Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI

Oleh :

1. Adrian Binarto Aritonang (17D10001)


2. Dhiemas Praja Saputra (17D10011)
3. Ritha Maria Rumaikeuw (17D10053)
4. Ni Ketut Ayu Putri Surya Dewi (17D10044)
5. Anry Dwi Atma Putra (17D10059)
6. A.A.Istri Cindy Pramiswari (17D10061)
7. Zesika Indah Pertiwi Walangadi (17D10115)
8. Mutia Fatikha (17D10080)

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI


D IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
TAHUN AJARAN
2019
A. KONSEP TEORI KEBUTUHAN

1. Definisi

Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau


fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon
dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada
tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel. (Wahit
Iqbal Mubarak, 2007)
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untukmempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara
normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas.
(Wartonah Tarwanto, 2006)
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia,
dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolism sel tubuh. Kekurangan
oksigan bisa menyebabkan hal yangat berartibagi tubu, salah satunya adalah kematian.
Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk mejamin pemenuhan kebutuhan
oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan
kebutuhan oksigen merupakan garapan perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat
harus paham dengan manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu
mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kesehatan.

2. Anatomi Fisiologi Terkait KDM


Stuktur Sistem Pernafasan
a. Sistem Pernafasan Atas
Sistem pernafasaan atas terdiri atas mulut,hidung, faring, dan laring. Hidung. Pada
hidung udara yang masuk akan mengalami penyaringan, humidifikasi, dan
penghangatan. Faring merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara dan makanan.
Faring terdiri atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang
berfungsi menangkap dan dan menghancurkan kuman pathogen yang masuk bersama
udara.
Laring merupakan struktur yang merupai tulang rawan yang bisa disebut jakun.
Selain berperan sebagai penghasil suara, laring juga berfungsi mempertahankan
kepatenan dan melindungi jalan nafas bawah dari air dan makanan yang masuk.
b. Sistem Pernafasan Bawah
Sistem pernafasaan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru yang dilengkapi dengan
bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan kapiler paru dan pleura.
Trakea merupakan pipa membran yang dikosongkan oleh cincin kartilago yang
menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan kiri. Paru-paru ada dua buah
teletak di sebelah kanan dan kiri.Masing-masing paru terdiri atas beberapa lobus (paru
kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus) dan dipasok oleh satu bronkus. Jaringan-jaringn
paru sendiri terdiri atas serangkain jalan nafas yang bercabang cabang, yaitu
alveoulus, pembuluh darah paru, dan jaringan ikat elastic.
Permukaan luar paru-paru dilapisi oleh dua lapis pelindung yang disebut pleura.
Pleura pariental membatasi toralk dan permukaan diafragma, sedangkan pleura
visceral membatasi permukaan luar paru. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat
cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna mencegah gerakan friksi selama
bernafas.
Berdasarkan tempatnya proses pernafasan terbagi menjadi dua dua yaitu:
1) Pernapasan Eksternal
Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan
proses pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Secara
umum proses ini berlangsung dalam tiga langkah, yakni :
a. Ventilasi Pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses ventilasi
sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus. Proses
ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu jalan napas yang bersih,
system saraf pusat dan system pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu
mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta komplians paru yang adekuat.
b. Pertukaran Gas Alveolar
Setelah oksigen masuk alveolar, proses proses pernapasan berikutnya adalah
difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah
pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area
berkonsentrasi atau bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan
membran kapiler, dan dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan
tekanan gas.
c. Transpor Oksigen Dan Karbon Dioksida
Tahap ke tiga pada proses pernapasan adalah tranpor gas-gas pernapasan. Pada
proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan karbon dioksida
diangkut dari jaringan kembali menuju paru.

2) Pernapasan Internal
Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengaju pada proses metabolisme
intra sel yang berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan oksigen dan
menghasilkan CO2 selama proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses
ini darah yang banyak mengandung oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga
mencapai kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara
kapiler sistemik dan sel jaringan. Seperti di kapiler paru, pertukaran ini juga
melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan gradien tekanan parsial.

3. Faktor Prediposisi (pendukung) dan Presipitasi (penvetus)


a. Faktor Fisiologis
1. Menurunnya kapasitas pengingatan o2 seperti pada anemia
2. Menurunnya konsentrasi o2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi seluruh napas
bagian atas
3. Hypovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport o2
terganggu
4. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka dan
lain-lain
5. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas
b. Faktor Perkembangan
1. Bayi premature yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
2. Bayi dan toddler adanya resiko infeksi saluran pernafasan akut
3. Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok
4. Dewasa muda dan penegahan : diet yang tidak sehat , kurang aktivitas, stress yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arterioklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.

c. Faktor Perilaku
1. Nutrisi : Misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi
yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurag, diet yang tinggi
lemak menimbulkan arterioklerosis.
2. Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3. Merokok : Nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan
koroner
4. Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : Menyebabkan intake nutrisi/fe
menurun , mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi
pusat pernafasan.
5. Kecemasan : Menyebabkan metabolisme meningkat

d. Faktor Lingkungan
1. Tempat kerja
2. Suhu lingkungan
3. Ketinggian tempat dan permukaan laut.

4. Gangguan Terkait KDM


a. Etiologi
1) Faktor Fisiologi
a) Menurunnya kemampuan mengikat O2 seperti pada anemia
b) Menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasi seperti pada Obstruksi saluran
pernafasan bagian atas
c) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan
terganggunya oksigen(O2)
d) Meningkatnya metabolism seperti adanya infeksi, demam luka dll
e) kondisi yang mempengaruhi pergerakkan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulusekeletal yang abnormal, penyakit kronis seperti
TBC paru.

2) Faktor Perilaku
a) Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen
berkurang.
b) Exercise, exercise akan meningkatkan kebutuhan Oksigen.
c) Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan
koroner.
d) Alkohol dan obat-obatan menyebankan intake nutrisi /Fe mengakibatkan.
e) Penurunan hemoglobin, alcohol menyebabkan depresi pusat pernafasan.
f) Kecemasan, menyebabkan metabolism meningkat.

b. Proses terjadi

Fisiologi Perubahan Fungsi Pernafasan


1) Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar
pernafasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena
kecemasan, infeksi, keracunan obat-obatan, keseimbangan asam basa seperti
asidosis metabolikTanda-tanda hiperventilasi adalah takikardi, nafas pendek, nyeri
dada, menurunnya konsentrasi, disorientasi, tinnitus.

2) Hipoventilasi

Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan O2


tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya terjadi pada
keadaaan atelektasis (Kolaps Paru). Tanda-tanda dan gejalanya pada keadaan
hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, ketidak
seimbangan elektrolit.
3) Hipoksia

Tidak adekuatnya pemenuhuan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang di


inspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia dapat
disebabkan oleh menurunnya hemoglobin, kerusakan gangguan ventilasi,
menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok, berkurannya konsentrasi O2 jika
berada dipuncak gunung. Tanda-tanda Hipoksia adalah kelelahan, kecemasan
menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan cepat dan
dalam sianosis, sesak nafas.

c. Manifestasi klinis

1) Suara nafas tidak normal.


DS :
- Pasien mengatakan sesak.
DO :
- Terdengar suara nafas ronkhi

2) Perubahan jumlah pernapasan.


DS :
- Pasien mengatakan sesak
DO :
- RR kurang/lebih dari angka normal (16-20 x/menit)
3) Batuk disertai dahak.
DS :
- Pasien merasa tidak nyaman
DO :
- Pasien mengeluarkan dahak saat batuk
4) Penggunaan otot tambahan pernapasan.
DS :
- Pasien mengatakan tidak nyaman saat bernafas
DO :
- Otot dan rongga dada pasien tampak mengembang
5) Dispnea.
DS :
- Pasien mengatakan sesak
DO :
- RR diatas normal (16-20x/menit)
- Hiperventilasi
6) Penurunan keluaran urin.
DS :
- Pasien mengatakan sulit saat berkemih
DO :
- Eliminasi urine kurang dari batas normal (1500-2000 ml)
7) Penurunan ekspansi paru.
DS :
- Pasien mengatakan Lelah saat bernafas
DO :
- Ekspansi dada menurun
8) Takhipnea
DS :
- Pasien mengatakan sesak

DO :
- RR terjadi peningkatan/diatas normal (16-20x/menit)
- Hiperventilasi

d. Komplikasi
1) Penurunan Kesadaran.
2) Hipoksia.
3) Cemas dan gelisah (Ansietas).
5. Pemeriksaan Diagnostik/Pemeriksaa Penunjang Terkait KDM
a. Jenis Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan
oksigenasi yaitu:
1) EKG: menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi
transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
2) Pemeriksaan latihan stres, digunakan untuk mengevaluasi respond jantung
terhadap stres fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respond
miokard terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan
aliran darah koroner.
3) Pemeriksaan fungsi paru. Untuk mengetahui kemampuan paru dalam
melakukan pertukaran gas secara efisien.
4) Pemeriksaan gas darah arteri. Untuk memberikan informasi tentang difusi gas
melalui membrane kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
5) Oksimetri. Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
6) Pemeriksaan sinar x dada. Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur,
dan proses-proses abnormal.
7) Bronkoskopi. Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel
sputum/benda asing yang menghambat jalan napas
8) Endoskopi. Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi
9) Fluoroskopi. Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, missal : kerja
jantung dan kontraksi paru
10) CT-Scan. Untuk mengidentifikasi adanya massa abnormal

b. Parameter Yang Diperiksa


1) Mata
2) Kulit
3) Jari dan Kuku
4) Mulut dan bibir
5) Hidung
6) Vena leher
7) Dada
8) Pola pernapasan
9) Analisa Gas Darah
a) pH : 7,35-7,45
b) TCO2 : 23-27 mmol/L
c) PCO2 : 35-45 mmHg
d) BE : 0 ± 2 mEq/L
e) PO2 : 80-100 mmHg
f) SaO2 : 95%-100%
g) HCO3 : 22-26 mEq/L
c. Hasil Temuan (Yang Tidak Normal)
1) Mata :
a) Konjungtiva pucat (karena anemia)
b) Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
c) Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endokarditis)
2) Kulit
a) Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
b) Penurunan turgor (dehidrasi)
c) Edema
d) Edema periorbital
3) Jari dan kuku
a) Sianosis
b) Clubbing finger.
4) Mulut dan bibir
a) Membrane mukosa sianosis
b) Bernapas dengan mengerutkan mulut.
5) Hidung : Pernapasan dengan cuping hidung.
6) Vena leher : Adanya distensi / bendungan.
7) Dada
a) Retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan,
dispnea, obstruksi jalan pernapasan)
b) Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
c) Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati
saluran/rongga pernapasan
d) Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial) atau Suara
napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing, friction rub/pleural
friction), Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)
8) Pola pernapasan
a) Pernapasan normal (eupnea)
b) Pernapasan cepat (tacypnea)
c) Pernapasan lambat (bradypnea)
9) Analisa Gas Darah : kurang atau melebihi batas normal

d. Interpretasi Hasil
1) Interpretasi Hasil Pemeriksaan pH
Serum pH menggambarkan keseimbangan asam basa dalam tubuh. Sumber
ion hidrogen dalam tubuh meliputi asam volatil dan campuran asam seperti asam
laktat dan asam keto.
Nilai normal pH : 7.35 - 7.45
Nilai kritis : < 7.25 - 7.55

Implikasi Klinik :
a) Umumnya nilai pH akan menurun dalam keadaan asidemia peningkatan
pembentukan asam
b) Umumnya nilai pH meningkat dalam keadaan alkalemia kehilangan asam
c) Bila melakukan evaluasi nilai pH, sebaiknya PaCO2 dan HCO3 diketahui juga
untuk memperkirakan komponen pernafasan atau metabolik yang
mempengaruhi status asam basa
2) Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Karbon Dioksida, (PaCO2)
PaCO2 menggambarkan tekanan yang dihasilkan oleh CO2 kyang terlarut
dalam plasma. Dapat digunakan untuk menetukan efektifitas ventilasi dan
keadaan asam basa dalam darah.
Nilai Normal : 35 - 45 mmHg
SI : 4.7 - 6.0 kPa
Implikasi Klinik:
a) Penurunan nilai PaCO2 dapat terjadi pada hipoksia, anxiety/ nervousness dan
emboli paru. Nilai kurang dari 20 mmHg perlu mendapatkan perhatiaan
khusus.
b) Peningkatan nilai PaCO2 dapat terjadi pada gangguan paru atau penurunan
fungsi pusat pernafasan. Nilai PaCO2 > 60 mmHg perlu mendapat perhatian
khusus.
c) Umumnya peningkatan PaCO2 dapat terjadi pada hipoventilasi sedangkan
penurunan nilai menunjukkan hiperventilasi.
d) Biasanya penurunan 1 mEq HCO3 akan menurunkan tekanan PaCO2 sebesar
1.3 mmHg.
3) Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Oksigen, (PaO2)
PaO2 adalah ukuran tekanan parsial yang dihasilkan oleh sejumlah oksigen
yang terlarut dalam plasma. Nilai ini menunjukkan kemampuan paru-paru dalam
menyediakan oksigen bagi darah.
Nilai Normal (suhu kamar, tergantung umur): 75 - 100 mmHg
SI : 10 - 13.3 kPa
Implikasi Klinik:
a) Penurunan nilai PaO2 dapat terjadi pada penyakit paru obstruksi kronik,
PPOK, penyakit obstruksi paru, anemia, hipoventilasi akibat gangguan fisik
atau neoromuskular dan gangguan fungsi jantung. Nilai PaO2 kurang dari 40
mmHg perlu mendapatkan perhatian khusus.
b) Peningkatan nilai PaO2 dapat terjadi pada peningkatan penghantaran O2 oleh
alat bantu, contohnya nasal prongs, alat ventilasi mekanik hiperventilasi dan
polisitemia, peningkatan sel darah merah dan daya angkut oksigen.
4) Interpretasi Hasil Saturasi Oksigen, (SaO2)
Jumlah oksigen yang diangkut oleh hemoglobin, ditulis sebagai persentasi
total oksigen yang terikat pada hemoglobin.
Nilai Normal : 95 - 99 % O2
Implikasi Klinik:
a) Saturasi oksigen digunakan untuk mengevaluasi kadar oksigenasi hemoglobin
dan kecakupan oksigen pada jaringan
b) Tekanan parsial oksigen yang terlarut di plasma menggambarkan jumlah
oksigen yang terikat pada hemoglobin sebagai ion bikarbonat
5) Interpretasi Hasil Pemeriksaan Karbon Dioksida, (CO2)
Dalam plasma normal, 95% dari total CO2 terdapat sebagai ion bikarbonat,
5% sebagai larutan gas CO2 terlarut dan asam karbonat. Kandungan CO2 plasma
terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat basa dan diatur oleh ginjal.
Gas CO2 yang larut ini terutama bersifat asam dan diatur oleh paruparu. Oleh
karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan konsentrasi bikarbonat.
Nilai Normal CO2 : 22 - 32 mEq/L
SI : 22 - 32 mmol/L
Kandungan CO2 plasma terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang
bersifat basa dan diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama yang bersifat
asam dan diatur oleh paru-paru. oleh karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan
konsentrasi bikarbonat.
Implikasi Klinik:
a) Peningkatan kadar CO2 dapat terjadi pada muntah yang parah, emfisema, dan
aldosteronisme
b) Penurunan kadar CO2 dapat terjadi pada gagal ginjal akut, diabetik asidosis
dan hiperventilasi
Peningkatan dan penurunan dapat terjadi pada penggunaan nitrofurantoin

6. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi
1) Pemberian oksigenasi menggunakan nasal kanul
2) Antagonis beta 2 adrenergik (salbutamol mg atau fenetoral 2,5 mg atau terbutalin
10 mg). Inhalasi nebulisasi dan pemberian yang dapat diulang setiap 20 menit
sampai 1 jam. Pemberian antagonis beta 2 adrenergik dapat secara subcutan atau
intravena dengan dosis salbutamol 0,25 mg dalam larutan dekstrose 5%
3) Aminophilin intravena 5-6 mg per kg, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12
jam sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.
4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg intravena jika tidak ada respon segera
atau dalam serangan sangat berat.
5) Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk didalamnya
golongan beta adrenergik dan anti kolinergik
b. Penatalaksanaan Operatif
1) Torakotomi
2) Pneumonectomy
3) Trakeostomy
4) Bronkoskopi
Dan lain lain
c. Penatalaksanaan Cairan
1) Balance cairan = input cairan-output cairan (BC=I-O)
2) Balanca cairan (+) jika cairan masuk > cairan keluar, resti overhidrasi.
3) Balanca cairan(-) jika cairan masuk < cairan keluar, resti dihidrasi
4) Kebutuhan cairan tubuh rata-rata: 40-50 mL/kg BB/24 jam
5) Urine: produksi urine dinilai nomor 0,5-1 cc/Kg BB/24 jam
6) Faeces: sekali kurang lebih 100 cc air
7) IWL (Insensible Water Loss): Kehilangan air tidak disadari lewat penyerapan
(keringat, bicara, napas).
B. TUJUAN TEORI MASALAH KESEHATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
DASAR MANUSIA

1. Pengkajian
a. Identitas Pasien

Nama : Tn. A
TTL : Denpasar 13 – 11 -1998
Usia : 20 thn
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Status : Mahasiswa
Pendidikan : S1
Alamat : Jln Tukan Barito Gg. Dewi Sri No.4
No Rm : 1234
Tanggal Mrs : 19 Juli 2019

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. S

Alamat : Jln Tukan Barito Gg. Dewi Sri No.4

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : PNS

c. Keluhan utama
Klien mengatakan sesak nafas serta nyeri pada daerah dada.
d. Pemeriksaan fisik
1) Mata
a) Konjungtiva pucat (karena anemia).
b) Konjungitva sianosis ( karena hipoksemia).
c) Konjungtiva terdapat pethecia ( karena emboli lemak atau endokarditis)
2) Kulit
a) Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah Sianosis perifer).
b) Sianosis secara umum (hipoksemia).
c) Penurunan turgor (dehidrasi).
d) Edema
e) Edema periorbital.
3) Jari dan kuku
a) Sianosis Sianosis
b) Clubbing finger
4) Mulut dan bibir
a) Membran mukosa sianosis.
b) Bernapas dengan mengerutkan mulut.
5) Hidung
a) Pernapasan dengan cuping hidung, deviasi sputum, perforasi, dan kesimetrisan.
6) Vena Leher
a) Adanya distensi/ bendungan.
7) Dada
a) Inspeksi
• Pemeriksaan mulai dada posterior sampai yang lainnya, pasien harus duduk.
• Observasi dada pada sisi kanan atau kiri serta depan atau belakang.
• Dada posterior amati adanya skar, lesi, dan masa serta gangguan tulang
belakang (kifosis, skoliosis, dan lordosis).
• Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan pergerakan
dada.
• Observasi pernapasan seperti pernapasan hidung, atau pernapasan diafragma
serta penggunaan otot bantu pernapasan.
• Observasi durasi inspirasi dan ekspirasi. Ekspirasi yang panjang menandakan
adanya obstruksi jalan napas napas seperti seperti pada pasien Chronic
Chronic Airflow Airflow Limitation Limitation (CAL)/ (CAL)/ Chronic
Obstructive Pulmonary Disease (COPD).
• Kaji konfigurasi dada.
• Kelainan bentuk dada :
- Barrel chest : Akibat overinflation paru pada pasien emfisema.
- Funnel chest : Missal pada pasien kecelakaan kerja yaitu depresi
bagian bawah sternum.
- Pigeon chest : Akibat ketidak tepatan sternum yang mengakibatkan
peningkatan diameter AP.
- Kofiskoliosis : Missal pada pasien osteoporosis dan kelainan
musculoskeletal.
- Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan Observasi
pergerakan dinding dada mengindikasikan adanya penyakit paru/
pleura.
- Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inpsirasi yang
mengindikasikan adanya obstruksi napas.
b) Palpasi
Untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi abnormalitas,
mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui tactil premitus (vibrasi).
c) Perkusi
Mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada di sekitarnya, dan pengembangan
(ekskursi) diafragma. Ada dua suara perkusi yaitu:
• Suara perkusi normal:
- Resonan (sonor) : dihasilkan pada jaringan paru normal, umumnya
bergaung dan bernada rendah.
- Dullness : dihasilkan di atas jantung atau paru.
- Tympany : dihasilkan di atas perut yang berisi udara
• Suara perkusi abnormal:
- Hiperesonan : lebih rendah dari resonan seperti paru abnormal yang
berisi udara.
- Flatness : nada lebih tinggi dari dullness seperti perkusi pada paha,
bagian jaringan lainnya. jaringan lainnya.
d) Auskultasi
• Suara napas normal
- Bronchial/ tubular sound seperti suara dalam pipa, keras, nyaring,
dan hembusan lembut.
- Bronkovesikuler sebagai gabungan antara suara napas bronchial
dengan vesikuler.
- Vesikuler terdengar lembut, halus, sperti hembusan angina sepoi.
• Jenis suara tambahan
- Wheezing : suara nyaring, musical, terus menerus akibat jalan
napas yang menyempit.
- Ronchi : suara mengorok karena ada sekresi kental dan peningkatan
produksi sputum.
- Pleural friction rub : suara kasar, berciut, dan seperti gessekan akibat
inflamasi dim pleura, nyeri saat bernapas.
- Crakles :
o Fine cracles : suara meletup akibat melewati daerah alveoli,
seperti suara rambut digesekkan.
o Coars cracles: lemah, kasar, akibat ada cairan di jalan
saluran napas yang besar. Berubah jika pasien batuk.
e. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Pada saat di kaji, klien mengatakan sesak nafas, nyeri di area dada dengan skala satu
( 0-5 ). Sesak yang di rasakan seperti terhimpit suatu benda, sesak ertambah ketika
klien bergerak dan sesak berkurang jika di baringkan
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di derita saat ini
3) Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit keluarga

2. Masalah Kesehatan Anestesi


1) Pola napas tidak efektif
2) Kebersihan jalan napas tidak efektif
3) Gangguan pertukaran gas

3. Perencanaan
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
1) Pembersihan jalan nafas
2) Latihan batuk efektif
3) Suctioning
4) Jalan nafas buatan
b. Pola Nafas Tidak Efektif
1) Atur posisi pasien (Semi Fowler)
2) Pemberian Oksigen
3) Tehnik bernafas dan relaksasi
c. Gangguan Pertukaran gas
1) Atur posisi pasien (posisi fowler)
2) Pemberian oksigen
3) Suctioning
4. Penatalaksanaan
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
1) Membersihan jalan nafas
2) Melatih batuk efektif
3) Melakukan suctioning
4) Mebebaskan jalan nafas
b. Pola Nafas Tidak Efektif
1) Mengatur posisi pasien (Semi Fowler)
2) Pemberian Oksigen
3) Memberikan tehnik bernafas dan relaksasi
c. Gangguan Pertukaran gas
1) mengatur posisi pasien (posisi fowler)
2) Pemberian oksigen
3) Melakukan Suctioning

5. Evaluasi
Dengan dilakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose Pola napas tidak
efektif dan Kebersihan jalan napas tidak efektif maka perlu di evaluasi dan diharapkan
hasilnya jalan nafas bersih, pasien bernafas dengan adekuat dan respirasi rate dalam batas
normal (16-20x/menit).
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
1) Mempunyai jalan nafas yang paten.
2) Mengeluarkan sekresi secara efektif.
3) Mempunyai irama dan frekuensi pernafasan dalam rentang normal.
b. Ketidakefektifan pola nafas
1) Ekspansi dada simetris.
2) Tidak ada penggunaan otot bantu.
3) Bunyi napas tambahan tidak ada.
4) Napas pendek tidak ada.
5) Mempunyai kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.
c. Gangguan pertukaran gas
1) Ventilasi tidak bermasalah.
2) Status neurologic dalam rentang yang diharapkan.
3) Tidak ada dsypneu.
4) Tidak gelisah dan sianosis.
5) Tidak ada keletihan.
6) Hasil GDA dalam batas normal.
7) End tidal CO2 dalam rentang normal.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Azis. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: Salemba medika.

Sasmi. A. 2016. Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Nn. R Dengan
Gangguan Kebutuhan Oksigenasi, Sukabumi: Stikesmi.

Chan. Q. 2013. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Gangguan Oksigen 2, Bali:


Universitas Udayana.
WOC

GANGGUAN OKSIGENASI

Faktor Fisiologi Faktor Faktor


• ↓ Kemampuan Perkembangan Faktor Perilaku Lingkungan
mengikat O2 • Bayi premature • Nutrisi • Tempat kerja
• ↓ Konsentrasi • • Exercise
Bayi&toddler • Suhu lingkungan
O2 inspirasi • Merokok
• Anak usia sekolah • Ketinggian
• Hipovolemia • Alkohol
• ↑ Metabolisme & remaja • Kecemasan tempat dan
• Kondisi yang • Dewasa muda permukaan laut.
mempengaruhi
&penegahan
pergerakkan
dinding dada • Dewasa tua

Proses terjadinya

Hiperventilasi Hipoventilasi Hipoksia

Upaya tubuh dalam Terjadi ketika ventilasi alveolar Tidak adekuatnya pemenuhan
meningkatkan jumlah tidak adekuat untuk memenuhi O2 seluler akibat dari defisiensi
O2 dalam paru-paru penggunaan O2 tubuh atau untuk O2 yang diinspirasi atau
agar pernafasan lebih mengeluarkan CO2 dengan meningkatnya penggunaan O2
cepat dan dalam cukup pada tingkat seluler.

Manifestasi Klinis

• Suara napas tidak normal.


• Perubahan jumlah pernapasan.
• Batuk disertai dahak.
• Penggunaan otot tambahan pernapasan.
• Dispnea.
• Penurunan ekspansi paru.
• Takhipnea
Komplikasi

• ↓ Kesadaran
• Hipoksia
• Ansietas

Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

• EKG
• Pemeriksaan latihan stress
• Pemeriksaan fungsi paru & AGD
• Oxymetri
• Sinar X dada
• Bronkoskopi
• Endoskopi
• Fluoroskopi
• CT Scan

Masalah Anestesi

• Bersihan jalan napas tidak efektif


• Pola napas tidak efektif
• Pertukaran gas yang tidak efektif

Anda mungkin juga menyukai