Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................
B. Rumusan Masalah ......................................................................
C. Tujuan Penulisan ........................................................................
D. Manfaat Penulisan ......................................................................
E. Rumusan Masalah ......................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi ......................................................................................
B. Fisiologi .....................................................................................
C. Patologi ......................................................................................
D. Pengertian Sinar-X .....................................................................
E. Kompponen Sinar-X ..................................................................
F. Proses Terjadinya Sinar-X .........................................................
G. Teknik Pemeriksaan ...................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada zaman sekarang pearkembangan di bidang medis sangat
berkembang pesat, salah satunya di bidang radiografi, atau bidang
diagnosa dan terapi dengan media radiasi pesawat sinar-x, dan hal ini juga
membuat perkembangan alat dan teknologi di bidang medis semakin maju
untuk mengobati beberapa indikasi pemeriksan di bidang radiografi.
Dengan teknologi yang berkembang pesat, petugas medis harus
mengerti tentang penggunaan alat medis seperti pesawat sinar-x dan teknik
pemeriksaan yang dilakukan pada pasien, agar mendapatkan gambaran
yang bisa menunjukkan indikasi pemeriksaan dan mempermudah dokter
yang memeriksa dalam mendiagnosa penyakit dan keluhan pada pasien.
Salah satu pemeriksaan yang penting di radiografi adalah teknik
pemeriksaan scapula dan columna vertebrae, yang dimana teknik ini sering
sekali terjadi kesalahan pengambilan, sehingga perlu penjelasan dan
pembelajaran yang harus diketahui para radiografer,
Dengan adanya hal semacam ini kami ingin membantu para tenaga
medis terutamanya tenaga medis radiografi dalam mencari referensi
tentang informasi dan wawasan teknik pemeriksaan radigrafer ini, dengan
makalah yang kami buat, mudah mudahan memberikan materi yang
lengkap dengan sumber yang jelas untuk para radiografer yang ingin
belajar
Dan penulis juga menyisipkan materi tentang patologi patologi
yang sering terjadi pada columna vertebrae dan scapula, sehingga
radiographer dapat membandingkan antara teknik periksaan dan Patologi
yang di idap oleh pasien.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana prosedur teknik pemeriksaan scapula?
2. Bagaimana teknik pemeriksaan columna vertebrae cervical
1
2
C. Tujuan penulisan
Agar mampu memberikan wawasan dan informasi kepada pembaca
terutama tenaga medis di bidang radiology dalam proses pemeriksaan
scapula dan cervical vertebrae.
D. Manfaat penulisan
Untuk menambah pengetahuan dan informasi tentang teknik
pemeriksaan scapula ap, lateral (RAO,LAO position, coracoid procces)
dan columna vertebrae (atlas, axis : AP, projection, open mouth, lateral)
bagi pembaca, dan juga pembaca dapat tau tentang indikasi-indikasi
pemeriksaan apa saja yang sering terjadi dalam pemeriksaan scapula dan
columna vertebrae ini
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Scapula
Scapula, diklasifikasikan sebagai tulang pipih, membentuk bagian
posterior dari bahu korset. Berbentuk segitiga, skapula memiliki dua
Spermukaan, tiga batas, dan tiga sudut. Terbaring di toraks superoposterior
antara rusuk kedua dan ketujuh, perbatasan medial skapula berjalan sejajar
dengan kolom vertebral. Tubuh tulang melengkung dari atas ke bawah
untuk kekuatan yang lebih besar, dan permukaannya berfungsi sebagai
situs lampiran banyak otot. (Bontrager, Kenneth 2013)
1. Batas-batas scapula
Batas superior memanjang dari sudut superior ke proses
coracoid dan pada ujung lateral memiliki depresi yang dalam, lekukan
skapula. Batas medial memanjang dari superior ke sudut inferior.
Batas lateral memanjang dari rongga glenoid ke sudut inferior.
Keterangan gambar :
Angulus superior
1. Acromion 10. Margo medialis
2. Angulus acromialis 11. Margo lateralis
3. Cavitas glenoidalis 12. Spina scapularis
4. Colum scapulae 13. Fossa supraspinata
5. Tuberculum infraglenoidale 14. Incisura Scapula
6. Fossa infraspinata 15. Proc. Corocoideus
7. Angulus inferior
8. Angulus lateralis
9. Margo superior
3
4
5 1
4 2
3 6
Keterangan gambar :
1. Corpus vertebrae
2. Symphysis intervertebralis
3. Sulcus nervi spinalis
4. Foramen transversarium
5. Proc.transversus
6. Unci corpos
2. Os Axis (C-2)
Os Axis (C-2) Fitur yang paling khas dari vertebra serviks kedua,
aksis adalah proses dens atau odontoid yang penting secara klinis,
proses kerucut yang menonjol dari permukaan superior tubuh. Secara
embriologis, sarang sebenarnya adalah tubuh C1, tetapi menyatu
dengan C2 selama pengembangan. Oleh karena itu, itu dianggap
sebagai bagian dari C2 dalam kerangka matang. Rotasi kepala
terutama terjadi antara C1 dan C2, dengan sarang bertindak sebagai
poros. Bagian superior dari proses artikular superior yang berartikulasi
dengan tengkorak juga membantu rotasi kepala. Stres berat sebagai
kemungkinan akibat fleksi-hiperekstensi paksa, yang disebut tipe
cedera whiplash, dapat menyebabkan fraktur densitas. Setiap fraktur
kolom vertebra pada level ini dapat mengakibatkan kerusakan serius
pada sumsum tulang belakang. Seperti terlihat pada Gambar 8-16,
proses artikula inferior untuk artikula dengan C3 terletak lebih rendah
dari lamina. Di bawah dan lateral ke proses artikular uerior adalah
proses transversal, dengan foramen transversalnya. Proses spinosus
tumpul dengan ujung bifidnya memanjang ke posterior. (Kenneth
L.Bontrager,2013)
C. Fisiologi scapula
Scapula atau tulang belikat membentuk bagian belakang gelang bahu
dan terletak di sebelah belakang thorax yang lebih dekat ke permukaan
daripada iga.Bentuknya segitiga pipih dan memperlihatkan dua permukaan,
tiga sudut dan tiga sisi.
Permukaan scapula anterior atau kostal disebut fossa subskapularis
dan terletak paling dekat dengan iga.Permukaan posterior atau dorsal
terbagi oleh sebuah belebas yang disebut spina dari scapula dan yang
berjalan menyebrangi permukaan itu sampai ujungnya dan berakhir
menjadi processus acromion.Processus acromion itu menutupi sendi bahu.
Fungsi scapula yaitu untuk membatasi gerakan pada persendian humeri
atau articulasio humeri sehingga tidak dapat berputar kebelakang secara
360 derajat. jika hal ini terjadi, maka persendian humeri semakin lama
semakin cepat lepas
5
E. Patologi scapula
Patologi adalah yang berkaitan dengan ciri-ciri dan perkembangan
penyakit melalui analisis perubahan fungsi atau keadaan bagian tubuh.
Bidang patologi terdiri atas patologi anatomi dan patologi klinik. Ahli
patologi anatomi membuat kajian dengan mengkaji organ sedangkan ahli
patologi klinik mengkaji perubahan pada fungsi yang nyata pada fisiologi
tubuh.
Patologi adalah kajian dan diagnosis penyakit melalui pemeriksaan
organ, jaringan, cairan tubuh, dan seluruh tubuh (autopsi). (more L.keith
dan dalley F.Arthur2017)
1. Fraktur scapula
Dapat terjadi pada badan, leher, prosesus akromion dan prosesus
korakoid. Terjadi akibat trauma langsung dengan gejala nyeri serta
pembengkakan pada daerah yang terkena trauma.
Fraktur badan kadang-kadang disebabkan oleh cedera pada
dinding dada atau paru-paru (cari pneumotoraks); dan pada semua
fraktur scapula, mungkin juga terdapat cedera pleksus brakialis.
a. Mekanisme cedera
Badan scapula mengalami fraktur akibat daya penghancur
yang biasanya juga mengakibatkan fraktur pada tulang rusuk dan
dapat mengakibatkan dislokasi pada sendi sternoclavikularis. Leher
scapula dapat mengalami fraktur akibat pukulan atau jatuh pada
bahu.
b. Gambaran klinik
Lengan ditahan tak bergerak dan mungkin terdapat memar
hebat pada scapula atau dinding dada. Fraktur pada badan scapula
sering terjadi cidera dada yang hebat.sinar-x film dapat
memperlihatkan fraktur komunikatif pada badan scapula, atau
fraktur leher scapula dengan frakmen sebelah luar yang tertarik
kebawah oleh berat lengan itu. Kadang-kadang retak ditemukan
pada acromion atau pada proc.coroideus berguna untuk fraktur
glenoid
7
c. Terapi
Reduksi biasanya tidak dapat dialakukan dan tak
perlu.pasien memakai kain gendong, agar nyaman dan sejak awal
mempraktikan latihan akut pada bahu , siku dan jari. fragmen
glenoid yang benar, akibat fraktur dan dislokasi pada bahu, harus
di ikat dengan suatu sekrup.
d. Komplikasi
Fraktur badan kadang-kadang disebabkan oleh cidera pada
dinding dada atau paru-paru (cari pneumotoraks) dan pada semua
fraktur scapula, mungkin juga terdapat cidera pleksus brakialis
(diperlukan pemeriksaan neurologic yang cermat)
1) Kanker
Kanker seperti kanker paru-paru dan jenis kanker lain yang
melibatkan dada seperti limfoma atau kanker yang terkait
sistem pencernaan seperti kanker kerongkongan, kanker
lambung, kanker hati, atau kanker pankreas dapat
menyebabkan sakit pada scapula
Selain itu, metastasis (penyebaran kanker dari situs awal ke
tempat lain di dalam tubuh) kanker ke scapula juga dapat
mengakibatkan sakit tulang belikat, di mana penyebabnya
adalah kanker payudara, kanker paru-paru, kanker
kerongkongan, dan kanker usus besar.
2. Sindrom Klippel-Feil
Sindrom Klippel-Feil merupakan penyakit langka turunan
dengan ciri dua dari vertebrae pada tulang leher saling
bergabung.Akibatnya tulang leher menjadi kaku dan sulit untuk
digerakkan. Penyakit ini pertama kali oleh Maurice Klippel dan
Andre Feil pada tahun 1884, sehingga nama penyakit ini disebut
sindrom Klippel-Feil. Gejala yang paling mudah dilihat adalah
pendeknya tulang leher dan kekakuan pada bagian leher dan tulang
punggung.Penderita sindrom ini beresiko mengalami kelainan pada
bagian lain tubuh seperti jantung, alat reproduksi manusia, otak,
otot dan sumsum belakang.Kelainan jantung yang dialami
penderita ini dapat berakibat pada kematian dini.Kondisi ini
hampir mirip dengan kelainan jantung akibat gigantisme.
4. Stenosis
Stenosis adalah kondisi saat terjadi penyempitan jarak
antara vertebrae yang menyebabkan adanya tekanan pada sumsum
tulang belakang dan saraf. Stenosis dapat disebabkan oleh beberapa
hal, antara lain:
a. Penuaan – seiring dengan waktu, ligamen dan persendian pada
manusia akan kehilangan kemampuan elastisitasnya. Ini
menyebabkan jarak antar tulang menyempit.
b. Artritis – ada dua jenis penyakit artritis yang dapat
menyebabkan stenosis tulang belakang, yaitu asteoartritis dan
artritis reumatoid.
c. Keturunan – sifat sifat keturunan seperti lahir dengan tulang
belakang yang berjarak kecil dapat menyebabkan stenosis pada
usia remaja
d. Tumor pada tulang belakang – tumor yang letaknya dekat
dengan tulang belakang dapat mengakibatkan sempitnya jarak
antar tulang belakang atau tulang bergeser dari kondisi normal.
e. Trauma – penderita stenosis dapat diakibatkan oleh cidera yang
terjadi karena jatuh atau kecelakaan.
f. Stenosis dapat menimbulkan gejala seperti sering jatuh, sakit
saat berjalan, dan kelumpuhan. Pengobatan penyakit stenosis
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan mengubah
postur, pengobatan dengan aspirin atau ibupropen untuk
mengurangi rasa sakit, istirahat, dan operasi.
6. Kifosis
Kifosis sering disebut sebagai kelainan tulang belakang bagian
atas yang terlalu membungkuk kedepan akibat sikap duduk yang
salah.Namun penyebab kifosis bukan hanya itu saja.Secara medis,
kifosis merupakan kondisi punggung atas yang mengalami
pembengkokan belebihan. Faktir yang menyebabkan kifosis antara
lain:
a. Kebiasaan sikap tubuh – kebiasaan sehari hari seperti duduk
terlalu membungkuk, mengangkat benda- benda berat dapat
mengakibatkan pembengkokan tulang belakang berlebihan.
b. Bentuk vertebrae yang abnormal – beberapa kasus kifosis
dapat disebabkan oleh vertebrae yang tidak berkembang
dengan baik, akibatnya tulang punggung yang terbentuk
menjadi lebih bengkok.Pembentukan tulang belakang yang
abnormal saat janinPenuaanCidera tulang punggung
G. Pengertian sinar-x
Sinar-X atau sinar Röntgen adalah salah satu bentuk dari radiasi
elektromagnetik dengan panjang gelombang berkisar antara 10 nanometer
ke 100 pikometer (sama dengan frekuensi dalam rentang 30 petahertz - 30
exahertz) dan memiliki energi dalam rentang 100 eV - 100 Kev. Sinar-X
umumnya digunakan dalam diagnosis gambar medis dan Kristalografi
sinar-X. Sinar-X adalah bentuk dari radiasi ion dan dapat berbahaya.
(Rasad Sjahriar 203)
H. Kompponen sinar-x
1. Pesawat sinar-X
Pesawat sinar-x fixed adalah pesawat sinar-x yang terpasang
secara tetap dalam suatu ruangan yang digunakan untuk pemeriksaan
umum secara rutin.
g) Window
Adalah tempat keluarsinar-x, window terletak di bagian
bawah tabung. Tabung bagian bawah dibuat lebih tipis dari bagian
atas hal ini dikarenakan agar sinar-x dapat keluar.(Rasad ,2005)
2. Film
Film rontgen adalah tempat terciptanya gambar radiograf dalam ilmu
radiologi.film sinar-x tersusun atas base atau dasar film,subratum atau
perekat film,emulsi,dan supercoat atau pelindung film.
a. Sifat film radiograf antara lain :
1) Bereaksi apalbila terpapar cahaya tampak.
2) Mempunyai kemampuan membuat variasi pola penghitaman
(densitas).
3) Tingkat penghitamannya sebanding dengan intensitas cahaya yang
diserap
4) Dengan kata lain semakin tinggi intensitas cahaya maka
penghitamannya akan sebakin besar
b. Film radiografi terdiri dari beberapa ukuran,antara lain :
1) 18×24 cm
2) 24×30 cm
3) 30×40 cm
4) 35×35 cm
5) 35×23 cm
c. Struktur film :
1) Film base (dasar film)
2) Substratum layer (lapisan perekat)
3) Emulsion layer (lapisan emulsi)
4) Supercoat (lapisan pelindung)
d. Jenis film berdasarkan emulsinya :
1) Double emulsi
2) Single emulsi
15
3. Kaset
Kaset adalah suatu alat untuk menempatkan film yangakan diekpose
maupun yang sudah diexpose.
a. Jenis – jenis kaset :
1) Konvensional 6) Kaset kedokteran
2) Curved cassete nuklir
3) Gridded cassete 7) Imaging plat
4) Flexible cassete 8) Dental film
5) Kaset mamografi
J. Teknik pemeriksaan
a. Proyeksi AP Axial (open mounth)
a. Posisi pasien : Tempatkan pasien terlentang diatas meja
Pemeriksaan
3.1 atlas dan axis (Ballinger W Philip dan Frank D Eugene, 2013)
c. Proyeksi AP Axial
a. Posisi pasien : Tempatkan pasien pada posisi terlentang atau
kanan dengan punggung pada dudukan IR.
Sesuaikan bahu pasien untuk berbaring
dibidang horizontal yang sama untuk
mencegah rotasi
Gambar 3.5 AP axial cervical vertebrae (Ballinger W Philip dan Frank D Eugene, 2013)
9
c. FFD : 100 CM
d. CR : 15-20 derajat cepalad
e. CP : cervical 4
Catatan :
Prosedur ini tidak boleh diusahakan sampai patologi tulang belakang leher atau
fraktur telah dikesampingkan. Studi fungsional vertebra serviks pada posisi
lateral dilakukan anteroposterior normal untuk menunjukkan gerakan atau tidak
adanya gerakan akibat trauma atau penyakit. Proses spin ditinggikan dan
dipisahkan secara luas dalam posisi hiperfleksion dan ditekan dalam perkiraan
dekat pada posisi hiperekslensi.
a. Reseptor gambar : 18 x 24 cm
b. Posisi pasien : 1. Tempatkan pasien dalam posisi lateral
baik duduk atau berdiri, sebelum
perangkat grid vertikal. .
2. Mintalah pasien duduk atau berdiri tegak, dan
sesuaikan ketinggian IR sehingga berada di
tengah tingkat C4. Bagian atas IR akan
sekitar 2-inci (5 cm) di atas EAM.
A. HYPERFLEXION.
B. HYPEREXTION
1. PROYEKSI AP
a. Reseptor gambar : 24 x 30 cm memanjang
b. Posisi pasien : 1. Tempatkan pasien dalam posisi tegak atau
terlentang.
2. Posisi tegak lebih disukai jika bahu empuk.
1. Posisi objek : 1. Sesuaikan tubuh pasien, dan pusatkan scapula
yang terkena ke garis tengah kisi
2. Cabut lengan ke sudut kanan dengan tubuh untuk
menarik skapula kesamping. Kemudian tekuk
siku, dan dukung tangan dalam posisi yang
nyaman.
3. Untuk proyeksi ini, jangan memutar badan ke
arah sisi yang terkena karena hasil miring akan
14
2. Clavicula
3. Lateral scapula
4. Anterior angle scapula
5. Os hunerus
6. Caput humerus
7. Rribs dan pulmo
A. Paparan Kasus
1. Identitas Pasien
Untuk referensi penunjang dalam melakukan pemeriksaan, penulis
menyajikan identifikasi pasien dalam tinjauan kasus ini yang diperoleh
dari formulir permintaan foto radiograf yang telah didaftarkan
sebelumnya.
Nama : Ny.T
Tempat/Tanggal lahir : Pekanbaru,27 Maret 19xx
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Pekanbaru
No. Foto : 20054
No. Registrasi : 10822536
Permintaan foto : Cervical AP Lat Oblique
Tanggal pemeriksaan : 27 September 2018
2. Riwayat pasien
Pasien datang ke instalasi Radiologi RDUD dr. Saiful Anwar
Malang untuk melakukan foto roentgen cervikal atas rujukan dokter pada
tanggal 27 September 2016 dengan diagnosa Cervicogenig Headache.
B. Prosedur Pemeriksaan
1. persiapan Alat
a. Pesawat sinar-x : HITACHI
b. Computer Radiographic
c. Kaset ukuran 35 x 43
d. Printer Carestream
27
28
2. Persiapan pasien
Pasien tidak ada memiliki persiapan tubuh , hanya perlu
menyingkirkan logam pada tubuh, dan pasien dipasang pront
a. Proyeksi AP Axial
1) Posisi pasien : Pasien berdiri menghadap pesawat sinar-x.
Atur bahu pasien dalam bidang horizontal
yang sama untuk mencegah rotasi.
Lengan pasien berada di samping tubuh.
2) Posisi objek : Pusatkan MSP dari tubuh pasien ke garis
tengah meja atau perangkat grid vertical.
Atur kepala MSP tubuh sejajar terhadap IR .
C4 pada pertengahan kaset.
3) Pengaturan sinar dan faktor eksposi
a) Arah sinar / central ray (CR) : 15 ⁰ cephalad
b) Titik bidik / central point (CP) : Diarahkan melalui C4
c) Fokus film distance ( FFD) : 100 cm
d) Faktor eksposi:Kv : 75 Ma : 200 s : 0,16
e) Film : 35 x 43 , menggunakan grid
4) Kriteria gambar
a) Tampak area dari bagian superior dari C3 ke T2 dan jaringan
lunak sekitarnya.
b) Tampak bayangan dari tengkuk mandibula dan superimposed
di atas atlas dan sebagian besar aksis
c) Terbuka ruang diskus intervertebralis
d) Spinosus prosesus berjarak sama pada pedikel.
b. Proyeksi lateral
1) Posisi pasien : Pasien berdiri menyamping IR . Tangan pasien
29
4) Kriteria gambar
a) Foramina intervertebralis membuka pada gambaran, dari C2 –
C3 ke C7 – T1
b) Terbuka diskus intervertebralis space
c) Tidak overlaping antara atlas dan axis
d) Tulang ocipital tidak tumpang tindih axis
e) Tampak keseluruhan vertebra C1 sampai C7 dan T1
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada pemeriksaan cervical, biasanya menggunakan teknik periksaan AP
Axial, lateral, dan oblique, dengan teknik pemeriksaan ini
memungkinkan hasil radiograf dapat memperlihatkan bagian bagian
struktur dari tulang cervical dan patologi-patologi yang di alami oleh
pasien, pada laporan kasus yang kami buat pasien mengalami keluhan
pada cervical, dengan pemeriksaan Cervical AP, Lateral, dan oblique
menunjukkan pasien mengidap patologi cervicogening headache
2. Sedangkan pada perikasaan scapula biasanya menggunakan pemeriksaan
AP, Axial, oblique, RAO dan LAO.
B. Saran
1. Radiografer seharusnya memperhatikan proteksi radiasi terhadap
pasien
2. Penggunaan kaset usahakan sesuai dengan ukuran objek yang akan
difoto.
3. Seharusnya dalam melaksanakan proyeksi oblique arah sinarnya di
sudutkan agar informasi diagnostik yang diperoleh lebih baik jelas.
31
DAFTAR PUSTAKA
Apley, A. Graham. 1995. Orthopedi dan fraktur system Apley edisi ketujuh.
Jakarta : Widya medika
Ballinger,P.Philip dan Frank,D. Eugne. 2003. Merrill’s atlas of radiograpic
position&radiograpic procedure ten edition. USA: mosby
baru press
Beiser, A. 1999. konsep fisika modern edisi keempat. Jakarta :Erlangga
Utami, asih puji, sudibyo dwi saputra,dan fadli felayani. 2018. Radiologi dasar 1.
Magelang,jawa tengah : inti medika pustaka