Anda di halaman 1dari 6

DEMOCRITUS (460-360 SM)

Teori Pengetahuan dan Realitas – materialisme atomik, mekanisme, determinisme, relasime


representatif, reduksionisme.
- Mengkombinasikan antara sensualisme Protagoras dengan rasionalisme pra Sokrates.
- Pesrsepsi menghasilkan opini: nalar memberi pengetahuan tentang realitas.
- Realitas terdiri atas sejumlah bentuk atom material tak terbatasyang memiliki kualitas utama
(bentuk, kelembaman, dst.) dan mengatur sendiri dalam ruang yang tak terbatas pula.
- Nalar harus menggambarkan pengetahuan tentang realitas itu melalui kualitas persepsi kedua
(warna, rasa, dsb.).
- Nalar itu sendiri adalah produk dari materi yang bergerak.
- Atom-pikiran ”dipukul” oleh gambar dari objek, yang masuk dalam persepsi yang merupakan
sumber abstraksi pengetahuan ilmiah.

SOKRATES (470-399 SM)

Socrates merupakan salah satu figur tradisi filosofis Barat yang paling penting. Socrates lahir di
Athena, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates,
Plato dan Aristoteles. Socrates adalah yang mengajar Plato, dan Plato pada gilirannya juga
mengajar Aristoteles.
Salah satu catatan Plato yang terkenal adalah Dialogue, yang isinya berupa percakapan antara dua
orang pria tentang berbagai topik filsafat. Socrates percaya bahwa manusia ada untuk suatu
tujuan, dan bahwa salah dan benar memainkan peranan yang penting dalam mendefinisikan
hubungan seseorang dengan lingkungan dan sesamanya. Sebagai seorang pengajar, Socrates
dikenang karena keahliannya dalam berbicara dan kepandaian pemikirannya. Socrates percaya
bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri, dan bahwa manusia pada dasarnya adalah jujur,
dan bahwa kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah pengarahan yang membebani kondisi
seseorang. Pepatahnya yang terkenal: "Kenalilah dirimu".
Socrates percaya bahwa pemerintahan yang ideal harus melibatkan orang-orang yang bijak, yang
dipersiapkan dengan baik, dan mengatur kebaikan-kebaikan untuk masyarakat. Ia juga dikenang
karena menjelaskan gagasan sistematis bagi pembelajaran mengenai keseimbangan alami
lingkungan, yang kemudian akan mengarah pada perkembangan metode ilmu pengetahuan.
Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang
dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang
pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga
filsafat secara umum.
Teori Pengetahuan – rasionalisme.
- Socrates sepakat sengan para Sophis bahwa pengetahuan tentang realitas adalah tidak pasti.
- Namun, pengetahuan moral adalah sesuatu yang mungkin: Kebajikan adalah pengetahuan,” dan
ada yang disebut dengan kebajikan.
- Pengetahuan moral adalah universal (absolutisme moral).
- Prinsip universal yang terbuka bagi nalar adalah konsep moral yang disepakati oleh semua ide.
- Metode Socratik adalah dialektika dan induktif; universal berasal dari partikular dengan melihat
perbedaan pada identitas dan identitas dalam perbedaan.
- Dalam etikanya, Socrates berusaha mencari yang baik, kebajikan (arete) dan kebahagiaan
(eudaimonia) dengan menggunakan metode maieutisnya.
- Yang baik menurutnya bukanlah kebaikan yang relatif, tapi yang mendasar . Yang baik bukan
pula yang berguna, bukan yang menyenangkan nafsu dan bukan pula kekuasaan. Tetapi orang-
orang yang sungguh tahu (arete) bahwa ia adalah manusia. Orang yang demikian ini akan
bertindak terhadap sesamanya sebagai manusia sejauh ia mampu. Dan untuk mencapai kebaikan
ini dibutuhkan pengendalian diri sendri(eukratia). Dengan demikian kebaikan dan kebahagiaan
sesungguhnya terletak pada kebajikan:”seseorang yang berpengetahuan yang mendalam adalah
bijaksana, yang bijaksana adalah baik”. Berpengetahuan yang dimaksud di sini erat hubungannya
dengan kebajikan. Arete yaitu tahu dan mampu pada bidangnya masing-masing. Artinya tahu
seluk-beluk bidang pekerjaannya, bisa mengerjakan dengan betulbetul mengerjakan. Jadi tidak
hanya tahu secara konseptual saja tetapi juga secara praktis-teoritis dalam pelaksanaannya serta
ada kemampuan untuk melakukannya. Dan kalau orang-orang sungguh-sungguh memeiliki arete,
ia tak akan membuat suatu kekeliruan/ kejahatan. Dan pada akhirnya nanti manusia yang bijak
karena arete akan mencapai kebahagiaan (eudaimonia). Dengan demikian, pada etika Sokrates
ada nilai konkrit akan kebaikan yang bisa dicapai oleh manusia. Dan kebaikan itu adalah suatu
kebaikan yang bersifat umum-universal. Karena itu, etika bukanlah suatu yang relatif karena
semuanya menuju pada agathon yang bersifat universal.

PLATO (427-347 SM)

Plato adalah filsuf Yunani yang sangat berpengaruh, murid Socrates dan guru dari Aristoteles.
Karyanya yang paling terkenal ialah Republik di mana ia menguraikan garis besar pandangannya
pada keadaan "ideal". Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di mana Socrates adalah
peserta utama.
Sumbangsih Plato yang terpenting tentu saja adalah ilmunya mengenai ide. Dunia fana ini tiada
lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Di dunia ideal semuanya sangat
sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja,
tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan saja konsep
mengenai "kebajikan" dan "kebenaran".
Teori Pengetahuan dan Realitas – rasionalisme, intuisisme, doktrin ide, dualisme, platonisme,
idelaisme platonic, realisme platonic, idealisme klasik.
- Bersama Democritus, Plato memulai dari persepsi Protagoras tentang teori ilmu pengetahuan.
- Nalar dan pandangan menemukan universal dalam fenomena perseptual, yakni ide atau bentuk
realitas yang dapat dimengerti (rasionalisme dan intuisisme).
- Ilmu pengetahuan berkembang melalui tiga tahap: berkorespondensi dengan perkembangan
relatif tiga tingkatan jiwa: (1) doxa – opini atau keyakinan yang secara langsung berasal dari
indra; (2) diannoia – pemahaman rasional atau diskursif; (3) neois – intuisi ide langsung. Ilmu
pengetahuan memiliki dua objek: (1) apa yang sebenarnya terjadi, yakni wujud (being), esensi
(ousia), ide, dan bentuk; dan (2) kebajikan, kebajikan hanya didapat melalui pengetahuan yang
benar (dan) pengetahuan itu sendiri adalaha wujud yang benar (windelband).
- Teori Plato tentang ilmu secara sederhana dapat dilihat pada gambar garis terbagi (figure of
divided line) dari Plato sendiri dalam buku VI Republik.
- Moral universal atau ideal dari Socrates mendapatkan status ontologi, yakni menjadi dasar
realitas.
- Ide adalah sesuatu yang (1) abadi dan sempurna; (2) nyata – ”bentuk” dari realitas yang
sebenarnya, pengetahuan yang membentuk kebajikan, ”spesies konsep kelas” (eindelband); (3)
disugestikan, diperkirakan, atau ditiru oleh sesuatu dari dunia fenomena; (4) diserap oleh nalar
dan intuisi; (5) objektif – tidak tergantung pada pikiran atau yang mengetahui (knower), bila
dibandingkan dengan idealisme modern; (6) terdapat pada hierarki di bawah ide yang lebih tinggi
dan universal tentang yang ada, kebajikan, indah, dan kebenaran yang terlibat dalam ide
kebajikan secara pasti; (7) mengarah kepada ide kebajikan sebagai batas akhir, tujuan akhir
(teologi); (8) ideal yang dapat dipahami, yang membentuk perubahan terus-menerus tanpa akhir
atau berubah menjadi fenomena; (9) terpatri dalam jiwa (pikiran) melalui sebuah proses rekoleksi
atau memori tentang eksistensi masa lalu.
- Dua macam realitas yang paling utama adalah: (1) ide-ide yang nyata secara independen; dan
(2) fenomena yang nyata tetapi tidak independen. Terhadap dua realitas ini dapat ditambahkan
dengan agen atau pencipta – Tuhan – yang membentuk dunia berdasarkan ide-ide itu.
- Fenomena meliputi dunia ruang-waktu yang mendekati dunia ide yang abadi dan nyata.
Teori Pikiran (jiwa) dan Nilai (etika) – spiritualisme, realisasi diri, doktrin kepribadian.
- Jiwa (pikiran) telah ada sejak semula dan abadi (doktrin keabadian - phaeo).
- Jiwa (pikiran) terhubung pada jasad sebagai fenomena (proses menjadi) ide-ide (being).
- Jiwa (pikiran) membawa kehidupan dan pengetahuan kepada jasad.
- Jiwa (pikiran) mengukuhkan hubungan dengan jasad melalui tiga fungsi: (1) selera – dorongan
atau ketertarikan rasa (epithymia) yang berasal dari perut; (2) keinginan – ambisi atau energi
spiritual (thymos) yang bersumber pada dada; dan (3) nalar – pandangan atau pemahaman
(neosis) yang bersumber pada pikiran dan berkorespondensi dengan, sebagaimana halnya rindu,
dunia ide yang abadi.
- Jiwa (pikiran) mirip dengan kereta perang; dua kuda – selera dan keinginan – yang
menggerakannya di bawah bimbingan nalar.
- Tiga fungsi jiwa berkorelasi dengan: (1) tiga bentuk pengetahuan, (2) tiga kelas keadaan ideal
(republik), (3) sifat dan tujuan pendidikan (republik).
- Keharmonisan masyarakat secara analogis terkait dengan keharmonisan fungsi jiwa.
- Realisasi keharmonisan fungsional yang ideal adalah keadilan.
- Keadilan menuntut kesederhanaan selera dengan pengendalian keinginan dan pencarian (eros)
dan akhirnya mendapat pengetahuan tentang kebajikan (symposium).
Teori Realitas – neo Platonisme, mistisisme, emanasionisme.
- Realitas adalah Yang Satu, sumber semua eksistensi yang memancar dan tempat kembali semua
yang ada.
- Adalah sifat Yang Satu itu untuk beremanasi.
- Emanasi mulai dari ide-ide yang membentuk eksistensi penghubung antara wujud (Yang Satu)
dengan Yang Takberwujud (nonbeing). Ide-ide memancarkan jiwa, yang selanjutnya
memancarkan jasad dan materi.
- Materi merupakan emanasi terakhir dalam pluralitas sesuatu yang secara fisik memiliki bentuk
eksistensi negasi tetapi pada hakekatnya ia adalah Tiada atau ketiadaan Wujud.
- Jiwa bersifat individual dan menggerakkan jasad. Jiwa selalu mencari tujuan akhirnya dengan
membebaskan diri dari materi (Yang tak berwujud) dan kembali kepada Yang Satu (Wujud).
EMANASI NEOPLATONIK
↓↑
Yang Satu (Wujud)
↓↑
Dunia Pikiran (Ide-ide)
↓↑
Dunia Jiwa (Jiwa-jiwa)
↓↑
Materi (Yang Tak berwujud)
ARISTOTELES (384-322 SM)

Aristoteles adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung. Ia
menulis berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik,
pemerintahan, etnis, biologi dan zoologi. Bersama dengan Socrates dan Plato, ia dianggap menjadi
seorang di antara tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran Barat.
Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk
wilayah Makedonia tengah) tahun 384 SM. Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari
Makedonia. Pada usia 17 tahun, Aristoteles bergabung menjadi murid Plato. Belakangan ia
meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Aristoteles meninggalkan
akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia. Saat
Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan dari
Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang
dipimpinnya sampai tahun 323 SM.
Filsafat Aristoteles berkembang pada waktu ia memimpin Lyceum, yang mencakup enam karya
tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling
penting, selain kontribusinya di bidang metafisika, fisika, etika, politik, kedokteran dan ilmu alam.
Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan
spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan
analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam. Plato
menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, sedangkan Aristoteles menjelaskan bahwa
materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Selanjutnya ia menyatakan bahwa
bentuk materi yang sempurna, murni atau bentuk akhir, adalah apa yang dinyatakannya sebagai
theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan.
Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan
sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal.
Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi,
eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk
demokrasi dan monarki.
Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi
dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam
sekali seperti fisika, astronomi, biologi, psikologi, metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip
awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika
dan puisi.
Dapat dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan
pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan teologi
Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh
Maimonides (1135 – 1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126 – 1198). Bagi
manusia abad pertengahan, Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif
terhadap logika dan metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu
pengetahuan, atau "the master of those who know", sebagaimana yang kemudian dikatakan oleh
Dante Alighieri
Teori Pengetahuan – rasionalisme.
- Mengembangakn logika sebagai metode ilmu pengetahuan.
- Berbeda dengan Plato, Aristoteles menganggap bahwa objek ilmu pengetahuan bukanlah dunia
ide tetapi ”hubungan antara dunia ide dengan fenomena yang akan membentuk satu ilmu
pengetahuan konseptual (rasional) yang mampu menjelaskan apa yang dirasa.
- Aristoteles menggabungkan antara rasionalisme ilmiah Democitus dngan rasionalisme ontologis
Plato – materialisme dengan idealisme. Ide-ide dan bentuk semata-mata hanya terdapat pada
benda.
- Logika menjadi makna dari hubungan yang umum (ide) atau sesuatu kepada yang khusus/
partikular (fenomena) yang ada dalam persepsi.
- Tugas sains adalah memamerkan (mendemonstrasikan) pentingnya logika dengan pandangan
(persepsi) yang lebih khusus mengikuti pandangan (konseptual) secara umum.
- Mekanisme deduksi adalah silogisme, di mana dua proposisi diasumsikan benar dan yang ketiga
sebagai kesimpulan.
- Deduksi dapat menunjukkan prinsip-prinsip umum dalam partikular tetapi tidak membentuk
prinsip-prinsip umum itu sendiri atau pengetahuan baru.
- Aristoteles menggambarkan prinsip-prinsip umum dari partikular melalui induksi atau investigasi.
- Investigasi dalam pemikiran aristoteles berproses dari partikular dalam persepsi... kepada umum
yang di mana partikular dapat dibuktikan dan dijelaskan.
- Aristoteles menghubungkan konsep investigasi – prinsip pertama – kepada realitas sebagai
penyebab dari partikular.
- Berbeda dengan sains kontemporer, sains Aristoteles memandang kepada yang umum atau
penyebab metafisik dari sesuatu.
- Induksi kontemporer non-Aristotelian hanya sampai pada kemungkinan ketimbang kepada
prinsip-prinsip umum tertentu secara kebetulan; lebih bersifat pasti (certainity) ketimbang
kemungkinan yang memberikan karakteristik pada sains Aristoteles dan teori ilmu pengetahuan.
Teori realitas – teologi, Aristotelian, vitalisme.
- Realitas adalah apa yang terbentang dalam fenomena; termasuk di dalamnya materi dan bentuk
(form).
- Materi adalah unsur yang membentuk sesuatu.
- Bentuk adalah yang menyusun atau mengatur materi.
- Materi dan bentuk tidak dapat dipisahkan; di mana ada bentuk, di situ ada materi kecuali pada
penyebab pertama – penggerak yang tak digerakkan – yang merupakan bentuk yang transeden.
- Materi dan dan bentuk mencakup substansi; misalnya, sesnsi manusia adalah bentuk; aspek fisik
dan psikologisnya merupakan materi.
- Substansi (misalnya manusia) memiliki sifat-sifat atau keuniversalan, misalnya merah.
- Keuniversalan hanya terdapat pada benda tertentu, berbeda dengan Plato.
- Terdapat sepuluh kategori realitas, di mana substansi merupakan yang paling utama karena
disematkan pada subjek dan tidak ada pada subjek itu; hanya substansilah yang disebut subjek;
semua kategori yang lain; seperti kualitas dan kuantitas, mesti disematkan pada substansi.
- Kategori-kategori tidak hanya menunjuk pada pemikiran dan bahasa tetapi juga pada realitas.
- Materi dan bentuk saling terkait, seperti kayu rongsokan adalah bentuk dari kayu tetapi materi
untuk rumah.
- Materi memiliki potensi menjadi bentuk.
- Bentuk adalah aktualisasi; biji adalah aktualisasi itu sendiri tetapi merupakan pontensial untuk
menjadi pohon.
- Aktualisasi atau proses menjadi merupakan hasil dari sebab. Sebab atau faktor pengubah adalah
(1) material – keterbatasan materi; (2) formal (bentukan) – pola bentuk yang dibutuhkan; (3)
efisien – daya yang menghasilkan perubahan; dan (4) final – akhir atau tujuan dari aktualisasi.
Penyebab terakhir dari semua realitas adalah tak berubah, penggerak tak tergerak, dan murni
sebagai bentuk.
- Realitas bersifat abadi tetapi teleologis karena disebabkan potensialitas membutuhkan aktualitas
dalam kecenderungan aktualisasi bentuk murni (nalar).
Teori pikiran (jiwa dan etika) – fungsionalisme, eudemonisme.
- Pikiran (jiwa) merupakan aktualisasi utama dari tubuh fisik yang dilengkapi kehidupan dan dalam
hal ini ia adalah penglihatan yang ada pada mata.
- Intelesi tubuh adalah sifat inheren dari tubuh.
- Pikiran adalah yang menggerakkan tubuh menuju realisasi diri.
- Kebijakan tertinggi adalah aktivitas yang diarahkan kepada realisasi diri dalam arti kegiatan aktif
atau murni nalar.
- Pencapaian realisasi diri menghasilkan eudemonia (kebaikan).

Anda mungkin juga menyukai