1. Pengertian
Proses pembersihan darah dari ureum dan air pada pasien tahap akhir gagal ginjal atau pasien
yang berpenyakit akut yang butuh dialyisi waktu singkat (Nursalam, 2006). Hemodialisis
dilakukan dengan mengalirkan darah ke dialiser berisi membran selektif permeabel
(Brooker,2001). Pasien harus memiliki akses vaskular yang paten agar proses HD dapat
terpenuhi. (Surhayanto Madjid, 2008)
A. Keadaan umum
Kesadaran cenderung sadar, tergantung dari keparahan, azotemia, dapat gelisah
sampai koma
Tensi : cenderung tinggi pada gagal ginjal kronik (CKD)
Nadi : dapat normal atau takikardi pada CKD dengan anemia atau dehidrasi
Respirasi : cenderung normal, meningkat jika anemia atau edema paru
Suhu : normal, jika terjadi febris bisa berarti infeksi akses vaskular, disequlibirium
syndrome (DES) atau karena infeksi penyakit.
Nyeri : nyeri dapat terjadi pada akses vaskular atau di daerah yang terjadi gangguan
perfusi
BB : cenderung meningkat, harus dikaji apakah peningkatan BB karena cairan atau
karena BB otot pasien bertambah (BB kering)
B. Riwayat penyakit sekarang
CKD biasanya disertai dengan hipertensi, anemia, hiperkalemi, hipoalbuminemia, dapat
disertai DM, CHF, dll.
C. Riwayat penyakit dahulu
Minum obat-obat golongan obat keras dan tanpa resep, minum jamu, jarang minum,
penyakit infeksi saluran kencing yang menahun, dll.
2. Pengkajian primer
A. Airway : waspadai jika tiba-tiba terdengar suara mendengkur (stridor) saat pasien tidur,
dapat menandakan serangan Heart Failure yang tiba-tiba atau stroke hemoragic
B. Breathing : jika terdengar ronchi dan frekuensi nafas terjadi perubahan seperti kriteria
pasien sesak, kemungkinan pasien edema paru. Jika suara nafas vesikuler dan RR >28 x
permenit dapat dicurigai bahwa pasien mungkin mengalami anemia atau dehidrasi
(perhatikan pengkajian selanjutnya untuk melengkapi kecurigaan)
C. Circulation : perhatikan nadi jika ireguler, waspadai kemungkinan pasien mengalami
kelainan jantung, konsulkan atau EKG jika perlu. Nadi cepat (>100x/menit) dapat
menandakan bahwa pasien anemia atau dehidrasi (lengkapi pengkajian untuk melengkapi
kecurigaan ). Lakukan pengecekan darah rutin cito lalu kolaborasikan.
3. Pengkajian sekunder
A. Pengkajian fisik
1. Sistem respiratory
B. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
- Cek HbsAg, Anti HCV, Anti HIV `( setiap 6 bulan atau cek setiap kali ada pasien
yang travelling. Data ini harus sudah ada sejak pasien di IGD)
- UR, CR, GFR
- BUN (K/P)
- Elektrolit
- HB, trombosit ( cek setiap sebulan sekali atau jika HB kurang dari sama dengan 7,5
g/dl atau cek sesuai kondisi)
- Pt/Apt
- AGD (k/p)
2. Gangguan rasa nyaman: gatal b.d. Klien mengatakan gatal 1. Kaji warna kulit, tekstur, turgor dan
Akumulasi garam ureum pada kulit berkurang/hilang vaskularisasi untuk memberikan arah
Peningkatan kadar fosfat Kulit kering intervensi yang sesuai.
Hipersensitif terhadap heparin dan berkurang/menjadi lembab 2. Inspeksi adanya bruises, purpura dan
alat-alat dialysis dan bersih tanda infeksi untuk deteksi dini.
Perubahan tekstur kulit yang ekstrim Ureum frost ber(-) 3. Berikan lotion pelembab untuk
Kondisi kulit yang kering UFR tidak ekstrim menurunkan kekeringan kulit.
Akumulasi calsium Bekas garukan (-) 4. Berikan salicil talk.
Penurunan aktivitas kelenjar keringat Priming dan socking adekuat 5. Berikan antihistamin sesuai anjuran.
Neuropati otonomi uremikum 6. Berikan antipruritus sesuai anjuran.
Reaksi transfusi pada klien dengan 7. Anjurkan klien untuk memelihara kuku
transfusi pendek dan bersih.
8. Lakukan priming dan socking dan UF
Karakteristik dalam sirkulasi tertutup secara
Klien mengeluh gatal adekuat.
Uruem frost (+) 9. Anjurkan peningkatan BB interdialitik
Bekas garukan (+) tidak lebih dari 5% berat badan kering.
UFR ↑
Warna kulit menghitam
Pemakaian alat dialysis yang kurang
adekuat priming/soacking
Kulit kering
3. Gangguan rasa nyaman: nyeri saat Keluhan pada saat ditusuk 1. Lakukan penusukkan yang tepat dan
4. Gangguan rasa aman: penurunan Daya tahan tubuh meningkat 1. Kaji satus nutrisi, status gizi, status
daya tahan tubuh b.d. dengan criteria anemi/ zat besi.
Malnutrisi Status gizi meningkat 2. Anjurkan untuk mendapat status nutrisi
Anemia Hb > 10 mg/dl sesuai kebutuhan diet untuk klien
Terpapar zat kimia seperti Pucat (-) dengan dialysis.
desinfektan, havox, formalin. Lemas (-) 3. Lakukan priming, soacking dan ultra
Overhidrasi Tidak mengeluh filtrasi pada sirkulasi trertutup secara
mudah/sering sakit adekuat untuk mengeluarkan zat-zat
Karakteristik: kimia.
Status nutrisi rendah; massa otot 4. Anjurkan kepada klien, keluarga dan
kecil tenaga kesehatan untuk mengenakan
Hb < 10 mg/dl pelindung seperti masker, menerapkan
Pallor prinsip universal precaution agar tidak
Klien mengeluh lemas terpapar kontaminan.
Klien mengeluh sering sakit-sakitan 5. Kolaborasi untuk koreksi anemi: EPO,
terapi zat besi, dan transfusi.
6. Terapkan prinsip a/anti septic saat
penusukan, pencabutan atau
menhindari paparan terhadap darah.
7. Lakukan pengontrolan rutin terhadap
water treatment.
8. Anjuran untuk membatasi peningkatan
BB 5% berat badan kering interdialitik.
5. Gangguan rasa nyaman: kram b.d. Kram berkurang/hilang 1. Anjurkan klien untuk relaksasi,
Hipotensi dengan criteria hiperekstensi bagian tubuh yang kram.
UFR↑/penarikan cairan di bawah BB Keluhan kram berkurang 2. Lakukan distraksi, kaji penyebab kram,
kering Otot yang kram rileks ukur tekanan darah.
Kandungan sodium pada cairan Klien nampak tenang 3. Bila disertai hipotensi, berikan normal
dialisat rendah Tensi dalam batas normal salin, diikuti pemberian larutan
Hipokalsemi hipertonik dianjurkan glukosa 40%
(tidak diberikan pada klien diabetic).
Karakteristik: 4. Kolaborasi pemberian kalsium iv bila
Klien mengeluh kram hipokalsemi.
Otot pada anggota tubuh yang kram 5. Kolaborasi pemberian relaksan oral 2
nampak tegang jam sebelum dialysis.
Klien nampak kesakitan 6. Evaluasi BB kering klien, atur UF Goal
Klien nampak gelisah dengan hati-hati.
Tensi menurun 7. Anjurkan kepada klien untuk latihan
peregangan pada anggota badan yang
serting kram.
8. Atur nilai sodium pada cairan dialisat
tidak terlalu rendah.
6. Resiko terjadi hipotensi b.d. Hipotensi tidak terjadi 1. Monitor tanda vital tiap jam/ lebih
Penurunan volume darah yang dengan criteria: sering bila perlu sebagai deteksi dini
berlebihan akibat: Tanda vital dalam batas hipotensi.
1. Fluktuasi UFR normal 2. Kaji adanya keluhan mual, pusing
Karakteristik
Klien mengeluh pusing, mual, kram
Tensi menurun
UFR tinggi
Suhu dialisat rendah
Sodium dialisat terlalu rendah
Pemakan asetat dialisat
Ureum sangat tinggi
Riwayat mengkonsumsi OAH
sebelum dialysis
7. Gangguan rasa nyaman: nyeri Ekspresi wajah tenang 1. Observasi tanda vital, kaji tingkat nyeri
kepala b.d Keluhan sakit kepala 2. Anjurkan relaksasi dan lakukan distraksi
Sindroma dis-eq ringan berkurang/hilang 3. Turunkan QB sampai batas minimal
Penggunaan larutan dialisat yang Gelisah (-) (150 ml/mnt)
mengandung asetat Minum kopi terkendali 4. Ganti dialisat asetat dengan bicnat
Penarikan kafein dari darah secara Qb minimal 5. Berikan asetaminofen sesuai anjuran
mendadak bagi klien peminum kopi Menggunakan dialisat bicnat 6. Anjurkan untuk membatasi kopi
Time dialysis terkendali sebelum cuci darah
Karakteristik: 7. Hentikan dialysis bila sakit kepala tidak
Klien mengeluh sakit kepala hilang
Ekspresi wajah nampak meringis
Nampak gelisah
Riwayat peminum kopi
QB tinggi
Penggunaan dialisat asetat
Time dialysis terlalu lama
8. Gangguan rasa nyaman: nyeri dada/ Keluhan nyeri dada/ 1. Kaji tanda vital
nyeri punggung b.d. punggung berkurang/ hilang 2. Anjurkan relaksasi, lakukan distraksi,
First use syndrome Ekspresi wajah tenang atur posisi yang nyaman
9. Gangguan keseimbangan cairan : Klien mengatakan bengkak 1. Monitor peningkatan tensi, edema
berlebih b.d. berkurang/ hilang perirbital dan peripheral.
Penurunan fungsi ginjal dalam Klien mengatakan sesak 2. Auskultasi paru untuk mengidentifikasi
mengatur keseimbangan cairan dan berkurang adanya cairan dalam paru.
elektrolit Edema (-) 3. Ajarkan klien untuk pentingnya
Peningkatan BB interdialitik pengendalian dan pengukuran air dan
Karakteristik: tidak lebih dari 5% BB kering berat badan untuk mencegah
Klien mengeluh bengkak-bengkak Pola napas normal, RR overhidrasi; jumlah air yang diminum =
pada perut, wajah atau anggota Normal 500 cc + diuresis / hari.
gerak, sesak 4. Ajarkan klien tentang diet rendah
Anuri/ oliguri (+) sodium untuk mengontrol edema dan
Hipertensi (+) hipertensi.
Peningkatan BB yang signifikan 5. Ajarkan klien agar peningkatan BB
Pernapasan pendek-cepat interdialitik tidak lebih dari 5% BB
Ronchi (+), edema paru kering.
6. Berikan oksigen lembab bila sesak.
7. Lakukan UF untuk mencapai BB kering.
10. Perubahan pola nutrisi b.d. Keluhan mual-muntah, tidak 1. Monitor BB, kadar ureum, kreatinin,
Pembatasan diet napsu makan berkurang/ protein total, albumin, dan elektrolit
Mual-muntah hilang sebagai indicator dari adekuasi dialysis,
Anoreksia Protein total dan albumin status gizi dan respon terapi.
Penurunan BB kering dalam batas normal 2. Anjurkan perawatan mulut untuk
Gangguan keseimbangan elektrolit BB kering terpelihara mencegah stomatitis, membuang bau
mulut.
Karakteristik: 3. Berikan makanan porsi kecil tapi sering
Klien mengeluh mual-muntah, tidak dalam keadaan hangat.
nafsu makan 4. Anjurkan klien untuk memilih makanan
BB kering menurun yang diperbolehkan.
Bau mulut (+) 5. Berikan makanan dengan kalori 35
kcal/kgBB/hari untuk mengimbangi
proses katabolisme dialysis dan
memelihara BB kering.
6. Batasi protein 1,2 gr/kgBB/hari dan
batasi fosfat untuk mengurangi
metabolisme dan produk ureum,
kalium, fosfat dan H+
7. Berikan permen dan sejenisnya untuk
meningkatkan rasa pada klien yang
tidak menderita DM.
11. Resiko terjadi injuri: fraktur tulang Tidak terjadi fraktur tulang 1. Kaji adanya hipokalsemia, hiperfosfat,
b.d. Perlambatan penyakuit nyeri otot serta kaku sendi untuk
Gangguan absorbsi calsium tulang (+) mengetahui kemungkinan resiko
Gangguan sekresi fosfat Kadar calsium darah > 8 fraktur.
Perubahan metabolisme kalsitriol mg/dl 2. Observasi adanya nyeri tulang sebagai
indikasi adanya kerusakan tulang.
3. Lakukan ROM dan dorong klien
berambulasi untuk merangsang
osteoblas dan mengurangi reasorbsi
tulang.
4. Berikan lingkungan yang aman untuk
mengurangi resiko kecelakaan, mis
penerangan yang cukup, pegangan
tangan.
12. Intoleransi aktivitas b.d. Klien mengatakan lemas/ 1. Monitor kadar Hb dan Hct sebagai
Anemia karena kekurangan EPO lelah berkurang/ hilang indicator suplai oksigen pada klien.
Anemia hemolitikum karena uremia, Tanda vital dalam batas 2. Berikan zat besi dan EPO sesuai anjuran.
rusak oleh blood pump, rusak saat normal 3. Berikan folic acid sesudah dialysis.
keluar dari jarum karena QB yang Pallor berkurang/ hilang 4. Berikan istirahat yang cukup.
besar Hb dan Hct meningkat 5. Ajarkan klien untuk merencanakan
Anemia defisinsi besi karena darah Klien mampu melakukan kegiatan dan menghindari kelelahan.
tersangkut di dializer, blood line, aktivitas sehari-hari tanpa 6. Usahakan meminimalkan kehilangan
needle kelelahan darah selama dialysis.
Malnutrisi 7. Observasi adanya perdarahan pada
Proses katabolisme hemodialisis daerah penusukan.
8. Modifikasi heparin untuk mencegah
Karakteristik: adeanya resiko perdarahan.
Klien mengeluh lemas dan mudah
lelah
Klien nampak lelah
Pallor (+)
Tachikardi
Napas pendek
Hb dan hematokrit rendah
13. Perubahan pola eliminasi BAB: Pola defekasi normal 1. Kaji pola eliminasi BAB klien, auskultasi
konstipasi b.d. Klien mengatakan BAB lancer bising usus.
Menurunnya motilitas saluran cerna Konsistensi feces lembut 2. Dorong klien untuk melakukan ambulasi
Pembatasan air semampunya untuk meningkatkan
Modifikasi diet peristaltic usus.
Ketidakseimbangan elektrolit 3. Berikan pelembek feces sesuai anjuran.
4. Ajarkan klilen untuk menghjindari
Karakteristik: laksatif yang mengandung magnesium.
Klien mengeluh susah BAB
Klen mengatakan sudah lebih dari
tiga hari tidak BAB
Klien mengatakan BAB keras.
14. Perubahan pola eliminasi BAB: diare Pola defekasi normal dengan 1. Catat jumlah BAB untuk memonitor
b.d. criteria: kehilangan cairan dan elektrolit.
Inflamasi gastrointestinal sekunder Klien mengatakan BAB tidak 2. Monitor kadar elektrolit terutama
terhadap ureum mencret kalium, kalsium, dan bicnat saat klien
Konsistensi feces normal mengalami diare persisten
Karakteristik BAB tidak sering (1-2X/hari) 3. Anjurkan/ berikan untuk meminum
Klien mengeluh BAB mencret cairan yang mengandung elektrolit yang
Frekuensi BAB sering aman (yang mengalami deficit).
Konsistensi feces cair 4. Berikan perawatan perianal dengan
hati-hati menggunakan lotion untuk
memelihara keutuhan kulit perianal.
5. Berikan asupan cairan pengganti bila
dehidrasi.
6. Berikan antidiare sesuai anjuran.
15. Perubahan pola eliminasi BAK b.d. Pola mikturisi mengalami 1. Kaji pola eliminasi BAK klien; jumlah
Penurunan fungsi filtrasi ginjal modifikasi oleh mesin dialysis urine perhari, frekuensi BAK/ hari,
Karakter urin, keluhan saat BAK.
Karakteristik: 2. Berikan diuretic sesuai anjuran.
Klien mengatakan BAK sedikit 3. Anjurkan untuk minum sejumlah urin
Anuri (+) ditambah 500cc
Oliguri (+) 4. Lakukan penarikan ultra filtrasi sesuai
GFR < 15 cc/mnt
16. Gangguan rasa aman: cemas b.d. Cemas berkurang, tanda vital 1. Mengkaji tingkat kecemasan:
Perubahan konsep diri dalam batas normal. - Apabila ringan sampai sedang,
Ancaman fungsi peran dilanjutkan dengan penyelesaian
Ketidakpastian hasil terapi pengganti masalah (problem solving).
ginjal - Apabila berat-panik, kurangi
Batasan-batasan diet obat dan tuntutan-tuntutan pada klien,
penanganan mencegah prosedur yang tidak
Berkurangnya rasa kendali diri perlu, gunakan teknik focusing dan
relaksasi.
Karakteristik:
Perilaku yang tidak patuh 2. Mengkaji stressor tertentu terhadap
Penolakan ancaman-ancaman yang tidak spesifik
Cemas dan umum.
Mudah marah 3. Menunjukkan sikap pengertian.
Peningkatan denyut jantung, RR, dan 4. Mempertahankan cara yang santai,
tensi tidak mengancam dan empati.
Ketidakmampuan berkonsentrasi 5. Membantu mengidentifikasi mekanisme
koping yang biasa klien gunakan.
6. Identifikasi cara klien meminimalkan
stressor-stressor yang dihadapinya.
7. Berikan umpan balik realistis terhadap
ancaman nonspesifik yang dihadapi
klien.
8. Gali cara-cara klien mengontrol dirinya.
9. Gali konsep diri klien dan persepsi akan
perasaannya.
10. Berikan konsistensi terhadap apa yang
kita lakukan.
17. Ketidakberdayaan b.d. Dapat mengidentifikasi area 1. Bantu klien mengidentifikasi perasaan-
Penyakit ginjal kronis di mana klien dapat perasaan ketidakberdayaan.
Ketidakmampuan untuk melakukan melakukan kendali diri 2. Identifikasi faktor-faktor penyebab
tanggung jawab peran Ikut terlibat dalam ketidakberdayaan.
Kurangnya pengetahuan menentukan keputusan 3. Libatkan dalam pengambilan
Kehilangan kendali diri dalam penanganan klien keputusan.
sendiri 4. Bantu klien mengenali situasi yang
Menunjukkan fungsi peran dapat dan tidak dapat diubah.
yang memadai 5. Berikan dukungan terhadap
penggunaan potensi yang ada.
6. Berikan edukasi kepada klien.
18. Kesedihan yang mendalam b.d Mengekspresikan perasaan 1. Membantu klien dalam melalui proses
Hilangnya fungsi ginjal yang berhubungan dengan kesedihan:
Gagalnya alat-alat akses kehilangan a. Fase penolakan
Hilangnya fungsi peran Menyatakan realitas - Jujur mengenai hal kehilangan
kehilangan - Menyatakan bahwa
Karakteristik: Mengekspresikan pandangan penolakan adalah hal yang
Adanya ekspresi: akan masa yang akan datang normal
b. Fase kemarahan
5 Kemarahan - Toleran dan sabar terhadap
6 Penolakan sikap klien untuk mencegah
7 Rasa bersalah penggunaan mekanisme
8 Perilaku menarik diri pertahanan diri.
- Memfasilitasi klien dalam
mengekspresikan kemarahan
dalam cara yang konstruktif
dan dapat diterima.
- Mengeksplorasi perasaan
bersalah pada klien.
c. Fase penyadaran
19. Perubahan konsep diri b.d. Citra diri meningkat 1. Tunjukan penerimaan kepada klien,
Hilangnya fungsi ginjal Mengambil tanggung jawab bahwa klien adalah manusia yang
Perubahan gambaran diri peran berharga.
Perubahan peran Berpartisipasi dalam 2. Membantu klien dalam melalui
Perubahan kendali diri pengambilan keputusan perasaan kecewa akibat kehilangan.
3. Gali makna dari penyakit dan terapi
Karakteristik: bersama klien.
Perilaku tergantung 4. Bantu klien mengenali sumber
Menarik diri kecemasan yang berhubungan dengan
Mengkritik diri secara berlebih perubahan citra diri.
Ekspresi ketidakberdayaan 5. Gunakan problem solving dan role play
bersama klien untuk meminimalkan
kecemasan.
6. Fokuskan kekuatan dan potensi yang
ada pada klien.
7. Kurangi tekanan pada kegagalan dan
ketidakberdayaan.
8. Hindari pujian palsu.
9. Dorong untuk interaksi social.
20. Resiko terjadi shock hipovolemi b.d. Tidak terjadi shock 1. Observasi tanda vital tiap jam/ sesuai
UFR tinggi hipovolemik dengan kriteria keadaan, kaji keluhan.
UF di bawah BB kering Tanda vital dalam batas 2. Anjurkan untuk membatasi
Sirkulasi ekstrakorporeal normal peningkatran BB < 5% BB kering.
Perdarahan UF tidak melewati BB kering 3. Kaji ulang BB kering klien.
Sirkulasi ekstra corporeal 4. Kaji ulang pemakain ginjal dengan
Faktor resiko: minimal volume priming minimal.
Klien mengeluh pusiong
UFR Tinggi
Penurunan tensi
UF melewati BB kering
Terdapat sirkulasi ekstra corporeal
21. Resiko terjadi perdarahan b.d. Perdarahan tidak terjadi 1. Observasi tanda vital, tanda-tanda
Heparinisasi dengan criteria: perdarahan seperti petechiae, ekimosis,
Uremia Melena (-) perdaran gusi, rembesan pada luka
Anemia Petechiae (-) penusukan yang berlebihan, melena,
Hematuri (-) hematuria.
Faktor resiko: Ekimosis (-) 2. Berikan heparin dalam dosis yang aman
Pemberian heparin Perdarahan gusi (-) melalui cara pemberian yang tepat.
Kadar ureum yang tinggi Rembesan pada luka tusuk 3. Evaluasi pasca dialysis akan adanya