Anda di halaman 1dari 46

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah hirobbil’alamin kami ucapkan atas kehadirat


allah SWT yang telah memberikan hidayah ,hikmah dan rahmat kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah teknik radiografi ini tepat pada
waktunya ,Solawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada rasullullah
Muhammad SAW , para sahabat dan pengikutnya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi dan
pengetahuan seputar jenis dan teknik pemeriksaan scapula dan columna vertebrae
kepada pembaca, agar tidak ada kesalahan lagi dalam melakukan teknik
pemeriksaan.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih
yang tak terhimgga kepada dosen ANNISA S.Tr Rad dan kepada pihak pihak
yang telah membantu menyelesaikan makalah ini . Akhir kata kami menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kekhilafan
,oleh sebab itu kami meminta kritik dan saran yang membangun agar malah ini
dapat di mengerti dengan baik dan dapat di sempurnakan . harapan kami semoga
makalah ini dapat bermanfaat memberikan informasi dan inspirasi kepada
pembaca . semoga makalah ini dapat berguna untuk mengetahui teknik radigrafi
yang benar.

Pekanbaru, 20 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................
B. Rumusan Masalah ......................................................................
C. Tujuan Penulisan ........................................................................
D. Manfaat Penulisan ......................................................................
E. Rumusan Masalah ......................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi ......................................................................................
B. Fisiologi .....................................................................................
C. Patologi ......................................................................................
D. Pengertian Sinar-X .....................................................................
E. Kompponen Sinar-X ..................................................................
F. Proses Terjadinya Sinar-X .........................................................
G. Teknik Pemeriksaan ...................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Scapula AP .....................................................................


Gambar 2.2 Cervical ...........................................................................
Gambar 2.3 Cervical atlas ..................................................................
Gambar 2.3 Cervical axis ...................................................................
Gambar 2.4 Cervical V dan VII .........................................................
Gambar 2.5 Gambar Pesawat sinar-x ..................................................
Gambar 2.6 Gambar cara kerja sinar-x ...............................................
Gambar 2.7 Gambar film radiografi ....................................................
Gambar 2.8 Gambar kaset radiografi ..................................................
Gambar 3.1 Open mounth atlas dan axis ............................................
Gambar 3.2 Hasil radiograf Open mounth atlas dan axis ...................
Gambar 3.3 Laterkjal atlas dan axis ...................................................
Gambar 3.4 Hasil radiograf lateral atlas axis ......................................
Gambar 3.5 AP axial ..........................................................................
Gambar 3.6 Hasil radiograf Ap axial ..................................................
Gambar 3.7 Lateral cervical vertebrae : hyperflexion ........................
Gambar 3.8 Hasil radiograf lateral cervical vertebrae : hyperflexion
Gambar 3.9 Lateral cervical vertebrae :hyperextension .....................
Gambar 3.10 Hasil radiograf lateral cervical vertebrae : hyperextension
Gambar 3.11 AP scapula ......................................................................
Gambar 3.12 Hasil radiograf Ap scapula .............................................
Gambar 3.13 Laeral scapula,RAO/LAO body position .......................
Gambar 3.14 Hasil radiograf lateral scapula, RAO ..............................
Gambar 3.15 Hasil radiograf lateral scapula, LAO ..............................
Gambar 3.16 PA oblique scapula (RAO/LAO) ....................................
Gambar 3.17 Hasil radiograf PA oblique scapula RAO ......................
Gambar 3.18 Hasil radiograf PA oblique scapula LAO .......................
Gambar 3.19 AP axial coracoid process ..............................................
Gambar 3.20 Hasil radiograf AP axial coracoid process .....................
Gambar 3.21 Cervical (AP axial oblique) ............................................
Gambar 3.22 Hasil radiograf Cervical (AP axial oblique)

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pada zaman sekarang pearkembangan di bidang medis sangat
berkembang pesat, salah satunya di bidang radiografi, atau bidang
diagnosa dan terapi dengan media radiasi pesawat sinar-x, dan hal ini juga
membuat perkembangan alat dan teknologi di bidang medis semakin maju
untuk mengobati beberapa indikasi pemeriksan di bidang radiografi.
Dengan teknologi yang berkembang pesat, petugas medis harus
mengerti tentang penggunaan alat medis seperti pesawat sinar-x dan teknik
pemeriksaan yang dilakukan pada pasien, agar mendapatkan gambaran
yang bisa menunjukkan indikasi pemeriksaan dan mempermudah dokter
yang memeriksa dalam mendiagnosa penyakit dan keluhan pada pasien.
Salah satu pemeriksaan yang penting di radiografi adalah teknik
pemeriksaan scapula dan columna vertebrae, yang dimana teknik ini sering
sekali terjadi kesalahan pengambilan, sehingga perlu penjelasan dan
pembelajaran yang harus diketahui para radiografer,
Dengan adanya hal semacam ini kami ingin membantu para tenaga
medis terutamanya tenaga medis radiografi dalam mencari referensi
tentang informasi dan wawasan teknik pemeriksaan radigrafer ini, dengan
makalah yang kami buat, mudah mudahan memberikan materi yang
lengkap dengan sumber yang jelas untuk para radiografer yang ingin
belajar
Dan penulis juga menyisipkan materi tentang patologi patologi
yang sering terjadi pada columna vertebrae dan scapula, sehingga
radiographer dapat membandingkan antara teknik periksaan dan Patologi
yang di idap oleh pasien.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana prosedur teknik pemeriksaan scapula?
2. Bagaimana teknik pemeriksaan columna vertebrae cervical

1
2

C. Tujuan penulisan
Agar mampu memberikan wawasan dan informasi kepada pembaca
terutama tenaga medis di bidang radiology dalam proses pemeriksaan
scapula dan cervical vertebrae.
D. Manfaat penulisan
Untuk menambah pengetahuan dan informasi tentang teknik
pemeriksaan scapula ap, lateral (RAO,LAO position, coracoid procces)
dan columna vertebrae (atlas, axis : AP, projection, open mouth, lateral)
bagi pembaca, dan juga pembaca dapat tau tentang indikasi-indikasi
pemeriksaan apa saja yang sering terjadi dalam pemeriksaan scapula dan
columna vertebrae ini
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Scapula
Scapula, diklasifikasikan sebagai tulang pipih, membentuk bagian
posterior dari bahu korset. Berbentuk segitiga, skapula memiliki dua
Spermukaan, tiga batas, dan tiga sudut. Terbaring di toraks superoposterior
antara rusuk kedua dan ketujuh, perbatasan medial skapula berjalan sejajar
dengan kolom vertebral. Tubuh tulang melengkung dari atas ke bawah
untuk kekuatan yang lebih besar, dan permukaannya berfungsi sebagai
situs lampiran banyak otot. (Bontrager, Kenneth 2013)
1. Batas-batas scapula
Batas superior memanjang dari sudut superior ke proses
coracoid dan pada ujung lateral memiliki depresi yang dalam, lekukan
skapula. Batas medial memanjang dari superior ke sudut inferior.
Batas lateral memanjang dari rongga glenoid ke sudut inferior.

Gambar 2.1 anatomi scapula dilihat dari posterior


(Atlas of ana;tomy 2019)

Keterangan gambar :
Angulus superior
1. Acromion 10. Margo medialis
2. Angulus acromialis 11. Margo lateralis
3. Cavitas glenoidalis 12. Spina scapularis
4. Colum scapulae 13. Fossa supraspinata
5. Tuberculum infraglenoidale 14. Incisura Scapula
6. Fossa infraspinata 15. Proc. Corocoideus
7. Angulus inferior
8. Angulus lateralis
9. Margo superior

3
4

B. Anatomi Columna Vertebrae Cervical


Tulang vertebra terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang cervikal, 12
buah tulang thorakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sakral. Tulang
servikal, torakal dan lumbal masih tetap dibedakan sampai usia berapapun,
tetapi tulang sakral dan koksigeus satu sama lain menyatu membentuk dua
tulang yaitu tulang sakum dan koksigeus.

5 1

4 2

3 6

Gambar 2.2 anatomi columna vertebrae cervicalis dilihat dari ventral


(Atlas of ana;tomy 2019)

Keterangan gambar :
1. Corpus vertebrae
2. Symphysis intervertebralis
3. Sulcus nervi spinalis
4. Foramen transversarium
5. Proc.transversus
6. Unci corpos

1. Anatomi Os Atlas (C-1)


Atlas (C-1) yang menyandang dunia di pundaknya, paling tidak
menyerupai tipikal anteriorly, tidak ada tubuh melainkan hanya
lengkungan tulang yang tebal yang memimpin lengkungan anterior.
Lengkungan anterior menginduksi anterior kecil Proses sarang atau
odontoid adalah bagian dari ebia serviks kedua tetapi perspektif
superior C1 menunjukkan lokasi dan bagaimana ia ditahan di tempat
oleh adantal transversal ligamen Hubungan posisi C1 dan C2 6 yang
5

ditunjukkan pada Gambar 8-17 dan secara radiografi pada Gambar, 8-


18. Alih-alih dua lamina dan proses spinosus yang ditemukan pada
entebra khas, C memiliki lengkung posterior yang umumnya
menyandang tuberkulum posterior kecil di garis tengah Masing-
masing proses artikular C1 superior kiri dan kanan menghasilkan
tekanan yang tertekan. permukaan yang disebut segi superior untuk
articula 0 dengan masing-masing kondilus ocapital kiri dan kanan skul.
Artikulasi ini, antara C1 dan kondilus oksipital sk, disebut persendian
oksipitoatlantal. Proses transversal Cl lebih kecil tetapi masih
mengandung foramina transversal yang membedakan semua vertebra
serviks. Pilar artikular, segmen tulang antara supe dan dan proses
artikular inferior, disebut massa lateral untuk C. Karena massa lateral
dukungan Ci berat heod dan membantu rotasi kepala, bagian-bagian
ini adalah bagian yang paling tebal dan padat dari C1. Abercle
posterar Transe. (Bontrager,2013)

Gambar 2.3 os Atlas (C-1) dilihat dari superior


(Elsevier,2018)
Keterangan gambar :
1. Tuberculum Anteriors 7. Arcus Anteriorr Atlantis
2. Arcus Posterior Atlantis 8. Tuberculum Posterior
3. Foramen Vertebrale 9. Processus Transversus
4. Foramen Transversarium 10. Fovea Dentis
5. Massa Lateralis Atlantis 11. Facies articularis Inferior
6. FaciesArticularis
superior
5

2. Os Axis (C-2)
Os Axis (C-2) Fitur yang paling khas dari vertebra serviks kedua,
aksis adalah proses dens atau odontoid yang penting secara klinis,
proses kerucut yang menonjol dari permukaan superior tubuh. Secara
embriologis, sarang sebenarnya adalah tubuh C1, tetapi menyatu
dengan C2 selama pengembangan. Oleh karena itu, itu dianggap
sebagai bagian dari C2 dalam kerangka matang. Rotasi kepala
terutama terjadi antara C1 dan C2, dengan sarang bertindak sebagai
poros. Bagian superior dari proses artikular superior yang berartikulasi
dengan tengkorak juga membantu rotasi kepala. Stres berat sebagai
kemungkinan akibat fleksi-hiperekstensi paksa, yang disebut tipe
cedera whiplash, dapat menyebabkan fraktur densitas. Setiap fraktur
kolom vertebra pada level ini dapat mengakibatkan kerusakan serius
pada sumsum tulang belakang. Seperti terlihat pada Gambar 8-16,
proses artikula inferior untuk artikula dengan C3 terletak lebih rendah
dari lamina. Di bawah dan lateral ke proses artikular uerior adalah
proses transversal, dengan foramen transversalnya. Proses spinosus
tumpul dengan ujung bifidnya memanjang ke posterior. (Kenneth
L.Bontrager,2013)

Gambar 2.4 os Axis sisi depan dan belakang


(Elsevier,2018)
Keterangan gambar :
1. Apex Dentis 7. Tuberculum Posterior
2. Dens Axis 8. Arcus Vertebrae
3. Processus articularis 9. Processus arrticularis
Superior Inferior
4. Corpus Vertebrae 10. Processus Spinosus
5. Processus Transversus 11. Foramen Vertebrale
6. Tuberculum Anterior 12. Foramen Transversarium
5

3. Cervical V dan VII

Gambar 2.4 os Cervical V da VII sisi depan dan belakang


(Elsevier,2018)

1. Processus Spinosus 8. Tuberculum Posterius


2. Arcus Vertebrae 9. Tuberculum Anterius
3. Foramen Vertebrale 10. Lamina Arcus Vertebrae
4. Processus articularis Superior 11. Pediculus Arcus Vertebrae
5. Foramen Transversarium 12. Processus articularis Superior
6. Corpus Vertebrae 13. Processus Transversus
7. Facies Intervertebralis 14. Apophysis Anularis

C. Fisiologi scapula
Scapula atau tulang belikat membentuk bagian belakang gelang bahu
dan terletak di sebelah belakang thorax yang lebih dekat ke permukaan
daripada iga.Bentuknya segitiga pipih dan memperlihatkan dua permukaan,
tiga sudut dan tiga sisi.
Permukaan scapula anterior atau kostal disebut fossa subskapularis
dan terletak paling dekat dengan iga.Permukaan posterior atau dorsal
terbagi oleh sebuah belebas yang disebut spina dari scapula dan yang
berjalan menyebrangi permukaan itu sampai ujungnya dan berakhir
menjadi processus acromion.Processus acromion itu menutupi sendi bahu.
Fungsi scapula yaitu untuk membatasi gerakan pada persendian humeri
atau articulasio humeri sehingga tidak dapat berputar kebelakang secara
360 derajat. jika hal ini terjadi, maka persendian humeri semakin lama
semakin cepat lepas
5

Sebagai penghubung antara otot antendon pada bagian lengan dan


punggung, yang memungkinkan adanya gerakan antara kedua bagian
tersebut seperti saat sedang meregangkan tubuh atau mengangkat tangan
jauh ke atas hingga tulang pungung ikut terangkat ke atas.
Berperan dalam pergerakan organ gerak atas seperti tangan dan
membantu melakukan pergerakan pada bagian tersebut serta di dalamnya
terdapat otot sehingga memiliki permukaan yang kuat dan lentur.
Sebagai tempat melekatnya tenden yang ada di bagian leher,
tenden yang ada di bagian dada, serta tempat melekatnya beberapa otot
tubuh yang lain.
Berperan dalam pergerakan pada bagian bahu dan tempatnya otot
menempel sehingga tulang belikat bisa memiliki permukaan yang solid.
(Waschke j, dkk 2018)

D. Fisiologi columna vertebrae cervical


Vertebra cervicalis atau ruas tulang leher adalah yang paling kecil.
Kecuali yang pertama dan kedua, yang berbentuk istimewa, ruas tulang
leher pada umumnya mempunyai ciri sebagai berikut : badannya kecil dan
persegi panjang, lebih panjang dari samping ke samping daripada dari
depan ke belakang. Lengkungan besar, proc spinosus atau taju duri
diujungnya memecah dua atau bifida.Proc transversusnya atau taju sayap
berlubang-lubang karena banyak poramina untuk lewatnya arteri
vertebralis.
Fungsi columna vertebrae adalah menyangga berat badan dan
batang tubuh,tempat untuk pelekatan otot-otot, melindungi medulla
spinalis, dan memungkinkan pergerakan otot kepala.
(Waschke j,Bockers TM, Paulse F, 2018, Buku ajar anatomi sobotta. 1st ed.
Singapura)
6

E. Patologi scapula
Patologi adalah yang berkaitan dengan ciri-ciri dan perkembangan
penyakit melalui analisis perubahan fungsi atau keadaan bagian tubuh.
Bidang patologi terdiri atas patologi anatomi dan patologi klinik. Ahli
patologi anatomi membuat kajian dengan mengkaji organ sedangkan ahli
patologi klinik mengkaji perubahan pada fungsi yang nyata pada fisiologi
tubuh.
Patologi adalah kajian dan diagnosis penyakit melalui pemeriksaan
organ, jaringan, cairan tubuh, dan seluruh tubuh (autopsi). (more L.keith
dan dalley F.Arthur2017)
1. Fraktur scapula
Dapat terjadi pada badan, leher, prosesus akromion dan prosesus
korakoid. Terjadi akibat trauma langsung dengan gejala nyeri serta
pembengkakan pada daerah yang terkena trauma.
Fraktur badan kadang-kadang disebabkan oleh cedera pada
dinding dada atau paru-paru (cari pneumotoraks); dan pada semua
fraktur scapula, mungkin juga terdapat cedera pleksus brakialis.
a. Mekanisme cedera
Badan scapula mengalami fraktur akibat daya penghancur
yang biasanya juga mengakibatkan fraktur pada tulang rusuk dan
dapat mengakibatkan dislokasi pada sendi sternoclavikularis. Leher
scapula dapat mengalami fraktur akibat pukulan atau jatuh pada
bahu.
b. Gambaran klinik
Lengan ditahan tak bergerak dan mungkin terdapat memar
hebat pada scapula atau dinding dada. Fraktur pada badan scapula
sering terjadi cidera dada yang hebat.sinar-x film dapat
memperlihatkan fraktur komunikatif pada badan scapula, atau
fraktur leher scapula dengan frakmen sebelah luar yang tertarik
kebawah oleh berat lengan itu. Kadang-kadang retak ditemukan
pada acromion atau pada proc.coroideus berguna untuk fraktur
glenoid
7

c. Terapi
Reduksi biasanya tidak dapat dialakukan dan tak
perlu.pasien memakai kain gendong, agar nyaman dan sejak awal
mempraktikan latihan akut pada bahu , siku dan jari. fragmen
glenoid yang benar, akibat fraktur dan dislokasi pada bahu, harus
di ikat dengan suatu sekrup.
d. Komplikasi
Fraktur badan kadang-kadang disebabkan oleh cidera pada
dinding dada atau paru-paru (cari pneumotoraks) dan pada semua
fraktur scapula, mungkin juga terdapat cidera pleksus brakialis
(diperlukan pemeriksaan neurologic yang cermat)
1) Kanker
Kanker seperti kanker paru-paru dan jenis kanker lain yang
melibatkan dada seperti limfoma atau kanker yang terkait
sistem pencernaan seperti kanker kerongkongan, kanker
lambung, kanker hati, atau kanker pankreas dapat
menyebabkan sakit pada scapula
Selain itu, metastasis (penyebaran kanker dari situs awal ke
tempat lain di dalam tubuh) kanker ke scapula juga dapat
mengakibatkan sakit tulang belikat, di mana penyebabnya
adalah kanker payudara, kanker paru-paru, kanker
kerongkongan, dan kanker usus besar.

F. Patologi columna vertebrae cervical


1. Fraktur columna vertebrae cervical
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai dengan jenis danluasnya. Faktur terjadi jika
tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorbsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung,
gaya meremuk, gerakan putir, mendadak bahkan kontraksi otot
ekstrem. Meskipun tulang patah, jaringan sekitarnya juga akan
terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke
8

otot dan sendi,dislokasi sendi, rupture tendo, kerusakan saraf dan


kerusakan pembuluh darah. Fraktur adalah pemisahan atau
patahnya tulang. Gejala – gejala fraktur tergantung pada sisi,
beratnya dan jumlah kerusakan pada struktur lain, biasanya terjadi
pada orangdewasa laki-laki yang disebabkan oleh kecelakaan,
jatuh, dan perilaku kekerasan. Cidera tulang belakang adalah cidera
mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalis akibat trauma jatuh
dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga dsb
yangdapat menyebabkan fraktur atau pergeseran satu atau lebih
tulang
vertebra sehingga mengakibatkan defisit neurologi.
(more L.keith dan dalley F.Arthur2017)
1. Spina Bifida
Spina bifida merupakan penyakit bawaan dengan ciri tulang
belakang dan membran sekitar sumsum tulang tidak tertutup
dengan baik. Ada tiga jenis spina bifida yaitu:
a. Spina bifida okulta – penyakit ini merupakan jenis yang paling
ringan. Pada penyakit ini lapisan luar beberapa vertebrae tidak
tertutup namun lubang yang terbentuk sangan kecil sehingga tidak
ada sumsum tulang yang keluar. Penderita spina bifida okulta
biasanya tidak mengalami gejala apapun atau hanya gejala kecil
seperti tumbuh rambut, tanda lahir, atau cekungan.
b. Meningokel – Penyakit ini merupakan bentuk spina bifida yang
paling jarang terjadi. Pada penyakit ini, membran tulang belakang
menyusup diantara vertebrae, sehingga terbentuk kista yang berisi
cairan spinal. Basaanya terjadi pada daerah renggang antara tulang
belakang.
c. Mielomeningokel – penyakit ini merupakan penyakit spina bifida
yang paling sering. Pada penyakit ini saraf dan ujung saraf terbawa
dalam kista dan tulang belakang yang terbentuk biasanya tidak
lengkap jumlahnya. Akibatnya sangat fatal pada manusia, seperti
kelumpuhan dan gangguan saraf lain.
9

Penanganan yang paling tepat adalah dengan pembedahan spina


bifida terbuka pada 2 x 24 jam setelah bayi dengan penyakit spina
bifida dilahirkan. Namun deteksi dini penyakit ini sudah bisa
dilakukan sejak bayi berusia 4 bulan dalam kandungan.

2. Sindrom Klippel-Feil
Sindrom Klippel-Feil merupakan penyakit langka turunan
dengan ciri dua dari vertebrae pada tulang leher saling
bergabung.Akibatnya tulang leher menjadi kaku dan sulit untuk
digerakkan. Penyakit ini pertama kali oleh Maurice Klippel dan
Andre Feil pada tahun 1884, sehingga nama penyakit ini disebut
sindrom Klippel-Feil. Gejala yang paling mudah dilihat adalah
pendeknya tulang leher dan kekakuan pada bagian leher dan tulang
punggung.Penderita sindrom ini beresiko mengalami kelainan pada
bagian lain tubuh seperti jantung, alat reproduksi manusia, otak,
otot dan sumsum belakang.Kelainan jantung yang dialami
penderita ini dapat berakibat pada kematian dini.Kondisi ini
hampir mirip dengan kelainan jantung akibat gigantisme.

3. Herniasi Diskus Degeneratif


Herniasi diskus degeneratif merupakan penyakit akibat
diskus invertebralis kehilangan elastisitasnya.Kondisi ini bisa
terjadi secara normal akibat penuaan.Gejala yang sering dialami
oleh penderita ini adalah nyeri leher, nyeri bahu yang menjalar, dan
kesulitan dalam menggerakkan tangan atau kaki.Pada kasus yang
parah, dapat terjadi tonjolan tukang, yang mengakibatkan ruang
saraf menyempit dan beresiko terkena gangguan persendian pada
manusia
10

4. Stenosis
Stenosis adalah kondisi saat terjadi penyempitan jarak
antara vertebrae yang menyebabkan adanya tekanan pada sumsum
tulang belakang dan saraf. Stenosis dapat disebabkan oleh beberapa
hal, antara lain:
a. Penuaan – seiring dengan waktu, ligamen dan persendian pada
manusia akan kehilangan kemampuan elastisitasnya. Ini
menyebabkan jarak antar tulang menyempit.
b. Artritis – ada dua jenis penyakit artritis yang dapat
menyebabkan stenosis tulang belakang, yaitu asteoartritis dan
artritis reumatoid.
c. Keturunan – sifat sifat keturunan seperti lahir dengan tulang
belakang yang berjarak kecil dapat menyebabkan stenosis pada
usia remaja
d. Tumor pada tulang belakang – tumor yang letaknya dekat
dengan tulang belakang dapat mengakibatkan sempitnya jarak
antar tulang belakang atau tulang bergeser dari kondisi normal.
e. Trauma – penderita stenosis dapat diakibatkan oleh cidera yang
terjadi karena jatuh atau kecelakaan.
f. Stenosis dapat menimbulkan gejala seperti sering jatuh, sakit
saat berjalan, dan kelumpuhan. Pengobatan penyakit stenosis
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan mengubah
postur, pengobatan dengan aspirin atau ibupropen untuk
mengurangi rasa sakit, istirahat, dan operasi.

5. Ankylosing Spondylitis (AS)


AS merupakan salah satu jenis artritis yang terjadi akibat
peradangan yang lama pada sendi di tulang belakang.Penyebab
pasti penyakit ini masih belum ditemukan namun beberapa
pendapat menyatakan penyebab AS melibatkan faktor keturunan
dan lingkungan.Penyakit ini melibatkan penyakit autoimun yang
menyerang tulang belakang.
11

6. Kifosis
Kifosis sering disebut sebagai kelainan tulang belakang bagian
atas yang terlalu membungkuk kedepan akibat sikap duduk yang
salah.Namun penyebab kifosis bukan hanya itu saja.Secara medis,
kifosis merupakan kondisi punggung atas yang mengalami
pembengkokan belebihan. Faktir yang menyebabkan kifosis antara
lain:
a. Kebiasaan sikap tubuh – kebiasaan sehari hari seperti duduk
terlalu membungkuk, mengangkat benda- benda berat dapat
mengakibatkan pembengkokan tulang belakang berlebihan.
b. Bentuk vertebrae yang abnormal – beberapa kasus kifosis
dapat disebabkan oleh vertebrae yang tidak berkembang
dengan baik, akibatnya tulang punggung yang terbentuk
menjadi lebih bengkok.Pembentukan tulang belakang yang
abnormal saat janinPenuaanCidera tulang punggung

G. Pengertian sinar-x
Sinar-X atau sinar Röntgen adalah salah satu bentuk dari radiasi
elektromagnetik dengan panjang gelombang berkisar antara 10 nanometer
ke 100 pikometer (sama dengan frekuensi dalam rentang 30 petahertz - 30
exahertz) dan memiliki energi dalam rentang 100 eV - 100 Kev. Sinar-X
umumnya digunakan dalam diagnosis gambar medis dan Kristalografi
sinar-X. Sinar-X adalah bentuk dari radiasi ion dan dapat berbahaya.
(Rasad Sjahriar 203)

Gambar 2.6 tabung sinar-x(Akhadi. Muclis 2000)


12

H. Kompponen sinar-x
1. Pesawat sinar-X
Pesawat sinar-x fixed adalah pesawat sinar-x yang terpasang
secara tetap dalam suatu ruangan yang digunakan untuk pemeriksaan
umum secara rutin.

Gambar 2.7 pesawat sinar-x fixed

Gambar 2.8 pesawat sinar-x (rasad,2005)

Komponen yang ada dipesawat sinar-x


a) Katoda
Katoda terbuat dari nikel murni dimana celah antara dua
batang katoda disisipi kawat pijar (filament) yang menjadi sumber
elektron pada tabung sinar-x. filament terbuat dari wallfram
(tungsten) digulung dalam bentuk spiral. Bagian yang mengubah
energy kinetic elektron yang berasal dari katoda adalah sekeping
logam wallfram yang ditanam pada permukaan anoda. Arus
13

diberikan tabung sinar-x dalam kisaran mA berfungsi untuk


memijarkan filament sehingga terbentuk awan elektron pada
filament. Selanjutnya, beda potensial dalam kisaran kV berfungsi
memberikan energy kinetik pada elektron-elektron tersebut
(Rasad,2005).
b) Anoda
Anoda atau elektroda positif biasa juga disebut sebagai
target jadi anoda disini berfungsi sebagai tempat tumbukan
elektron. Ada 2 macam anoda yaituanoda diam dan anoda putar.
Anoda angel (sudut anoda) adalah sudut pada permukaan bidang
target yang dapat dijadikan pusat sumbu sinar yang terbentuk pada
bidang atau area terbentuknya sinar-x. (Rasad,2005)
c) Focusing cup
Focusing cup ini sebenarnya terdapatpada katoda yang
berfungsi sebagai alat untuk mengarahkan elektron secara
konvergen ke target agar elektron tidak terpancar kemana-man.
(Rasad Sjahrir,2005)
d) Rotor atau stator
Terdapat pada bagian anoda yang berfungsi sebagai alat
untuk memutar anoda. Rotor atau stator ini hanya terdapat pada
tabung sinar x yang menggunakan anoda putar. (Rasad ,2005)
e) Vacuum tube
Adalah tabung yang gunanya membungkus komponen-
komponen penghasil sinar-x agar menjadi vacum atau kata lainnya
menjadikannya ruangan hampa udara. (Rasad ,2005)
f) Oil
Adalah komponen yang cukup penting di tabung sinar-x
karena saat elektron-elektron menabrak target pada anoda, energi
kinetik elektron yang berubah menjadi sinar-x hanyalah 1%
selebihnya berubah menjadi panas mencapai 2000°C, jadi disinilah
peran oil sebagai pendingin tabung sinar-x. (Rasad ,2005)
14

g) Window
Adalah tempat keluarsinar-x, window terletak di bagian
bawah tabung. Tabung bagian bawah dibuat lebih tipis dari bagian
atas hal ini dikarenakan agar sinar-x dapat keluar.(Rasad ,2005)

2. Film
Film rontgen adalah tempat terciptanya gambar radiograf dalam ilmu
radiologi.film sinar-x tersusun atas base atau dasar film,subratum atau
perekat film,emulsi,dan supercoat atau pelindung film.
a. Sifat film radiograf antara lain :
1) Bereaksi apalbila terpapar cahaya tampak.
2) Mempunyai kemampuan membuat variasi pola penghitaman
(densitas).
3) Tingkat penghitamannya sebanding dengan intensitas cahaya yang
diserap
4) Dengan kata lain semakin tinggi intensitas cahaya maka
penghitamannya akan sebakin besar
b. Film radiografi terdiri dari beberapa ukuran,antara lain :
1) 18×24 cm
2) 24×30 cm
3) 30×40 cm
4) 35×35 cm
5) 35×23 cm
c. Struktur film :
1) Film base (dasar film)
2) Substratum layer (lapisan perekat)
3) Emulsion layer (lapisan emulsi)
4) Supercoat (lapisan pelindung)
d. Jenis film berdasarkan emulsinya :
1) Double emulsi
2) Single emulsi
15

e. Jenis film radiografi menurut butir emulsi dibagi menjadi 3:


1) Butir emulsi ukuran besar
2) Butir emulsi ukuran sedang
3) Butir emulsi ukuran kecil

Gambar 2.9 film radiologi

3. Kaset
Kaset adalah suatu alat untuk menempatkan film yangakan diekpose
maupun yang sudah diexpose.
a. Jenis – jenis kaset :
1) Konvensional 6) Kaset kedokteran
2) Curved cassete nuklir
3) Gridded cassete 7) Imaging plat
4) Flexible cassete 8) Dental film
5) Kaset mamografi

Gambar 2.10 kaset


5

I. Proses terjadinya sinar-x


Sebuah tabung yang terbuat dari bahan gelas yang hampa udara di
dalamnya terdapat dua diode yaitu katoda (-) dan anoda (+).saat filamen
yang berada dikatoda dipanaskan, filamen akan mengeluarkan elektron,
semakin lama dipanaskan maka elektron yang keluar semakin banyak dan
disebut dengan awan elektron.
Kemudian antara katoda dan anoda diberikan beda potensial yang
sangat tinggi minimal, 40 kV (40.000 volt) sehingga elektron yang berada
pada katoda akan bergerak dengan sangat cepat ini, akan menumbuk
bagian kecil dari anoda yang disebut dengan target. Pada kejadian ini
jumlah elektron secara tepat di kontrol oleh energi kinetik.
Elektron bergerak dari katoda ke anoda pada tabung hampa udara,
bisa disebut dengan elektron proyektil, saat elektronn proyektil ini
berbenturan dengan atom logam berat dari target, elektron berinteraksi
dengan atom-atom ini dan mentransfer energi kinetik ke target. Interaksi
ini terjadi pada kedalaman yang sedikit di target. Saat terjadi hal tersebut,
proyektil elektron melambat dan akhirnya sampai akhirnya sampai hampir
berhenti.
Proyektil elektron berinteraksi dengan elektron lintasan dari inti
dari atom target. Interaksi ini menghasilkan konversi energi kinetik
menjadi energi panas dan energi elektromagnetik ke dalam bentuk sinar-x.
kemudian hampir semua energi kinetik dari proyektil elektron di konversi
menjadi panas. Proyektil elektronz beriteraksi dengan elektron pada kulit
terluar pada atom target tatpii tidak memberikan energi yang cukup pada
elektron kulit terluar ini akan kembali ke status energi normal. Kejadian
eksitasi dan kembali ke posisi semula akan menyebabkan panas anoda
ditabung sinar-x. secara umum lebih dari 99% energi kinetik dari proyektif
elektron ini di ubah menjadi panas dan menyisakan kuran dari 1% yang di
ubah menjadi sinar-x. (Akhadi,muclis.2000)
6

J. Teknik pemeriksaan
a. Proyeksi AP Axial (open mounth)
a. Posisi pasien : Tempatkan pasien terlentang diatas meja
Pemeriksaan

3.1 atlas dan axis (Ballinger W Philip dan Frank D Eugene, 2013)

b. Posisi objek : Pasien membuka mulut selebar mungkin, dan


kemudian sesuaikan kepala sehingga garis
dari tepi bawah gigi atas sampai ujung
prosessus mastoid(bidang oklusal) tegak lurus
terhadap IR.
Tempatkan lengan pasien lengan pasien
disepanjang sisi tubuh, dan sesuai kan pundak
untuk berbaring, dan sesuaikan pundak untuk
berbaring dibidang horizontal.
Dukungan kecil di bawah bagian belakang
kepala mungkin diperlukan untuk
memfasilitasi pembukaan mulut, sementara
penyelarasan yang tepat dari gigi seri atas dan
ujung mastoid dipertahankan.
Intruksikan pasien untuk menjaga mulut tetap
terbuka lebar dan tidak berbicara.
c. Central Ray : Tegak lurus vertical
d. Central Point : Titik tengan mulut terbuka
e. FFD : 100 cm
7

3.2 atlas dan axis


(Ballinger W Philip dan Frank D Eugene, 2013)

f. KriteriaEvaluasi : 1.Dens, atlas, sumbu, dan artikulasi menjadi


vetebre serviks pertama dn kedua

2. Keseluruhan permukaan artistik atlas dan


sumbu
3. Bidang oklusal bertulang ke atas pergigi seri
tengah dan pangkal tengkorak
4. Mulut terbuka lebar
5. Bayangan lidah tidak diproyeksikan diatas
atlas dan sumbu
6. Rami mandibula sama jauhnya dari sarang
b. Proyeksi lateral
a. Posisi pasien : Supine/erect

Gambar 3.3 Lateral atlas dan axis


(Ballinger W Philip dan Frank D Eugene, 2013)
8

b. Posisi objek : pasien sedikit mendengak,atur cervical pada


posisi true lateral,atur cervical pada
pertengahan kaset
c. FFD : 100 cm
d. CR : horizontal tegak lurus kaset
e. CP : setinggi cervical 4
f. Ukuran kaset : 18 x 24 cm atau 24 x 30 cm dibagi 2
g. Kriteria gambar : 1. C1-C7 tampak
2. Mandibular tampak bebas
3. C4 pada pertengahan kaset
4. Prosesus spinosus tampak jelas

Gambar 3.4 Lateral atlaas dan axis


(Ballinger W Philip dan Frank D Eugene, 2013

c. Proyeksi AP Axial
a. Posisi pasien : Tempatkan pasien pada posisi terlentang atau
kanan dengan punggung pada dudukan IR.
Sesuaikan bahu pasien untuk berbaring
dibidang horizontal yang sama untuk
mencegah rotasi

Gambar 3.5 AP axial cervical vertebrae (Ballinger W Philip dan Frank D Eugene, 2013)
9

b. Posisi objek : 1. Bagian tengah letakkan bidang tengah


tengah tubuh pasien ke garis tengah meja
atau perangkat kisi-kisi vertikal.
2. Perluas dagu cukup hingga bidang klausal oc
tegak lurus terhadap permukaan meja. Ini
mencegah superimposisi brae mandibula dan
midcervical.
3. Pusatkan IR pada tingkat C4 Sesuaikan
kepala sehingga bidang midagittal berada
dalam posisi lurus dan sesuai dengan IR. .
4. Berikan dukungan untuk kepala pasien yang
memiliki kelengkungan lordotic yang nyata.
Dukungan ini membantu mengkompensasi
kelengkungan dan mengurangi distorsi
gambar. Shield ganad. Respirasi: Tangguhkan

c. FFD : 100 CM
d. CR : 15-20 derajat cepalad
e. CP : cervical 4

Gambar 3.6 AP axial cervical vertebrae


(Ballinger W Philip dan Frank D Eugene, 2013)
10

f. Kriteria gambar : 1. Proc. Spinosus tampak jelas


2. Corpus vetebre
3. Proc. Transversus
4. C3-C5 tampak

1. Proyeksi lateral (hyperlexion dan hyperextion)

Catatan :
Prosedur ini tidak boleh diusahakan sampai patologi tulang belakang leher atau
fraktur telah dikesampingkan. Studi fungsional vertebra serviks pada posisi
lateral dilakukan anteroposterior normal untuk menunjukkan gerakan atau tidak
adanya gerakan akibat trauma atau penyakit. Proses spin ditinggikan dan
dipisahkan secara luas dalam posisi hiperfleksion dan ditekan dalam perkiraan
dekat pada posisi hiperekslensi.

a. Reseptor gambar : 18 x 24 cm
b. Posisi pasien : 1. Tempatkan pasien dalam posisi lateral
baik duduk atau berdiri, sebelum
perangkat grid vertikal. .
2. Mintalah pasien duduk atau berdiri tegak, dan
sesuaikan ketinggian IR sehingga berada di
tengah tingkat C4. Bagian atas IR akan
sekitar 2-inci (5 cm) di atas EAM.

Gambar 3.7 Lateral cervical hyperflexion


(Ballinger W Philip dan Frank D Eugene, 2013)
11

c. Posisi objek : 1. Pasien sedikit menengadah,atur cervical


pada posisi true lateral.
2. Pindahkan pasien cukup dekat ke perangkat
kisi vertikal untuk memungkinkan bahu
berdekatan dengan kisi-kisi untuk penyangga.
3. Jaga agar bidang tengah-tengah kepala dan
leher pasien sejajar dengan bidang IR. Atau,
lakukan proyeksi tanpa menggunakan kisi.
4. Hyporfiexion Minta pasien untuk menjatuhkan
kepala ke depan dan kemudian menarik dagu
sedekat mungkin ke dada sehingga vertebra
serviks ditempatkan pada posisi perfeksi
(fleksi paksa) untuk exporure pertama.
5. Hyperexlenalon Minta pasien untuk
membersihkan dagu sebanyak mungkin
sehingga vertebra serviks ditempatkan pada
posisi perextension (ekstensi paksa) untuk
paparan kedua Gonad tangan Respirasi
Menunda
d. Central Ray : Horizontal
e. Central Point : cervical 4
f. FFD : 100 cm

A. HYPERFLEXION.

Gambar 3.8 Lateral cervical vertebrae


(Ballinger W Philip dan Frank D Eugene, 2013)
12

Gambar 3.8 Lateral cervical vertebrae


(Ballinger W Philip dan Frank D Eugene, 2013)

g. Kriteria gambar : 1).Tampak proc spinosus yang jelas


2).Foramina intervetebralis
3). 0s 0ccipitale
4).Incisura vertebralis superior
5).0s hyoideum
6).Corpus vertebrae
7).Tampak C2-C7

B. HYPEREXTION

Gambar 3.9 Lateral cervical vertebrae:hyperextension


(Ballinger W Philip dan Frank D Eugene, 2013)
13

Gambar 3.10 Lateral Cervical:hyperextension


(Ballinger W Philip dan Frank D Eugene, 2013)

Kriteria gambar : 1. Tampak proc spinosus C5-C6 superposisi


2. Axis, dens
3. Curpus vertebrae
4. Discus intervertebralis
5. Foramina intervertebralis
6. Os occipitale
7. Ramus mandibular

1. PROYEKSI AP
a. Reseptor gambar : 24 x 30 cm memanjang
b. Posisi pasien : 1. Tempatkan pasien dalam posisi tegak atau
terlentang.
2. Posisi tegak lebih disukai jika bahu empuk.
1. Posisi objek : 1. Sesuaikan tubuh pasien, dan pusatkan scapula
yang terkena ke garis tengah kisi
2. Cabut lengan ke sudut kanan dengan tubuh untuk
menarik skapula kesamping. Kemudian tekuk
siku, dan dukung tangan dalam posisi yang
nyaman.
3. Untuk proyeksi ini, jangan memutar badan ke
arah sisi yang terkena karena hasil miring akan
14

mengimbangi efek menggambar skapula secara


lateral (Gbr. 5-84).
4. Posisikan bagian atas IR 2 inci (5 cm) di atas
bagian atas bahu .

Gambar 3.11 AP scapula


(Ballinger W Philip dan Frank D Eugene, 2013)

Gambar 3.12 AP scapula


(Ballinger W Philip dan Frank D Eugene, 2013)

c. Kriteria gambar : 1. Clavicula


2. Scapula
3. Ribs
4. Pulmo
5. Acromion
6. Proksimal humerus
15

3. PROYEKSI LATERAL RAO atau posisi tubuh LAO

a. Reseptor gambar: 24 x 30 cm memanjang


b. Posisi pasien : 1. Tempatkan pasien dalam posisi tegak lurus, miring
atau duduk, menghadap perangkat kisi vertikal.
2. Posisi tengkurap dapat digunakan, tetapi proyeksi
akan lebih sulit untuk dilakukan. Posisi telentang
juga dapat ditingkatkan; Namun, skapula akan
diperbesar.

gambar. 3.13 lateral scapula with arm on posterior chest


(Ballinger W Philip dan Frank D Eugene, 2013)

c. Posisi objek : 1. Sesuaikan pasien dalam posisi RAO atau


LAO, dengan skapula yang terkena berada di
tengah-tengah kisi. Pasien rata-rata memerlukan
rotasi 45 hingga 60 derajat dari bidang IR.

2. Tempatkan lengan pada salah satu dari dua


posisi sesuai dengan area skapula yang akan
diperlihatkan: Untuk penggambaran proses
akromion dan coracoid dari skapula, minta
pasien melenturkan siku dan menempatkan
punggung tangan pada thorax posterior pada
tingkat yang cukup untuk mencegah humerus
menindih skapula Mazujian1 menyarankan agar
pasien menempatkan lengan di atas dengan
16

memegang pijakan yang berlawanan seperti


yang ditunjukkan pada Gambar 5-88
3. Untuk mendemonstrasikan tubuh skapula, minta
pasien untuk memperpanjang ann ke atas dan
meletakkan lengan di kepala atau menyentuh
dada bagian atas dengan memegang bahu yang
berlawanan. (Gambar 5-88 dan 5-89).
4. Setelah meletakkan lengan pada posisi di atas,
gambarkan batas lateral dan medial skapula di
antara ibu jari dan jari telunjuk satu tangan.
Lakukan penyesuaian akhir putaran tubuh,
dengan menttempatkan tubuh skapula tegak
lurus terhadap bidang IR.
a.Lindungi gonad.
b. Respirasi: Tangguhkan.

d. Sinar sentral : 1. Tegak tegak lurus ke batas medial kapula yang


Menonjol
2. Struktur yang diperlihatkan Gambar lateral
skapula diperlihatkan oleh proyeksi ini.
Penempatan lengan menentukan bagian skapula
superior yang ditumpangkan di atas humeru.

gambar.3.12 lateral scapula.rad body position


(Ballinger W Philip dan Frank D Eugene, 2013)

e. kriteria gambar : 1. Acromion


17

2. Clavicula
3. Lateral scapula
4. Anterior angle scapula
5. Os hunerus
6. Caput humerus
7. Rribs dan pulmo

4. PA OBLIQUE PROJECTION ( RAO or LAO position)


a. Reseptor gambar : 24 x 30 cm memanjang
b. Posisi pasien : 1. Tempatkan pasien pada posisi berbaring tegak
atau lateral.
2. Ketika pundak terasa sakit, gunakan posisi
tegak jika memungkinkan.

Gambar 3.14 pa oblique scapula loren method


(Ballinger W Philip dan Frank D Eugene, 2013)

c. Posisi Objek : 1. kepala pasien Putar tubuh sedikit ke depan,


dan minta pasien memegang sisi meja atau
dudukan untuk menopang .Posisi mothod
Lilionfeld
2. Rentangkan lengan sisi yang terkena miring ke
atas, dan minta pasien meletakkan tangan di
atas kepalanya.
3. Putar tubuh sedikit ke depan, dan minta
pasien memegang sisi meja atau dudukan
untuk menopang .
18

4. Kedua mothod Pegang perbatasan lateral dan


medial skapula antara ibu jari dan jari telunjuk
satu tangan, dan sesuaikan rotasi tubuh
sehingga skapula akan diproyeksikan bebas
dari tulang rusuk.
5. Perisai gonad
6. Respirasi: Tangguhkan
d. Sinar sentral : 1. tegak lurus ke IR, antara dinding dada dan
midarea dariscapula yang memprovokasi

Gambar 3.15dan 3.16 lorenz method dengan scapula fracture gambar


(Ballinger W Philip dan Frank D Eugene, 2013)

e. kriteria gambar : 1. Ribs


2. Scapula
3. Caput humerus superposisi
4. Clavicula

5. Coracoid Process AP AXIAL PROJECTION


a. Posisi pasien : 1. Tempatkanpasien pada posisi terlentang
19

dengan lis di sepanjang sisi tubuh.

Gambar 3. 18 ap axial coracoid process


(Ballinger W Philip dan Frank D Eugene, 2013)

b. Posisi Objek : 1. Sesuaikan posisi tubuh, dan pusatkan proses


coracoid yang terpengaruh ke garis tengah kisi
2. Posisikan IR sehingga titik tengah IR akan
bertepatan dengan sinar pusat.
3. Sesuaikan bahu untuk berbaring di bidang
horizontal yang sama Menculik ann sisi yang
terkena sedikit, dan supinasi tangan,
melumpuhkannya dengan karung pasir di
telapak tangan Lindungi gonad. Respirasi:
Tangguhkan pada akhir pernafasan untuk
kepadatan yang lebih seragam.
c. Sinar sentral : 1. Diarahkan untuk memasuki prosedur coracoid
pada sudut 15 hingga 45 derajat cephalad.
20

gambar 3.19 ap axial coracoid process


(Ballinger W Philip dan Frank D Eugene, 2013)

Kriteria gambar : 1. Tampak clavicula


5. Caput humeri
6. Acromion
7. Scapula superposisi

d. Cervical Proyeksi AP Axial Oblique (RAO/LAO)


a. Posisi pasien : pasien dalam posisi terlentang atau tegak
menghadap tabung x-ray

Gambar 3.21 carvical AP axial oblique


(Ballinger W Philip dan Frank D Eugene, 2013)
21

b. Posisi objek : 1. posisikan pasien degan sudut 45 derajatdan


pusatkan cervical ditengah IR.
2. Mintalah pasien duduk atau berdiri rileks.
3. Posisikan lengan disamping tubuh, jika
pasien recumbent gunakan lengan untuk
menjaga posisi.
4. Kemudian sandarkan bahu dengan bucky stand
bertujuan untuk fiksasi. Pasien diminta melihat
lurus kedepan, dan jika diperlukan angkat dan
julurkan dagu sehingga mandibular tidak
superposisi dengan tulang belakang.
5. Hindari rotasi dagu untuk mencegah
superposisi dengan cervical.

c. CR : 15-20 derajat arah cephalad


d. CP : Diarahkan melalui C4
e. FFD : 150-180 cm
f. Kv : 75
g. mAs : 10
h. Film : 18x24

Gambar 3.22 cervical AP axial oblique


(Ballinger W Philip dan Frank D Eugene, 2013)
22

i. Kriteria gambar : 1. Corpus vertebrae


2. Foramina intervertebralis
3. Proc spinosus
4. Tampak C1-C7
23
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Paparan Kasus
1. Identitas Pasien
Untuk referensi penunjang dalam melakukan pemeriksaan, penulis
menyajikan identifikasi pasien dalam tinjauan kasus ini yang diperoleh
dari formulir permintaan foto radiograf yang telah didaftarkan
sebelumnya.

Nama : Ny.T
Tempat/Tanggal lahir : Pekanbaru,27 Maret 19xx
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Pekanbaru
No. Foto : 20054
No. Registrasi : 10822536
Permintaan foto : Cervical AP Lat Oblique
Tanggal pemeriksaan : 27 September 2018

2. Riwayat pasien
Pasien datang ke instalasi Radiologi RDUD dr. Saiful Anwar
Malang untuk melakukan foto roentgen cervikal atas rujukan dokter pada
tanggal 27 September 2016 dengan diagnosa Cervicogenig Headache.

B. Prosedur Pemeriksaan
1. persiapan Alat
a. Pesawat sinar-x : HITACHI
b. Computer Radiographic
c. Kaset ukuran 35 x 43
d. Printer Carestream

27
28

2. Persiapan pasien
Pasien tidak ada memiliki persiapan tubuh , hanya perlu
menyingkirkan logam pada tubuh, dan pasien dipasang pront
a. Proyeksi AP Axial
1) Posisi pasien : Pasien berdiri menghadap pesawat sinar-x.
Atur bahu pasien dalam bidang horizontal
yang sama untuk mencegah rotasi.
Lengan pasien berada di samping tubuh.
2) Posisi objek : Pusatkan MSP dari tubuh pasien ke garis
tengah meja atau perangkat grid vertical.
Atur kepala MSP tubuh sejajar terhadap IR .
C4 pada pertengahan kaset.
3) Pengaturan sinar dan faktor eksposi
a) Arah sinar / central ray (CR) : 15 ⁰ cephalad
b) Titik bidik / central point (CP) : Diarahkan melalui C4
c) Fokus film distance ( FFD) : 100 cm
d) Faktor eksposi:Kv : 75 Ma : 200 s : 0,16
e) Film : 35 x 43 , menggunakan grid
4) Kriteria gambar
a) Tampak area dari bagian superior dari C3 ke T2 dan jaringan
lunak sekitarnya.
b) Tampak bayangan dari tengkuk mandibula dan superimposed
di atas atlas dan sebagian besar aksis
c) Terbuka ruang diskus intervertebralis
d) Spinosus prosesus berjarak sama pada pedikel.

b. Proyeksi lateral
1) Posisi pasien : Pasien berdiri menyamping IR . Tangan pasien
29

ditarik kebelakang lalu bahu di tekan ke bawah


agar vertebrae cervikal 7 dapat terlihat. Dagu
pasien ditengadakan.

2) Posisi objek : Posisikan MCP pasien pada pertengahan garis


IR. Dan C4 pada pertengahan kaset. Usahakan
true lateral.
3) Pengaturan sinar dan faktor eksposi
a) Arah sinar / central ray (CR) : horizontal tegak lurus
b) Titik bidik / central point (CP) : Diarahkan melalui C4
c) Fokus film distance (FFD) : 100 cm
d) Faktor eksposi : Kv : 75 mA : 200 s : 0,16
e) Film : 35x43, menggunakan grid
4) Kriteria gambar
a) Tampak ketujuh cervical
b) Tidak ada rotasi atau kemiringan cervical spine yang
ditunjukkan oleh sendi zygapophyeal yang terbuka.
c) Tampak detail tulang dan jaringan lunak
d) Tampak bodi vertebrae cervikal, ruang sendi intervertebral ,
prosesus

c. Proyeksi AP Axial Oblique


1) Posisi pasien : Pasien berdiri tegak. Tangan disamping tubuh
2) Posisi objek : Rotasikan tubuh pasien 45⁰ terhadap IR
pandangan pasien tetap lurus kedepan . hindari
rotasi dagu untuk mencegah superposisi
dengan cervical. Posisikan vertebrae cervikal
di pertengahan kaset . kemudian sandarkan
bahu yang dekat dengan bucky.
3) Pengaturan sinar dan faktor eksposi
a) Arah sinar / central ray (CR) : horizontal tegak lurus
b) Titik bidik / central point (CP) : diarahkan melalui C4
30

c) Fokus film distance (FFD) : 100 cm


d) Faktor ekposi: Kv : 75mA : 200 s : 0,16
e) Film : 35x43, menggunakan grid

4) Kriteria gambar
a) Foramina intervertebralis membuka pada gambaran, dari C2 –
C3 ke C7 – T1
b) Terbuka diskus intervertebralis space
c) Tidak overlaping antara atlas dan axis
d) Tulang ocipital tidak tumpang tindih axis
e) Tampak keseluruhan vertebra C1 sampai C7 dan T1
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pada pemeriksaan cervical, biasanya menggunakan teknik periksaan AP
Axial, lateral, dan oblique, dengan teknik pemeriksaan ini
memungkinkan hasil radiograf dapat memperlihatkan bagian bagian
struktur dari tulang cervical dan patologi-patologi yang di alami oleh
pasien, pada laporan kasus yang kami buat pasien mengalami keluhan
pada cervical, dengan pemeriksaan Cervical AP, Lateral, dan oblique
menunjukkan pasien mengidap patologi cervicogening headache
2. Sedangkan pada perikasaan scapula biasanya menggunakan pemeriksaan
AP, Axial, oblique, RAO dan LAO.
B. Saran
1. Radiografer seharusnya memperhatikan proteksi radiasi terhadap
pasien
2. Penggunaan kaset usahakan sesuai dengan ukuran objek yang akan
difoto.
3. Seharusnya dalam melaksanakan proyeksi oblique arah sinarnya di
sudutkan agar informasi diagnostik yang diperoleh lebih baik jelas.

31
DAFTAR PUSTAKA

Apley, A. Graham. 1995. Orthopedi dan fraktur system Apley edisi ketujuh.
Jakarta : Widya medika
Ballinger,P.Philip dan Frank,D. Eugne. 2003. Merrill’s atlas of radiograpic
position&radiograpic procedure ten edition. USA: mosby
baru press
Beiser, A. 1999. konsep fisika modern edisi keempat. Jakarta :Erlangga

e-jurnal pustaka kesehatan, vol.2(no.2), mei 2014.

Helmy. 2011. Sinar-x dan sinar gamma.

Kirnantoro,H.dan Maryana . 2019.anatomi fisiologi. Yogyakarta : pustaka


Nurachmah, Elly dan rida angraini. 2011. Dasar-dasar anatomi dan fisiologi
adaptasi indonesia.

Paulsen , herausgeben von fredrich dan jens waschke.2017..atlas anatomi


manusia sabotta(edisi 24).
Pearce, C. Evelyn. 2019. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka utama
Rasad, syahriar. 2005. Radiologi diagnostik. Jakata : FKUI

Utami, asih puji, sudibyo dwi saputra,dan fadli felayani. 2018. Radiologi dasar 1.
Magelang,jawa tengah : inti medika pustaka

Anda mungkin juga menyukai