Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wabah adalah suatu keadaan ketika dimana kasus penyakit atau peristiwa
yang lebih banyak daripada yang diperkirakan dalam suatu periode waktu
tertentu di area tertentu atau diantara kelompok tertentu. Disebuah fasilitas
pelayanan kesehatan dugaan terhadap suatu wabah mungkin muncul ketika
aktivitas surveilans rutin mendeteksi adanya suatu kluster kasus yang tidak
biasa atau terjadinya peningkatan jumlah kasus yang signifikan dari jumlah
biasanya.
Pakar dan ilmuan merasa mempunyai tantangan dan kesempatan untuk
terus menerus menggali dan menemukan ilmu pengetahuan baru guna
mengatasi masalah ini. Ketika dokter mendiagnosa suatu penyakit yang tidak
biasa, ketika dokter, perawat, bidan, atau petugas laboraturium yang
menyadari terjadinya serangkaian kluster kasus. Kluster kasus adalah
kelompok kasus penyakit atau peristiwa kesehatan lain yang terjadi dalam
rentang waktu dan tempat yang berdekatan. Didalam suatu kluster banyaknya
kasus dapat melebihi jumlah yang diperkirakan, umumnya jumlah yang
diperkirakan tidak diketahui .
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian wabah?
2. Apa saja bentuk wabah?
3. Bagaimana langkah – langkah investigasi wabah?
4. Bagaimana cara penanggulangan wabah?
1.3 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian wabah
2. Untuk mengetahui apa saja bentuk wabah
3. Untuk mengetahui langkah – langkah investigasi wabah
4. Untuk mengetahui penanggulangan wabah

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wabah

Secara umum Wabah dapat diartikan sebagai kejadian penyakit


melebihi dari normal (kejadian yang biasa terjadi). Banyak definisi yang
diberikan mengenai wabah baik kelompok maupun para ahli diantaranya :

a. Wabah adalah penyakit menular yang terjangkit dengan cepat,


menyerang sejumlah besar orang didaerah luas ( KBBI : 1989 ).
b. Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang
telah meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah
terjangkit ( depkes RI, DirJen P2MPLP : 1981).
c. Wabah adalah kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara
nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah
tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka ( UU RI No. 4 tahun
1984 ).
d. Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada
penduduk suatu daerah, yang nyata jelas melebihi jumlah biasa (
Benenson : 1985 )
e. Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat
berupa penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan, atau kejadian lain yang berhubungan dengan kesehatan
yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa ( Last : 1981 )
f. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi
pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu (Peraturan Menteri
Kesehatan RI, Nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989)

2
Tiga komponen wabah :
1) Kenaikan jumlah penduduk
2) Kelompok penduduk disuatu daerah
3) Waktu tertentu

Penyelidikan adanya kemungkinan wabah :


a. Mengadakan penanggulangan dan pencegahan
b. Ganas tidaknya penyakit
c. Sumber dan cara penularan
d. Ada atau tidaknya cara penanggulangan dan pencegahan
e. Kesempatan mengadakan penelitian dan pelatihan
f. Pertimbangan program
g. Kepentingan umum, politik, dan hukum
2.1.1 Bentuk Wabah
1. Berdasarkan Sifatnya
Pembagian wabah berdasarkan sifatnya yaitu :
a) Common Source Epidemic
Adalah suatu wabah penyakit yang disebabkan oleh
terpaparnya sejumlah orang dalam suatu kelompok secara
menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang reatif singkat. Adapun
common source epidemic itu berupa keterpaparan umum, biasa
pada letusan keracunan makanan, polusi kimia di udara terbuka,
menggambarkan satu puncak epidemi, jarak antara satu kasus
dengan kasus, selanjutnya hanya dalam hitungan jam, tidak ada
angka serangan kedua
Jika keterpaparan kelompok serta penularan penyakit berlangsung
sangat cepat dalam waktu yang singkat (point source of epiemic),
maka resultan dari semua kasus/ kejadian berkembang hanya dalam
satu masa tunas saja

3
Point source epidemic dapat pula terjadi pada penyakit oleh faktor
penyebab bukan infeksi yang menimbulkan keterpaparan umum
seperti adanya zat beracun polusi zat kimia yang beracun di udara
terbuka.
b) Propagated / Progresive Epidemic
Bentuk epidemik dengan penularan dari orang ke orang
sehingga waktu lebih lama dan masa tunas yang lebih lama pula.
Propagated / progresif epidemik terjadi karena adanya penularan
dari orang ke orang baik langsung maupun melalui vektor, relatif
lama waktunya dan lama masa tunas, dipengaruhi oleh kepadatan
penduduk serta penyebaran anggota masyarakat yang rentan serta
morbilitas dari penduduk setempat, masa epidemi cukup lama
dengan situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu
sampai pada batas minimal anggota masyarakat yang rentan, lebih
memperlihatkan penyebaran geografis yang sesuai dengan urutan
generasi kasus. Masa tuntas penyakit tersebut diatas adalah sekitar
satu bulan sehingga tampak bahwa masa epidemi cukup lama
dengan situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu
sampai pada saat di mana jumlah masyarakat yang rentan mencapai
batas yang minimal. Contohnya, kejadian wabah demam berdarah
di suatu tempat yang dalam penyebarannya memerlukan waktu
yang lama, dimana wabah ini memerlukan masa inkubasi. Selain
itu penularan wabah demam berdarah ini, melalui vector yang
berupa nyamuk Aides Aigepty.
2. Berdasarkan Cara Transmisinya
Menurut transmisinya, wabah dibedakan atas :
1) Wabah dengan penyebaran melalui media umum (common
vehicle epidemics),yaitu:
a Ingesti bersama makanan atau minuman, misalnya
Salmonellosis.
b Inhalasi bersama udara pernafasan, misalnya demam Q (di
laboratorium).

4
c Inokulasi melalui intravena atau subkutan, misalnya
hepatitis serum.
2) Wabah dengan penjalaran oleh transfer serial dari pejamu ke
pejamu (epidemics propagated by serial transfer from host to
host), yaitu :
a Penjalaran melalui rute pernafasan (campak), rute anal-
oral (shigellosis), rute genitalia (sifilis), dan sebagainya.
b Penjalaran melalui debu.
c Penjalaran melalui vektor (serangga dan arthropoda).

Tujuan penyelidikan KLB/wabah

a. Tujuan umum

1. Upaya penanggulangan dan pencegahan


2. Surveilans
3. Penelitian
4. Pelatihan
5. Menjawab keingintahuan masyarakat
6. Pertimbangan program
7. Kepentingan politik dan hokum
8. Kesadaran masyarakat

b. Tujuan khusus

1 Memastikan diagnose
2 Memastikan bahwa terjadi KLB/wabah
3 Mengidentifikasi penyebab KLB
4 Mengidentifikasi sumber penyebab
5 Rekomendasi: cepat dan tepat
6 Mengetahui jumlah korban dan populasi rentan, waktu dan periode
KLB, serta tempat terjadinya KLB (variable orang, waktu dan tepat)
2.1.2 Langkah – Langkah Investigasi Wabah

5
Langkah melakukan investigsi wabah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan yang sistemik yang terdiri dari:
1 Persiapan Investigasi di Lapangan
Persiapan dapat dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu:
a) Investigasi : Pengetahuan ilmiah perlengkapan dan alat.
b) Administrasi : Prosedur administrasi termasuk izin dan
pengaturanperjalanan.
c) Konsultasi : Peran masing-masing petugas yang turun
kelapangan.
2 Pemastian Adanya Wabah
Dalam mementukan apakah wabah, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a) Dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan
jumlah beberapa minggu atau bulan sebelumnya.
b) Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui
jumlah yang diharapkan.
c) Sumber informasi bervariasi bergantung pada situasinya.
1) Catatan hasil surveilans.
2) Catatan keluar dari rumah sakit, statistic kematian,
register, dan lain-lain.
3) Bila data lokal tidak ada, dapat digunakan rate dari
wilayah di dekatnya atau data nasional.
4) Boleh juga dilaksanakan survey di masyarakat
menentukan kondisi penyakit yang biasanya ada.
d) Pseudo endemik (jumlah kasus yang dilaporkan belum tentu
suatu wabah) :
1) Perubahan cara pencatatan dan pelaporan penderita.
2) Adanya cara diagnosis baru.
3) Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat.
4) Adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa.
5) Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan.
3 Pemastian Diagnosis

6
Semua temuan secara klinis harus dapat memastikan diagnosis
wabah, hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
a) Untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah didiagnosis
dengan patut.
b) Untuk menyingkirkan kesalahan laboraturium yang
menyebabkan peningkatan kasus yang dilaporkan.
c) Semua temuan klinis harus disimpulakan dalam distribusi
frekuensi.
d) Kunjungan terhadap satu atau dua penderita.

4 Pembuatan Definisi Kasus


Pembuatan definisi kasus adalah seperangkat kriteria
untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan
sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan
orang. Penyelidikan sering membagi kasus menjadi pasti
(compirmed), mungkin (probable), meragukan (possible),
sensivitasdan spefsifitas
5 Penemuan dan Penghitungan Kasus
Metoda untuk menemukan kasus yang harus sesuai dengan
penyakit dan kejadian yang diteliti di fasilitas kesehatan yang
mampu memberikan diagnosis. Informasi berikut ini dikumpulakan
dari setiap kasus :
a) Data identifikasi (nama, alamat, nomor telepon).
b) Data demografi (umur, jenis kelamin, ras, dan pekerjaan).
c) Data klinis.
d) Faktor risiko, yang harus dibuat khusus untuk tiap penyakit.
e) Informasi pelapor untuk mendapatkan informasi tambahan atau
memberi umpan balik
6 Epidemiologi Deskriptif
a) Gambaran waktu berdasarkan waktu

7
Perjalanan wabah berdasarkan waktu digamabarkan
dengan grafik histogram yang berbentuk kurva epidemic,
gambaran ini membantu :
1) Memberi informasi samapai dimana proses wabah itu dan
bagaimana kemungkinan kelanjutannya.
2) Memperkirakan kapan pemaparan terjadi dan memusatkan
penyelidikan pada periode tersebut, bila telah diketahui
penyakit dan masa inkubasinya.
3) Menarik kesimpulan tentang pola kejadian, dengan
demikian mengetahui apakah bersumber tunggal, ditularkan
dari orang ke orang, atau campuran keduanya.
b) Gambaran wabah berdasarkan tempat
Gambaran wabah berdasarkan tempat menggunakan
gambaran grafik berbentuk Spot map. Grafik ini
menunjukkan kejadian dengan titik/symbol tempat tertentu
yang menggambarkan distribusi geografi suatu kejadian
menurut golongan atau jenis kejadian namun mengabaikan
populasi.
c) Gambaran wabah berdasarkan ciri orang
Variable orang dalam epidemiologi adalah
karakteristik individu yang ada hubungannya dengan
keterpajanan atau kerentanan terhadapa suatu penyakit.
Misalnya karakteristik inang (umur, jenis kelamin, ras/suku,
status kesehatan) atau berdasarkan pemaparan (pekerjaan,
penggunaan obat-obatan).
7 Pembuatan Hipotesis
Dalam pembuatan suatu hipotesis suatu wabah, hendaknya
petugas memformulasikan hipotesis meliputi sumber agens
penyakit, cara penularan, dan pemaparan yang mengakibatkan
sakit.
a) Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit itu:
1) Apa reservoir utama agen penyakitnya?

8
2) Bagaimana cara penularannya?
3) Bahan apa yang biasanya menjadi alat penularan?
4) Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular?
b) Wawancara dengan beberapa penderita.
c) Mengumpulkan beberapa penderita mencari kesamaan
pemaparan.
d) Kunjungan rumah penderita.
e) Wawancara dengan petugas kesehatan setempat.
f) Epidemiologi diskriptif.
8 Penilaian Hipotesis
a) Dengan membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada,
b) Dengan analisis epidemiologi untuk mengkuantifikasikan
hubungan dan menyelidiki peran kebetulan,
c) Uji kemaknaan statistik, Kai kuadrat.
9 Perbaikan hipotesis dan penelitian tambahan
Dalam hal ini penelitian tambahan akan mengikuti hal dibawah ini:
a) Penelitian Epidemiologi (epidemiologi analitik).
b) Penelitian Laboratorium (pemeriksaan serum) dan Lingkungan
(pemeriksaan tempat pembuangan tinja).
10 Pengendalian dan Pencegahan
Pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin
upaya penanggulangan biasanya hanya dapat diterapkan setelah
sumber wabah diketahui Pada umumnya, upaya pengendalian
diarahkan pada mata rantai yang terlemah dalam penularan
penyakit. Upaya pengendalian mungkin diarahkan pada agen
penyakit, sumbernya, atau reservoirnya
11 Penyampaian Hasil Penyelidikan
Penyampaian hasil dapat dilakukan dengan dua cara
pertama Laporan lisan pada pejabat setempat dilakukan di hadapan
pejabat setempat dan mereka yang bertugas mengadakan
pengendalian dan pencegahan dan yang kedua laporan tertulis.
Penyampaian penyelidikan diantaranya:

9
a. Laporan harus jelas, meyakinkan, disertai rekomendasi
yang tepat dan beralasan.
b. Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah:
simpulan dan saran harus dapat dipertahankan secara
ilmiah.
c. Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan tertulis,
bentuknya sesuai dengan tulisan ilmiah (pendahuluan, latar
belakang, metodologi, hasil, diskusi, kesimpulan, dan
saran).
d. Merupakan cetak biru untuk mengambil tindakan.
e. Merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu legal,
dan merupakan bahan rujukan apabila terjadi hal yang sama
di masa datang
2.1.3 Penanggulangan Wabah

Penanggulangan wabah biasa disebut dengan Sistem Kewaspadaan


Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai upaya pencegahan dan
penanggulangan wabah secara dini dengan melakukan kegiatan untuk
mengantisipasi wabah. Kegiatan ini dilakukan berupa pengamatan yang
sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada
yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan
masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus
baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi wabah secara
mingguan. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan
analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim
epidemiologi.
Penyelenggaraan SKD- KLB telah diatur dalam PERMENKES
No.949/Menkes/SK/VIII/2004 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Sistem Kewaspadaan Dini KLB. Upaya penanggulangan KLB
dilaksanakan dengan tujuan untuk memutus rantai penularan sehingga
jumlah kesakitan, kematian maupun luas daerah yang terserang dapat
ditekan seminimal mungkin. Dalam operasionalnya kegiatan

10
penanggulangan selalu disertai kegiatan penyelidikan yang selanjutnya
digunakan istilah penyelidikan dan penanggulangan KLB.
Upaya penyelidikan dan penanggulangan secara garis besar meliputi:
a. Persiapan Penyelidikan dan Penanggulangan KLB
Persiapan penyelidikan dan penanggulangan KLB meliputi
persiapan administrasi, tim penyelidikan epidemiologi, bahan logistik
dan bahan laboratorium serta rencana kerja penyelidikan epidemiologi
KLB. Pelaksanaan penyelidikan epidemiologi KLB bekerjasama
dengan unit kesehatan terkait setempat, dapat melakukan wawancara,
pemeriksaan medis dan laboratorium terhadap penderita, pemeriksaan
orang-orang yang mendapat serangan penyakit, pemeriksaan sumber-
sumber penyebaran penyakit, pemeriksaan data perawatan penderita di
unit pelayanan kesehatan, pemeriksaan data perorangan, sekolah,
asrama, dan tempat-tempat lainnya yang berhubungan dengan
penyebaran penyakit dengan memperhatikan etika pemeriksaan medis
dan etika kemasyarakatan setempat.
Rekomendasi dirumuskan dengan memperhatikan asas segera,
efektif dan efisien dalam rangka penanggulangan KLB yang sedang
berlangsung sesuai dengan kemampuan yang ada serta disampaikan
kepada tim penanggulangan KLB dengan memperhatikan kerahasiaan
jabatan dan implikasi terhadap kesejahteraan dan keselamatan
masyarakat.
b. Memastikan adanya KLB
Kepastian adanya suatu KLB berdasarkan pengertian dan
kriteria kerja KLB yang secara formal ditetapkan oleh
Bupati/Walikota atas rekomendasi teknis Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, baik bersumber data kesakitan dan atau data
kematian yang ada di masyarakat atau data dari unit pelayanan
penderita serta hasil pemeriksaan laboratorium.
Untuk memastikan adanya KLB, maka data penderita
setidaknya menunjukkan perkembangan penyakit dari waktu ke waktu
berdasarkan tanggal mulai sakit dan atau tanggal berobat yang dapat

11
digunakan untuk memperkirakan tanggal mulai sakit, tempat kejadian
menurut unit pelayanan penderita berobat, tempat tinggal penderita,
tempat usaha atau karakteristik tempat lain, serta menurut umur, jenis
kelamin dan kelompok-kelompok tertentu sesuai dengan kebutuhan
untuk memastikan adanya KLB. Secara operasional, langkah-langkah
untuk memastikan adanya KLB adalah sebagai berikut :
1) Melakukan analisis terhadap data kesakitan dan kematian yang
ada di Puskesmas atau Rumah Sakit
2) Mendiskusikan dengan petugas poliklinik tentang adanya
peningkatan jumlah penderita atau diduga penderita penyakit
berpotensi KLB diantara yang berobat ke poliklinik menurut desa
atau lokasi tertentu.
3) Menanyakan pada setiap orang yang datang berobat ke
Puskesmas atau Rumah Sakit tentang adanya peningkatan jumlah
penderita atau diduga penderita penyakit berpotensi KLB tertentu
atau adanya peningkatan jumlah kematian di desa, sekolah,
asrama atau tempat lain. Peningkatan jumlah penderita
dibandingkan dengan kewajaran jumlah penderita pada keadaan
normal berdasarkan data yang ada di Puskesmas atau menurut
pandangan orang-orang yang diwawancarai.
4) Melakukan kunjungan ke lokasi yang diduga terjadi KLB untuk
memastikan adanya KLB. Tatacara memastikan adanya KLB
adalah dengan wawancara penduduk setempat melalui survei
masyarakat, dan atau dengan membuka pelayanan pengobatan
umum. Apabila jumlah penderita dan atau kematian cukup
banyak dan meningkat dibandingkan jumlah penderita pada
keadaan sebelumnya sesuai dengan kriteria kerja KLB, maka
dapat dipastikan adanya KLB di daerah tersebut.
c. Menegakkan Etiologi KLB
1) Etiologi suatu KLB dapat ditegakkan berdasarkan gambaran
klinis penderita perorangan, gambaran klinis kelompok, gambaran

12
epidemiologi dan hasil pemeriksaan laboratorium atau alat
penunjang pemeriksaan lainnya.
2) Gambaran klinis penderita perorangan dapat diperoleh
berdasarkan wawancara dan pemeriksaan medis penderita,
gambaran klinis kelompok penderita dapat diperoleh dari
prosentase gejala dan tanda-tanda penyakit yang ada pada
sekelompok penderita pada daerah yang terjadi KLB.
3) Gambaran epidemiologi dibuat dalam bentuk kurva epidemiologi
KLB, angka serangan (attack rate) dan angka fatalitas kasus (case
fatality rate) berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin.
Gambaran epidemiologi lain dapat dibuat berdasarkan
pengelompokan tertentu sesuai dengan kebutuhan mengetahui
etiologi KLB.
4) Pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa spesimen tertentu
sesuai dengan perkiraan etiologi berdasarkan hasil pemeriksaan
klinis dan epidemiologi. Bahan spesimen yang menimbulkan
perlukaan atau risiko perlukaan diupayakan hanya diambil dari
beberapa orang saja sebagai contoh pengujian laboratorium.
d. Identifikasi Gambaran Epidemiologi KLB
1) Gambaran epidemiologi KLB menjelaskan distribusi penyebaran
penyakit dalam bentuk tabel, kurva epidemi, grafik dan peta, baik
dalam angka absolut maupun dalam angka serangan (attack rate),
dan angka fatalitas kasus (case fatality rate) berdasarkan golongan
umur, jenis kelamin, dan tempat-tempat tertentu yang bermakna
secara epidemiologi. Umur dikelompokkan dalam kelompok
umur kurang dari 1 tahun, 1 – 4 tahun, 5 – 9 tahun, 10 – 14 tahun,
15 – 44 tahun dan 45 tahun atau lebih, sesuai dengan kebutuhan
epidemiologi menurut umur. Tempat dikelompokkan berdasarkan
tempat kejadian. Gambaran epidemiologi lain dapat dibuat
berdasarkan pengelompokan tertentu sesuai dengan kebutuhan
untuk mengetahui etiologi KLB, besar masalah KLB dan menjadi

13
dasar membangun hipotesis sumber dan cara penyebaran
penyakit.
2) Gambaran epidemiologi KLB juga bermanfaat sebagai data
epidemiologi KLB dalam sistem kewaspadaan dini KLB dan
referensi perumusan perencanaan, pelaksanaan pengendalian dan
evaluasi program penanggulangan KLB
e. Mengetahui Sumber dan Cara Penyebaran KLB
Cara untuk mengetahui sumber dan cara penyebaran penyakit
adalah berdasarkan metode epidemiologi deskriptip, analitik dan
kesesuaian hasil pemeriksaan laboratorium antara penderita dan
sumber penyebaran penyakit yang dicurigai.
f. Menetapkan Cara-Cara Penanggulangan KLB
Penanggulangan KLB meliputi upaya-upaya pengobatan yang tepat
terhadap semua penderita yang ada di unit pelayanan kesehatan dan di
lapangan, upaya-upaya pencegahan dengan menghilangkan atau
memperkecil peran sumber penyebaran penyakit atau memutuskan
rantai penularan pada KLB penyakit menular. Cara-cara
penanggulangan KLB sebagaimana tersebut diatas sesuai dengan
masing-masing cara penanggulangan KLB setiap jenis penyakit,
keracunan atau masalah kesehatan tertentu dan penyakit berpotensi
KLB yang belum jelas etiologinya.
g. Rekomendasi
Rekomendasi merupakan salah satu tujuan penting dari suatu
penyelidikan dan penanggulangan KLB. Rekomendasi berisi cara-cara
penanggulangan KLB yang sedang berlangsung, usulan penyelidikan
dan penanggulangan KLB lebih luas dan atau lebih teliti, dan upaya
penanggulangan KLB dimasa yang akan datang. Perumusan suatu
rekomendasi berdasarkan fakta hasil penyelidikan dan
penanggulangan KLB, merujuk hasil-hasil penelitian dan pembahasan
para ahli terhadap masalah yang sama atau berkaitan, kemampuan
upaya penanggulangan KLB dan kondisi kelompok populasi yang
mendapat serangan KLB. Rekomendasi disampaikan kepada tim

14
penanggulangan KLB berdasarkan asas cepat, tepat dan
bertanggungjawab untuk segera menghentikan KLB dan mencegah
bertambahnya penderita dan kematian pada KLB.
1. Menurut Pasal 5 ayat (1)
Upaya penanggulangan wabah meliputi:
a) penyelidikan epidemiologis;
b) pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita, termasuk
tindakan karantina;
c) pencegahan dan pengebalan;
d) pemusnahan penyebab penyakit;
e) penanganan jenazah akibat wabah;
f) penyuluhan kepada masyarakat;
g) upaya penanggulangan lainnya.
2. Penjelasan Pasal 5 Ayat (1)
Upaya penanggulangan wabah mempunyai 2 (dua) tujuan pokok yaitu :
1 Berusaha memperkecil angka kematian akibat wabah dengan
pengobatan.
2 Membatasi penularan dan penyebaran penyakit agar penderita tidak
bertambah banyak, dan wabah tidak meluas ke daerah lain.
Upaya penanggulangan wabah di suatu daerah wabah haruslah
dilakukan dengan mempertimbangkan keadaan masyarakat setempat
antara lain : agama, adat, kebiasaan, tingkat pendidikan, sosial ekonomi,
serta perkembangan masyarakat.
Dengan memperhatikan hal hal tersebut diharapkan upaya
penanggulangan wabah tidak mengalami hambatan dari masyarakat, malah
melalui penyuluhan yang intensif dan pendekatan persuasif edukatif,
diharapkan masyarakat akan memberikan bantuannya, dan ikut serta
secara aktif. Agar tujuan tersebut dapat tercapai perlu dilakukan beberapa
tindakan, yakni:
a) Penyelidikan epidemiologis, yaitu melakukan penyelidikan untuk
mengenal sifat sifat penyebabnya serta faktor yang dapat
mempengaruhi timbulnya wabah. Dengan adanya penyelidikan

15
tersebut, maka dapat dilakukan tindakan tindakan penanggulangan
yang paling berdaya guna dan berhasil guna oleh pihak yang
berwajib dan/atau yang berwenang. Dengan demikian wabah dapat
ditanggulangi dalam waktu secepatnya, sehingga meluasnya wabah
dapat dicegah dan jumlah korban dapat ditekan serendah-rendahnya.
b) Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita
termasuk tindakan karantina adalah tindakan tindakan yang
dilakukan terhadap penderita dengan tujuan:
1 Memberikan pertolongan medis kepada penderita agar sembuh
dan mencegah agar mereka tidak menjadi sumber penularan;
2 Menemukan dan mengobati orang yang nampaknya sehat,
tetapi mengandung penyebab penyakit sehingga secara
potential dapat menularkan penyakit (carrier).
c) Pencegahan dan pengebalan adalah tindakan tindakan yang
dilakukan untuk memberi perlindungan kepada orang orang yang
belum sakit, akan tetapi mempunyai risiko untuk terkena penyakit.
d) Yang dimaksud dengan penyebab penyakit adalah bibit penyakit
yakni bakteri, virus, dan lain lainnya yang menyebabkan penyakit.
Dalam pemusnahan penyebab penyakit, kadang kadang harus
dilakukan pemusnahan terhadap benda benda, tempat tempat dan
lain lain yang mengandung kehidupan penyebab penyakit yang
bersangkutan, misalnya sarang berkembang biak nyamuk, sarang
tikus, dan lain lain
e) Penanganan jenazah apabila kematiannya disebabkan oleh
penyakit yang menimbulkan wabah atau jenazah tersebut merupakan
sumber penyakit yang dapat menimbulkan wabah harus dilakukan
secara khusus menurut jenis penyakitnya tanpa meninggalkan norma
agama serta harkatnya sebagai manusia.
f) Penyuluhan kepada masyarakat adalah kegiatan komunikasi yang
bersifat persuasif edukatif tentang penyakit yang dapat menimbulkan
wabah agar mereka mengerti sifat sifat penyakit, sehingga dengan
demikian dapat melindungi diri dari penyakit tersebut dan apabila

16
terkena, tidak menular kepada orang lain. Selain dari pada itu
penyuluhan dilakukan agar masyarakat dapat berperan serta secara
aktif dalam menanggulangi wabah.
g) Upaya penanggulangan lainnya adalah tindakan-tindakan yang
dilakukan dalam rangka penanggulangan wabah, yakni bahwa untuk
masing masing penyakit dilakukan tindakan tindakan khusus
2.1.4. Penetapan Sebagai Pandemi
Suatu pandemi (dari bahasa Yunani pan semua + demos rakyat)
atau epidemi global atau wabah global merupakan terjangkitnya penyakit
menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang luas.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan
terjadi bila ketiga syarat berikut telah terpenuhi:
a. timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal baru pada
populasi bersangkutan,
b. agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit
serius,
c. agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan
pada manusia.
Suatu penyakit atau keadaan tidak dapat dikatakan sebagai pandemi
hanya karena menewaskan banyak orang. Sebagai contoh, kelas penyakit
yang dikenal sebagai kanker menimbulkan angka kematian yang tinggi
namun tidak digolongkan sebagai pandemi karena tidak ditularkan.
2.2 Data Kejadian dan Permasalahannya
Adapun Laporan berdasarkan Dinas Kesehatan Kabupaten Denpasar,
Wilayah Denpasar merupakan endemis DBD baik tingkat desa ataupun
kecamatan selama berturut-turut. Dengan jumlah kasus DBD pada tahun 2018
adalah 114 kasus terdiri dari 78 penderita laki-laki dan 36 penderita
perempuan. Incedince rate DBD pada tahun 2018 adalah sebesar 12,3 per
100.000 penduduk, menurun dibandingkan dengan IR DBD tahun 2017
(sebesar 101,6 per 100.000 penduduk).

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Wabah dapat diartikan sebagai kejadian penyakit melebihi dari normal
(kejadian yang biasa terjadi). langkah – langkah investigasi wabah dapat
dilakukan melalui beberapa tahap yaitu persiapan invetigasi di lapangan,
Pemastian adanya Wabah, Pemastian diagnostik, Pembuatan definisi kasus,
Penemuan dan Perhitungan kasus, epidemiologi deskriptif, pembuatan
hipotesis, Penilaian hipotesis, Perbaikan hipotesis, Pengendalian dan
Pencegahan. Penyampaian hasil penyelidikan.
Penanggulangan wabah biasa disebut dengan Sistem Kewaspadaan Dini
(SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai upaya pencegahan dan
penanggulangan wabah secara dini dengan melakukan kegiatan untuk
mengantisipasi wabah. Kegiatan ini dilakukan berupa pengamatan yang
sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang
cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat
.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Bab5-Wabah. Tersedia dalam


(http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/epidemiologi_kebidanan/bab5-
wabah.pdf). Diakses: tanggal 04 Mei 2012 Pukul 08.30 wita
Wibowo, Trisna Agung. 2008. Investigasi wabah.
Wuryanto, Ari. Handout Materi Penyelidikan Wabah Fakultas Kesehatan
Masyarakat

PERMENKES No.949/Menkes/SK/VIII/2004 Tentang Pedoman Penyelenggaraan


Sistem Kewaspadaan Dini KLB

19
20

Anda mungkin juga menyukai