Anda di halaman 1dari 4

Konsep Smart Mobility Dalam Meningkatkan Pelayanan Sistem

Transportasi Kota Samarinda

1. Pendahuluan.
Jumlah penduduk Kota Samarinda pada tahun 2018 berdasarkan data dari BPS Provinsi
Sumatera Utara telah mencapai 812.519 jiwa. Tingginya jumlah penduduk ini ditambah
dengan tingginya pertambahan jumlah kendaraan bermotor menyebabkan tingginya tingkat
kepadatan kendaraan pribadi yang melintas di jalan. Permasalahan-permasalahan dalam
lingkup transportasi seperti kemacetan, kecelakaan dan kenyamanan angkutan juga menjadi
isu yang saat ini melingkupi system transportasi Kota Samarinda.
Konsep kota cerdas (smart city) menjadi isu yang sangat penting dalam aspek
perkembangan kota-kota yang ada di dunia, dimana kota harus menjanjikan hidup yang lebih
nyaman (convenience of life), teratur, sehat dan efisien dalam setiap aspek kehidupan
masyarakat kota. Kenyamanan ini akan didukung dengan penggunaan teknologi guna
mempercepat akses dan sarana yang dibutuhkan oleh masyarakat. Penggunaan teknologi juga
berorientasi pada efisien dan efektif yang mengutamakan teknologi yang berbasis ramah
lingkungan (green technology). Pada hakikatnya konsep smart city menempatkan kota sebagai
sebuah ekosistem dari banyak subsistem untuk saling terinterkoneksi dan mendukung
sehingga kota tersebut tetap berkelanjutan (sustainable cities).
Dalam pengertiannya, konsep smart city yang akan diterapkan di Kota Samarinda adalah
Smart Mobility. Konsep smart mobility akan menjadi konsep yang menjadi acuan pemerintah
dalam membangun system transportasi yang ada di Kota Samarinda. Dengan demikian
permasalahan transportasi di Kota Samarinda dapat segera diatasi dan meningkatkan
cangkupan pelayanannya.

Tinjauan Teori

Menurut Boyd Cohen, smart city terbagi menjadi 6 dimensi yaitu smart mobility, smart
economy, smart environment, smart governance, smart people dan smart living (Cohen, 2014).
Smart City (Kota Pintar) adalah sebuah pendekatan yang luas, terintegrasi dalam meningkatkan
efisiensi pengoperasian sebuah kota, meningkatkan kualitas hidup penduduknya, dan
menumbuhkan ekonomi daerahnya. Cohen lebih jauh mendefinisikan Smart City dengan
pembobotan aspek lingkungan menjadi: Smart City menggunakan ICT secara pintar dan efisien
dalam menggunakan berbagai sumber daya, menghasilkan penghematan biaya dan energi,
meningkatkan pelayanan dan kualitas hidup, serta mengurangi jejak lingkungan, semuanya
mendukung ke dalam inovasi dan ekonomi ramah lingkungan (Cohen, 2014).

Salah satu indicator dari smartcity adalah dengan adanya smart mobility, dimana
pengertian dari smart mobility adalah bagaimana cara mengefisiensikan pergerakan di suatu kota
dengan mempertimbangkan aspek berkelanjuta (sustainable). Terdapat indicator suatu kota
dikatakan sebagai kota yang memiliki aspek Smart Mobility. Smart Mobility akan
mempertimbangkan tingkat efisiensi dari transportasi (Efficient Transport), selain itu akan
mempertimbangkan penggunaan kendaraan yang ramah lingkungan ( Clean-energy),
pertimbangan terakhir adalah integrasi dari setiap system transportasi baik terhadap system
kegiatan maupun antar moda transportasi satu dengan yang lain (Transport Multi-modal)

Dalam melakukan penelitian untuk mengetahui arahan smart mobility terdapat unit-unit
analisis yang harus dikerjakan dalam melakukan kajian-kajian yang sifatnya teoritis. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, Penelitian kualitatif merupakan suatu
proses penyelidikan untuk memahami social berdasarkan pada penciptaan gambaran holistic
lengkap dengan bentuk dengan katakata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan
disusun dalam sebuah latar ilmiah (Uber Silalahi, 2009:77).dari pengertian diatas selanjutnya data
data yang ada dikumpulkan dan dilakukan analisis dengan metode kualitatif komparatif., dimana
akan menggunakan dua alat analisis yaitu SWOT dan Analisis Deskriptif Komparatif. Berikut ini
merupakan pengertian dari dua unit alat analisis tersebut:

1. Deskriptif Komparatif
Menurut Uber Silalahi (2009: 35), bahwa penelitian komparatif adalah penelitian
yang membandingkan dua gejala atau lebih. Penelitian komparatif dapat berupa komparatif
deskriptif (descriptive-comparative) maupun komparatif korelasional (correlation-
comparative). Komparatif deskriptif membandingkan variabel yang sama untuk sampel
yang berbeda. Komparatif dekriptif juga dapat digunakan untuk membandingkan variabel
yang berbeda untuk sampel yang sama. Komparatif kokrelasional juga bisa dengan variabel
yang berbeda dalam hubungan dengan variabel yang sama. Selain itu, perbandingan
korelasional pun bisa membandingkan korelasi variabel yang sama untuk sampel yang
berbeda.
2. Analisis SWOT
Analisis SWOT menurut Philip Kotler diartikan sebagai evaluasi terhadap
keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.1 Sedangkan menurut Freddy
Rangkuti, analisis SWOT diartikan sebagai : “analisa yang didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats)”. Analisis
SWOT merupakan salah satu instrumen analisis lingkungan internal dan eksternal yang
dikenal luas. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan
meminimalkan kelemahan dan ancaman. Bila diterapkan secara akurat, asumsi sederhana
ini mempunyai dampak yang besar atas rancangan suatu strategi yang berhasil.

Metodologi

Dalam melakukan penelitian untuk mengetahui arahan smart mobility yang akan
diterapkan di Kota Samarinda, maka akan mengacu kepada kerangka berfikir sebagai berikut:

Konsep Smart Permasalahan


Mobility Transportasi

Tahap pengumpulan data

Transport Multy
Efficient Transport Clean Energy
Modal

Konsep Smart Mobility

Proses Analisis

Analisis SWOT

Konsep Smart
Konsep Smart
Deskriptif Komparatif Mobility di Kota
Mobility di Singapura
Samarinda

Anda mungkin juga menyukai