PKL Icumsa
PKL Icumsa
BAB 1
PENDAHULUAN
dipasaran. Selain itu, penggunaan bahan kimia juga semakin luas, baik
jenis maupun jumlahnya, sehingga dapat dikatakan tidak ada titik di muka
ilmu kimia terhadap suatu proses produksi sandang, pangan, dan papan.
mau tidak mau harus dihadapi agar negara kita tidak ketinggalan dengan
dari teori yang selama ini dipelajari maupun varian dari teori yang telah
industri kimia. Dan dapat menjadi bahan evaluasi bagi pihak industri
salah satu syarat dan penilaian sebanyak 4 sks sesuai dengan kurikulum
yang berlaku.
Jakarta Pusat
5.1 Tujuan
kerja.
dayanya.
tidak.
sama.
6
BAB 2
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) adalah unit eselon satu
1) Memfasilitasi perdagangan,
1) Direktur Jenderal,
1) Kesekretariatan DJBC
4) Direktorat Cukai
6) Direktorat Audit
ini telah didirikan pada tahun 1990, berdasarkan pada Surat Keputusan
Kepabeanan.
ini, ada tiga BPIB di Indonesia yang berlokasi di Jakarta, Surabaya, dan
Medan.
Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Balai
1) Kepala Balai
penyelia (supervisor)
antaranya:
bahan kimia.
atas:
a. Kadar NaCl
b. Kadar Iodium
c. Kadar Air
b. Indeks viskositas
c. Flash point
d. Dielectric strength
f. Kadar abu
4) Pengujian Polimer
a. Kadar air
b. Kadar abu
12
c. Keasaman
d. Bentuk
e. Bau
f.Rasa
g. Warna
h. Benda asing
tampak
b. Derajat polarisasi
d. Susut pengeringan
b. Derajat polarisasi
d. Susut pengeringan
b. Derajat polarisasi
d. Susut pengeringan
9) Pupuk
a. Kadar Borat
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai dan unit lain di dalam DJBC, serta
pengakuan.
6) UV-Visible Spectrophotometer
a) Viscometer
i) Centrifuge
j) Digital pH Meter
o) Refractometer Abbe
p) Conductometer
q) Rotary Evaporator
r) Dan lain-lain
BAB 3
PELAKSANAAN PKL
Penulis melakukan PKL di BPIB dari tanggal 15 April 2008 s/d Juni
kegiatan industri makanan dan minuman adalah gula murni atau refinery
industri, di mana salah satu bahan bakunya adalah raw sugar (gula kristal
3) Plantation white sugar (gula kristal putih/GKP), berasal dari bit dan
standar mutu gula yang lama menjadi SNI Gula 2001 yang meliputi GKM,
GKR, dan GKP. Walaupun SNI tersebut masih bersifat sukarela tetapi
memproduksi gula. Pada waktunya nanti terutama kalau ada tuntutan dari
konsumen, secara bertahap SNI gula yang bersifat sukarela akan diubah
syarat minimal GKP maka produk tersebut tidak boleh beredar untuk
dikonsumsi langsung.
GKM secara wajib, selain berisi kriteria mutu GKM juga dinyatakan bahwa
GKM sebagai bahan mentah yang harus diolah lebih lanjut dan tidak
dalam negeri yang mutunya sulit dibedakan dengan GKM impor. Berkaitan
besar kriteria mutu gula yang kita ikuti meliputi kadar air, polarisasi, zat tak
larut, warna larutan, warna kristal, kadar SO 2, dan besar jenis butir.
Ada dua macam kualitas SHS adalah SHS I yang lebih putih
dengan nilai remisi di atas 60, dan SHS II yang kurang putih dengan nilai
tahun 1982, gula SHS I diklasifikasikan menjadi SHS IA, IB, IC, dan
memprihatinkan.
19
gula, praktis kriteria SHS tidak digunakan lagi. Sementara itu dipasaran
beredar gula impor baik GKM maupun GKR dengan standar mutu yang
tidak jelas. Oleh karena itu, atas dasar alasan untuk melindungi konsumen
dan menjaga mutu produk gula nasional perlu dibuat standar mutu gula
dengan P3GI pada awal tahun 2000 memprakarsai penyusunan draft gula
tiga macam SNI gula yaitu GKP (tiga grade), GKR (dua grade), dan GKM
(satu grade).
Ada 4 kriteria uji untuk gula kristal mentah (GKM) yang diperlukan
oleh pabrik rafinasi. Pada saatnya penyusunan SNI tersebut sudah ada
adalah dengan pemberlakuan SNI wajib bagi GKM. Dalam SNI GKM
oleh manusia sebelum diolah lebih lanjut. Status wajib untuk SNI GKM
pisau bermata dua. Aturan yang telah dibuat tidak dapat diperlakukan
sepihak. Namun, harus berlaku untuk semua pihak. Industri gula dalam
negeri harus siap apabila SNI GKM berlaku wajib, sebagai konsekuensi
apabila produk pabrik gula termasuk dalam kriteria GKM maka produk
gula dengan mutu setara dengan GKM, oleh karena itu harus menjadi
setengah jadi, gula kristal sukrosa yang dibuat dari tebu melalui proses
proses lebih lanjut. Di Indonesia tidak ada pabrik gula dengan proses
defikasi, sehingga tidak ada gula produk berkualitas GKM. Oleh karena
GKM produk setengah jadi, maka GKM diproduksi dalam bentuk curah
bawah ini :
gula kristal mentah. Pengujian kualitas warna gula ini sangat berguna
untuk menentukan harga gula, dan sangat diperlukan oleh para pengolah
gula untuk lebih lanjut diolah menjadi gula yang lebih murni (gula rafinasi).
metode ini menggunakan dua alat sebagai penguji warna larutan gula
Spektrofotometri
a) Sumber radiasi
cahaya yang biasa untuk daerah tampak, ultraviolet dekat, dan inframerah
dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kawat rambut terbuat dari
wolfram (tungsten). Lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa, daerah
hidrogen (atau deuterium) 175 ke 375 atau 400 nm. Lampu hidrogen atau
b) Peralatan optik
cahaya dalam daerah spektral yang diminati, jadi sel kaca melayani
daerah tampak, sel kuarsa atau kaca silika tinggi istimewa untuk daerah
harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada
daerah ini. Umumnya tebal kuvetnya adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil
ataupun yang lebih besar dapat digunakan. Sel yang biasa digunakan
berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder dapat juga digunakan. Kita harus
menggunakan kuvet yang bertutup untuk pelarut organik. Sel yang baik
yang digunakan.
c) Detektor
macam
Thermocouple 600 – 20.000 arus listrik IR
Thermistor 600 – 20.000 hambatan listrik IR
0
a ngstrom dan nanometer dengan meluas. Sedangkan mikrometer
µm, didefinisikan sebagai 10-6 m dan satu nanometer, nm, 10-9 m atau
0 �0 �
10-7 cm. Satu satuan a ngstrom �A �adalah 10-10 atau 10-8 cm. Jadi 1 nm =
��
0
10 A .
26
mana mata itu peka, mengenai daerah UV dan inframerah dari spektrum
yang terletak di kiri dan kanan daerah tampak. Dalam analisis secara
ini.
(nm) Komplementer
400 – 435 Lembayung (violet) Kuning-hijau
435 – 480 Biru Kuning
480 – 490 Hijau-biru Jingga
490 – 500 Biru-hijau Merah
500 – 560 Hijau Ungu (purple)
560 – 580 Kuning-hijau Lembayung
(violet)
580 – 595 Kuning Biru
595 – 610 Jingga Hijau-biru
610 – 750 Merah Biru-hijau
dalam pelbagai bentuk gas, lapisan tipis cairan, larutan dalam pelbagai
Keterangan gambar:
Io = cahaya monokromatik
Io = Ia + I r + I t
Besarnya Ia oleh media tergantung pada kepekatan dan jenis media serta
panjang media yang dilalui. Biasanya panjang media sudah tetap dalam
suatu alat.
It
T =
Io
It
log = -e .b.c
Io
log T = -e .b.c
- log T = e .b.c
- log T = A = e .b.c
A = absorbansi
Refraktometri
media. Dalam hal larutan gula digunakan untuk mengukur brix atau zat
hubungan antara indeks bias dengan brix larutan. Gambaran arah sinar
Bila ada sinar datang dari media yang kurang rapat (udara) ke
media yang lebih rapat (larutan gula), maka arah sinar akan dibelokkan
sin I
Indeks bias ( h ) =
sin r
31
dan densitas suatu zat cair, meskipun demikian dapat digunakan untuk
mengukur kandungan gula. Cara ini hanya valid untuk pengukuran larutan
gula murni, karena adanya zat selain gula mempengaruhi indeks refraksi
terutama sukrosa. Jika larutan gula mengandung zat tersuspensi dan atau
sukrosa (g/100 g). Sebagai alternatif hasil ini dapat diperoleh dari tabel
operator, tidak seperti instrumen yang lebih tua yang niscaya memerlukan
terang. Instrumen seperti itu hanyalah teliti dengan solusi sukrosa murni,
meski mereka adalah juga secara luas digunakan untuk makanan yang
masih terdapat gula reduksi yang juga memutar bidang polarisasi. Namun
dalam bahan yang kemurniannya rendah seperti tetes, pol tidak dapat
dan gula reduksi. Pengukuran kadar pol dilakukan dengan alat ukur
polarimeter.
oleh suatu senyawa aktif optis yang prinsip kerjanya berdasarkan pada
1) Struktur molekul,
2) Temperatur,
3) Panjang gelombang,
4) Konsentrasi,
7) Pelarut.
oleh 1,00 gram zat dalam 1,00 ml larutan yang berada dalam tabung
untuk suatu senyawa (misalnya pada suhu 20 0C) dapat dihitung dari
a
[a ]D
20
=
lc
Atau
( a ) 20 / D �C �L
sudut putar = a =
100
dengan ( a ) 20 / D = rotasi jenis, D line pada suhu 20 0C
C = konsentrasi dalam g/100 ml
L = panjang kolom larutan (dm)
Rotasi jenis sukrosa = 66,536 0cm -3 g -1dm -1
Senyawa [a ] D
20
d-Glukosa + 52,7
d-Fruktosa - 92,4
Maltosa + 130,4
Sukrosa + 66,5
Asam tartarat + 14,1
Pemakaian polarimeter
berdasarkan sudut putar dari pelat kuarsa dengan ketebalan 1 mm, diukur
dengan sinar natrium akan diperoleh angka 100 0 (21,6670). Dari hasil
diperoleh dengan melarutkan sukrosa 26,048 g (Bj 1,1) dalam 100 ml,
17,5 0C ternyata kurang sesuai, hal ini disebabkan suhu tersebut terlalu
g sukrosa dilarutkan dalam 100 ml air diukur pada tabung 2 dm, pada
26,0000 g dalam udara terbuka) setiap 100 ml larutan pada suhu 20 0C.
Dari definisi berat normal ini menurut hukum BIOT’s dapat dihitung
( a ) 20 / D �C �L
a =
100
66,535 �26 �2
=
100
= 34,6200
� 0
�
= 5892,5 A �
pada panjang gelombang � ,
� �
(
suhu 20 0C 1 0
= 2,8885 0S )
Air dalam gula terdapat dalam tiga bentuk, yaitu air bebas yang
terdapat pada lapisan gula, air yang terikat pada permukaan lapisan gula,
36
dan air yang membentuk ikatan dengan struktur kristal. Jadi, pada
pemanasan 105 0C hanya mengukur kadar air bebas yang terdapat pada
lapisan gula, oleh karena itu kadar air ini sama dengan susut pengeringan.
Kadar air dalam suatu bahan terutama bahan makanan perlu ditetapkan,
karena makin tinggi kadar air yang terdapat dalam suatu makanan, makin
besar kemungkinan bahan tersebut cepat rusak atau tidak tahan lama,
atau dengan kata lain penetapan kadar air dilakukan oleh mengetahui
pada gula yang mengandung kadar air tinggi cepat mengalami penurunan
bobot tetap. Selisih bobot yang diperoleh adalah air yang menguap.
yang bersuhu 105 0C atau sedikit di atas titik didih air, pendinginan
Tidak semua contoh dapat ditetapkan kadar airnya dengan cara ini
karena ada zat-zat tertentu yang ikut menguap atau rusak pada suhu
tersebut, sehingga harus dilakukan dengan cara yang lain. Untuk contoh
bantuan vakum.
Perhitungan:
kehilangan bobot
Kadar air = �100%
bobot contoh
radikal negatif seperti fosfat, sulfat, nitrat, atau klorida. Dalam pengabuan
ini, untuk zat yang mengandung air mula-mula diuapkan dulu setelah
cukup kering baru diabukan sampai berwarna putih atau abu-abu yang
bebas karbon. Apabila abu yang terbentuk dari hasil pemijaran masih
2. Kebasaan.
sehingga kadar abu dalam gula secara tepat ditentukan dengan metode
gravimetri sebagai abu sulfat. Cara ini memakan waktu yang cukup lama
dari tebu. Pembentuk abu gula adalah bahan anorganik seperti K +1, Na+1,
derajat ionisasi suatu larutan elektrolit dalam air dengan cara menetapkan
dalam air, maka garam tersebut menjadi suatu elektrolit, dan dengan
listrik (konduktiviti).
dan elektrolit lemah. Elektrolit kuat adalah suatu senyawa bila dilarutkan
sebagai:
V
I =
R
Pengukuran dasar yang digunakan untuk mempelajari gerakan ion
l
R = r�
A
ohm m)
l = panjang, cm (SI: m)
1 l l
R = � atau K=
K A R �A
lain:
41
Mobilitas ion
Media/pelarutnya
Suhu
Jarak elektroda
5.1 Percobaan
a.1 Acuan
2) SNI 01-3140.1-2001
Metode ini digunakan untuk menetapkan syarat mutu dan cara uji
a.3 Aplikasi
Metode ini dapat digunakan untuk GKM, GKP, dan GKR dengan
untuk warna larutan gula antara 500-7000 ICUMSA Unit, atau terlebih
a.4 Definisi
menyatakan persen berat/berat (b/b) zat padat terlarut larutan gula. Indeks
As
as =
b �c
As = absorbsi
a.5 Prinsip
a.7 Peralatan
(5,0±0,001)cm.
5) pH meter.
6) Magnetic stirrer
7) Refraktometer.
9) Timbangan analitik
a.8 Prosedur
1) Persiapan contoh
Tabel 7. Jumlah gula dan air serta panjang sel untuk pengukuran warna
Warna ICUMSA Jumlah gula (g) Jumlah air (g) Panjang sel (b)
cm
100 – 200 50 ± 0,1 50 ± 0,1 5
44
kering. Jika larutan sulit tersaring gunakan filter aid (1% dari
diinginkan.
a. Persiapan contoh
botol tertutup.
b. Pembacaan refraktometer
cepat.
pembacaan terkoreksi.
halaman 89).
deaerasi.
Perhitungan
47
halaman 95)
108 �As
Warna (ICUMSA) = IU
b �RDSterkoreksi �r
Keterangan:
r = densitas larutan kg
m3
A s = absorbansi
a.1 Acuan
1) SNI 01-3140.1-2001
a.3 Aplikasi
a.4 Prinsip
tepatkan isinya.
isinya.
a.6 Peralatan
1) Polarimeter
49
3) Tabung polarimeter
4) Timbangan analitik
a.7 Prosedur
mL.
Perhitungan
P20 ( S ) = a �2,8885
0
Keterangan :
1o = 2.8885 oS
1 oS = 0.99971 oZ
a.1 Acuan
1) SNI 01-3140.1-2001
Metode ini digunakan dalam penentuan kadar air GKM, GKR, dan
GKP yang mengandung air tidak lebih dari 0,5% (air bebas yang terdapat
a.3 Prinsip
yang terdapat pada lapisan gula, oleh karena itu kadar air ini sama
a.4 Peralatan
2) Timbangan analitik,
a.5 Prosedur
dan
Perhitungan
W1 - W2
Susut Pengeringan = �100%
W3
Keterangan:
jam.
W3 = bobot contoh.
a.1 Acuan
1) SNI 01-3140.1-2001
a.3 Aplikasi
a.4 Definisi
sulfat. Koefisien ini adalah konvensional dan tidak bisa secara eksperimen
dibuktikan.
a.5 Prinsip
garam yang terlarut (%) dalam contoh setelah terkonduktiviti sampai pada
54
1) Aquades
Timbang 0,01864 gram KCl lalu masukkan ke dalam labu ukur 100
328 S / cm �m
persamaan C = ,dengan C = konduktiviti KCl pada
0,01864
penimbangan KCl.
a.7 Peralatan
3) Timbangan analitik.
55
a.8 Prosedur
kering.
telah dikalibrasi.
yang digunakan
Perhitungan
C = C1 - C2
Keterangan:
mL.
f adalah faktor pada larutan dalam perbandingan 5 g/100 mL; misal f = 5/S
Koreksi suhu
CT
C20 =
1 + 0, 023 ( T - 20 )
Keterangan:
rumus:
57
Uji organoleptik
b. Warna : Coklat
c. Rasa : Manis
d. Bau : Harum
Pengukuran h1 h2 h3 h Rata-rata
Zat pengkoreksi 1,3347 1,3348 1,3348 1,33476
Sampelsimplo 1,3417 1,3417 1,3418 1,34173
Sampelduplo 1,3419 1,3419 1,3419 1,3419
o 1 2
Perhitungan
Dari tabel hubungan antara suhu dengan indeks bias (lampiran 3, tabel
Dari tabel hubungan antara indeks bias dengan fraksi massa sukrosa
% RDS Sampelsimplo
Tabel 11. Perhitungan mencari % RDS sampelsimplo dengan cara sisipan dalam
= 4,80472
% RDS Sampelduplo
Tabel 12. Perhitungan mencari % RDS sampelduplo dengan cara sisipan dalam
= 4, 90946
Dari tabel hubungan antara densitas dengan fraksi massa sukrosa (pada
r Sampelsimplo
w (%) r (kg/m3)
4,9 1017,406
4,80472 r
4,8 1017,007
r = 1017,02583
r Sampelduplo
w (%) r (kg/m3)
5 1017,805
4,90946 r
4,9 1017,406
r = 1017,44375
b �%RDS �r
108 �0,722967
=
1�4,80472 �1017,02583
= 14795,11712 IU
b �%RDS �r
108 �0,80907
=
1�4,90946 �1017,44375
= 16197,2753 IU
Pembahasan
wangi atau harum, dan rasanya sangat manis karena terbuat dari tebu asli
tanpa diproses lebih lanjut menjadi gula kristal rafinasi. Sampel tersebut
mineral sehingga dilarutkan dalam air, berwarna coklat sangat pekat atau
dengan konsentrasi tinggi larutan tersebut tidak dapat terukur oleh alat-
Sebelum diolah lebih lanjut dan dikonsumsi oleh manusia, maka sampel
2001 atau tidak sebelum diproses menjadi gula kristal rafinasi. Cara
menggunakan konduktometri.
terjadi.
63
pekat, coklat, apabila dilarutkan dalam air, maka warna sampel tersebut
dengan tabel 7 jumlah gula dan air serta panjang sel untuk pengukuran
dengan perbandingan bobot air nya sebesar 94,9997 gram. Pada sampel
termasuk peralatan gelas, seperti labu ukur 100 mL, oven, desikator,
refraktometer, dan lain-lain. Agar hasil yang diperoleh lebih akurat dan
tersebut menjadi coklat bening, agar larutan mudah terbaca oleh alat
64
terbebas CO2. Pengukuran warna larutan gula ini memakai dua metode
tiga kali, supaya hasil yang didapatkan lebih akurat. Indeks bias rata-rata
sampel, karena aquades tidak berwarna atau berupa cairan bening yang
coklat bening hasil pengukurannya lebih besar dari aquades. Selain itu,
pada panjang gelombang 400 – 435 nm. Dengan ketebalan kuvet 1 cm,
sesuai tabel 7, dilakukan tiga kali pengukuran. Dapat dilihat hasil yang
deretan hasil yang didapat sangat bagus atau rentang nilai absorbansi
antara As1 , As2 , dan As3 tidak terlalu jauh. Begitu juga dengan hasil yang
diperoleh pada indeks biasnya juga tidak terlalu jauh. Tetapi, pada sampel
simplo dengan duplo perolehannya juga sesuai dengan bobot awal dari
antaranya: mencari indeks bias sampel (h), mencari % RDS, dan mencari
terhindar dari radiasi langsung matahari. Lebih baik ruangan ber-AC untuk
standar alat.
Data pengamatan
Pada Sampelsimplo
Scale: zx
Temp comp: uc
P20 = 96, 79
Pada Sampelduplo
Scale: zx
Temp comp: uc
P20 = 96, 26
Pembahasan
bobot awal pada sampel sebesar 52,0000 ± 0,001 gram, lalu dikeringkan
bobot awal dari 52,0000 ± 0,001 gram sebesar 6,5000 ± 0,001 gram (pada
sampel simplo maupun sampel duplo), lalu dilarutkan oleh air (sebagai
pelarut), dan diaduk oleh stirer. Setelah itu, kedua larutan tersebut
penjernih larutan gula agar warnanya juga tidak terlalu pekat sekali dan
yang sudah dibersihkan oleh alkohol, alatnya di set terlebih dahulu yaitu
dalam alat tersebut 20 0C, walaupun di alat suhunya terbaca 23,4 0C), dan
kosong, lalu sampelnya dimasukkan ke dalam tabung lalu ukur dan di alat
terbaca 96,79 0Z. Pengukuran derajat polarisasi dilakukan satu hari untuk
sampel simplo, dan hari berikutnya untuk sampel duplo, karena dalam
pengerjaan ini sampel yang sudah dipreparasi lebih bagus tidak disimpan
antaranya:
a. Kondisi lingkungan
b. Kalibrasi internal
dahulu.
polarimeter sama.
69
Kadar air =
( a+b ) - c �100%
b
=
( 38,6084+26,0089 ) - 64,5152 �100%
26,1071
= 0,3926%
Kadar air Sampelduplo
Kadar air =
( a+b ) - c �100%
b
=
( 46,7071+26,1071) - 72,7120 �100%
26,1071
70
0,3926%+0,3915%
Rata-rata kadar air = = 0,3921%
2
Pembahasan
kristal mentah. Penentuan susut pengeringan disebut juga kadar air dalam
pada wadah sampel yang digunakan yaitu cawan petri, lalu timbang 20 –
1071 gram. Lebih lanjut lihat pada data pengamatan. Hasil akhir pada
kadar air sampel simplo sebesar 0,3926 %, dan kadar air sampel duplo
bahwa pada sampel gula kristal mentah kadar air yang dihasilkan masuk
deretan SNI 01-3140.1-2001, tidak lebih dari 0,5. Jadi, pada sampel ini
yang tinggi.
antaranya:
a. Kondisi lingkungan
b. Kalibrasi internal
Bila suhu belum mencapai 105 0C, naikkan skala dengan suhu
105 0C.
Perhitungan
72
CT sampel
Kond. sampel T 20 0C ( C1 ) =
1 + 0,023(T - 20)
211
=
1 + 0,023 ( 22,3 - 20 )
= 200,3989 S/cm
CT aq
Kond. aq T 20 0C ( C2 ) =
1 + 0,023(T - 20)
3,6
=
1 + 0,023(23,1 - 20)
= 3,3604 S/cm
= 200,3989 - 3,3604
= 197,0385 S/cm
=
( 100% - kadar air ) �bobot sampel
100%
=
( 100% - 0,3921% ) �5,0006
100%
= 4,9810 g/100 ml
= 0,3545%
Perhitungan
CT sampel
Kond. sampel T 20 0C ( C1 ) =
1 + 0,023(T - 20)
207
=
1 + 0,023 ( 22 - 20 )
= 197,897 S/cm
74
CT aq
Kond. aq T 20 0C ( C2 ) =
1 + 0,023(T - 20)
3,6
=
1 + 0,023(23,1 - 20)
= 3,3604 S/cm
= 197,897 - 3,3604
= 194,5366 S/cm
=
( 100% - kadar air ) �bobot sampel
100%
=
( 100% - 0,3921% ) �5,0002
100%
= 4,9806 g/100 ml
= 0,35%
75
Pembahasan
gula. Hal yang pertama dilakukan yaitu menimbang sampel (dibuat duplo)
dalam gelas kimia, lalu dilarutkan dengan pelarut yang mengalami dua kali
0,0186gr
CKCl = 328 S / cm � = 327,296 S / cm
0,01864gr
yaitu, dilarutkan oleh aquabides, dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100
( (
= 327,296 �1 + 0,023 21 - 20 0 C ))
= 334,823 S / cm
76
duplo 0,35 %. Pada perhitungan juga diperlukan kadar air rata-rata yang
antara lain:
a. Kondisi lingkungan
b. Cara pengoperasian
c. Kalibrasi
Kesimpulan
a. Warna larutan
Sampelsimplo : 14795,11712 IU
Sampelduplo : 16197,2753 IU
b. Derajat polarisasi
Sampelsimplo : 96,79 0Z
Sampelduplo : 96,26 0Z
c. Susut pengeringan
Sampelsimplo : 0,3926 %
Sampelduplo : 0,3915 %
d. Abu konduktiviti
Sampelsimplo : 0,3545 %
Sampelduplo : 0,35%
BAB 4
PENUTUP
4.1 Hasil
terdapat di BPIB.
4.2 Manfaat
karyawan BPIB.
4.3 Saran
mahasiswa PKL.
Terapan :
semestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1997. Kimia Fisika Jilid 2 edisi keempat. Jakarta: Erlangga
Deman, M, John, Ph.D. 1997. Kimia Makanan edisi kedua. Bandung: ITB
Jakarta: Erlangga
and Molasses
Erlangga
82
Indonesia.
Gent Ghent
DJBC BPIB
Grasindo
Tim Kimia Fisik. 2005. Penuntun Praktikum Kimia Fisika Untuk Mahasiswa
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 2
85
(0C) (h)
18 1,33316
19 1,33308
20 1,33299
21 1,33289
22 1,33280
23 1,33270
24 1,33260
25 1,33250
26 1,33239
27 1,33228
28 1,33217
29 1,33205
30 1,33193
massa sukrosa
Tabel 16. Skala Indeks refraksi Internasional ICUMSA untuk larutan Sukrosa
Tabel 16 (lanjutan)
88
89
20 0C
Tabel 18. Ini menunjukkan hubungan antara density values of pure sucrose
solutions at 20 0C
91
Tabel 18 (lanjutan)
94
Table 18 (lanjutan)
95
Table 18 (lanjutan)
96
Keterangan:
Z = Zuiker = sukrosa
IU = International UNIT
CT = Colour type