Anda di halaman 1dari 20

RANCANGAN FORMULARIUM

CALON RSUD II KOTA LUBUKLINGGAU


PROVINSI SUMATERA SELATAN

Disusun Oleh :
Kelompok II
WAHYU NUNGGAL PRAMUDA (UNSOED/I4C018082)
FEBRIANA AZKIATUL FITRI (UMS/K11019R013)
SINTYA YUNDA AMANDA (USB/1920374175)
SITI KHOIRIYAH (STIFAR/1061822030)
WIKI YULI ANITA (UAD/1808062213)
SIRIKIT WANGI SARINDANG (UII/18811239)
IFFA FELASYIFA (UMP/ 1808020326)

PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
AGUSTUS – SEPTEMBER
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Rumah sakit merupakan salah satu jalur distribusi obat pada pasien, dalam
melakukan pelayanannya dibutuhkan pengobatan yang efektif dan efisien salah
satunya dengan adanya formularium rumah sakit yang dapat digunakan sebagai
acuan bagi penulis resep, mengoptimalkan pelayanan kepada pasien, memudahkan
perencanaan, dan penyediaan obat di fasilitas pelayanan kesehatan. Formularium
rumah sakit adalah daftar obat yang telah disepakati staf medis yang disusun oleh
Tim Farmasi dan Terapi (TFT) yang kemudian di tetapkan oleh pimpinan dan
direktur rumah sakit. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit TFT (Tim
Farmasi dan Terapi) merupakan unit kerja yang memberikan rekomendasi kepada
pimpinan rumah sakit mengenai kebijakan penggunaan obat di rumah sakit. TFT
memiliki salah satu tugas yaitu untuk melakukan seleksi dan evaluasi obat yang
akan masuk dalam formularium rumah sakit, mengembangkan kebijakan tentang
penggunaan obat di rumah sakit, mengembangkan standar terapi di rumah sakit dan
menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di rumah sakit.
Kota Lubuklinggau adalah salah satu kota yang ada diwilayah Provinsi
Sumatera Selatan yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2001 tanggal 21 juni 2001 dan di resmikan pada 17 agustus 2001. Kota
Lubuklinggau merupakan pemekaran dari Kabupaten Musi Rawas, secara geografis
berada pada bagian Barat Provinsi Sumatera Selatan dengan kedudukan geografis
terletak antara 102°40’00” -103°00’00” BT dan 3°4’10” - 3°22’30” LS. Wilayah
Kota Lubuklinggau sebelah barat berbatasan dengan Propinsi Bengkulu, sebelah
selatan dengan Kecamatan Muara Beliti dan Provinsi Bengkulu, Sebelah timur
berbatasan dengan Kecamatan Tugu Mulyo dan Muara Beliti dan Kabupaten Musi
Rawas dan di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan BKL Ulu Terawas
Kabupaten Musi Rawas. Luas wilayah Kota Lubuklinggau yaitu 401,50 𝑘𝑚2 . Saat
ini masyarakat Kabupaten Musi Rawas hanya mendapatkan pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit Umum Daerah Siti Aisyah yang terletak sangat jauh dari jangkauan
masyarakat. Oleh karena itu untuk memudahkan pelayanan kesehatan tersebut,
diperlukan penambahan Rumah Sakit Umum Daerah yang dapat dijangkau oleh
masyarakat yang berjarak jauh dari Rumah Sakit Umum Daerah Siti Aisyah.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau
puskesmas rawat inap Lubuklinggau dapat ditingkatkan menjadi rumah sakit tipe
C, karena sarana dan prasarana puskesmas tersebut telah memenuhi standar
didirikannya rumah sakit tipe C yang bernama RSUD Lubuklinggau II.
Calon rumah sakit ini akan mengadakan soft opening pada tanggal 1
September 2019. Oleh karena itu untuk menunjang pelayanan kesehatan di calon
rumah sakit tersebut maka direktur rumah sakit meminta kepada Kepala Instalansi
Farmasi Rumah Sakit untuk segera membuat formularium rumah sakit sehingga
dapat dilakukan perencanaan dan pengadaan di calon rumah sakit
tersebut.Pembuatan formularium diawali dengan penyusunan draf formularium
yang disusun oleh apoteker kepala Instalansi Farmasi Rumah Sakit kemudian
disepakati oleh tim farmasi dan terapi (TFT) yang nantinya akan menjadi sebuah
formularium rumah sakit tersebut sebagai dasar acuan penting untuk tatalaksana
terapi obat di calon Rumah Sakit Daerah Umum Lubuklinggau.
Pembuatan formularium diawali dengan penyusunan draft formularium
yang disusun oleh apoteker kepala Instalansi Farmasi Rumah Sakit kemudian
disepakati oleh tim farmasi dan terapi (TFT) yang nantinya akan menjadi sebuah
formularium rumah sakit yang mana akan dijadikan sebagai dasar acuan penting
untuk tatalaksana terapi obat di calon Rumah Sakit Daerah Umum Lubuklinggau.
BAB II
METODE
Penyusunan formularium di calon Rumah Sakit Umum Daerah
Lubuklinggau II memerlukan data prevalensi tertinggi penyakit yang terjadi di
daerah Kabupaten Musi Rawas diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau
sumatera Selatan. Kemudian menentukan pengobatan yang digunakan dengan
mengacu pada standar terapi Daerah, Nasional atau Internasional. Tahapan
penyusunan formularium menggunakan metode Microsoft excel, sebagai berikut:
1. Membuat kolom yang terdiri dari Diagnosis, Kelas terapi, Sub kelas
terapi/golongan, Nama obat, Bentuk dan kekuatan sediaan, Dosis,
Keterangan.

Gambar2.1. Pembuatan kolom penyakit, kelas terapi, sub kelas terapi, nama obat, bentuk
sediaan dan kekuatan, dosis, dan keterangan

2. Mengisi data obat berdasarkan kolom-kolom yang tersedia.


Diisi terlebih dahulu kolom diagnosis dan nama obat. Setelah itu dilanjutkan
dengan mengisi kolom kelas terapi, sub kelas terapi/golongan, bentuk
sediaan/kekuatan, dosis, dan keterangan (jika ada).
1 3 4 2 5 6 7

Gambar 2.2. Data pada setiap kolom

3. Mengurutkan daftar obat berdasarkan kelas terapi, sub kelas terapi/


golongan dan nama obat berdasarkan alfabetis.
Diblock semua kolom dan baris dengan cara klik kursor pada sudut kiri atas tabel
→ klik menu “DATA” → pilih “Sort” → berikan tanda checklist (v) pada “My
data has header” → pada kotak ”sort by” masukkan Kelas Terapi → klik “Add
level” lalu pada kotak “then by” masukkan sub kelas terapi → klik “Add level”
lagi lalu pada kotak “then by” masukkan nama obat - OK

Gambar 2.3a. Pengurutan daftar obat


2 1
3

Gambar 2.3b. Pengurutan daftar obat

Gambar 2.4. Sebelum diurutkan berdasarkan kelas terapi, sub kelas terapi,nama obat,
secara alfabetis
Gambar 2.5. Hasil setelah pengurutkan daftar obat berdasarkan kelas terapi, sub kelas
terapi dan nama obat secara alfabetis

4. Rapikan tabel obat dengan opsi “wrap text”


Diblok semua kolom dan baris dengan cara klik kursor pada sudut kiri atas tabel
→ klik kanan → pilih ”Format cell” → pada tab “alignment” berikan tanda
checklist (v) pada Pilihan“wrap text” dan pada menu “vertical” pilih top → pilih
OK.

Gambar 2.6a. Tahapan merapikan tabel


Gambar 2.6b. Tahapan merapikan tabel

Gambar 2.7. Hasil setelah tabel dirapikan

5. Pengelompokan berdasarkan kelas terapi.


Ditambah satu cell diatas setiap kelompok kelas terapi yang sama → diatas baris
sub kelas yang sama klik kanan pada nomor → pilih “insert” → tulis nama kelas
terapi → di “merge and centre” → “fillcolor”.
Gambar 2.8a. Tahapan pengelompokkan berdasarkan kelas terapi

3 2

Gambar 2.8b. Tahapan pengelompokkan berdasarkan kelas terapi


Gambar 2.9.Hasil pengelompokkan berdasarkan kelas terapi

6. Merge kelas terapi dan sub kelas terapi yang sama


Diblok kelas terapi, subkelas terapi, dan nama obat yang sama → pilih “merge
and centre”

Gambar 2.9. Tahapan pengelompokkan kelas terapi, sub kelas terapi dan nama obat
yang sama
Gambar 2.10a. Hasil pengelompokkan kelas terapi, sub kelas terapi dan nama obat yang
sama

Gambar 2.10b. Hasil pengelompokkan kelas terapi, sub kelas terapi dan nama obat yang
sama

7. Disembunyikan Kolom Diagnosis dan Kelas Terapi


Diblok kolom diagnosis dan kelas terapi → klik kanan → pilih hide
Gambar 2.11.Hide diagnosis dan kelas terapi

Gambar 2.12. Hasil setelah diagnosis dan kelas terapi di hide


8. Hasil Akhir

Gambar 2.13. Hasil akhir pembuatan formularium

Gambar 2.14. Hasil akhir pembuatan formularium


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan hasil analisis data prevalensi penyakit di Lubuklinggau yang
dilakukan oleh Dinkes setempat digunakan 11 jenis penyakit dengan prevalensi
tertinggi sebagai rujukan pembuatan formularium calon RSUD Lubuklinggau II.
Penyakit tersebut diantaranya Tuberkulosis, HIV/AIDS, Pneumonia, Kusta, Diare,
DBD, Malaria, Filariasis, Pre-eklamsia dan Eklamsia, Perdarahan Postpartum serta
Stunting. Dari data penyakit tersebut diperoleh standar terapi obat yang akan
menjadi daftar nama obat formularium calon RSUD Lubuklinggau II yang terdiri
dari 72 item obat dengan 13 kelas terapi dan 26 sub kelas terapi. Perincian kelas
dan sub kelas terapi nya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

No. Kelas/Sub Kelas Terapi/Golongan Jumlah


1. Analgesik Narkotik
Opioid kuat 4
Opioid Lemah 1
2. Analgesik Non Narkotik
Analgesik dan antipiretik 1
NSAID 5
3. Anestetik
Anestetik Lokal 5
Anestetik Umum 9
4. Antibiotik
Antikusta 3
Antituberkulosis 5
Fluoroquinolon 1
Sefalosporin Generasi I 1
Sefalosporin Generasi II 1
Sefalosporin Generasi III 1
5. Antidiare
Adsorben 2
Antimotalitas 1
Garam oralit 4
Mineral 1
Probiotik 4
6. Antihipertensi
Beta bloker 2
7. Antikejang
Antikonvulsi 5
8. Antikonvulsan
Medikametosa 1
9. Antimalaria
Antimalaria 5
10. Antiretroviral
Anti HIV 5
11. Cairan Elektrolit
Intravena kristaloid 2
12. Oksigen
Oksigen 1
13. Suplemen
Vitamin 2
Jumlah 72

B. Pembahasan
Calon RSUD Lubuklinggau II termasuk ke dalam klasifikasi rumah sakit
tipe C, dimana menurut PERMENKES No 56 tahun 2014 bahwa klasifikasi
rumah sakit tipe C terdiri dari 4 spesialis dasar yaitu spesialis bedah, anak,
interna dan obgyn dan 1 spesialistik penunjang yaitu spesialitik anastesi.
Formularium rumah sakit dibuat berdasarkan kesepakatan bersama yaitu staf
medis (dokter penulis resep, apoteker, perawat dan nakes lainnya) sehingga
dalam pemilihan standar terapi pengobatan pasien harus sesuai dan mengacu
kepada formularium rumah sakit yang telah dibuat dan disepakati secara
bersama.
Beberapa kritetia dalam pemilihan obat untuk dimasukkan ke dalam
Formularium rumah sakit adalah:
1. Prevalensi data jumlah kejadian penyakit terbanyak di daerah tersebut
2. Telah terbukti efikasi dan keamanannya
3. Telah terbukti performanya
4. Kualitas yang memadai, termasuk bioavailabilitas dan stabilitas
5. Rasio biaya-manfaatnya baik
6. Obat yang sudah dikenal (local manufacture)
7. Senyawa obat tunggal
Kendala yang dialami dalam membuat dan menyusun draft formularium
rumah sakit ini adalah pada saat mencari standar terapi nasional sesuai dengan
data penyakit yang dibutuhkan sehingga ada beberapa yang mengacu kepada
standar terapi internasional, masih kurangnya pemahaman dalam menentukan
penggolongan kelas terapi dan sub kelas terapi tiap obat sehingga tidak jarang
masih menimbulkan kekeliruan, kurangnya pemahaman dalam menentukan cara
penulisan nama obat (penulisan amoksisilin dengan amoxicillin, penulisan
antibiotik dengan anti biotik, penulisan antituberculosis dengan anti
tuberculosis, penulisan azitromisin dengan azytromcin),kekuatan sediaan yang
dipakai tidak tertera di dalam literatur standar terapi yang dipakai sehingga
sedikit kesulitan dalam mencari kekuatan sediaan yang sesuai, perlunya
ketelitian pada saat proses editing dan melakukan tahap-tahap membuat
formularium menggunakan Ms.Excel, perlunya pemahaman dan kekompakan di
dalam tim agar waktu yang digunakan dalam membuat draft formularium
maksimal dan efisien.
Manfaat dan pentingnya dari pembuatan formularium yang dilakukan
oleh TFT ini bertujuan untuk tercapainya penggunaan obat di rumah sakit yang
aman dan efisien, memudahkan profesional kesehatan dalam pemilihan obat
untuk perawatan pasien, meningkatkan mutu dan ketepatan penggunaan obat di
Rumah Sakit, memberikan rasio manfaat biaya yang tinggi, menjadi bahan
edukasi tentang terapi obat yang rasional, menghindari terjadinya kerugian
karena adanya obat yang macet atau kadaluarsa.
Dari hasil analisis data diperoleh daftar obat dalam draft formularium
yang berjumlah 72 item obat dengan 13 kelas terapi dan 26 sub kelas terapi yang
merupakan daftar obat generik yang akan diusulkan kepada dokter pemberi resep
di rumah sakit. Data tersebut diperoleh dari prevalensi 11 penyakit paling tinggi
di Lubuk Linggau dengan standar terapi yang ada di Indonesia atau nasional,
kemudian jika terdapat jenis penyakit yang tidak diketahui standar terapi
nasionalnya, maka dapat mengacu dari literatur atau standar terapi internasional.
Draft Formularium ini kemudian akan direvisi bersama melalui rapat
yang diadakan oleh Tim Farmasi dan Terapi menjadi Formularium List.
Formularium rumah sakit harus dievaluasi secara periodik sesuai kebutuhan
rumah sakit tersebut maksimal 3 tahun sekali agar memuat infomasi terbaru.
Revisi dan evaluasi dapat berupa penambahan atau pengurangan daftar obat
sesuai dengan kebutuhan dari rumah sakit.
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil analisis data diperoleh daftar obat dalam draft formularium yang
berjumlah 72 item obat dengan 13 kelas terapi dan 26 sub kelas terapi.
DAFTAR PUSTAKA

Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L.. 2009, Drug
Information Handbook, 17th edition, Lexi-Comp for the American
Pharmacists Association.
BNF staff. 2017, British National Formulary 74, Pharmaceutical Press, London,
UK.
Departemen Kesehatan RI, 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan:Lintas Diare.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan penyehatan Lingkungan :
Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.02.02/Menkes/251/2015 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Anestesiologi Dan Terapi Intensif
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.02.02/Menkes/251/2015 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Anestesiologi Dan Terapi Intensif
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2016, Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor HK.01.07/menkes/659/2017 tentang
Formularium Nasional, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2016. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 72 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktek Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Menteri Kesehatan Repulik Indonesia, 2014. Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Menteri Kesehatan Repulik Indonesia, 2014. Peraturan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 94 tahun 2014 tentang Penangulangan Filariasis.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Menteri Kesehatan Repulik Indonesia, 2018. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/707/2018 tentang Perubahan
atas Keputusan Menteri Kesehatan Nomor Hk.01.07/Menkes/659/2017
tentang Formularium Nasional. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2016. Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran PERDARAHAN PASCA-SALIN. Himpunan
Kedokteran Feto Maternal. Indonesia.
WHO. 2011. Prevention and treatment of pre-eclampsia and eclampsia.Departemen
Kesehatan RI, 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan:Lintas Diare. Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan penyehatan Lingkungan : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai