Bab 3 Penentuan Lithologi Batuan
Bab 3 Penentuan Lithologi Batuan
Batuan adalah agregat padat dari mineral, atau kumpulan yang terbentuk secara
alami yang tersusun oleh butiran mineral, gelas, material organik yang terubah, dan
kombinasi semua komponen tersebut. Secara umum, batuan terbagi menjadi tiga,
yaitu :
a. Batuan beku (igneous rock)
Batuan beku merupakan kumpulan interlocking agregate mineral-
mineral silikat hasil pembentukan magma yang mendingin.
b. Batuan Sedimen (sediment rock)
Batuan sedimen merupakan batuan hasil litifikasi bahan rombakan
batuan hasil denudasi atau hasil reaksi kimia.
c. Batuan Metamorf (metamorphic rock)
Batuan metamorf merupakan batuan yang berasal dari suatu batuan asal
yang mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineral pada fase
padat sebagai akibat perubahan kondisi fisika (tekanan dan temperatur).
Ketiga jenis batuan diatas adalah penyusun dari lapisan-lapisan bumi mulai
dari kerak bumi sampai inti bumi. Menurut Bates dan Jackson
(1985), litologi adalah deskripsi batuan pada singkapan berdasarkan
karakteristiknya, seperti: warna, komposisi mineral dan ukuran butir, sinonim
dengan Petrografi. Fasies merupakan suatu tubuh batuan yang memiliki kombinasi
karakteristik yang khas dilihat dari litologi, struktur sedimen dan struktur biologi
memperlihatkan aspek fasies yang berbeda dari tubuh batuan yang yang ada di
bawah, atas dan di sekelilingnya.
Fasies umumnya dikelompokkan ke dalam facies association dimana
fasies-fasies tersebut berhubungan secara genetis sehingga asosiasi fasies ini
memiliki arti lingkungan. Dalam skala lebih luas asosiasi fasies bisa disebut atau
dipandang sebagai basic architectural element dari suatu lingkungan pengendapan
yang khas sehingga akan memberikan makna bentuk tiga dimensi tubuhnya.
Menurut Slley (1985), fasies sedimen adalah suatu satuan batuan yang dapat
dikenali dan dibedakan dengan satuan batuan yang lain atas dasar geometri,
litologi, struktur sedimen, fosil, dan pola arus purbanya. Fasies sedimen merupakan
produk dari proses pengendapan batuan sedimen di dalam suatu jenis lingkungan
pengendapannya. Diagnosa lingkungan pengendapan tersebut dapat dilakukan
berdasarkan analisa faises sedimen, yang merangkum hasil interpretasi dari
berbagai data, diantaranya :
a. Geometri :
a) Regional dan lokal dari seismik
Contoh: progradasi, regresi, reef dan channel
b) Intra-reservoir dari wireline log (ketebalan dan distribusi reservoir)
b. Litologi
Dari cutting dan core (glaukonit, carboneous detritus) dikombinasi
dengan log sumur (GR dan SP).
c. Paleontologi
Dari fosil yang diamati dari cutting, bottom hole core, atau side wall
core.
d. Struktur sedimen
Dari analisa core.
3.2.2. Metode Penentuan Litologi Batuan
Metode penentuan litologi batuan terbagi menjadi dua metode yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Metode langsung yaitu menentukan litologi batuan
dengan analisa cutting yang termasuk proses dari mud logging dan analisa coring.
Metode tidak langsung yaitu dengan mengintepretasikan data dari lithology tools.
Lithologi tools ini terdiri dari caliper log, spontaneous potential log, dan gamma
ray log.
3.2.2.1. Mud Logging
Mud logging merupakan proses mensirkulasikan dan memantau
perpindahan mud dan cutting pada sumur selama pemboran (Bateman, 1985).
Menurut Darling (2005) terdapat dua tugas utama dari seorang mud logger yaitu :
a. Memantau parameter pengeboran dan memantau sirkulasi
gas/cairan/padatan dari sumur agar pengeboran dapat berjalan dengan
aman dan lancar.
b. Menyediakan informasi sebagai bahan evaluasi bagi petroleum
engineering department.
Mud-logging unit akan menghasilkan mud log yang akan dikirim ke
kantor pusat perusahaan minyak. Menurut Darling (2005), mud log tersebut
meliputi:
a. Pembacaan gas yang diperoleh dari detektor gas atau gas kromatograf.
b. Pengecekan terhadap ketidakhadiran gas beracun (H2S, SO2).
c. Laporan analisis cutting yang telah dideskripsi secara lengkap.
d. Rate of Penetration (ROP).
e. Indikasi keberadaan hidrokarbon yang terdapat di dalam sampel.
Mud log merupakan alat yang berharga untuk petrofisis dan geolog di
dalam mengambil keputusan dan melakukan evaluasi. Darling (2005) menyatakan
bahwa mud log digunakan untuk hal-hal berikut ini:
a. Identifikasi tipe formasi dan litologi yang dibor.
b. Identifikasi zona yang porous dan permeabel.
c. Picking of coring, casing, atau batas kedalaman pengeboran akhir.
d. Memastikan keberadaan hidrokarbon sampai pada tahap membedakan
jenis hidrokarbon tersebut apakah minyak atau gas.
Pekerjaan lain dari seorang mud logger adalah melakukan
deskripsi cutting. Cutting merupakan material hasil hancuran batuan oleh mata bor
yang dibawa oleh lumpur pemboran ke permukaan (Bateman,1985). Sebagian
sampel dimasukkan ke dalam plastik polyethene sebagai sampel basah sementara
sebagian sampel lain yang telah dicuci dan dikeringkan dikenal sebagai sampel
kering. Sampel yang telah dibersihkan diamati di bawah mikroskop yang ada
di mud-logging unit. Hasil deskripsi kemudian diserahkan ke kantor pusat
pengolahan data. Agar informasi tersebut berguna maka ada standart deskripsi baku
yang harus dilakukan. Darling (2005) menyatakan bahwa deskripsi tersebut harus
meliputi:
a. Sifat butir
b. Tekstur
c. Tipe
d. Warna
e. Roundness dan sphericity
f. Sortasi
g. Kekerasan
h. Ukuran
i. Kehadiran mineral jejak (misalnya pirit, kalsit, dolomit, siderit)
j. Tipe partikel karbonat
k. Partikel skeletal (fosil, foraminifera)
l. Partikel non-skeletal (lithoclast, agregat, rounded particles)
m. Porositas dan permeabelitas
1. Tipe porositas (intergranular, fracture, vuggy)
2. Permeabelitas (permeabelitas rendah, menengah, atau tinggi)
3. Deteksi hidrokarbon
3.2.2.2. Analisa Coring
Analisa inti batuan dalam teknik perminyakan pada penerapannya di
lapangan diawali dengan coring. Coring merupakan kegiatan atau usaha untuk
mendapatkan contoh batuan dari formasi bawah permukaan. Core sampel inilah
yang nantinya diuji dalam laboratorium untuk mengetahui sifat fisik batuannya.
Analisa inti batuan adalah tahapan analisa setelah contoh formasi dibawah
permukaan (core) diperoleh.
Tujuan dari analisa inti batuan adalah untuk menentukan secara langsung
informasi tentang sifat-sifat fisik batuan yang ditembus selama pemboran. Studi
dari data analisa inti batuan dalam pemboran eksplorasi dapat digunakan untuk
mengevaluasi kemungkinan dapat diproduksikan hidrokarbon dari suatu sumur,
sedangkan tahap eksploitasi dari suatu reservoir dapat digunakan untuk pegangan
melaksanakan well completion dan merupakan suatu informasi penting untuk
melaksanakan proyek secondary dan tertiary recovery. Selain itu data inti batuan
ini juga berguna sebagai bahan pembanding dan kalibrasi dari metode logging.
Prosedur analisa inti batuan pada dasarnya terdiri atas 2 bagian, yaitu :
a. Analisa inti batuan rutin
b. Analisa inti batuan spesial
Analisa inti batuan rutin umumnya berkisar tentang pengukuran porositas,
permeabilitas absolut dan saturasi fluida, sedangkan analisa inti batuan spesial
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengukuran pada kondisi statis dan
pengukuran pada kondisi dinamis. Pengukuran pada kondisi statis meliputi tekanan
kapiler, sifat-sifat listrik dan kecepatan rambat suara, grain density, wetability,
kompresibilitas batuan, permeabilitas dan porositas fungsi tekanan (Net
Overburden), dan studi petrografi. Yang termasuk pengukuran pada kondisi
dinamis meliputi : permeabilitas relatif, thermal recovery, gas residual, water flood
evaluation, liquid permeability (evaluasi completion, workover dan injection fluid
meliputi surfactant dan polymer).
3.2.2.3. Analisa Caliper Log
Caliper Log adalah pengukuran variasi diameter lubang bor saat borehole
masih dalam open case. Saat drill bit masuk mulai melakukan aktivitas pengeboran,
tentunya akan ada respon yang berbeda dari tiap litologi saat 'diterobos' oleh drill
bit, ada yang sulit (alias keras/hard rock), maka nanti lubang bor yang dihasilkan
akan sempit. Sebaliknya, jika batuan yang dibor adalah batuan yang lunak, maka
jelas sudah hasil lubang bornya akan lebar. Banyak manfaat yang dapat diambil
dari data log kaliper, yang paling utama adalah untuk menghitung volume lubang
bor pada penentuan volume semen yang akan digunakan dalam operasi cementing,
selain itu log kaliper dapat digunakan untuk pemilihan bagian gauge yang tepat
untuk setting packer, misalnya pada operasi DST. Dalam Caliper Log, dikenal
istilah-istilah sebagai berikut :
a. Caving
Diameter yang besar yang dihasilkan saat drill bit menerobos batuan
yang lunak, misalnya coal, shale atau batu lempung yang bersifat brittle
(illite & smectite) atau batuan lain yang lunak secara fisik. Batuan lunak
tersebut mudah patah dan runtuh, nah saat drill bit itu membor bagian
litologi tersebut hasilnya akan ada cave atau caving. Mud drilling
nantinya juga akan mengisi bagian caving ini.
b. Mud Cake
Mud cake biasanya terbentuk saat drill bit melewati batuan porus
permeabel. Mud cake terbentuk karena fasa fluida lumpur pemboran
masuk ke dalam formasi yang porus permeabel, hasilnya diameter
lubang bor akan menyempit pada bagian ini.
c. Swelling
Swelling biasanya disebabkan karena mineral lempung yang menyerap
air (montmorillonite). Swelling ini akan dengan cepat dikenali dengan
adanya penyempitan diameter borehole. Swelling adalah salah satu
yang dihindari saat pengeboran.
d. On Gauge
On gauge merupakan kondisi dimana diameter lubang bor = diameter
drill bit. On Gauge ini yang nantinya agak sulit untuk diinterpretasi
karena tidak muncul kenampakan khusus pada hasil caliper log.
Gambar 3.1. Data Caliper Log
(www.academia.edu)
3.2.2.4. Analisa Spontaneous Potential Log
Dari prinsip kerjanya, log SP ini dapat digunakan untuk identifikasi batuan
permeable, identifikasi lapisan serpih (non-reservoir) dan non-serpih (reservoir),
membantu korelasi litologi, dan menghitung nilai salinitas fluida formasi (Rw).
Pengukurannya berdasarkan adanya beda potensial karena perbedaan salinitas
antara lumpur pemboran (Rmf) dengan fluida formasi (Rw), dimana pada dasarnya
nilai salinitas berbanding terbalik dengan resistivitas.
Dalam interpretasinya, apabila data log SP menunjukkan kurva lurus
(tidak ada perubahan nilai) maka mengindikasikan salinitas fluida formasi sama
dengan salinitas lumpur pemboran, atau dapat juga sebagai indikasi lapisan batuan
yang pejal (tight) atau impermeable. Sedangkan apabila terdapat defleksi
grafik/perubahan nilai log SP, maka menunjukkan adanya perbedaan salinitas,
adanya lapisan batuan permeable, dan dapat diasumsikan sebagai reservoir. Dan
apabila lapisan permable tersebut mengandung saline water maka nilai Rw <<
Rmf, dan akan terjadi perubahan nilai SP yang negatif, sedangkan lapisan yang
mengandung fresh water memiliki nilai Rw >> Rmf, mengakibatkan perubahan
nilai SP positif. Dengan data log SP ini juga dapat dihitung volume shale dengan
rumus :
ASP
Vclay 1 - ........................................................................ (3-1)
ESSP