I. TUJUAN PRAKTIKUM
a. Membuat yoghurt dari susu sapi dengan proses fermentasi.
b. Mengetahui prinsip proses fermentasi oleh bakteri pembuatan yoghurt.
2) Bahan
a. Susu Dancow 200 gram
b. Cimory leece 250 mL
3) Skema Kerja
Air
Dididihkan
Susu Dancow
Dipanaskan, T = 85-90oC
Larutan Susu
Didinginkan, T = 45oC
Cek pH
Bibit yoghurt
Diaduk
Dimasukkan dalam wadah
Dimasukkan dalam inkubator
T = 45oC, 24 jam
Yoghurt
Cek pH
Gula pasir, pewarna
atau essens Diaduk
S. thermophilus
Yoghurt Jadi
Pada praktikum ini akan dibuat produk susu fermentasi berupa yoghurt
yang dibuat dari bahan baku susu skim. Pada pembuatan yoghurt diawali
dengan pembuatan larutan susu dengan volume 1300 mL kemudian
dipanaskan pada suhu 85-90oC hingga volumenya berkurang. Tujuan
pemanasan ini yaitu untuk menurunkan populasi mikroba dalam susu dan
memberikan kondisi yang baik bagi pertumbuhan biakan yoghurt. Selain itu,
pemanasan susu juga bertujuan untuk mengurangi airnya, sehingga akan
diperoleh yoghurt yang lebih padat. Kemudian setelah volume susu berkurang
dari volume awal, susu didinginkan hingga suhu 45oC. Hal ini dikarenakan
suhu fermentasi yang cocok untuk pembuatan yoghurt adalah 45oC. Sebelum
ditambahkan bibit yoghurt, pH susu diukur terlebih dahulu untuk
membandingkan dengan hasil akhir yang nantinya akan didapat, apakah
pembuatan yoghurt berhasil atau tidak. pH awal susu adalah 6. Kemudian susu
dimasukkan dalam wadah, ditutup rapat, dan dimasukkan dalam inkubator
untuk proses inkubasi dengan suhu 45oC. Proses fermentasi berlangsung
selama 24 jam. Setelah proses fermentasi itu, didapatkan produk yoghurt
dengan tekstur seperti puding dengan bau dan rasa yang asam. Kemudian
dicek pHnya dan didapat pH dengan nilai 4-5. Hal ini membuktikan bahwa
yoghurt benar-benar terbentuk. Tahap akhir adalah penambahan gula pasir,
perasa, atau essens agar terbentuk yoghurt yang lebih bisa dikonsumsi dengan
enak.
Penambahan gula pasir harus dilakukan setelah yogurt selesai
difermentasi. Hal ini penting dilakukan agar gula susu (laktosa) dalam susu,
dan bukan gula pasir, yang terutama dicerna oleh bakteri yogurt. Perlakuan ini
juga untuk menjaga agar bakteri asam laktat tetap yang dominan di dalam
yogurt. Jika susu diberi banyak gula, maka ragi yang lebih mampu mengunyah
gula dibandingkan bakteri, dapat berkembang dan menghasilkan gas
karbondioksida serta alkohol. Akibatnya, yogurt akan berbau tape dan
bergelembung gas.
Komponen susu yang paling berperan dalam pembuatan yoghurt adalah
laktosa dan kasein . Laktosa digunakan sebagai sumber energi dan karbon
selama pertumbuhan biakan yoghurt dan pada prosesnya menghasilkan asam
laktat. Dengan terbentuknya asam laktat ini, keasaman susu akan meningkat
atau pH menurun. Kasein yang merupakan bagian protein yang terbanyak
dalam susu mempunyai sifat sangat peka terhadap perubahan keasaman atau
pH, sehingga dengan menurunnya pH susu sampai 4,6 akan menyebabkan
kasein tidak stabil dan terkoagulasi, kemudian terbentuklah yoghurt. Laktosa
mula-mula dihidrolisis oleh biakan menjadi glukosa dan galaktosa atau
galaktosa-6-fosfat. Selanjutnya melalui rantai glikolisis, glukosa diubah
menjadi asam laktat.
Keaktifan dari biakan yoghurt sangat dipengaruhi oleh suhu inkubasi dan
pH sekitarnya. Suhu optimum untuk pertumbuhan L. bulgaricus adalah 45oC
sedangkan S. thermophilus pada suhu 37°C. L. bulgaricus merupakan bakteri
yang mempunyai kondisi yang agak asam (pH 5,5) untuk pertumbuhan
optimumnya, sedangkan S. thermophilus menyukai kondisi pH lebih tinggi
yaitu 6,5. Oleh karena itu, pada saat biakan diinokulasikan ke dalam susu, S.
thermophilus mula-mula tumbuh dengan cepat, kemudian pada saat pH susu
turun karena terbentuknya asam laktat, L. bulgaricus tumbuh dengan baik.
Interaksi antara kedua bakteri dalam biakan yoghurt bersifat saling
menguntungkan (mutualisme). Kedua bakteri tersebut akan saling menstimulir
sehingga pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan jika masing-masing
bakteri hidup sendiri-sendiri dalam susu. Pada saat fermentasi berlangsung, L.
bulgaricus melepaskan asam-asam amino, antara lain valin, histidin, dan glisin
yang diperlukan oleh S. thermophilus untuk dapat menstimulir
pertumbuhannya. Sebaliknya S. thermophiles membantu menurunkan pH dan
menghasilkan asam format yang dapat menstimulir pertumbuhan L.
bulgaricus.
Sifat "flavor" yoghurt ditimbulkan oleh asam laktat yang khas,
sedangkan pada proses fermentasinya, L. bulgaricus menghasilkan asam laktat
dan zat-zat volatil lainnya. Oleh karena itu, perlu diawasi keaktifan bakteri
dalam menghasilkan zat-zat tersebut sesuai dengan yang diinginkan, sebab bila
biakan tidak aktif, maka bakteri lain dapat tumbuh sehingga mengakibatkan
"flavor" yang kurang enak (menyimpang) .
V. KESIMPULAN DAN SARAN
a) Kesimpulan
1. Yoghurt adalah salah satu produk hasil olahan susu fermentasi dengan
menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophilus.
2. Proses fermentasi yoghurt dimulai dengan pemecahan laktosa menjadi
glukosa dan galaktosa. Glukosa kemudian melalui proses glikolisis
diubah menjadi asam piruvat. Asam piruvat akan diubah kembali
menjadi asam laktat yang kemudian akan diproses oleh bakteri dalam
pembentukan yoghurt.
b) Saran
1. Dalam pemilihan susu bubuk harus diamati untuk proses kelancaran
dalam pembuatan yogurt.
DAFTAR PUSTAKA
Halferich, W. dan D. Westhoff. 1980 . All About Yoghurt. Prentice - Hall Inc., Englewood Cliffs, NewJersey .
Winarno, F.G . 1980 . Gula Susu dan "Lactose Intolerance" . Harian Kompas, 27 Juli .