Anda di halaman 1dari 15

GERAKAN MAHASISWA DAN BONUS DEMOGRAFI

“Peran Institusi Pendidikan Di Indonesia Dalam Menghadapi Bonus Demografi”

DISUSUN OLEH :
Maulana Al-Asyari

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


CABANG PURWAKARTA
BADKO JAWA BARA
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji dan syukur ke khadirat Allah SWT. Shalawat serta salam, semoga
senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Peran Institusi Pendidikan Di
Indonesia Dalam Menghadapi Bonus Demografi”.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk mengikuti


Pelatihan Intermediate Training (LK II). Makalah ini merupakan hasil dari
beberapa sumber referensi buku tentang Gerakan Mahasiswa Dan Bonus
Demografi. Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
banyak menemukan hambatan dan tantangan, namun hambatan dan tantangan
tersebut dapat teratasi berkat tekad dan upaya keras dan semangat yang besar
semata-mata dalam rangka mencari ilmu.

Penulis menyadari makalah ini tidak luput dari berbagai kekurangan.


Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya
sehinnga akhirnya makalah ini dapat memberikan manfaat serta bisa di
kembangkan lagi lebih lanjut.

Wassalamualaikum Wr.Wb

2
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah........................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN
A. Peranan Institusi Penduidikan Dalam Menghadapi Bonus Demografi.......... 6
B. Nilai Pendidikan Dalam Perencanaan Bonus Demografi Di Indonesia.......... 8
C. Bonus Demografi Sebagai Peluang Dan Ancaman..........................................10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................................... 12
B. Saran.............................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demografi berasal dari bahasa Latin, Demos dan Nomos. Demos berarti
rakyat, Nomos berarti menulis. Singkatnya, demos dan nomos adalah catatan
mengenai rakyat atau penduduk. Menurut Kamus United Nations Multilingual
Demographic, demografi merupakan studi ilmiah tentang kependudukan, terutama
yang terkait dengan jumlah penduduk, struktur, serta perkembangannya. Secara
sederhana, kita bisa menyebut demografi sebagai studi mengenai dinamika populasi
manusia yang mencakup ukuran, struktur, dan persebaran, serta bagaimana
populasi berubah sepanjang waktu yang disebabkan oleh kelahiran, kematian, dan
migrasi.1

Para ahli memprediksikan pada tahun 2020 hingga 2030 nanti, Indonesia
akan dihadiahi Bonus Demografi. Bonus Demografi yang dimaksud yaitu ketika
negara Indonesia memiliki jumlah penduduk usia muda/produktif dengan jumlah
yang melimpah, yaitu sekitar 2/3 dari jumlah penduduk keseluruhan. Bonus
demografi dapat dilihat dengan parameter Dependency Ratio (angka beban
ketergantungan) yang cukup rendah.2

Hal ini berarti bahwa dalam setiap 100 penduduk usia produktif (15-64
tahun) hanya menanggung sekitar 44 penduduk tidak produktif. Data Badan Pusat
Statistik (BPS) indonesia tahun 2010 menunjukkan Dependency ratio Indonesia
sebesar 50,5. Sementara pada tahun 2015 dependency ratio memiliki angka lebih
kecil yaitu 48,6. Angka dependency ratio ini akan semakin kecil lagi pada tahun
2020 hingga 2030, yang akan menciptakan bonus demografi untuk Indonesia. 3

1
Kominfo. 2015. Siapa Mau Bonus Demografi? Peluang Demografi Indonesia, hal 28
2
Adhitama, Toeti Prahas. 2012. “Memaknai Bonus Demografi”, Media Indonesia, 20 Juli, 2012,
hal 79
3
Adioetomo, Sri Moertiningsih. 2005. Bonus Demografi : Hubungan antara Pertumbuhan
Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi. Jakarta : BKKBN Alisjahbana, Armida. 2013, hal 99

4
Bonus demografi ibarat pedang bermata dua, di satu sisi menjadi potensi
apabila mampu mengambil peluang-peluangnya dan di sisi lain akan menjadi
boomerang yaitu beban apabila sumberdaya manusianya tidak siap dalam
menghadapinya.

Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang “Peran


Institusi Pendidikan Di Indonesia Dalam Menghadapi Bonus Demografi” dan
kondisi penduduk usia produktif di Indonesia serta menganalisis peluang dan
tantangan pemuda indonesia dalam menghadapinya.

B. Rumusan Masalah
a. Apa peran institusi pendidikan dalam menghadapi bonus demografi
?
b. Bagaimana cara mengaktualisasi nilai pendidikan dalam
perencanaan bonus demografi di indonesia ?
c. Bonus atau bencana demografi?

C. Tujuan Penelitian

Agar peluang demografi yang ada benar-benar dapat dioptimalkan untuk


meraih manfaat sebagaimana yang telah dilakukan oleh negara-negara lain
yang tengah maupun telah mengalami bonus demografi.

D. Manfaat Penelitian

Harapan saya, makalah ini dapat menjadi tulisan yang bermanfaat tentang
bonus demografi, bukan saja bagi penduduk usia produktif sebagai individu,
akan tetapi juga bagi lembaga-lembaga dan para pemangku kepentingan,
serta bagi seluruh masyarakat Indonesia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran Institusi Pendidikan Dalam Menghadapi Bonus Demografi

Jumlah penduduk Indonesia terus meningkat, tercatat pertumbuhan rata-rata


setiap tahunnya sebesar 1,49% sejak tahun 2000. Total penduduk Indonesia pada
tahun 2010 tercatat berjumlah 237,6 juta jiwa yang dapat menggambarkan kekuatan
demografi dan pasar domestik yang begitu besar dan potensial. Belum lagi piramida
penduduk Indonesia yang menunjukan bahwa struktur kependudukan Indonesia
akan mengalami peningkatan usia kerja yang dominan serta mengindikasikan
bahwa Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yang ditandai dengan
peningkatan jumlah penuduk usia produktif harus diimbangi dengan peningkatan
kualitas, agar dapat memperoleh kesempatan kerja yang tersedia atau bahkan lebih
baik lagi mampu menciptakan kesempatan kerja.4

Proprosi peningkatan usia produktif harus termanfaatkan secara optimal dan


bukan malah menimbulkan permasalahan pengangguran. Permasalahan
pengangguran merupakan permasalahan besar nasional yang perlu diselesaikan
secara terpadu dan sinergi oleh semua instansi, lembaga pemerintah, dan dunia
usaha serta khususnya instansi pendidikan. Pengurangan pengangguran tidak dapat
hanya mengandalkan penciptaan lapangan pekerjaan melalui pemerintah dan
investasi swasta maupun asing, melainkan juga angkatan kerja terdidik dapat
menjadi ujung tombak sebagai pengurangan pengangguran atau sebagai job
creator.5

Tercatat pada tahun 2014 sebanyak 11,04 persen pengangguran adalah


tenaga kerja terdidik berasal dari perguruan tinggi sebanyak 38,35 persen berasal
dari sekolah menengah atas, sangat disayangkan apabila invenstasi modal manusia
tidak termanfaatkan secara optomal. Jumlah job seeker lebih banyak dari pada
lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga hal ini menyebabkan surplus tenaga

4
Adioetomo, Sri & Omas Samosir, 2010. Dasar Dasar Demografi, hal 11
5
Adioetomo, Sri & Omas Samosir, 2010. Dasar Dasar Demografi, hal 14

6
kerja yang mengakibatkan pengangguran. Mengatasi hal ini, perlunya perubahan
mindset kaum terdidik dari Job Seeker menjadi Job Creator agar lebih dapat
menciptakan lapangan pekerjaan. Belum lagi, peluang untuk menjadi
wirausahawan dalam menghadapi bonus demografi menjadi begitu potensial.
Bonus demografi akan membuat perekonomian semakin dinamis, karena untuk
memenuhi konsumsi pasar domestik diperlukan produksi barang dan jasa yang
mencukupi. Peran wirausahawan dalam perekonomian nasional sebagai pengerak,
pengendali, dan pemacu perekonomian suatu bangsa serta berfungsi dalam
menciptakan investasi baru, pembentukan modal baru, menghasilkan lapangan
kerja baru, menciptakan produktivitas, meningkatkan ekspor, mendorong
pertumbuhan ekonomi, mengurangi kesenjangan sosial dan meningkatkan
kesejahteraan. Begitu banyak peranan kewirausahaan, namun Indonesia hanya
mempunyai wirausaha sebanyak 0,29 persen jauh dibandingkan dengan Singapura
dan Malaysia yang mempunyai wirausaha 8,04 dan 2,28 persen dari total penduduk.
Jika Indonesia ingin menjadi negara maju, minimal harus memiliki 2 persen
wirausahawan dari total penduduk yang dapat mengerakan perekonomian nasional
secara dinamis. Diperlukan perubahan paradigma dalam dunia pendidikan yang
selama ini ditanamkan oleh kaum penjajah, pendidikan hanya menyiapkan tenaga
kerja terampil untuk keperluan birokrasi dan industri. Disinilah, seharusnya dunia
pendidikan dan pemerintah bekerja sama mewujudkan pendidikan yang
berorientasi kewirausahaan. orientasi perguruan tinggi yang selama ini sebagai
lembaga pendidikan memiliki peranan yang strategis dalam menghasilkan
wirausaha muda yang berkompetensi.6

Menciptakan wirausahawan diperlukan pendidikan karakter sebagai


pondasi awal dalam investasi SDM, pembentukan pola pikir seorang wirausahawan
haruslah dapat berfikir kreatif, mampu mencari dan menciptkan peluang. Melalui
pendidikan dasar dan menengah, Pemerintah harus dapat membentuk karakter
kader bangsa yang berjiwa entrepreneur. Membuat kurikulum yang dapat

6
Badan Pusat Statistik. 2014. Jumlah angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, Pengangguran, TPAK
dan TPT, 1996-2013. Jakarta, hal 4

7
menciptakan sumber daya manusia yang mempunyai karakteristik kewirausahaan.
Pendidikan yang diperlukan ialah pendidikan yang dapat membentuk rasa percaya
diri dan optimis, berorientasi pada tugas dan hasil, berani mengambil resiko dan
menyukai tantangan, mempunyai leadership, mampu melakukan keorisinalitas,
serta berorientasi pada masa depan. Jika keenam karakter ini sudah terbentuk pada
pendidikan dasar dan pendidikan menengah, maka Indonesia sudah mempunyai
pondasi bangsa yang berkualitas. Pondasi ini juga masih harus dilengkapi dengan
penguasaan keterampilan bahasa, komunikasi, teknologi informasi, serta didasari
ilmu pengetahuan mumpuni dalam menghadapi era globalisasi. Hal ini harus
ditunjang tenaga pendidik yang mampu dan mengerti dalam mengajarkan
pendidikan karakter. Bonus demografi yang mencapai puncaknya pada 2025-2035
membuat Indonesia masih berpeluang menciptakan generasi emasnya. 7

B. Nilai Pendidikan Dalam Perencanaan Bonus Demografi Di Indonesia

Pendidikan sebagai aspek pembangunan bangsa memiliki andil dalam


dalam keberhasilan perencanaan sumberdaya manusia. Program wajib belajar 9
tahun merupakan salah satu fondasi yang sudah ada dan perlu dikembangkan.
Tindak lanjut yang mungkin dilakukan adalah perpanjangan masa wajib belajar
menjadi 12 tahun, Selain itu jumlah masyarakat yang tidak mampu merasakan
bangku pendidikan harus ditekan. Langkah nyata dalam perwujudan dari hal
tersebut adalah keberadaan beasiswa bagi siswa/mahasiswa yang berprestasi dan
yang berprestasi dan yang kurang mampu. Perbaikan kurikulum juga mutlak
diperlukan sebagai akselator peningkatan mutu pendidikan Indonesia. Sarana dan
prasarana yang mendukung seperti buku tulis dan bangunan gedung sekolah juga
perlu ditingkatkan lagi kualitasnya. Penyediaan tenaga pengajar juga menjadi
penting brserta biyayanya penunjung kehidupannya sehingga tenaga pengajar
mampu memberikan kontribusi terbaiknya.8

7
Wiranto, Siswo. 2012. Pelaksanaan Pendidikan Kewirausahan di Pendidikan Tinggi, hal 7
8
BBKBN. 2012. Tantangan mewujudkan Bonus Demografi di Provinsi Bengkulu, hal 31

8
Peningkatan mutu tenaga kerja Indonesia juga mutlak untuk dilakukan.
Seperti yang diutarakan sebelumnya, permasalahn kerja Indonesia adalah
melimpahnya tenaga kerja yang kurang terlatih sehingga meskipun banyak,
produktifitasnya masih rendah, sebagai contoh, Indonesia terkenal sebagai
penyedia Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di berbagai Ngeara. Tenaga kerja Indonesia
memang mampu menghasilkan devisa bagi negara namun sering kali masih sering
tersandung berbagai masalah. Hal ini disebabkan masih banyak TKI yang bekerja
namun tidak resmi secara hukum sehingga apabila terjadi masalah, pihak TKI
seringkali dirugikan. Indonesia tentu bukan pramusaji yang mana dipekerjakan
hanya untuk melayani bangsa yang lainnya, perlu dilakukan peningkatan
kemampuan sehingga kedepan TKI mampu bersaing di jenis pekerjaan yang lebih
kompotitif dan juga memberikan hasil yanh jauh lebih baik.9

Ketika taraf pendidikan telah baik, maka akan dihasilkan luaran yang baik
pula sehingga sumberdaya manusia Indonesia memiliki daya saing yang baik.
Untuk menghadapi itu semua, dibutuhkan peningkatan peran pemerintah sebagai
agen pembangunan dengan cara memperbaiki mutu modal manusia yang dapat
dimulai dari pendidikan. Pendidikan menjadi faktor kunci dalam membangun
sumberdaya manusia yang berkopotensi tinggi. Selain pemerintah, peran aktif
masyarakat dalam memberikan reaksi terhadap berbagai kebijakan yang ada juga
penting. Tanpa adanya kerja sama dari kedua belah pihak, sumberdaya manusia
yang baik tidak akan terwujud di Indonesia. Apabila masyarakat Indonesia telah
disiapkan dengan pendidikan yang baik, tentu tidak menjadi permasalahan ketika
Bonus Demografi datang, karena Bonus Demografi adalah potensi yang harus
dibangkitkan.

9
BBKBN. 2012. Tantangan mewujudkan Bonus Demografi di Provinsi Bengkulu, hal 32

9
C. Bonus Demografi Sebagai Peluang Dan Ancaman

Salah satu tantangan besar yang harus dihadapi oleh pemuda Indonesia
adalah bonus demografi (demographic dividend) yang sedang berjalan di Indonesia
dan akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2030.10

Dari 2/3 jumlah penduduk usia produktif tersebut, di dalamnya tentu saja
terdapat peran kalangan pemuda. Situasi ini akan dapat mengantarkan Indonesia
menjadi bangsa yang lebih besar dan lebih maju dalam berbagai aspek fundamental.
Tetapi, di sisi lain, bonus demografi bisa menjadi tantangan dan ancaman.
Dikatakan demikian paling tidak karena dua faktor. Pertama, pemerintah dituntut
menyiapkan berbagai kebijakan yang arahnya adalah peningkatan Sumber Daya
Manusia yang lebih handal sehingga mampu berdaya saing dan penciptaan
lapangan kerja.11

Kedua, dan ini jauh lebih penting dari kedua alasan sebelumnya, pemerintah
dituntut untuk memperkuat sisi karakter generasi bangsa, pemahaman atas sejarah
bangsanya minimal dengan memberikan kesempatan yang sama untuk dapat
berpendidikan yang lebih tinggi kepada setiap anak bangsa. Jika kedua faktor
tersebut tidak dilakukan, bonus demografi akan menjadi beban pembangunan,
negara akan gagal mendapatkan pemimpin yang mengerti atas nasib bangsanya dan
bangsa ini hanya akan terjebak menjadi negara konsumen terbesar di dunia dan
negara kelas pekerja.12

Atas dasar itu, penguatan sisi karakter anak bangsa adalah sebuah
keharusan. pemuda Indonesia dituntut untuk meneguhkan idealisme, patriotisme,
dan spirit of nation. Tidak hanya itu, penguatan pemahaman tentang sejarah
bangsa, budaya lokal, juga sangat penting dilakukan oleh para pemuda saat ini.13

10
Journal of Economic and Economic Education Vol.3 No.2 (124 - 136)
11
Indonesia economic outlook 2010: ekonomi makro, demografi, ekonomi syariah (Grasindo,
2009), hal 58
12
Indonesia economic outlook 2010: ekonomi makro, demografi, ekonomi syariah (Grasindo,
2009), hal 61
13
Indonesia economic outlook 2010: ekonomi makro, demografi, ekonomi syariah (Grasindo,
2009), hal 65

10
Karena untuk memanfaatkan bonus demografi agar dapat membawa
kehidupan berbangsa ke arah yang lebih adil dan sejahtera tidak mungkin kita
serahkan sepenuhnya kepada pemerintah dengan berbagai kebijakannya, butuh
peran dan kepeloporan semua elemen bangsa ini terlebih pemuda. Dalam ajaran
islam sebagaimana dicontohkan nabi Muhammad SAW yaitu ibda’
binafsih (Mulailah dengan diri sendiri).

Dengan cara itu, pragmatisme dan hedonisme pemuda bisa dihilangkan,


perilaku menyimpang di kalangan pemuda bisa dicegah. Dan bonus demografi bisa
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bonus demografi yang akan diterima Indonesia pada tahun 2020 sampai
tahun 2030 merupakan bagian tak terpisahkan dari laju pertumbuhan penduduk di
Indonesia saat ini. Melimpahnya penduduk usia kerja di Indonesia merupakan suatu
peluang.

Pada rentang waktu tini, beban ketergantungan penduduk usia anak-anak


dan beban ketergantungan penduduk usia tua berada pada posisi paling optimal.
Setelah tahun 2030 beban ketergantungan penduduk usia tua akan meningkat
sehingga beban ketergantungan total akan naik kembali. Diperkirakan bonus yang
dapat disumbangkan oleh penduduk usia kerja akan menjadi makin kecil karena
harus menanggung beban ketergantungan penduduk usia tua yang jumlahnya akan
semakin bertambah. Oleh sebab itu, bonus demografi tahap kedua ini perlu
diwaspadai dan dipersiapkan dengan baik agar bonus demografi ini dapat
memberikan bonus ekonomi dan bukan beban ekonomi.

Pendidikan sebagai aspek pembangunan bangsa memiliki andil dalam


dalam keberhasilan perencanaan sumberdaya manusia. Program wajib belajar 9
tahun merupakan salah satu fondasi yang sudah ada dan perlu dikembangkan.
Tindak lanjut yang mungkin dilakukan adalah perpanjangan masa wajib belajar
menjadi 12 tahun, Selain itu jumlah masyarakat yang tidak mampu merasakan
bangku pendidikan harus ditekan. Ketika taraf pendidikan telah baik, maka akan
dihasilkan luaran yang baik pula sehingga sumberdaya manusia Indonesia memiliki
daya saing yang baik.

Dapat dijelaskan bahwa bonus demografi adalah peluang dan tantangan


yang krusial bagi keberlanjutan bangsa Indonesia ke depan. Oleh karena itu untuk
menghadapinya perlu peran serta dari banyak pihak, salah satunya pemuda sebagai
bagian dari bonus demografi tersebut untuk mengambil peran dalam menempatkan

12
posisis guna menentukan arah perjuangan. Agar ledakan penduduk pada tahun 2030
sehingga bonus demografi dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya serta
menjadi anugerah bagi bangsa ini.

13
B. Saran

Bonus demografi yang akan diterima Indonesia pada tahun 2020 sampai
tahun 2030 merupakan bagian tak terpisahkan dari laju pertumbuhan penduduk di
Indonesia saat ini. Melimpahnya penduduk usia kerja di Indonesia merupakan suatu
peluang bagi perbaikan ekonomi negara ini.

Dari hasil yang penulis susun, dapat simpulkan bahwa bonus demografi
adalah peluang dan tantangan yang krusial bagi keberlanjutan bangsa Indonesia ke
depan. Oleh karena itu untuk menghadapinya perlu peran serta dari banyak pihak,
salah satunya institusi pendidikan sebagai bagian dari wadah yang akan
menghasilkan pemuda atau kaum terdidik sebagai bagian dari bonus demografi
tersebut untuk mengambil peran dalam menempatkan posisis guna menentukan
arah perjuangan. Agar ledakan penduduk pada tahun 2030 sehingga bonus
demografi dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya serta menjadi anugerah bagi
bangsa ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Kominfo. 2015. Siapa Mau Bonus Demografi? Peluang Demografi Indonesia.

Adhitama, Toeti Prahas. “Memaknai Bonus Demografi”, Media Indonesia, 20 Juli,


2012.

Adioetomo, Sri Moertiningsih. 2005. Bonus Demografi : Hubungan antara


Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi. Jakarta : BKKBN
Alisjahbana, Armida. 2013

Badan Pusat Statistik. 2014. Jumlah angkatan Kerja, Penduduk Bekerja,


Pengangguran, TPAK dan TPT, 1996-2013. Jakarta.

Wiranto, Siswo. 2012. Pelaksanaan Pendidikan Kewirausahan di Pendidikan


Tinggi.

BBKBN. 2012. Tantangan mewujudkan Bonus Demografi di Provinsi Bengkulu.

Journal of Economic and Economic Education Vol.3 No.2 (124 - 136)

Indonesia economic outlook 2010: ekonomi makro, demografi, ekonomi syariah


(Grasindo, 2009)

15

Anda mungkin juga menyukai