Anda di halaman 1dari 36

KELAJUAN GELOMBANG BUNYI

Sekarang, dengan bantuan gambar, kita deskripsikan pergerakan


pulsa longitudinal satu dimensi melalui pipa panjang yang
mengandung gas yang ditekan (figur17.1). piston yang berada
disebelah kiri dapat digeser ke kanan untuk menekan gas
sehingga menimbulkan gelombang pulsa. Sebelum piston
digeser, gas tidak terganggu (gas diam) dan kerapatan gasnya
homogen, seperti yang diperlihatkan oleh figur 17.1a. ketika
piston tiba-tiba digeser kekanan (figur 17.1b), gas yang berada
di depan piston dimampatkan (seperti yang diperlihatkan oleh
daerah yang berwarna gelap). Tekanan dan kerapatan gas pada
daerah dekat piston ,sekarang lebih besar daripada sebelum
piston . ketika piston sudah tidak digeser lagi atau didiamkan
(figur 17.1c) daerah gas yang dimapatkan (daerah yang
berwarna lebih gelap) bergerak ke kana, sesuai dengan
pergerakan gelombang longitudinal melalui pipa dengan
kelajuan ѵ. Perhatikan bahwa kelajuan piston tidak sama dengan
ѵ. Selain itu, daerah yang dimampatkan “tidak berdampingan”
letaknya dengan piston ketika piston sedang digeser karea
kelajuan gelombang biasanya lebih besar daripada kelajuan
piston.

Kelajuan gelombang bunyi di dalam medium perantara bergantung pada kompresibilitas dan
kerapatan medium. Jika mediumnya adalah cairan atau gas yang modulus bulk-nya adalah B dan
kerapatan ρ, maka kelajuan gelombang bunyi pada medium tersebut adalah

𝐵
Ѵ= √𝜌

(17.1)

Kelajuan gelombang bergantung pada sifat elastisitas medium modulus bulk (B) atau
tengangan tali (T) dan yang pada sifat inersia dari medium ρ atau 𝜇. Pada kenyataannya, kelajuan
gelombang mekanik sesuai dengan pernyataan dalam bentuk umum berikut :

𝑠𝑖𝑓𝑎𝑡 𝑒𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑢𝑚


Ѵ= √ 𝑠𝑖𝑓𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑒𝑟𝑠𝑖𝑎 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑢𝑚
Untuk gelombang bunyi longitudinal dalam batang padat, misalnya, kelajuan bunyi bergantung pada
modulus Young (Y) dan kerapatan (ρ).

Kelajuan bunyi juga bergantung pada suhu medium. Untuk


bunyi yang merambat di udara, hubungan antara kelajuan bunyi
dengan suhunya adalah

𝑇𝑐
Ѵ= (331m/s)√1 + 273°𝐶

Dimana 331 m/s adalah kelajuan bunyi di udara pada 0°C dan Tc
adalah suhu udara dalam derajat Celcius. Melalui persamaan ini
dapat diketahui bahwa pada 20°C kelajuan bunyi di udara adalah
sekitar 343 m/s.

Contoh 17.1 Kelajuan Bunyi dalam Cairan

1. Hitung kelajuan bunyi dalam air jika modulus bulknya 2,1


x 109 N/m2 pada suhu 0°C dan kerapatan 1,00 x 103kg/m3.
Penyelesaian :
Dengan memakai persamaan 17.1, kita peroleh

𝐵 2,1 ×109 N/m2


Ѵair = √𝜌 = √1,00 ×103 kg/m3 = 1,4 km/s

Secara umum, gelombang bunyi merambat lebih perlahan dalam cairan daripada dalam zat
padat, karena cairan lebih kompresibel daripada zat padat.

PERIODE GELOMBANG BUNYI

Kita dapat menghasilkan gelombang bunyi periodik satu dimensi dalam tabung pipa sempit
dan panjang yang mengandung gas, dengan menggunakan piston yang berosilasi pada salah satu
ujungnya, seperti yang diperlihatkan pada Figur 17.2. Daerah yang berwarna lebih gelap
merepresentasikan gas yang dimampatkan sehingga kerapatan dan tekanannya berada diatas nilai-nilai
kesetimbangan. Daerah yang di mampatkan terbentuk ketika piston ditekan kedalam tabung pipa.
Daerah yang di mampatkan disebut rapatan yang berpindah sebagai pulsa, begitu juga dengan daerah
yang dimampatkan yang berada di depannya. Ketika piston ditarik kembali, gas yang di depannya
mengembang sehingga tekanan dan kerapatan pada daerah ini berada di bawah nilai kesetimbangan
(dipresentasikan oleh daerah yang berwarna lebih terang pada Figur 17.2). Daerah bertekanan rendah
ini disebut regangan, yang juga menjalar sepanjang tabung pipa, mengikuti rapatan. Kedua daerah ini
berpindah dengan kelajuan yang sama dengan kelajuan bunyi dalam medium.

Ketika piston berosilasi secara sinusoidal, daerah rapatan dan regangan terbentuk secara
berkelanjutan. Jarak antara 2 rapatan (atau 2 regangan) sama dengan panjang gelombang (𝜆). Begitu
kedua daerah ini merambat, elemen-elemen kecil pada medium bergerak dengan gerakan harmonik
sederhana yang sejajar dengan arah perambatan gelombang. Jika s(x,t) adalah posisi dari suatu
elemen kecil, relatif terhadap posisi kesetimbangan, 1maka kita dapat merumuskan fungsi posisi
harmonik sebagai

s(x,t) = smaks cos (kx − 𝜔𝑡)


(17.2)
1
kita menggunakan s(x,t) dan bukan y(x,t) karena perpindahan elemen-
elemen mediumnya tidak tegak lurus arah x.

Dimana smaks adalah posisi maksimum dari elemen relatif terhadap


titik kesetimbangan. Ini biasa disebut dengan amplitudo
perpindahan gelombang. Parameter K adalah bilangan gelombang
dan 𝜔 adalah frekuensi sudut. Perhatikan bahwa perpindahan elemen
adalah sepanjang x dalam arah rambatan gelombang bunyi, hal itu
berarti kita sedang menggambarkan gelombang longitudinal.
Perubahan dalam tekanan gas
(∆𝑃)diukur dari nilai kesetimbangannya. Nilai ini juga bersifat
periodik. Menurut fungsi posisi pada persamaan 17.2, ∆𝑃 adalah
∆𝑃 = ∆𝑃𝑚𝑎𝑘𝑠 sin(kx – 𝜔𝑡)
(17.3)

Dimana amplitudo tekanan ∆𝑃𝑚𝑎𝑘𝑠 yang disebut sebagai perubahan maksimum dalam
tekanan dari titik kesetimbangannya, adalah

∆𝑃𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝜌ѵ𝜔𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠

(17.4)

Dengan demikian, kita lihat bahwa gelombang bunyi dapat dianggap sebagai gelombang
perpindahan atau gelombang tekanan. Perbandingan antara persamaan 17.2 dan 17.3 menunjukkan
bahwa sudut fase gelombang tekanan tertinggal 90° dari gelombang perpindahan. Grafik kedua
fungsi ini ditunjukkan pada Figur 17.3. perhatikan bahwa perubahan tekanan mencapai maksimum
ketika perpindahan dari titik kesetimbangannya adalah nol dan perpindahan dari titik
kesetimbangannya mencapai maksimum ketika beda tekanannya adalah nol.

Penurunan Persamaan 17.3

Perhatikan sebuah elemen gas berbentuk potongan cakram tipis yang penampang silangnya
berbentuk lingkaran. Elemen tersebut terletak sejajar dengan piston pada Figur 17.2. Selanjutnya
elemen akan mengalami perubahan posisi, tekanan, dan kerapatan saat gelombang bunyi merambat
melalui gas. Menurut definisi modulus bulk , perubahan tekanan gas adalah

∆ѵ
∆𝑃 = −𝐵
ѵ𝑖

Elemen ini mempunyai ketebalan ∆𝑥 pada arah horizontal dan luas penampang A, sehingga
volumenya adalah ѵ𝑖 = A∆𝑥. Perubahan volume ∆𝑣 yang sebanding dengan beda tekanan adalah
sama dengan A∆𝑠, dimana ∆𝑠 adalah selisih antara nilai s pada x. Sehingga kita dapat merumuskan
∆𝑝 sebagai berikut

∆ѵ 𝐴∆𝑠 ∆𝑠
∆𝑝 = −𝐵 = −𝐵 = −𝐵
ѵ𝑖 𝐴∆𝑥 ∆𝑥

Saat ∆𝑥 mendekati nol, perbandingan ∆𝑠/∆𝑥 menjadi 𝜕𝑠⁄𝜕𝑥 . (Turunan parsial ini menunjukkan
bahwa kita ingin mengetahui perubahasan s terhadap posisi pada waktu tertentu). Jadi,

𝜕𝑠
∆𝑝 = −𝐵
𝜕𝑥

Jika fungsi posisinya adalah sinusoidal sederhana yang dinyatakan oleh persamaan 17.2, maka kita
akan mendapatkan

𝜕
∆𝑝 = −𝐵 [𝑠 cos (kx- 𝜔𝑡)] = B𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑘𝑠𝑖𝑛 (𝑘𝑥 − 𝜔𝑡)
𝜕𝑥 𝑚𝑎𝑘𝑠

Karena modulus bulknya adalah B = 𝜌ѵ2 (Lihat persamaan 17.1) perubahan tekanannya berubah
menjadi

∆𝑝 = 𝜌ѵ2 𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑘𝑠𝑖𝑛 (𝑘𝑥 − 𝜔𝑡)

Dari persamaan 16.11, kita dapat menuliskan k = 𝜔/ѵ. Dengan demikian, ∆𝑝 dapat dinyatakan
sebagai

∆𝑝 = 𝜌ѵ𝜔𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 Sin (kx – 𝜔𝑡)


Oleh karena fungsi sinus memiliki nilai maksimum 1, maka kita ketahui bahwa nilai maksimum dari
perubahan tekanan ini adalah ∆𝑝𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝜌ѵ𝜔𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 (lihat persamaan 17.4), dan akhirnya kita
memperoleh persamaan 17.3 :

∆𝑝 = ∆𝑝𝑚𝑎𝑘𝑠 Sin (kx – 𝜔𝑡)

Contoh soal :

Sebuah gelombang merambat sepanjang dawai dinyatakan dengan

y(x,t) = 0,00327 sin(72,1x – 2,72t)

yang mana konstanta numerik adalah dalam satuan SI (0,00327m, 72,1 rad/m, dan 2,72 rad/s).
Berapakah periode gelombang tersebut?

Penyelesaian :

2𝜋
Kita menghubungkan T dengan 𝜔 dengan melalui persamaan 𝜔 = .
𝑇

Dari persamaan tersebut, diperoleh :

2𝜋 2𝜋 𝑟𝑎𝑑
T= 𝜔
= 2,27 𝑟𝑎𝑑⁄𝑠 = 2,31 s

INTENSITAS GELOMBANG BUNYI

Perhatikan sebuah elemen udara dengan massa ∆𝑚 dan ketebalan ∆𝑥 di depan piston yang
berosilasi dengan frekuensi 𝜔, seperti yang di tunjukkan pada Figur 17.4.

Piston menghantarkan energi ke elemen udara di dalam tabung, dan energi merambat keluar
dari piston dalam bentuk gelombang bunyi. Untuk menghitung jumlah energi yang dialirkan untuk
gelombang bunyi ini, kita akan menghitung energi kinetik dari elemen udara yang melakukan gerak
harmonik sederhana. Kita akan menghitung jumlah energi yang berpindah untuk gelombang pada
seutas tali.

Saat gelombang bunyi merambat dari piston, posisi semua elemen udara di depan piston
dinyatakan oleh persamaan 17.2. untuk menghitung energi kinetik dari elemen udara, kita harus
mengetahui kelajuannya. Kita memperoleh kelajuan ini dengan mencari turunan waktu dari
persamaan 17.2:

𝜕 𝜕
Ѵ(x,y) = 𝑠(𝑥, 𝑡) = [𝑠 cos(𝑘𝑥 − 𝜔𝑡)] = −𝜔𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 sin(𝑘𝑥 − 𝜔𝑡)
𝜕𝑡 𝜕𝑡 𝑚𝑎𝑘𝑠

Bayangkan kita mengambil “potret” dari gelombang pada t = 0. Energi kinetik dari elemen
udara pada waktu ini adalah

1 1 1
∆𝐾 = 2
∆𝑚(𝑣)2 = 2
∆𝑚(−𝜔𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 sin 𝑘𝑥)2 = 2
𝜌𝐴∆𝑥(−𝜔𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 sin kx)2

1
= 2 𝜌𝐴∆𝑥(𝜔𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 )2 𝑠𝑖𝑛2 𝑘𝑥

Dimana A adalah luas penampang elemen dan A∆𝑥 adalah volume. Sekarang, seperti di
Subbab 16.5, kita integralkan pernyataan ini terhadap panjang gelombang untuk memperoleh jumlah
energi kinetik pada satu panjang gelombang. Dengan membiarkan elemen udaranya menyusut sampai
ketebalan teramat kecil sehingga ∆𝑥 dx, kita memperoleh

𝜆1 1 𝜆
𝑘𝑥 = ∫ 𝑑𝑘 = ∫0 𝜌𝐴(𝜔𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 )2 𝑠𝑖𝑛2 𝑘𝑥dx = 𝜌𝐴(𝜔𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 )2 ∫0 𝑠𝑖𝑛2 𝑘𝑥𝑑𝑥
2 2

1 1 1
= 2 𝜌𝐴(𝜔𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 )2 (2𝛌) = 4 𝜌𝐴(𝜔𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 )2 𝛌

Seperti pada kasus gelombang tali, energi potensial total untuk satu panjang gelombang
besarnya sama dengan energi kinetik totalnya , sehingga energi mekanik totalnya untuk sau panjang
gelombang adalah

1
𝐸λ= 𝑘λ + 𝑈λ = 2 𝜌𝐴(𝜔𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 )2 𝛌

Saat gelombang bunyi bergerak melalui udara, inilah besarnya energi yang melewati suatu titik
tertentu selama satu periode osilasi. Jadi, laju perpindahan energinya adalah

1
∆𝐸 𝐸λ 𝜌𝐴(𝜔𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 )2 λ 1 λ 1
𝑝= ∆𝑡
= 𝑇
=2 𝑇
= 2
𝜌𝐴(𝜔𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 )2 (𝑇) = 2 𝜌𝐴(𝜔𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 )2 𝛌

Dimana Ѵ adalah kelajuan bunyi di udara.


Kita definisikan I, yaitu Intensitas gelombang atau daya per satuan luas, sebagai laju perpindahan
energi dari gelombang yang berpindah melalui suatu satuan luas A yang tegak lurus dengan arah
rambat gelombang.

𝑃
I=
𝐴

(17.5)

Jadi dalam kasus ini, intensitasnya adalah

𝑃 1
I= = 𝜌Ѵ(𝜔𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 )2
𝐴 2

Dengan demikian, kita melihat bahwa intensitas sebuah gelombang bunyi yang periodik
sebanding dengan kuadrat amplitudo perpindahan dan sebanding dengan kuadrat frekensi sudutnya
(seperti kasus gelombang tali yang periodik), kondisi tersebut dapat juga dituliskan dalam amplitudo
tekanan ∆𝑃𝑚𝑎𝑘𝑠 dalam kasus ini, kita menggunakan persamaan 17.4 untuk memperoleh

∆𝑃2𝑚𝑎𝑘𝑠
I=
2𝜌Ѵ

(17.6)

Sekarang, perhatikan suatu sumber titik yang memancarkan gelombang bunyi yang sama ke
semua arah. Dari pengalaman sehari-hari, kita mengetahui bahwa intensitas bunyi berkurang begitu
kita bergerak menjauhi sumber. Kita identifikasikan sebuah bola khayal yang raidusnya r yang
berpusat pada sumber. Ketika sumber memancarkan bunyi yang sama ke semua arah, kita gambarkan
hasilnya sebagai gelombang bola.

Daya rata-rata 𝑝𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 yang dipancarkan oleh sumber, pasti terdistribusi merata pada permukaan
bola dengan luas permukaan 4𝜋𝑟 2 . Oleh sebab itu, intensitas gelombang pada jarak r dari sumber
adalah

𝑝𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
𝐼= 𝐴
= 4𝜋𝑟 2
(17.7)

Hukum invers kuadrat ini, yang mengingatkan kita pada sifat gravitasi di Bab 13, menyataka bahwa
intensitas berkurang sebanding dengan kuadrat jarak dari sumber.

Contoh Soal

Sumber titik memancarkan gelombang bunyi dengan keluaran daya rata-rata 80,0 W. Hitung
intensitasnya pada jarak 3,00 m dari sumber.
Penyelesaian :

Suatu sumber titik memancarakan energi dalam bentuk gelombang bola. Dengan menggunakan
persamaan 17.7, kita peroleh

𝑃𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 80,0 𝑊
I= = = 0,707 𝑊 ⁄𝑚2
4𝜋𝑟 2 4𝜋(3,00 𝑚)2

Intensitas ini cukup dekat dengan ambang sakit.

EFEK DOPPLER

Frekuensi bunyi yang Anda dengar pada saat kendaraan mendekati Anda adalah lebih tinggi daripada
frekuensi yang Anda dengar pada saat kendaraan bergerak meninggalkan Anda. Ini adalah salah satu
contoh dari efek Doppler.

Untuk memahami apa yang menyebabkan perubahan frekuensi yang dirasakan ini, bayangkan
Anda berada di dalam perahu yang sedang menautkan jangkarnya di laut tenang dimana
gelombangnya memiliki periode T= 3,0 s. Ini berarti bahwa pada setiap 3,0 detik, puncak gelombang
menabrak perahu anda. Figur 17.7a menujukkan situasi ini, dengan gelombang air bergerak ke kiri.
Jika Anda tentukan bahwa t = 0 saat satu puncak gelombang menabrak perahu Anda, maka 3,0 detik
kemuadian barulah puncak gelombang berikutnya menabrak perahu anda kembali. Pada detik
keenam, puncak gelombang yang kedua datang lalu menabrak dan seterusnya. Dari pengamatan
ini,Anda menyimpulkan bahwa frekuensi gelombang adalah 𝑓 = 1⁄𝑇 = 1⁄(3,0 𝑠) = 0,33 Hz.
sekarang perhatikan, Anda menghidupkan motor perahu Anda dan mengarahkannya menuju
gelombang yang mendekat, seperti pada Figur 17.7b. kembali anda menentukan bahwa t = 0 adalah
pada saat puncak gelombang menabrak bagian depan perahu Anda. Akan tetapi, karena sekarang
Anda bergerak menuju puncak gelombang berikutnya begitu gelombang bergerak menuju Anda,
puncak gelombang itu menabrak Anda dalam waktu kurang dari 3.0 s setelah tabrakan yang pertama.
Dengan kata lain, periode yang Anda amati sekarang lebih pendek daripada periode 3,0s yang Anda
amati ketika Anda diam. Oleh karena 𝑓 = 1⁄𝑇, maka frekuensi gelombangnya lebih tinggi daripada
ketika anda diam.

Jika Anda memutar dan bergerak dengan arah gelombang (lihat Figur 17.7c), Anda akan
mengamati efek yang merupakan kebalikannya. Anda tentukan t = 0 adalah pada saat puncak
gelombang menabrak bagian belakang perahu. Karena Anda sedangbergerak meninggalkan puncak
gelombang berikutnya, dibutuhkan waktu lebih dari 3,0s untuk puncak gelombang yang kedua
menyentuh perahu Anda. Dengan demikian, Anda mengamati frekuensi yang lebih rendah daripada
ketika Anda diam.

Efek-efek ini terjadi karena kelajuan relatif antara perahu Anda dan gelombang bergantung
pada arah gerak dan kelajuan perahu. Ketika Anda sedang bergerak menuju ke kanan dalam figur
17.7b, kelajuan relatif lebih tinggi daripada kelajuan gelombang, akan membuat kita mengamati
frekuensi yang bertambah. Ketika Anda berbalik arah dan bergerak ke kiri, kelajuan relatifnya lebih
rendah, begitu pula frekuensi gelombang laut yang kita amati.

Sekarang, mari kita telaah situasi yang serupa dengan gelombang bunyi. Disini, gelombang
air menjadi gelombang bunyi, air menjadi udara, dan orang yang didalam kapal menjadi pengamat
yang mendengarkan bunyi. Dalam kasus ini, seorang pengamat O sedang bergerak dan sumber bunyi
S diam. Sederhananya, kita mengasumsikan bahwa udara juga diam dan pengamat bergerak langsung
menuju sumber (Figur 17.8). pengamat bergerak dengan kelajuan 𝑣0 menuju titik sumber yang
stasioner (𝑣𝑠 = 0). Istilah stasioner berarti tidak bergerak relatif terhadap mediumnya, yakni udara.

Jika sebuah sumber titik memancarkan


gelombang bunyi dan mediumnya adalah homogen, maka gelombang akan bergerak pada kelajuan
yang sama ke semua arah radial meninggalkan sumber bunyi; ini adalah gelombang bola, seperti yang
telah disebutkan dalam Subbab 17.3. Akan bermanfaat jika kita representasikan gelombang ini dengan
deretan busur melingkar yang berpusat pada sumber, seperti pada figur 17.8. masing-masing busur
lingkaran merepresentasikan sebuah permukaan yang fase gelombangnya konstan. Sebagai contoh,
permukaan dapat melintasi puncak-puncak dari semua gelombang. Kita sebut permukaan yang
fasenya konstan ini sebagai muka gelombang. Jarak antara muka gelombang yang bersebelahan sama
dengan panjang gelombang (𝛌) . pada Figur 17.8. lingkaran-lingkarannya dalah perpotongan dari
muka gelombang tiga dimensi dengan bidang kertas yang dua dimensi.

Kita misalkan frekuensi sumber pada Figur 17.8 sebagai 𝑓 , panjang gelombang 𝛌, dan
kelajuan gelombang Ѵ, jika pengamat juga diam, ia akan medeteksi muka gelombang dengan laju 𝑓.
(Artinya, ketika 𝑣𝑜 = 0 dan 𝑣𝑠 = , frekuensi yang diamati sama dengan frekuensi sumber). Ketika
pengamat bergerak mendekati sumber, kelajuan gelombang relatif terhadap pengamat adalah 𝑣 ′ =
𝑣 + 𝑣𝑂 untuk kasus perahu, tetapi panjang gelombangnya 𝛌, tidak berubah. Oleh sebab itu, dengan
menggunakan Persamaan 𝑣 = λ𝑓, kita dapat mengatakan bahwa frekuensi 𝑓′ yang di dengar oleh
pengamat bertambah dan dinyatakan oleh

𝑣′ 𝑣 + 𝑣𝑂
𝑓′ = =
λ λ

Karena λ = v/𝑓, kita dapat menyatakan 𝑓′ sebagai

𝑣+ 𝑣𝑂
𝑓′ = ( 𝑣
)𝑓 (pengamat mendekati sumber) (17.9)

Jika pengamat menjauhi sumber, maka kelajuan gelombang realtif terhadap pengamat adalah 𝑣 ′ =
𝑣 − 𝑣𝑂 . Frekuensi yang terdengar oleh pengamat dalam kasus ini berkurang dan dinyatakan oleh

𝑣− 𝑣𝑂
𝑓′ = ( )𝑓 (pengamat menjauhi sumber) (17.10)
𝑣

Secara umum, ketika seorang pengamat bergerak dengan kelajuan 𝑣𝑂 relatif terhadap sumber
yang stasioner, frekuensi yang di dengar oleh pengamat dinyatakan oleh Persamaan 17.9, dengan
kesepakatan tanda sebagai berikut: nilai positif disubtitusikan untuk 𝑣𝑂 ketika pengamat mendekati
sumber dan nilai negatif disubtitusikan untuk 𝑣𝑂 menjauhi sumber.

Sekarang, kita perhatikan situasi dimana sumber sedang bergerak dan pengamatnya diam.
Jika sumber bergerak langsung mendekati pengamat A pada Figur 17.9a, maka muka gelombang yang
di dengar oleh pengamat lebih berdekatan daripada jika sumbernya tidak bergerak. Sebagai akibatnya,
panjang gelombang λ′ yang diukur oleh pengamat A lebih pendek daripada panjang gelombang λ dari
sumber. Selama setiap getaran, yang berlangsung dalam selang waktu T (Periode), sumbernya
bergerak sejauh 𝑣𝑠 𝑇 = 𝑣𝑠 / 𝑓 dan panjang gelombannya diperpendek sejumlah ini. Jadi, panjang
gelombang yang diamati, λ′ adalah

vs
λ′ = λ − ∆λ = λ −
𝑓

Karena λ = 𝑣/𝑓, frekuensi 𝑓′ yang didengar oleh pengamat A adalah

𝑣 𝑣 𝑣
𝑓′ = = =
λ′ λ−(vs /𝑓) (𝑣⁄𝑓) − (vs ⁄𝑓)

𝑣
𝑓′ = (𝑣− vs )
𝑓 ( sumber mendekati pengamat)

(17.11)

Jadi, frekuensi yang diamati meningkat ketika sumber mendekati pengamat.

Ketika sumber menjauhi pengamat yang stasioner, seperti pada kasus pengamat B dalam
Figur 17.9a, pengamat mengukur panjang gelombang λ′ yang lebih besar daripada λ dan mendengar
frekuensi yang menurun:

𝑣
𝑓′ = (𝑣− vs )
𝑓 (sumber menjauhi pengamat) (17.12)
Kita dapat merumuskan hubungan umum untuk frekuensi yang diamati ketika sumber sedang
bergerak dan pengamat diam seperti pada persamaan 17.11, dengan kesepakatan tanda yang sama
diterapkan untuk vs dan juga untuk vO . Nilai positif disubtitusikan untuk vs ketika sumber mendekati
pengamat dan nilai negatif disubtitusikan untuk vs ketika sumber menjauhi pengamat.

Akhirnya, kita menemukan hubungan umum berikut untuk frekuensi yang diamati :

𝑣 + vO
𝑓′ = ( )𝑓
𝑣 − vs

(17.13)

Dalam pernyataan ini, tanda untuk nilai-nilai yang disubtitusikan untuk vO dan vs bergantung pada
arah kelajuannya. Nilai positif digunakan untuk pergerakan pengamat atau sumber mendekati yang
lainnya dan tanda negatif untuk pergerakan salah satu menjauhi yang lainnya.

Kaidah yang tepat untuk anda ingat ketika bekerja dengan semua soal efek Doppler adalah
sebagai berikut :

 Kata mendekati diartikan sebagai meningkatnya frekuensi yang diamati. Kata menjauhi
diartikan sebagai menurunnya frekuensi yang diamati.

Meskipun efek Doppler paling sering kita amati dalam kasus gelombang bunyi, fenomena ini
juga berlaku untuk semua gelombang. Sebagai contoh, pergerakan relatif dari sumber dan pengamat
menghasilkan pergeseran frekuensi dalam gelombang cahaya. Efek Doppler digunakan sistem radar
polisi untuk mengukur kelajuan kendaraan bermotor. Demikian juga, para astronom menggunakan
efek Doppler untuk menentukan kelajuan bintang, galaksi, dan benda luar angkasa realtif terhadap
bunyi.

Contoh soal :

Sebuah kapal selam (A) bergerak dengan kelajuan 8,00 m/s, memancarkan gelombang sonar pada
frekuensi 1.400 Hz. Kelajuan bunyi di air adalah 1533 m/s. Kapal selam kedua (B) ditempatkan
sedemikian hingga kedua kapal selam bergerak berhadapan satu sama lain, kapal selam kedua
bergerak dengan kelajuan 9,00 m/s. Berapa frekuensi yang dideteksi oleh pengamat yang berada
dalam kapal selam B pada saat kedua kapal selam saling mendekati ?

Penyelesaian :

Kita penggunakan persamaan 17.13 untuk mendapatkan pergeseran frekuensi akibat efek Doppler.
Pada saat kedua kapal selam saling mendekat, pengamat dalam kapal selam B mendengarfrekuensi
𝑣 + vO
𝑓′ = ( )𝑓
𝑣 − vs

(1533𝑚⁄𝑠 +(+9,00𝑚⁄𝑠)
= [ 1533𝑚⁄𝑠 − (+8,00𝑚⁄𝑠) ] (1400 Hz) = 1416 Hz

GELOMBANG BERDIRI

Ketika Anda berteriak di dekat dinding bangunan atau berteriak di pinggir jurang menghadap
gunung, gelombang bunyi akan dipantulkan oleh permukaan tegar pada dinding atau gunung sehingga
terjadi gema. Jika kalian menyentakkan salah satu ujung tali yang ujung lainnya diikatkan pada
penopang, maka pulsa yang menjalar sepanjang tali akan dipantulkan kembali mendekati kalian.
Peristiwa ini menunjukkan bahwa gelombang datang dan gelombang pantul saling berinteraksi dalam
medium yang sama. Peristiwa semacam ini dinamakan interferensi.

Interferensi gelombang merupakan salah satu sifat-sifat umum gelombang. Semua jenis
gelombang, baik transversal maupun longitudinal, memiliki sifat-sifat yang sama.

A. Superposisi Gelombang
Apa yang terjadi apabila dua atau lebih gelombang yang sejenis merambat dalam medium
yang sama, misalnya dua gelombang bunyi bersama-sama merambat di udara. Sebenarnya banyak
sekali fenomena-fenomena gelombang yang menarik di alam yang tidak dapat dijelaskan oleh suatu
gelombang tunggal yang merambat. Untuk memudahkan pembahasan, kita akan meninjau dua pulsa
gelombang yang merambat pada tali. Gambar 2.1 menunjukkan dua pulsa gelombang pada tali yang
merambat dalam arah berlawanan. Ketika kedua pulsa itu berinteraksi, pergeseran tali sama dengan
jumlah aljabar dari pergeseran masing-masing pulsa. Setelah keduanya berinteraksi, kedua pulsa
meneruskan perambatannya tanpa mengalami perubahan bentuk.
Gambar 2.1 Dua pulsa gelombang merambat pada arah berlawanan sepanjang tali yang teregang. Setelah
berinteraksi, kedua pulsa meneruskan perambatannya tanpa mengalami perubahan bentuk.

Jadi, jika ada dua gelombang atau lebih menjalar dalam medium yang sama, maka pergeseran
totalnya merupakan jumlah pergeseran dari masing-masing gelombang. Hal ini dikenal sebagai
prinsip superposisi. Secara matematis, jika y1 ( x, t ) dan y 2 ( x, t ) berturut-turut menunjukkan fungsi
gelombang dari dua gelombang tali yang merambat dalam medium yang sama, maka pergeseran tali
ketika dua gelombang itu berinteraksi memenuhi persamaan

y( x, t )  y1 ( x, t )  y2 ( x, t ). (2-1)

Prinsip superposisi merupakan konsekuensi logis dari persamaan gelombang yang bersifat
linear untuk pergeseran transversal kecil. Dengan alasan ini pula prinsip superposisi juga sering
disebut sebagai prinsip superposisi linier. Untuk sistem fisika yang mediumnya tidak memenuhi
hukum Hooke, persamaan gelombangnya disebut gelombang non linier dan prinsip superposisi
menjadi tidak berlaku.

Prinsip superposisi memegang peranan penting pada semua jenis gelombang. Apabila seorang
teman berbicara dengan Anda yang sedang mendengarkan musik dari pengeras suara stereo, Anda
dapat membedakan antara bunyi pembicaraan dan suara musik. Hal ini terjadi karena gelombang
bunyi total yang sampai di telinga Anda merupakan jumlah aljabar dari gelombang yang dihasilkan
oleh suara teman Anda dan gelombang yang dihasilkan oleh pengeras suara stereo. Jika dua
gelombang bunyi tidak bergabung secara linear, suara yang Anda dengar menjadi campur-aduk dan
kacau-balau. Prinsip superposisi juga memungkinkan kita dapat mendengarkan nada-nada yang
dimainkan oleh setiap alat musik dalam pertunjukkan konser musik, meskipun gelombang bunyi dari
seluruh alat konser yang sampai ke telinga itu sangat kompleks.

B. Interferensi Gelombang
Superposisi dua atau lebih gelombang sinusoidal disebut interferensi. Hasil interferensi
gelombang-gelombang sinusoidal ini bergantung pada beda fase di antara gelombang-gelombang
yang berinterferensi. Kita akan membahas dua gelombang yang frekuensi, amplitudo, dan laju sama
yang merambat ke arah sumbu- x positif, tetapi kedua gelombang itu memiliki beda fase  .
Diandaikan dua gelombang itu berturut-turut memiliki fungsi gelombang
y1 ( x, t )  A sin( kx  t   ), (2-2)

dan

y2 ( x, t )  Asin( kx  t ). (2-3)

Persamaan (2-2) dapat dinyatakan dalam bentuk

   
y1 ( x, t )  A sin k  x    t  (2-4a)
  k 

atau

   
y1 ( x, t )  A sin kx    t  . (2-4b)
   

Persamaan (2-4a) dan Persamaan (2-3) menunjukkan bahwa kedua gelombang itu mengalami
pergeseran satu sama lain sepanjang sumbu- x yang jaraknya  / k . Persamaan (2-4a) dan Persamaan
(2-3) menunjukkan bahwa pada titik x tertentu kedua gelombang itu menimbulkan gerak harmonik
sederhana dengan beda waktu sebesar  / .

Selanjutnya, kita akan menentukan gelombang resultan, yaitu jumlah dari Persamaan (2-2)
dan Persamaan (2-3). Dengan menggunakan prinsip superposisi, diperoleh

y( x, t )  y1 ( x, t )  y2 ( x, t )  Asin( kx  t   )  sin( kx  t ).

Dengan menggunakan rumus trigonometri, yaitu

sin A  sin B  2 sin 12 ( A  B) cos 12 ( A  B),


diperoleh

y( x, t )  A2 sin 12 (kx  t    kx  t ) cos 12 (kx  t    kx  t )

    
y ( x, t )  A2 sin  kx  t   cos 
  2 2

atau

   
y ( x, t )   2 A cos  sin  kx  t  . (2-5)
 2  2

Gelombang resultan ini menunjukkan sebuah gelombang baru yang memiliki frekuensi dan
bilangan gelombang yang sama dengan gelombang mula-mula, tetapi memiliki amplitudo
2 A cos( / 2). Jika beda fase  antara y1 ( x, t ) dan y2 ( x, t ) sangat kecil dibandingkan dengan

180 o , maka amplitudo resultannya mendekati nilai 2 A, sebab untuk  sangat kecil

cos( / 2)  cos 0 o  1. Jika   0 o maka kedua gelombang itu memiliki fase yang sama. Artinya,
puncak gelombang y1 ( x, t ) akan bersesuaian dengan puncak gelombang y 2 ( x, t ) dan lembah

gelombang y1 ( x, t ) akan bersesuaian dengan lembah gelombang y 2 ( x, t ). Jika hal ini terjadi, antara

y1 ( x, t ) dan y2 ( x, t ) terjadi interferensi konstruktif dan amplitudo resultannya persis sama dengan
dua kali amplitudo masing-masing gelombang. Sebaliknya, jika beda fase  antara y1 ( x, t ) dan

y2 ( x, t ) mendekati 180 o , maka amplitudo resultannya hampir sama dengan nol. Hal ini terjadi
karena untuk   180 o , cos( / 2)  cos 90 o  0. Jika   180 o , maka puncak gelombang y1 ( x, t )

akan bersesuaian dengan lembah gelombang y 2 ( x, t ) dan lembah gelombang y1 ( x, t ) akan

bersesuaian dengan puncak gelombang y 2 ( x, t ). Jika hal ini terjadi, antara y1 ( x, t ) dan y 2 ( x, t )
terjadi interferensi destruktif dan amplitudo resultannya sama dengan nol. Gambar 2.2(a)
menunjukkan superposisi dua gelombang dengan beda fase   0 o , sedangkan Gambar 2.2(b)

menunjukkan superposisi dua gelombang dengan beda fase   180 o.


Gambar 2.2 (a) Superposisi dua gelombang yang frekuensi dan amplitudonya sama serta (hampir) sefase
menghasilkan sebuah gelombang yang amplitudonya (hampir) dua kali amplitudo masing-masing gelombang.
o
(b) Superposisi dua gelombang yang frekuensi dan amplitudonya sama serta berbeda fase mendekati 180
menghasilkan sebuah gelombang yang amplitudonya (hampir) sama dengan nol. Perhatikan bahwa panjang
gelombang hasil superposisi dalam setiap kasus tidak berubah.

Kita dapat juga menjumlahkan gelombang-gelombang yang memiliki panjang gelombang


sama, tetapi amplitudonya berbeda. Dalam kasus ini, resultan gelombangnya memiliki panjang
gelombang yang sama dengan panjang gelombang komponen-komponennya, tetapi resultan
amplitudonya tidak memiliki bentuk sederhana sebagaimana dirumuskan oleh Persamaan (2-5).
Mengapa demikian? Jika dua gelombang yang dijumlahkan memiliki amplitudo A1 dan A2 dan

kedua gelombang itu sefase, maka resultan amplitudonya adalah A1  A2 . Sebaliknya, jika kedua

gelombang itu berbeda fase 180 , maka amplitudo resultannya adalah A1  A2 .


o

Gambar 2.3 menunjukkan contoh interferensi gelombang. Dua pengeras suara yang
dijalankan sefase oleh penguat, memancarkan gelombang bunyi sinusoidal identik dengan frekuensi
yang sama. Pada titik P ditempatkan mikrofon yang berjarak sama dari kedua pengeras suara. Puncak
gelombang yang dipancarkan oleh dua pengeras suara pada waktu yang sama menempuh jarak yang
sama, sehingga sampai di titik P pada waktu yang sama. Jadi, kedua gelombang itu sefase dan di P
terjadi interferensi saling memperkuat (konstruktif). Amplitudo gelombang total di P adalah dua kali
amplitudo gelombang komponennya.

Gambar 2.3 Dua pengeras suara dijalankan oleh penguat yang sama,
sehingga gelombang yang dipancarkan oleh kedua pengeras suara itu sefase.
Sekarang mikrofon digerakkan ke titik Q di mana jarak dari kedua pengeras suara ke
mikrofon berbeda sebesar 1
2  . Jadi, kedua gelombang itu sampai di Q dengan beda lintasan sebesar
setengah periode atau berlawanan fase. Artinya, puncak positif dari satu pengeras suara tiba pada
waktu yang bersamaan dengan puncak negatif dari pengeras suara yang lain. Dalam hal ini di Q
terjadi interferensi saling memperlemah (destruktif) dan amplitudo yang diukur mikrofon itu jauh
lebih kecil daripada satu pengeras suara saja. Jika amplitudo dari kedua pengeras suara itu sama,
kedua gelombang itu akan saling meniadakan di Q dan amplitudo totalnya sama dengan nol.

Interferensi konstruktif terjadi jika beda lintasan yang dilalui oleh kedua gelombang adalah
0,  , 2 , 3 , ... atau n ( n  bilangan cacah). Dalam hal ini kedua gelombang sampai di mikrofon
sefase. Jika beda lintasan yang dilalui oleh kedua gelombang adalah 1
2  , 32  , 52  , ... atau (n  12 ) (
n  bilangan cacah), maka gelombang-gelombang itu tiba di mikrofon berlawanan fase dan terjadi
interferensi destruktif.

Contoh Soal 2.1

Gambar 2.4 menunjukkan dua pengeras suara A dan B yang dijalankan oleh penguat suara yang sama
sehingga keduanya mampu memancarkan gelombang sinusoidal sefase. Laju perambatan bunyi di
udara 350 m/s. Pada frekuensi berapakah supaya di P terjadi interferensi (a) konstruktif dan (b)
destruktif?

Gambar 2.4 Contoh Soal 2.1.

Penyelesaian

Sifat interferensi di P bergantung pada beda lintasan dari titik A dan B ke titik P. Jarak dari pengeras
suara A dan B ke titik P berturut-turut adalah
x AP  (2,00 m) 2  (4,00 m) 2  4,47 m

x BP  (1,00 m) 2  (4,00 m) 2  4,12 m.

Dengan demikian, beda lintasan itu adalah

d  x AP  xBP  4,47 m  4,12 m  0,35 m.

(a) Interferensi konstruktif terjadi apabila beda lintasan d  0,  , 2 , .... Akan tetapi,   v / f

sehingga d  0, v / f , 2v / f , ...  nv / f . Jadi, frekuensi yang mungkin supaya di P terjadi


interferensi konstruktif adalah

nv 350 m/s
fn  n (n  1, 2, 3, ...)
d 0,35 m

f n  1.000 Hz, 2.000 Hz, 3.000 Hz, ...

(b) Interferensi destruktif terjadi jika beda lintasan d   / 2, 3 / 2, 5/2, .... Akan tetapi,

  v / f sehingga d  v / 2 f , 3v / 2 f , 5v / 2 f , ... Jadi, frekuensi yang mungkin supaya di P


terjadi interferensi destruktif adalah

nv 350 m/s
fn  n (n  1, 3, 5, ...)
2d 2(0,35 m)

f n  500 Hz, 1.500 Hz, 2.500 Hz, ...

Contoh Soal 2.2

Gambar 2.5 menunjukkan dua pengeras suara yang dijalankan oleh penguat suara yang sama sehingga
masing-masing pengeras suara mampu memancarkan gelombang sinusoidal dengan frekuensi 2.000
Hz. Dua pengeras suara itu terpisah sejauh 3 m satu sama lain. Seorang pendengar mula-mula di O
dan berada pada jarak 8 m, seperti ditunjukkan pada diagram. Titik C merupakan titik tengah di antara
dua pengeras suara, dengan CO tegak lurus OP. Laju perambatan bunyi di udara pada saat itu adalah
330 m/s. Berapa jauhkah pendengar itu harus berjalan sepanjang garis OP supaya ia mendengar
interferensi destruktif yang pertama?
P

3m C O

r

Gambar 2.5 Contoh Soal 2.2.

Penyelesaian

Laju perambatan bunyi di udara adalah v  330 m/s dan frekuensi yang dipancarkan oleh pengeras
suara adalah f  2.000 Hz, sehingga panjang gelombangnya adalah

v 330 m/s
   0,165 m.
f 2.000 Hz

Interferensi destruktif yang pertama terjadi ketika beda lintasan kedua gelombang bunyi,
r  r2  r1  12 . Jadi,

r  r2  r1  12   12 (0,165 m)  0,0825 m.

Berdasarkan Gambar 2.5 untuk sudut  kecil, dua sudut  pada diagram sama besar. Dengan
demikian, untuk segitiga siku-siku kecil berlaku

r 0,0825 m
sin     0,0275 atau   1,58 o.
3m 3m

Untuk segitiga besar berlaku tan   y / 8 , sehingga

y  (8 m)tan 1,58o  0,22 m.

Oleh karena itu, pendengar akan mendengar interferensi destruktif yang pertama pada posisi
y  0,22 m.
C. Gelombang Berdiri pada Tali
Kita telah membicarakan refleksi (pemantulan) pulsa gelombang pada tali bila pulsa itu
sampai di titik batas, baik ujung tetap maupun ujung bebas. Sekarang kita akan membicarakan apa
yang terjadi apabila gelombang sinusoidal direfleksikan oleh ujung tetap tali. Kita akan membahas
persoalan ini dengan meninjau superposisi dari dua gelombang yang merambat sepanjang tali: satu
gelombang mengatakan gelombang datang dan gelombang yang lain menyatakan gelombang yang
direfleksikan di ujung tetap.

Gambar 2.9 menunjukkan seutas tali yang ujung kirinya diikatkan pada penopang (ujung
tetap). Ujung kanan tali itu digerakkan naik-turun dengan gerak harmonik sederhana sehingga
menghasilkan gelombang berjalan ke kiri. Selanjutnya, gelombang yang direfleksikan di ujung tetap
itu merambat ke kanan. Apa yang terjadi apabila kedua gelombang itu bergabung? Pola gelombang
yang dihasilkan apabila kedua gelombang itu bergabung ternyata tidak lagi seperti dua gelombang
yang berjalan dengan arah berlawanan, tetapi tali itu tampak seperti terbagi-bagi menjadi beberapa
segmen, seperti tampak pada foto yang ditunjukkan pada Gambar 2.9(a), 2.9(b), dan 2.9(c). Gambar
2.9(d) menunjukkan bentuk sesaat tali pada Gambar 2.9(b). Pada gelombang yang merambat
sepanjang tali, amplitudonya tetap dan pola gelombang merambat dengan laju yang sama dengan laju
gelombang. Untuk gelombang yang disajikan pada Gambar 2.9, pola gelombang tetap dalam posisi
yang sama sepanjang tali dan amplitudonya berubah-ubah. Ada titik-titik tertentu yang sama sekali
tidak bergerak (amplitudo sama dengan nol). Titik-titik ini dinamakan simpul dan ditandai dengan S,
sedangkan di titik tengah di antara dua titik simpul terdapat titik perut dan ditandai dengan P (Gambar
2.9(d)). Di titik perut amplitudonya maksimum. Pada titik simpul terjadi interferensi destruktif,
sedangkan pada titik perut terjadi interferensi konstruktif. Jarak antara dua titik simpul yang berurutan
sama dengan jarak antara dua titik perut yang berurutan, yaitu 1
2  . Bentuk gelombang seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.9 tidak bergerak sepanjang tali, sehingga gelombang ini disebut
gelombang berdiri (gelombang stasioner).

(a) (b) (c)

(d)
Gambar 2.9 (a)-(c) Gelombang-gelombang berdiri pada tali yang diregangkan. Dari (a) ke (c) frekuensi getaran
di ujung kanan bertambah, sehingga panjang gelombang dari gelombang berdiri itu berkurang. (d) Perbesaran
gerak gelombang berdiri pada (b).

Kita dapat menurunkan fungsi gelombang berdiri dengan cara menjumlahkan fungsi
gelombang y1 ( x, t ) dan y 2 ( x, t ) yang memiliki amplitudo, periode, dan panjang gelombang yang

sama yang merambat dalam arah berlawanan. Fungsi gelombang y1 ( x, t ) menyatakan gelombang

datang yang merambat ke kiri sepanjang sumbu-x positif dan ketika sampai di x  0 direfleksikan,
sedangkan fungsi gelombang y 2 ( x, t ) menyatakan gelombang yang direfleksikan yang merambat ke

kanan dari x  0. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, gelombang yang direfleksikan pada
ujung tetap akan terbalik. Dengan demikian,

y1 ( x, t )  Asin( t  kx) (gelombang merambat ke kiri),

y2 ( x, t )   A sin( t  kx) (gelombang merambat ke kanan).

o
Perhatikan bahwa perubahan tanda ini bersesuaian dengan perubahan fase sebesar 180 atau
 rad. Pada x  0 gerakan gelombang yang merambat ke kiri adalah y1 (0, t )  A sin t dan gerak
gelombang yang merambat ke kanan adalah y2 (0, t )   A sin t  A sin( t   ). Fungsi
gelombang berdiri merupakan jumlah dari kedua fungsi gelombang di atas, yaitu:

y( x, t )  y1 ( x, t )  y2 ( x, t )  Asin( t  kx)  sin( t  kx).

Dengan menggunakan rumus trigonometri sin A  sin B  2 cos 12 ( A  B) sin 12 ( A  B), diperoleh

y( x, t )  y1 ( x, t )  y2 ( x, t )  (2 A sin kx) cos t. (2-6)

Persamaan (2-6) memiliki dua variabel bebas, yaitu x dan t. Ungkapan 2 Asin kx menunjukkan
bahwa pada setiap saat bentuk tali itu merupakan fungsi sinus. Meskipun demikian, tidak seperti
gelombang berjalan pada tali, bentuk gelombang berdiri tetap pada posisi yang sama dan berosilasi
turun-naik. Setiap titik pada tali mengalami gerak harmonik sederhana, tetapi semua titik di antara dua
titik simpul yang berurutan berosilasi sefase.

Persamaan (2-6) dapat digunakan untuk menentukan posisi titik simpul, yaitu titik-titik yang
pergeserannya sama dengan nol. Hal ini terjadi ketika sin kx  0 atau kx  0,  , 2 , 3 , .... Dengan

mengingat k  2 /  , maka

2
x  0,  , 2 , 3 , ....

atau

 2 3
x  0, , , , .... (2-7)
2 2 2

(posisi titik-titik simpul gelombang berdiri, dengan ujung tetap di x  0)

Persamaan (2-6) dapat juga digunakan untuk menentukan posisi titik perut, yaitu titik-titik
yang memiliki amplitudo maksimum (baik positif maupun negatif). Letak titik perut ditentukan oleh
2
sin kx  sin x yang harus bernilai maksimum. Harga sinus sudut paling besar, baik positif

maupun negatif, berharga  1. Dengan demikian, letak titik perut dapat ditentukan berdasarkan
persyaratan

2
sin x  1

2  3 5
x , , , ....
 2 2 2

 3 5
x , , , .... (2-8)
4 4 4

(posisi titik-titik perut gelombang berdiri, dengan ujung tetap di x  0)


Contoh 2.3

Dua gelombang merambat berlawanan arah sepanjang tali sehingga menghasilkan gelombang berdiri.
Gelombang-gelombang itu berturut-turut dinyatakan dengan persamaan y1 ( x, t )  4 sin( 3x  2t ) cm

dan y2 ( x, t )  4 sin( 3x  2t ) cm, dengan x dan y dalam cm dan t dalam sekon. (a) Hitunglah

pergeseran maksimum gerakan gelombang berdiri itu pada x  2,3 cm. (b) Tentukan posisi perut dan
simpul.

Penyelesaian

(a) Jika dua gelombang itu dijumlahkan, diperoleh gelombang berdiri yang fungsinya diberikan oleh
Persamaan (2-6), dengan A  4 cm, k  3 rad/s, dan   2 rad/s:

y ( x, t )  (2 A sin kx) cos t  (8 sin 3x) cos 2t cm.

Dengan demikian, pergeseran maksimum pada x  2,3 cm adalah

y maks  8 sin 3x x 2,3 cm  8 sin( 6,9 rad)  4,63 cm.

2 2 rad 2
(b) Dengan mengingat k  3 rad/s, diperoleh     cm. Untuk menentukan
k 3 rad/cm 3
posisi simpul digunakan Persamaan (2-7):

 2 3  2 3
x  0, , , , ....  0, cm, cm, cm, ...
2 2 2 3 3 3

Untuk menentukan posisi perut digunakan Persamaan (2-8):

 3 5  3 5
x  0, , , , ....  cm, cm, cm, ...
4 4 4 6 6 6
D. Gelombang Berdiri pada Kolom Udara
Alat-alat musik seperti alat musik tiup kayu, alat musik tiup logam, dan organ pipa
menghasilkan bunyi daari getaran gelombang stasioner pada koloum udara di dalam tabung.
Gelombang stasioner atau gelombang berdiri dapat terjadi di udara pada rongga apapun,
termasuk tenggorokan manusia tetapi penganalogiannya cukup rumit, kecuali dalam bentuk
yang sangat sederhana seperti tabung yang seragam dan sempit pada seruling atau pipa organ.

Pada kolom udara yang bergetar adalah udara itu sendiri. Kita dapat menggambarkan
gelombang dalam konteks perpindahan (displacement) udara dan dalam konteks tekanan
(pressure) udara. Dalam konteks perpindahan, udara diujung tertutup dari tabung adalah
simpul perpindahan karena udara disana tidak bebas untuk berpindah, sedangkan di dekat
ujung terbuka dari tabung aka nada antisimpul karena udara dapat bergerak bebas keluar
masuk. Udara dalam tabung itu bergetar dalam bentuk gelombang-gelombang longitudinal.
Ada beberapa kemungkinan getaran dalam tabung, yaitu tabung terbuka (open tube)- Gbr
12.11 dan tabung tertutup (closed tube)- Gbr 12.12

GAMBAR 12-11 Grafik dari tiga modus yang paling sederhana dari getaran (gelombang bediri) untuk tabung
yang terbuka di kedua ujungnya. (a) di sebelah kiri, dalam konteks gerak udara atau perpidahan dan (b) di
sebelah kanan, dalam konteks tekanan udara. Masing-masing grafik menujukkan format gelombang sebannyak
2 kali, A dan B saling terpisah sebesar setengah periode. Gerak sebenarnya dari molekul-molekul untu satu
kasus, yaitu pada getaran dasar/fundamental yang ditampilkan tepat di bawah tabung di sebelah kiri atas.
GAMBAR 12-12 Modus getaran (gelombang berdiri) untuk tabung yang tertutup salah satu ujungnya.
Lihat keterangan gambar pada Gbr.12-11

Analisis gambar tabung terbuka

1. Pada Gbr 12-11a


 Tabung terbuka memiliki antisimpul perpindahan dikedua ujungnya karena udara
bebas untuk bergerak di ujung-ujungnya yang terbuka.
 Harus ada setidaknya satu simpul dalam sebuah tabug terbuka agar menjadi
setidaknya gelombang berdiri.
 Pada gbr 12-11a ; L = 1/2λ atau λ=2L. Jadi, frekuensi fundamental atau nada dasar
nya f=v/λ = v/2L
 Gelombang stasioner dengan dua simpul adalah overtone pertama atau nada ke-1 atau
harmonik kedua dan memilki panjang gelombang (λ) = 1 dan dua kali frekuensi dari
gelombang fundamentalnya,, dan begitupun seterusnya.

Analisis gambar tabung tertutup

1. Pada gbr 12-12a


 Selalu ada simpul perpindahan pada ujung tertutup (karena udara tidak bebas
bergerak) dan antisimpul diujung terbuka (dimana udara dapat bergerak bebas).
 Jarak dari simpul dan antisimpul yang terdekat adalah 1/4λ jadi L =1/4λ atau λ= 4L.
Frekuensi fundamentalnay menjadi f1 = v/4L.
 Pada pipa organa tertutup sesuai dengan gbr 12-12a hanya harmonik ganjil yang
hadir, overtone-nya memiliki frekuensi sama dengan 3,5,7.... kali frekuensi
fundamental.
Analisis gambar 12-11b dan 12-12b

 Dimana udara pada gelombang dimampatkan, tekanannya menjadi lebih tinggi,


sedangkan dalam pemuaian atau peregangan gelombang tekanannya berada di bawah
normal.
 Salah satu ujung tabung membuka ke atmosfer, oleh karenanya variasi tekanan pada
ujung terbuka haruslah merupakan simpul dengan tekanannya tidak berubah-ubah,
tetapi tetap seperti tekanan atmosfer luar.
 Jika tabung memiliki ujung lain yang tertutup, tekanan pada ujung tertutup itu dengan
mudah bisa berubah sehingga berada di atas atau di bawah tekanan atmosfer. Oleh
karenanya, ada antisimpul tekanan pada ujung tertutup dari tabung.
 Beberapa kemungkinan modus getaran dalam konteks tekanan ditunjukan pada Gbr
12-11b untuk tabung terbuka dan Gbr 12-12b untuk tabung tertutup.

E. Resonansi dan Pelayangan

Sebuah benda akan ikut bergetar dengan benda yang sedang bergetar apabila frekuensi
dari benda tersebut sama. Peristiwa seperti ini disebut peristiwa resonansi. Dan frekuensi
benda yang ikut bergetar tersebut disebut frekuensi alamiahnya. Contoh lain yang lebih
dramatis adalah kaca-kaca rumah akan bergetar bahkan mungkin saja pecah ketika pesawat
udara melintas cukup rendah di atas rumah, hal ini karena frekuensi alamiah kaca bersesuaian
dengan frekuensi gelombang suara pesawat yang melintas.

Dalam teknologi komunikasi, resonansi sangat memegang peranan penting dalam


penalaan (penangkapan) gelombang elektromagnetik (EM) seperti pada pesawat penerima
radio, televisi, telepon seluler dan sebagainya.Seperti yang telah dikemukakan bahwa syarat
terjadinya resonansi adalah adanya sumber gelombang yang mempunyai frekuensi yang sama
dengan frekuensi alamiah suatu benda.

Pengamatan fenomena resonansi ini dapat dilakukan dengan sebuah tabung resonator
yang panjang kolom udaranya dapat kita atur dengan manaikkan atau menurunkan permukaan
air dalam tabung tersebut. Jika sebuah sumber gelombang bunyi dengan frekuensi tertentu
dijalarkan dari atas tabung (mislanya sebuah garputala) maka resonansi terjadi pada saat
panjang kolom udara 1/4, 3/4, 5/4 dst, seperti ilustrasi berikut (ingat bahwa bentuk
gelobang suara yang sesungguhnya bukanlah seperti ini)
A.

L 1/4
3/4

 5/4

Gambar 1. Resonansi pada kolom udara tabung resonator

Secara umum dapat kita tuliskan bahwa hubungan panjang kolom resonansi L dengan
panjang gelombang  adalah :

2n  1
L  (1)
4

Dengan n  0,1, 2,

Dalam percobaan nanti n adalah bunyi resonansi ke-n

Rumus (1) ini dapat berlaku dengan cukup baik untuk ukuran diameter tabung bagian dalam
R yang jauh lebih kecil dari panjang gelombang sumber bunyi. Sedangkan untuk R tabung
yang tidak cukup kecil maka rumus (1) di atas haru dikoreksi dengan suatu nilai, sebutlah e
sehingga :

2n  1
L  e (2)
4

Nilai e ini sekitar 0,6R.

Secara eksperimen, seperti yang anda akan lakukan, nilai koreksi “e” ini ditentukan dari
grafik (hasil least square) antara L dengan n. Dari persamaan garis :
1 1
L  ..n  .  e (3)
2 4


Lo

Gambar 2. Grafik L terhadap n. Dari grafik ini dapat diperoleh frekuensi gelombang

Dari metoda Least Square, kita dapatkan bahwa kemiringan kurva adalah /2, dan titik potong
dengan sumbu vertikal adalah /4 – e.

Karena :

v
f  (4)

Adapaun cepat rambat gelombang diudara ( v ) dapat diperoleh melalui pengukuran suhu T 

dan memasukkannya kedalam rumus berikut

v   331,5  0,606T  m s (5)

Kecepatan penjalaran bunyi atau biasa disebut laju bunyi bergantung pada parameterfisis
medium. Laju bunyi pada suatu medium dapat diketahui jika frekuensi dan panjang
gelombang bunyi di ketahui v = f.λ, dimana v adalah laju penjalaran bunyi, f adalah
frekuensi bunyi dan .λ adalah panjang gelombang bunyi. Frekuensi bunyi dapat di peroleh
dari pengeras suara yang dihubungkan dengan pembangkit frekuensi audio. Panjang
gelombang bunyi diukur pada tabung resonansi pada keadaan resonansi. Resonansi
ditandai oleh intensitas bunyi yang terdengar lebih keras dibandingkan pada keadaan
lainnya pada panjang tabung tertentu. Resonansi adalah fenomena gelombang berdiri pada
kolom dan terjadi ketika panjang kolom adalah

𝜆 3𝜆 5𝜆
, ,
4 4 4

Pada hakekatnya gelombang menjalar adalah suatu penjalaran gangguan, energi atas atau
momentum. Perambatan gelombang ada yang memerlukan medium, seperti gelombang
tali melalui tali dan ada pula yang tidak memerlukan medium, seperti gelombang listrik
magnet dapat merambat dalam vakum. Perambatan gelombang dalam medium tidak
diikuti oleh perambatan media, tapi partikel-partikel mediumnya akan bergetar.
Perumusan matematika suatu gelombang dapat diturunkan dengan peninjauan penjalaran
suatu pulsa. Dilihat dari ketentuan pengulangan bentuk,gelombang dibagi atas gelombang
periodik dan gelombang non periodik. Jika dua buah gelombang merambat dalam satu
medium, hasilnya adalah jumlah darisimpangan kedua gelombang tersebut. Hasil dari
supersosisi ini menimbulkan berbagai fenomena yang menarik, seperti adanya
pelayangan, interferensi, difraksi, dan resonansi. Misalkan superposisi dari suatu
gelombang datang dengan gelombang pantulnya bisa menghasilkan gelombang yang
dikenal sebagai gelombang stasioner atau gelombang berdiri.

Jika gelombang datang secara terus menerus maka akan terjadi resonansi.Resonansi pada
umumnya terjadi jika gelombang mempunyai frekuensi yang sama dengan atau mendekati
frekuensi alamiah, sehingga terjadi amplitudo yang maksimal. Peristiwa resonansi ini
banyak dimanfaatkan dalam kehidupan, misalkan saja resonansi gelombang suara pada
alat-alat musik. Gelombang suara merupakan gelombang mekanik yang dapat dipandang
sebagai gelombang simpangan maupun sebagai gelombang tekanan. Jika gelombang suara
merambat dalam suatu tabung berisi udara, maka antara gelombang datang dan gelombang
yang dipantulkan oleh dasar tabung akan terjadi superposisi, sehingga dapat timbul
resonansi gelombang berdiri jika panjang tabung udara merupakan kelipatan dari λ/4 ( λ=
panjang gelombang). Jika gelombang suara dipandang sebagai gelombang simpangan,
pada ujung tabung yang tertutup akan terjadi simpul, tetapi jika ujungnya terbuka akan
terjadi perut.
Hubungan antara panjang tabung L danpanjang gelombang adalah:

 Untuk resonansi pertama L = ¼ λ


 Untuk resonansi kedua L = ¾ λ
 Untuk resonanso ketiga L = 5/4 λ
Sebagaimana gelombang pada umumnya, frekuensi bunyi berbanding lurus dengan cepat
rambat dan berbandingterbalik dengan panjang gelombang.

𝑣
𝑓 = 𝜆 atau 𝑣 = 𝑓𝜆

F. Pelayangan
Jika dua buah bunyi yang bertemu di suatu titik mempunyai amplitudo yang sama,
namun frekuensinya sedikit berbeda, maka akan menghasilkan bunyi yang kuat dan lemah
secara berulang dengan frekuensi tertentu. Hal ini dikenal sebagai pelayangan bunyi.
Besar frekuensi layangan :

(5)

Jumlah bunyi layangannya :

(6)

Frekuensi sumber bunyi 1 dan 2 dinyatakan sebagai f1 dan f2.


Daniel Avner

3215155025

SOAL GELOMBANG BUNYI DAN GELOMBANG BERDIRI

A. Pilihan Ganda
1. Sebuah gelombang suara dengan periode 2.28 * 10-3 s dan panjang gelombang 3.47 m
bergerak melalui sebuah cairan yang bersuhu 20o C. Cairan yang dimaksud adalah…

Pilihan Cairan Kecepatan suara dalam


cairan
A Chloroform 1004
B Alkohol 1162
C Merkuri 1450
D Air 1482
E Air laut 1522

2. Memperbesar intensitas suara menjadi 100 kali lebih besar akan menyebabkan
intensitas bertambah sebesar…
a. 200 dB
b. 100 dB
c. 20 dB
d. 10 dB
e. 2 dB

3. Kereta dengan kecepatan 35.76 m/s ( 80 mph ) membunyikan klakson dengan


frekuensi 400 Hz dan bergerak mendekati seseorang. Kecepatan suara adalah 343 m/s.
Besar frekuensi dan panjang gelombang yang didengar orang yang berada di pinggir
rel kereta adalah…
a. 446.5 Hz dan 0.768 m
b. 441.7 Hz dan 0.776 m
c. 358.3 Hz dan 0.957 m
d. 362.2 Hz dan 0.947 m
e. 493.1 Hz dan 0.695 m

4. Seorang pemain biola memainkan sebuah melodi. Kemudian pemain biola kedua
bergabung dan memainkan melodi yang sama dan intensitas yang sama dengan
pemain pertama. Jika kedua pemain bermain bersamaan, maka parameter yang
besarnya menjadi dua kali lipat dibanding dengan hanya satu pemain adalah…
a. panjang gelombang
b. kecepatan
c. intensitas
d. intensitas dalam desibel
e. tidak ada
5. Sebuah ambulans bergerak dengan kecepatan 20 m/s dan membunyikan sirine.
Perbandingan frekuensi suara sirine yang didengar orang yang berdiri di pinggir jalan
ketika mobil mendekati dan menjauhi orang tersebut adalah…
a. 1.1238
b. 0.889
c. 1
d. 1.263
e. 0.791

6. Agar terjadi interferensi yang destruktif, maka beda fasa dari dua gelombang
haruslah…
a. 00
b. 1200
c. 1800
d. 2400
e. 3600

7. Empat buah gelombang dengan arah yang sama diberikan pada sebuah tali yang sama.
Masing-masing gelombang dinyatakan dengan persamaan berikut.

𝑦1 = (5.00 𝑚𝑚) sin(3𝜋𝑥 + 200𝜋𝑡)


𝑦2 = (5.00 𝑚𝑚) sin(3𝜋𝑥 + 200𝜋𝑡 + 0.5𝜋)
𝑦1 = (5.00 𝑚𝑚) sin(3𝜋𝑥 + 200𝜋𝑡 + 𝜋)
𝑦1 = (5.00 𝑚𝑚) sin(3𝜋𝑥 + 200𝜋𝑡 + 1.5𝜋)

Amplitudo dari resultan keempat gelombang adalah…


a. 20 mm
b. 10 mm
c. 5 mm
d. 1.25 mm
e. 0 mm

8. Nada C pada sebuah piano memiliki frekuensi dasar sebesar 262 Hz dan nada A
pertama di atas C memiliki frekuensi dasar sebesar 440 Hz. Jika string A dan C
memiliki densitas massa dan panjang yang sama, maka rasio tegangan kedua string
adalah…
a. 0.595
b. 0.355
c. 1.679
d. 2.820
e. 3.142
9. Sebuah tali sepanjang 100 cm dan masssa 3.00 g memiliki tegangan 5.00 N.
Kecepatan gelombang dan frekuensi resonansi terendah pada tali adalah…
a. 4.08 m/s dan 2.04 Hz
b. 2.04 m/s dan 4.08 Hz
c. 40.82 m/s dan 20.41 Hz
d. 20.41 m/s dan 40.82 Hz
e. 408.25 m/s dan 204.12 Hz

10. Sebuah tali mengalami osilasi dengan persamaan

𝜋
𝑦 ′ = (0.70) sin [( ) 𝑥] cos(30𝜋𝑡)
4
Amplitudo dan kecepatan dari masing-masing gelombang adalah…
a. 1.4 cm dan 120 cm/s
b. 1.4 cm dan 240 cm/s
c. 0.7 cm dan 120 cm/s
d. 0.7 cm dan 240 cm/s
e. 0.35 cm dan 120 cm/s

B. Esai
1. Pada badai, kilat dan guntur terjadi hampir bersamaan. Gelombang cahaya dari kilat
bergerak dengan kecepatan 3.0 * 108 m/s, sedangkan gelombang suara dari guntur
bergerak dengan kecepatan 343 m/s. Ada sebuah cara untuk menghitung jarak badai.
Setelah melihat kilat, hitung waktu sampai suara guntur terdengar, kemudian dibagi
lima untuk memperkirakan jarak (dalam mil) ke badai. Pada cara ini, kecepatan apa
yang berperan? (a) kecepatan suara; (b) kecepatan cahaya; (c) kecepatan cahaya dan
suara.

2. Sebuah sumber suara menghasilkan gelombang suara dengan daya rata-rata 100 W.
a. Tentukan intensitas suara yang didengar seseorang yang berjarak 5.00 m dari
sumber.
b. Tentukan jarak seseorang agar intensitas suara yang didengar adalah 10-7 W/m2.

3. Dua mesin identik diposisikan sedemikian sehingga jaraknya sama dari seorang
pekerja. Intensitas masing-masing mesin di lokasi pekerja adalah 5 * 10-7 W/m2 .
Tentukan intensitas yang didengar pekerja jika:
a. satu mesin yang beroperasi.
b. kedua mesin beroperasi.

4. Suara dari sebuah speaker bergerak menembus dua permukaan dengan luas 10 m 2 dan
20 m2 secara tegak lurus. Kekuatan suara yang menembus adalah 15 * 10-5 W. Jika
dibalik setiap tembok ada seseorang, maka orang di balik tembok manakah yang
mendengar suara speaker lebih keras?
5. Sebuah truk membunyikan klakson dan suaranya didengar oleh seseorang yang
berada di pinggir jalan. Jika truk dan orang bergerak, maka kondisi manakah yang
menghasilkan frekuensi terbesar yang didengar orang tersebut? (a) Truk dan orang
tersebut saling mendekat; (b) Truk mendekat dan orang menjauh; (c) Truk menjauh
dan orang mendekat; (d) Truk dan orang saling menjauh. Jelaskan jawabanmu!

6. Berdasarkan prinsip superposisi, apakah dua gelombang suara yang melalui suatu
tempat pada waktu yang sama selalu menghasilkan suara yang lebih besar dibanding
dengan hanya satu gelombang suara? Jelaskan!

7. Dua gelombang masing-masing dinyatakan dengan persamaan

𝑦1 (𝑥, 𝑡) = 𝑦𝑚 sin(𝑘𝑥 − 𝜔𝑡)


𝑦2 (𝑥, 𝑡) = 𝑦𝑚 sin(𝑘𝑥 + 𝜔𝑡)

Dengan menggunakan prinsip superposisi, buktikan bahwa

𝑦 ′ (𝑥, 𝑡) = [2𝑦𝑚 sin 𝑘𝑥] cos 𝜔𝑡

8. Seseorang berdiri diantara dua buah speaker (A dan B) yang terpisah dengan jarak 5.9
m dan saling berhadapan. Kecepatan suara dari speaker adalah 343 m/s. Jika masing-
masing speaker mengeluarkan suara yang identic dengan frekuensi 85.6 Hz, maka
tentukan suatu posisi dari speaker A agar orang tersebut mendengar suara speaker!

9. Dua gelombang bergerak berlawanan dan menghasilkan gelombang berdiri. Fungsi


masing-masing gelombang dinyatakan sebagai berikut:

𝑦1 = (10.0 𝑐𝑚) sin(5.0𝑥 − 3.5𝑡)


𝑦2 = (10.0 𝑐𝑚) sin(5.0𝑥 + 3.5𝑡)

Tentukan besar amplitude gelombang di titik x = 2.5 cm !

10. Dua tali (A dan B) memiliki densitas panjang dan tegangan yang sama. Kedua ujung
setiap tali diikat pada tiang. Tentukan perbandingan panjang tali A dan B agar
frekuensi harmonic pertama tali A sama dengan frekuensi harmonic keempat tali B!
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai