalui sinus cavernosus
serta terletak di bawah dan lateral a. carotis
interna. Selanjutnya, saraf ini masuk ke
orbita melalui fisura orbitalis superior.
Nervus abducens berfungsi motorik murni
dan mempersarafi musculus rectus lateralis
(Snell, 2002).
Paralisa nervus abducens tampak pada penderita yang sedang melihat ke arah
depan. Mata yang terganggu akan terputar ke arah dalam dan tak dapat melirik ke lateral.

8
Bila disuruh melihat ke arah nasal, mata yang paralisa akan ke arah dalam atas karena
predominansi m. obliquus internus (Satyanegara, 2002).
7. Nervus Facialis dan Intermedius (Saraf Otak VII)
Nervus facialis mempunyai dua subdivisi, yaitu saraf yang mengandung
komponen motorik dan menginervasi otot-otot ekspresi wajah, dan n. intermedius yang
mengandung aferen otonom, somatik, dan eferennya (Satyanegara, 1998).
Nukleus motorik n. facialis di bagian
ventrolateral tegmentum pons dekat medulla
oblongata. Pada mulanya, akson neuron
pertamanya berjalan menuju dasar ventrikel
IV dekat garis tengah, dan kemudian
melingkari nucleus n.VI terus ke arah sudut
serebelopontomedularis tepat di depan
n.VIII. Lutut n.VII akan membentuk
kolikulus fasialis pada dasar ventrikel IV
tepat di atas stria medularis horizontalis. N.
intermedius keluar di antara n. VII dan n.
VIII. Ketiganya akan berlanjut masuk ke dalam kanalis akustikus internus, dan di
dalamnya, n.VII dan intermedius akan memisahkan diri ke lateral dalam kanalis fasialis
sampai ganglion genikulatum. N. facialis akan meninggalkan tengkorak melalui foramen
stilomastoideus dan kemudian dari sini serabut-serabut motoriknya akan tersebar di otot-
otot wajah (m. orbicularis oculi, buccinators, digastricus posterior, dan platisma).
Gangguan pada nervus fasialis terdiri atas paralisa perifer, paralisa nuklear, dan paralisa
supranuklear (Satyanegara, 1998).
Nervus intermedius mengandung beberapa komponen aferen dan eferen. Serabut
aferennya menghantarkan impuls dari reseptor kecap dua pertiga depan lidah. Serabut ini
berjalan bersama dengan n. lingualis (cabang n. mandibularis), khorda timpani, menuju
ke ganglion genikulatum serta berakhir pada nukleus traktus solitarius (di mana serabut
kecap n. IX juga berakhir). N. intermedius juga mengandung serabut eferen parasimpatis
yang berasal dari nukleus salivatorius superior (sebelah bawah medial nucleus n. VII) dan
menuju ke kelenjar lakrimalis, kelenjar-kelenjar di mukosa hidung. Ada sebagian serabut

9
yang lewat ganglion mandibularis menuju kelenjar sublingual dan submandibular.
Gangguan pada n. intermedius akan menimbulkan neuralgia, seperi neuralgia sluder dan
neuralgia hunt (Satyanegara, 1998).
8. Nervus Vestibulocochlearis (Saraf Otak VIII)
Saraf ini terdiri dari dua bagian yang
berbeda, yaitu nervus vestibularis
(keseimbangan, posisi, dan gerakan kepala) dan
nervus cochlearis (auditorius), yang berperan
untuk transmisi informasi aferen dari telinga
dalam menuju susunan saraf pusat.
Nervus vestibularis mengatur tiga sistem,
yaitu keseimbangan sistem vestibuler, sistem
propioseptif dari otot dan sendi serta sistem
optik. Sistem keseimbangan terdiri dari labirin
(yang mencakup utrikulus, sakulus, dan kanalis
semisirkularis), n, vestibularis, dan jaras vestibuler sentral. Organ reseptor keseimbangan
adalah macula statika (yang berada di dalam labirin untuk mengirimkan impuls-impuls
statik dan informasi tentang posisi kepala) dan Krista ampularis (terletak di dalam ampula
kanalis semisirkularis sebagai reseptor kinetic). Impuls yang diterima oleh reseptor ini
akan dihantarkan oleh akson perifer neuron bipolar dari ganglion vestibularis (Scarpa)
yang terletak di meatus akustikus internus, dan kemudian akan menuju ke sentral sebagai
n. vestibularis. Saraf ini berjalan bersama dengan nervus cochlearis melalui meatikus
akustikus internus, ke sudut serebelo-pontin, dan masuk ke batang otak mencapai nukleus
vestibularis yang terletak di dasar ventrikel IV. Kompleks nucleus vestibularis terdiri dari
nucleus vestibularis superior (Bechterew), nucleus vestibularis lateralis (Deiter), nucleus
vestibularis medialis (Schwalbe) dan nucleus vestibularis inferior (Roller) (Satyanegara,
1998).
Iritasi pada alat keseimbangan dan hubungan-hubungan sentralnya akan
menimbulkan vertigo, yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan keseimbangan
pada posisi berjalan atau berdiri, serta kecendrungan untuk jatuh (Satyanegara, 1998).

10
Nervus cochlearis memberikan impuls saraf yang berkaitan dengan suara dari organ corti
di dalam cochlea. Serabut-serabut saraf nervus cochlearis merupakan processus sentralis
sel-sel saraf di dalam ganglion spiralis cochlea. Semua masuk ke dalam permukaan
anterior batang otak pada pinggir bawah pons di sisi lateral dari tempat keluarnya nervus
facialis dan dipisahkan darinya oleh nervus vestibularis. Pada saat memasuki pons,
serabut-serabut saraf terbagi dua, satu cabang masuk ke dalam nukleus cochlearis
posterior dan cabang yang lain masuk ke dalam nukleus cochlearis anterior (Snell, 2002).
Pada kejadian kinis sehari-hari, dikenal dua tipe gangguan pendengaran yaitu tuli
konduktif dan tuli saraf (Satyanegara, 1998).
9. Nervus Glossopharyngeus (Saraf Otak IX)
Nervus glossopharyngeus memiliki tiga nukleus yakni nukleus motorik utama,
nukleus parasimpatis dan nukleus sensorik (Snell, 2002). Nervus glossopharyngeus
bersama dengan n.X, dan n. XI meninggalkan cranium melalui foramen jugularis, yang
pada foramen tersebut terdapat dua ganglion yaitu: ganglion superior intrakranial dan
ganglion inferior ekstrakranial. Setelah keluar melalui foramen ini, n. IX akan berjalan di
antara a. carotis interna dan v. jugularis interna, malalui m. stilomastoideus menuju ke
bawah lidah, dan mempersarafi mukosa farings, tonsil, dan sepertiga posterior lidah
(Satyanegara, 1998).
Saraf ini mempunyai cabang, yakni
timpanikus, cabang stilofaringeus, cabang
faringeus, cabang sinus karotikus, dan
linguaris. Adapun kelainan pada n.
glossopharyngeus dapat berupa paralisa atau
neuralgia, yang umumnya juga disertai
gangguan n. X dan n. XI (jarang berupa
kerusakan tunggal ) (Satyanegara, 1998).
10. Nervus Vagus (Saraf Otak X)
Saraf vagus mempunyai dua buah ganglia yaitu: ganglion superior (jugularis) dan
ganglion inferior (nodosum). Dari ganglion nodosum (inferior), saraf ini berjalan ke
kaudal sepanjang a. carotis interna dan carotis communis dan mencapai mediastinum
melalui aperture toraks superior. N. X kanan akan melangkahi a. subklavia, sedangkan

11
yang kiri akan menyilang arkus aorta. Selanjutnya, keduanya akan menempel di esofagus
(kanan di aspek posterior dan kiri di aspek anterior) membentuk pleksus esofagus.
Cabang terminalnya akan masuk ke kavitas abdomen melalui hiatus esofagus
diafragmatika. Dalam perjalanannya, n. X
mempunyai cabang-cabang yang terdiri
atas cabang dura, cabang aurikuler, cabang
faringeus, cabang laringeus superior,
cabang laringeus rekuren, cabang kardiak-
servikalis superior dan kardiak torasis,
cabang bronkhialis, dan cabang gastrikus
(anterior dan posterior) (Satyanegara,
1998).
Gangguan n. X dapat terjadi intrakranial: tumor, hematom, thrombosis, multiple
sklerosis, sifilis, sklerosis amniotropik lateralis, siringobulbia, meningitis, dan aneurisma;
atau di perifer: neuritis, tumor, penyakit kelenjar, trauma, dan aneurisma aorta
(Satyanegara, 1998).
11. Nervus Accessorius (Saraf Otak XI)
Saraf ini mempunyai dua cabang yaitu cabang kranial
dan cabang spinal. Cabang kranialnya adalah akson-akson
neuron nukleus ambigus (yang sebenarnya merupakan milik
n.X) yang mempersarafi otot-otot intrinsik laring. Cabang
spinal merupakan serabut motorik dari bagian lateral kornu
anterior segmen servikal (1-5/6) untuk membantu pernafasan
otot trapezius dan sternokleidomastoideus. Cabang ini
menghantarkan impuls volunter melalui traktus kortiko-
spinalis, impuls postural melalui traktus ekstrapiramidalis,
refleks melalui traktus vestibule-spinalis dan traktus tekto-spinalis serta arkus inter-intra-
segmental (Satyanegara, 1998).
Ada beberapa sindroma yang melibatkan n. XI seperti sindroma Avellis (lesi
nukleus n. X dan XI cabang kranial), sindroma Schmidt (n. X dan XI), sindroma Javkson

12
(lesi nukleus/ radiks n. X, XI, dan XII), sindroma Vernet (n. IX, X, dan XI), sindroma
Villaret (lesi perifer n. IX, X, XI, XII) (Satyanegara, 1998).
12. Nervus Hypoglossus (Saraf Otak XII)
Nukleus saraf otak XII terletak di medulla
oblongata di masing-masing sisi garis tengah dekat
dasar ventrikel IV (trigonum hipoglosi). Masing-
masing nukleus tersusun dari beberapa kelompok
motorneuron dan masing-masing kelompok akan
mempersarafi bagian-bagian otot lidah. N. hipoglosus
merupakan saraf eferen somatik di mana aksonnya
berjalan ke arah ventral sulkus lateralis anterior di
antara piramis dan oliva inferior dan keluar dari
tengkorak melalui kanalis hipoglosi (yang terletak di tepi lateral foramen magnum). Di
dalam leher nervus berjalan di antara a. karotis interna dan vena jugularis interna, diiringi
oleh serabut-serabut dari tiga servikal atas (ansa hipoglosi). N. XII mempersarafi otot-
otot tulang hyoid (tirohioid, sternohioid, dan omohioid) dan otot-otot lidah (stiloglosus,
hioglosus, dan genioglosus).

Nukleus n. XII menerima impuls bilateral namun sebagian besar dari traktus
kortikonuklearis kontralateral dan ada serabut-serabut (berasal dari formasio retikularis,
nukleus traktus solitaries, otak tengah, nukleus trigeminus) yang merupakan komponen
dari lengkung reflek untuk mengunyah, menelan, dan mengisap. Gangguan n. XII dapat
berupa gangguan supranuklearis, gangguan nukleus dan gangguan perifer (Satyanegara,
1998).

13

Anda mungkin juga menyukai