Anda di halaman 1dari 35

RESPONSI

“LUKA AKIBAT KEKERASAN BENDA TUMPUL PADA KECELAKAAN


LALU LINTAS”

Oleh:
DM UNEJ III (4 November 2019 – 13 Desember 2019)
1. Ekvan Danang Setya P. 142011101103
2. Nely Masruroh 142011101061
3. Ainindya Pasca R. 142011101074
4. Nanda Ayu Syavira 142011101053
5. Anisa Rizca Putri 142011101035

Pembimbing :
dr. Rahmania Kemala Dewi, Sp.F

SMF/LAB. IKF-ML RSUD DR. SOETOMOSURABAYA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Responsi berjudul “Luka Akibat Benda Tumpul pada Kecelakaan Lalu Lintas”
telah disetujui dan disahkan oleh Departemen/Instalasi Kedokteran Forensik dan
Medikolegal FK Unair RSUD dr. Soetomo, Surabaya, pada :
Hari : Surabaya
Tanggal : 13 November 2019
Tempat : Departemen / Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK
Unair RSUD dr. Soetomo Surabaya
Penyusun : DM Universitas Jember Kelompok III
(Periode 4 November 2019 – 13 Desember 2019)
1. Ekvan Danang Setya P. 142011101103
2. Nely Masruroh 142011101061
3. Ainindya Pasca R. 142011101074
4. Nanda Ayu Syavira 142011101053
5. Anisa Rizca Putri 142011101035

Surabaya, 13 November 2019

Koordinator Pendidikan Pembimbing

dr. Nily Sulistyorini, Sp.F dr. Rahmania Kemala Dewi, Sp.F


NIP. 19820415 20091 2 2002 NIP. 19850111 20101 2 2005

DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 2
1.3 Tujuan............................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................... 3
1.4 Manfaat............................................................................................. 3
1.3.1 Manfaat Teoritis....................................................................... 3
1.3.2 Manfaat Praktis........................................................................ 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 4
2.1 Luka Akibat Kekerasan/Trauma Benda Tumpul................................ 4
2.2 Kualifikasi Luka................................................................................ 8
2.3 Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas............................... 11
BAB 3. PEMBAHASAN........................................................................ 15
2.1 Korban Hidup.................................................................................... 15
2.2 Korban Mati....................................................................................... 20
BAB 4. PENUTUP................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 28

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kecelakaan lalu lintas menjadi salah satu masalah utama karena angka
kejadian yang terjadi di Indonesia semakin meningkat. Menurut Global Status
Report on Road Safety (2013), sebanyak 1,24 juta korban meninggal tiap tahun di
seluruh dunia dan 20–50 juta orang mengalami luka akibat kecelakaan lalu lintas.
Data WHO menyebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama
kematian anak di dunia dengan rata-rata angka kematian 1000 anak dan remaja
setiap harinya pada rentang usia 10–24 tahun. Kecelakaan lalu lintas di Indonesia
dalam tiga tahun terakhir ini menjadi pembunuh terbesar ketiga setelah penyakit
jantung koroner dan tuberculosis berdasarkan penilaian oleh World Health
Organisation (WHO) (Hidayati, A, 2016)
Di Indonesia, berdasarkan data Perhubungan Darat Dalam Angka (PDDA,
2012), disebutkan jumlah kecelakaan lalu lintas jalan pada tahun 2011 mencapai
109.776 kejadian. Potret kecelakaan lalu lintas jalan yang terjadi di Kota Surabaya
ternyata juga mencerminkan fenomena di Indonesia. Tingkat kecelakaan lalu
lintas di Kota Surabaya lebih tinggi dibanding dengan nilai rata-rata
kabupaten/kota lainnya, baik secara nasional maupun regional Jawa Timur.
Tingkat keterlibatan sepeda motor dalam kecelakaan lalu lintas di Kota Surabaya
sebesar 73.61%, dan tingkat keterlibatannya juga cenderung meningkat dengan
tingkat partumbuhan rata-rata sebesar 17.71% per tahun (Machsus, dkk, 2014).
Menurut Riskesdas 2013 terdapat kecenderungan peningkatan prevalensi
cedera dari 7,5% menjadi 8,2%. Penyebab cedera terbanyak kedua adalah
kecelakaan sepeda motor (40,6%). Kota surabaya yang merupakan salah satu kota
terbesar di Indonesia dengan kawasan perniagaan, perdagangan, sehingga menarik
adanya berbagai macam aktivitas pergerakan dari kendaraan lalu lintas. Kota
Surabaya memiliki jumlah kecelakaan lalu lintas terbanyak di urutan kelima pada
tahun 2013 dengan jumlah kecelakaan sebesar 837 kejadian (BPS Provinsi Jawa
Timur, 2014). Pada tahun 2014, data Polrestabes Surabaya menunjukkan bahwa
kecelakaan lalu lintas di Surabaya tertinggi berada di wilayah Kecamatan
Wonokromo yakni sebanyak 147 kejadian (20,5%) (Hidayati, A, 2016)

1
Pada kecelakaan kendaraan motor, korban selalu terlempar dari
kendaraannya, sedangkan pada kecelakaan kendaraan mobil, bahaya terbesar saat
pengendara terlempar ke luar dari kaca depan, sehingga cedera pada pengguna
kendaraan bermotor dapat mengenai semua anggota tubuh khususnya kepala,
ekstremitas atas dan bawah, dada dan perut. Hal tersebut menyebabkan adanya
suatu pola luka yang berbeda-beda setiap kasus kecelakaan lalu lintas. Selain itu
juga kecelakaan ini mempunyai lokasi yang beraneka ragam sesuai dengan
keadaan dari lingkungan saat kecelakaan tersebut berlangsung. Tiap korban dan
luka yang dideritanya merupakan perluasan dari tempat kejadian. Luka
merupakan hal yang sangat umum terjadi dan merupakan bagian dari kehidupan
sehari-hari, mulai dari kecelakaan, tusukan, goresan dan memar sampai patah
tulang. Pola luka pada kasus kecelakaan lalu lintas berdasarkan umur, ditemukan
jumlah luka terbanyak adalah luka lecet dengan bagian kepala dan leher sebagai
lokasi cedera tersering. Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa bagian
tubuh yang cedera paling banyak di bagian kepala, kemudian kaki dan tangan
(Angela, Z.A, dkk, 2013).
Kekerasan karena benda tumpul (Blunt Force Injuries) merupakan kasus
yang paling banyak terjadi dan selalu menduduki urutan pertama yang masuk di
bagian ilmu kedokteran forensik. Cara kejadian yang terutama adalah kecelakaan
lalu lintas. Benda “tumpul” dimaksud sebagai benda yang tidak bermata tajam
(tidak dapat dipakai untuk mengiris, membacok atau menusuk). Mempunyai
konsistensi yang keras atau kenyal, permukaannya dapat halus ataupun kasar.
Cara kematian pada kasus kekerasan karena benda tumpul adalah tidak wajar.
Yang tersering adalah kecelakaan, misalnya kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari
tempat tinggi. Berikutnya pembunuhan, kasusnya juga cukup banyak misalnya
dipukul besi kepalanya, diinjak-injak dadanya dan sebagainya. Sedang yang
jarang adalah bunuh diri di gedung tinggi, menubrukkan diri pada kereta api dan
sebagainya (Hoediyanto dan Hariadi, A, 2012)..

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang pada responsi ini “Bagaimana identifikasi luka
akibat kekerasan benda tumpul pada korban hidup dan meninggal?”

2
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum


Mengenali dan mengetahui luka/trauma akibat benda tumpul pada korban hidup
dan meninggal.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Mengetahui jenis-jenis luka akibat trauma benda tumpul
b. Mengetahui mekanisme penyembuhan luka akibat benda tumpul
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat teoritis
Memberikan pengembangan terhadap studi kedokteran tentang kekerasan
akibat benda tumpul. Sebagai dokter umum dapat menjadi tambahan pengetahuan
forensik mengenai luka/trauma benda tumpul, yang berguna dalam praktik sehari-
hari.

1.4.2 Manfaat Praktis


Membantu dokter dalam mendapatkan pengetahuan mengenai kekerasan
akibat benda tumpul.

3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Luka Akibat Kekerasan/Trauma benda Tumpul


Kekerasan oleh benda keras dan tumpul dapat mengakibatkan berbagai macam
jenis luka, antara lain :
a. Memar (Kontusio)
Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit akibat pecahnya
kapiler dan vena. Merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh
kerusakan jaringan tanpa disertai discontinuitas permukaan kulit (Budiyanto, et
al 1997).
Pada saat timbul memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ungu
atau hitam setelah 4-5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan menjadi
kuning dalam 7-10 hari, dan akhirnya menghilang dalam 14-15 hari. Perubahan
warna tersebut berlangsung mulai dari tepi.
Pada orang yang menderita penyakit defisiensi atau menderita kelainan
darah, kerusakan yang terjadi akan lebih besar dibanding orang normal. Oleh
sebab itu, besar kecilnya memar tidak dapat dijadikan ukuran untuk menentukan
besar kecilnya benda penyebabnya atau keras tidaknya pukulan (Budiyanto, et al
1997).
b. Luka Lecet (Abrasi)
Luka lecet atau abrasi adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau
lepasnya lapisan luar dari kulit, yang ciri-cirinya adalah (Hoediyanto dan
Hariadi, A. 2012):
1. Bentuk luka tidak teratur
2. Batas luka tidak teratur
3. Tepi luka tidak rata
4. Kadang-kadang ditemukan sedikit perdarahan
5. Permukaan tertutup oleh krusta
6. Warna coklat kemerahan
7. Pada pemeriksaan mikroskopis terlihat adanya beberapa bagian yang
masih tertutup epitel dan reaksi jaringan.

4
Luka lecet dapat terjadi superfisial jika hanya epidermis saja yang terkena,
lebih dalam ke lapisan bawah kulit (dermis) atau lebih dalam lagi sampai ke
jaringan lunak bawah kulit. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis
pembuluh darah dapat terkena sehingga terjadi perdarahan. Arah dari
pengelupasan dapat ditentukan dengan pemeriksaan luka. Dua tanda yang dapat
digunakan. Tanda yang pertama adalah arah dimana epidermis bergulung, tanda
yang kedua adalah hubungan kedalaman pada luka yang menandakan
ketidakteraturan benda yang mengenainya.
Umur luka lecet secara nakroskopis maupun mikroskopis dapat diperkirakan
sebagai berikut:
1. Hari ke 1 – 3 berwarna coklat kemerahan karena eksudasi darah dan cairan
limfe.
2. 2-3 hari kemudian pelan-pelan bertambah suram dan lebih gelap.
3. Setelah 1-2 minggu mulai terjadi pembentukan epidermis baru.
4. Dalam beberapa minggu akan timbul penyembuhan lengkap.
Walaupun kerusakan yang ditimbulkan minimal sekali, luka lecet
mempunyai arti penting di dalam Ilmu Kedokteran Kehakiman, oleh karena dari
luka tersebut dapat memberikan banyak hal, misalnya (Hoediyanto dan Hariadi,
A. 2012):
1. Petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alat-alat dalam
tubuh, seperti hancurnya jaringan hati, ginjal, atau limpa, yang dari
pemeriksaan luar hanya tampak adanya luka lecet di daerah yang sesuai
dengan alat-alat dalam tersebut.
2. Petunjuk perihal jenis dan bentuk permukaan dari benda tumpul yang
menyebabkan luka, seperti :
Di dalam kasus kecelakaan lalu lintas dimana tubuh korban terlindas oleh
ban kendaraan, maka luka lecet tekan yang terdapat pada tubuh korban seringkali
merupakan cetakan dari ban kendaraan tersebut, khususnya bila ban masih dalam
keadaan yang cukup baik, dimana “kembang” dari ban tersebut masih tampak
jelas, misalnya berbentuk zig-zag yang sejajar. Dengan demikian di dalam kasus
tabrak lari, informasi dari sifat-sifat luka yang terdapat pada tubuh korban sangat
bermanfaat di dalam penyidikan.
5
c. Luka Robek (Laserasi)
Luka robek (vulnus laceratum) / luka terbuka adalah luka yang disebabkan
karena persentuhan dengan benda tumpul dengan kekuatan yang mampu
merobek seluruh lapisan kulit dan jaringan di bawahnya, yang ciri – cirinya
sebagai berikut (Hoediyanto dan Hariadi, A. 2012)
1. Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata
2. Bila ditautkan tidak dapat rapat (karena sebagaian jaringan hancur)
3. Tebing luka tak rata serta terdapat jembatan jaringan
4. Di sekitar garis batas luka di temukan memar
Bentuk dari laserasi tidak dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab
kekerasan tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan yang
berlebihan terjadi sebelum robeknya jaringan terjadi. Sehingga pukulan yang
terjadi karena palu tidak harus berbentuk permukaan palu atau laserasi yang
berbentuk semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung laserasi yang sudutnya
berbeda dengan laserasi itu sendiri yang disebut dengan “swallow tails”.
Beberapa benda dapat menghasilkan pola laserasi yang mirip (Hoediyanto dan
Hariadi, A. 2012).
Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak
seperti luka atau memar. Pembagiannya adalah sangat segera segera, beberapa
hari, dan lebih dari beberapa hari. Laserasi yang terjadi setelah mati dapat
dibedakan ddengan yang terjadi saat korban hidup yaitu tidak adanya
perdarahan. Umumnya juga pada penyembuhan sempurna akan meninggalkan
jaringan parut pada jenis luka laserasi (Hoediyanto dan Hariadi, A. 2012).
Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil tanpa
adanya robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan
terjadi terus menerus. Laserasi yang multipel yang mengenai jaringan kutis dan
sub kutis dapat menyebabkan perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan
sampai dengan kematian. Adanya diskontinuitas kulit atau membran mukosa
dapat menyebabkan kuman yang berasal dari permukaan luka maupun dari
sekitar kulit yang luka masuk ke dalam jaringan. Port d’entree tersebut tetap ada
sampai dengan terjadinya penyembuhan luka yang sempurna. Bila luka terjadi
dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya pada saat sendi tersebut di
6
gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari
sendi tersebut. Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki
jaringan lemak dapat menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi
sistemik. Laserasi juga dapat terjadi pada organ akibat dari tekanan yang kuat
dari suatu pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati dan limpa (Hoediyanto
dan Hariadi, A. 2012).
d. Fraktur
Fraktur adalah suatu diskontinuitas tulang. Istilah fraktur pada bedah hanya
memiliki sedikit makna pada ilmu forensik. Pada bedah, fraktur dibagi menjadi
fraktur sederhana dan komplit atau terbuka (Sjamsuhidajat, R. 2010).
Terjadinya fraktur selain disebabkan suatu trauma juga dipengaruhi beberapa
faktor seperti komposisi tulang tersebut. Anak-anak tulangnya masih lunak,
sehingga apabila terjadi trauma khususnya pada tulang tengkorak dapat
menyebabkan kerusakan otak yang hebat tanpa menyebabkan fraktur tulang
tengkorak. Wanita usia tua sering kali telah mengalami osteoporosis, dimana
dapat terjadi fraktur pada trauma yang ringan (Sjamsuhidajat, R. 2010).
Pada kasus dimana tidak terlihat adanya deformitas maka untuk mengetahui
ada tidaknya fraktur dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan sinar X, mulai
dari fluoroskopi, foto polos. Xero radiografi merupakan teknik lain dalam
mendiagnosa adanya fraktur (Sjamsuhidajat, R. 2010)
Fraktur mempunyai makna pada pemeriksaan forensik. Bentuk dari fraktur
menggambarkan benda penyebabnya (khususnya fraktur tulang tengkorak), arah
kekerasan. Fraktur yang terjadi pada tulang yang sedang mengalami
penyembuhan berbeda dengan fraktur biasanya. Jangka waktu penyembuhan
tulang berbeda-beda setiap orang. Dari penampang makros dapat dibedakan
menjadi fraktur yang baru, sedang dalam penyembuhan, sebagian telah sembuh,
dan telah sembuh sempurna. Secara radiologis dapat dibedakan berdasarkan
akumulasi kalsium pada kalus. Mikroskopis dapat dibedakan daerah yang fraktur
dan daerah penyembuhan. Penggabungan dari metode diatas menjadikan akurasi
yang cukup tinggi. Daerah fraktur yang sudah sembuh tidaklah dapat menjadi
seperti tulang aslinya (Sjamsuhidajat, R. 2010).

7
Perdarahan merupakan salah satu komplikasi dari fraktur. Bila perdarahan
sub periosteum terjadi dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan disfungsi organ
tersebut. Apabila terjadi robekan pembuluh darah kecil dapat menyebabkan
darah terbendung disekitar jaringan lunak yang menyebabkan pembengkakan
dan aliran darah balik dapat berkurang. Apabila terjadi robekan pada arteri yang
besar terjadi kehilangan darah yang banyak dan dapat menyebabkan pasien shok
sampai meninggal. Syok yang terjadi pada pasien fraktur tidaklah selalu
sebanding dengan fraktur yang dialaminya (Sjamsuhidajat, R. 2010).
Selain itu juga dapat terjadi emboli lemak pada paru dan jaringan lain. Gejala
pada emboli lemak di sereberal dapat terjadi 2-4 hari setelah terjadinya fraktur
dan dapat menyebabkan kematian. Gejala pada emboli lemak di paru berupa
distres pernafasan dapat terjadi 14-16 jam setelah terjadinya fraktur yang juga
dapat menyebabkan kematian. Emboli sumsum tulang atau lemak merupakan
tanda antemortem dari sebuah fraktur (Sjamsuhidajat, R. 2010)
Fraktur linier yang terjadi pada tulang tengkorak tanpa adanya fraktur
depresi tidaklah begitu berat kecuali terdapat robekan pembuluh darah yang
dapat membuat hematom ekstra dural, sehingga diperlukan depresi tulang
secepatnya. Apabila ujung tulang mengenai otak dapat merusak otak tersebut,
sehingga dapat terjadi penurunan kesadaran, kejang, koma hingga kematian
(Sjamsuhidajat, R. 2010).

2.2 Kualifikasi Luka


Luka ringan atau derajat 1 menurut KUHP pasal 352 adalah luka yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau
pekerjaan mata pencahariannya (Hoediyanto dan Hariadi, A. 2012; Budiyanto, et
al 1997).
1. Luka sedang atau derajat 2 menurut KUHP pasal
351 ayat 1 adalah luka yang dapat menimbulkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencaharian untuk
sementara waktu.
2. Luka berat menurut adalah luka yang sebagaimana
diuraikan di dalam pasal 90 KUHP, yang terdiri atas :
8
a. Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh dengan
sempurna lebih ditujukan pada fungsinya. Contohnya trauma pada satu mata
yang menyebabkan kornea robek. Sesudah di jahit sembuh, tetapi mata
tersebut tidak dapat melihat.
b. Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut. Dapat mendatangkan bahaya
maut pengertiannya memiliki potensial untuk menimbulkan kematian, tetapi
sesudah diobati dapat sembuh.
c. Luka yang menimbulkan rintangan secara terus menerus dalam menjalankan
pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya. Luka yang dari sudut medik
tidak membahayakan jiwa, dari sudut hukum dapat dikategorikan sebagai
luka berat. Contohnya trauma pada tangan kiri pemain biola atau pada wajah
seorang peragawati dapat dikatagorikan luka berat jika akibatnya mereka
tidak dapat lagi menjalankan pekerjaanya tersebut selamanya.
d. Kehilangan salah satu dari panca indera. Jika trauma menimbulkan kebutaan
satu mata atau kehilngan pendengran satu telinga, tidak dapat digolongkan
kehilangan indera. Meskipun demikian tetap digolongkan sebagai luka berat
berdasarkan butir (1) di atas.
e. Mendapat cacat berat.
f. Menderita lumpuh
g. Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya. Gangguan daya pikir
tidak harus berupa kehilangan kesadaran tetapi dapat juga berupa amnesia,
disorientasi, anxietas, depresi atau gangguan jiwa lainnya.
h. Keguguran atau kematian janin seorang perempuan. Keguguran ialah
keluarnya janin sebelum masa waktunya yaitu, tidak didahului oleh proses
yang sebagaimana umumnya terjadi seorang wanita ketika melahirkan.
Sedang kematian janin mengandung pengertian bahwa janin tidak lagi
menunjukan tanda– tanda hidup. Tidak dipersoalkan bayi keluar atau tidak
dari perut ibunya.
Pada kecelakaan lalu lintas ada beberapa aturan yang juga menggolongkan
jenis korban dan jenis kecalakaan. Adapun jenis korban kecelakaan lalu lintas
telah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomer 43 tahun 1993 tentang
prasarana dan lalu lintas, yaitu (Hoediyanto dan Hariadi, A. 2012):
9
1. Korban mati, sebagaimana tercantum dalam pasal 93 ayat 3, yaitu korban
yang dipastikan mati sebagai akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka
waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah kecelakaan tersebut
2. Korban luka berat, sebagaimana tercantum dalam pasal 93 ayat 4, yaitu
korban yang karena luka-lukanya menderita cacat menetap atau harus
dirawat dalam jangka waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari setelah
kecelakaan tersebut
3. Korban luka ringan, sebagaimana tercantum dalam pasal 93 ayat 5, yaitu
korban yang tidak termasuk korban mati dan korban luka berat
Sedangkan jenis kecelakaan lalu lintas diatur dalam Undang Undang
Republik Indonesia Nomer 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan
sebagaimana berikut (Hoediyanto dan Hariadi, A. 2012) :
1. Kecelakaan lalu lintas ringan yaitu kecelakaan yang mengakibatkan
kerusakan kendaraan dan/atau barang. Dalam penjelasannya, luka ringan
yang dimaksud dalam pasal ni adalah luka yang mengakibatkan korban
sakit namun tidak memerlukan perawatan inap di rumah sakit atau selain
yang dikualifikasikan dalam luka berat.
2. Kecelakaan lalu lintas sedang yaitu kecelakaan yang mengakibatkan luka
ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang.
3. Kecelakaan lalu lintas berat yaitu kecelakaan yang mengakibatkan korban
meninggal dunia atau luka berat. Penjelasan luka berat disini adalah :
a. Luka atau penyakit tidak dapat diharapkan akan sembuh dengan
sempurna lebih ditujukan pada fungsinya atau luka yang mendatangkan
bahaya maut.
b. Luka yang menimbulkan rintangan secara terus menerus dalam
menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian.
c. Kehilangan salah satu dari panca indera.
d. Mendapat cacat berat atau lumpuh.
e. Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya.
f. Keguguran atau kematian janin seorang perempuan.
g. Luka yang membutuhkan perawatan inap di rumah sakit lebih dari 30
hari.
10
2.3 Faktor- faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas
Terdapat lima faktor penyebab kecelakaan lalu lintas yaitu:
1. Faktor Kesalahan Manusia
Yakni dalam hal ini adalah faktor penyebab dari adanya kecelakaan
lalu lintas dapat disebabkan karena faktor pelanggaran lalu lintas
(Enggarsasi, U dan N.K. Sa’diyah, 2017).
2. Faktor Pengemudi
Kecelakaan yang disebabkan oleh pengemudi karena pengemudi tidak
konsentrasi, mengantuk, mengemudi sambil menggunakan HP, mengutak-
atik audio/video, mengobrol, melihat iklan/reklame. Hal ini sangat kurang
diperhatikan oleh para pengendara, terutama paling banyak dilakukan oleh
para remaja. Korban dari penyebab ini sangatlah tidak sedikit, sehingga
berkendara sambil berbicara di telepon genggam sangat tidak dianjurkan.
Kedudukan pengemudi sebagai pemakai jalan adalah salah satu bagian
utama dalam terjadinya kecelakaan (Enggarsasi, U dan N.K. Sa’diyah,
2017).
Pengemudi mempunyai peran sebagai bagian dari mesin dengan
mengendarai, mengemudikan, mempercepat, memperlambat, mengerem,
dan menghentikan kendaraan. Dalam kondisi normal setiap pengemudi
mempunyai waktu reaksi, konsentrasi, tingkat intelegensia, dan karakter
berbeda-beda. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh fisik, umur, jenis
kelamin, emosi, penglihatan, dan lain-lain. Beberapa kriteria pengemudi
sebagai faktor penyebab kecelakaan lalu lintas adalah sebagai berikut
(Enggarsasi, U dan N.K. Sa’diyah, 2017):
a. Pengemudi mabuk atau drunk driver, yaitu keadaan di mana
pengemudi mengalami hilang kesadaran karena pengaruh alkohol,
obat-obatan, narkotika dan sejenisnya.
b. Pengemudi mengantuk atau lelah (fatigue or overly tired driver),
yaitu keadaan di mana pengemudi membawa kendaraan dalam
keadaan lelah atau mengantuk akibat kurang istirahat sedemikian

11
rupa sehingga mengakibatkan kurang waspada serta kurang
tangkas bereaksi terhadap perubahanperubahan yang terjadi.
c. Pengemudi lengah / emotional or distracted driver, yaitu keadaan
di mana pengemudi mengemudikan kendaraannya dalam
keadaanm terbagi konsentrasinya karena melamun, ngobrol,
menyalakan rokok, menggunakan ponsel, melihat kanan-kiri, dan
lain-lain.
d. Pengemudi kurang antisipasi atau kurang terampil (unskilled
driver), yaitu keadaan di mana pengemudi tidak dapat
memperkirakan kemampuan kendaraan, misalnya kemampuan
untuk melakukan pengereman, kemampuan untuk menjaga jarak
dengan kendaraan didepannya, dan sebagainya. Selain pengemudi,
pemakai jalan lainnya yaitu pejalan kaki (pedestrian) juga dapat
menjadi penyebab kecelakaan. Hal ini dapat ditimpakan pada
pejalan kaki dalam berbagai kemungkinan, seperti menyeberang
jalan pada tempat atau pun waktu yang tidak tepat (tidak aman),
berjalan terlalu ke tengah dan tidak berhati-hati
3. Faktor Jalan
Faktor jalan yang dimaksud antara lain adalah kecepatan rencana
jalan, geometrik jalan, pagar pengaman di daerah pegunungan ada
tidaknya median jalan, jarak pandang, dan kondisi permukaan jalan. Jalan
yang rusak atau berlubang dapat menimbulkan adanya kecelakaan dan
dapat membahayakan pemakai jalan terutama bagi pengguna jalan. Desain
jalan harus sesuai dengan spesifikasi standar dan dikerjakan dengan cara
yang benar serta memperoleh pemeliharaan yang cukup, bertujuan untuk
memberikan keselamatan bagi pemakainya (Soekanto, S, 1984)
Di sisi lain sifat-sifat jalan juga berpengaruh dan dapat menjadi
penyebab terjadinya kecelakaan lalu-lintas. Ada beberapa hal dari bagian
jalan yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, yaitu (Enggarsasi, U
dan N.K. Sa’diyah, 2017):
a. Kerusakan pada permukaan jalan (misalnya, terdapat lubang besar
yang sulit dihindari pengemudi);
12
b. Konstruksi jalan yang rusak/tidak sempurna (misalnya letak bahu
jalan terlalu rendah bila dibandingkan dengan permukaan jalan,
lebar perkerasan dan bahu jalan terlalu sempit);
c. Geometrik jalan yang kurang sempurna (misalnya, superelevasi
pada tikungan terlalu curam atau terlalu landai, jari-jari tikungan
terlalu kecil, pandangan bebas pengemudi terlalu sempit,
kombinasi alinyemen vertikal dan horizontal kurang sesuai,
penurunan dan kenaikan jalan terlalu curam, dan lain lain).
4. Faktor Kendaraan Bermotor
Faktor kendaraan yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem
tidak berfungsi sebagaimana seharusnya, kelelahan logam yang
mengakibatkan bagian kendaraan patah, peralatan yang sudah aus tidak
diganti, dan berbagai penyebab lainnya. Keseluruhan faktor kendaraan
sangat terkait dengan teknologi yang digunakan, perawatan yang
dilakukan terhadap kendaraan. Untuk mengurangi faktor kendaraan
perawatan dan perbaikan kendaraan diperlukan, disamping itu adanya
kewajiban untuk melakukan pengujian kendaraan bermotor secara reguler.
Kelayakan jalan kendaraan bermotor, kondisi kendaraan bermotor,
transmisi kendaraan bermotor, ban dari kendaraan bermotor dan standar-
standar safety lainnya (Enggarsasi, U dan N.K. Sa’diyah, 2017).
Kendaraan dapat menjadi faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu
lintas bila tidak dikemudikan sebagaimana mestinya, sebagai akibat dari
kondisi teknisnya yang tidak layak jalan atau penggunaan kendaraan yang
tidak sesuai dengan aturan. Adapun sebab-sebab terjadinya kecelakaan lalu
lintas yang diakibatkan oleh faktor kendaraan adalah sebagai berikut
(Enggarsasi, U dan N.K. Sa’diyah, 2017):
a. Perlengkapan Kendaraan
Alat-alat rem tidak baik kerjanya, misal rem blong; Alat-alat
kemudi tidak baik kerjanya, an atau roda kondisi kurang baik atau
ban pecah.
b. Penerangan Kendaraan

13
Tidak memenuhi aturan penerangan, menggunakan lampu yang
menyilaukan pengemudi kendaraan lain.
c. Penggunaan kendaraan yang tidak sesuai dengan ketentuan,
misalnya kendaraan diberi muatan melebihi kapasitasnya atau
overloaded

14
BAB 3. PEMBAHASAN

2.1 Korban Hidup


A. Identitas Pasien
 Nama : Ny A.
 Umur : 49 tahun
 No. RM : RM 12.79.06.80
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat : JLN WASPADA 1 / 4 KEC PABEAN
CANTIKAN SBY
 Bangsa : Indonesia
 Tinggi Badan : 164 cm
 Berat Badan : 60 kg
 Waktu Pemeriksaan : Minggu, 17 November 2019, pukul 08.50 WIB

B. Kronologi
Pada hari Minggu, 17 November 2019, korban mengendarai motor
berboncengan dengan anak laki-lakinya di perempatan Jalan Bongkaran, korban
mengalami kecelakaan karena ditabrak dari arah kiri dengan sepeda motor lain.
Korban diantar oleh polisi ke IGD RSUD dr Soetomo pada pukul 06.40 WIB
untuk diberikan perawatan dan dibuatkan visum.

C. Visum et Repertum

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO
15
INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK & MEDIKOLEGAL

16
Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No. 6 – 8 Surabya 6028 Telp. (031) 5501545 - 49 , Fax (031) – 5501545

17
18
Pemeriksaan Fisik:--------------------------------------------------------------------------
1. Kepala :-------------------------------------------------------------------------------------
a. Bentuk : Lonjong, simetris.---------------------------------------------------------
b. Rambut : Lurus, berwarna hitam, panjang rambut rata-rata tujuh belas
sentimeter-----------------------------------------------------------------------------
c. Dahi : Pada dahi, empat sentimeter kiri garis pertengahan depan, tiga
sentimeter diatas sudut luar mata kiri, ditemukan luka memar, berbentuk
tidak beraturan, berwarna ungu keputihan, berukuran lima sentimeter kali
empat sentimeter.--------------------------------------------------------------------
d. Mata : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.-----------------
e. Hidung: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.---------------
f. Pipi : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.------------------
g. Mulut : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.----------------
h. Telinga : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.--------------
i. Dagu : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.----------------
j. Gigi : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.------------------
k. Rahang : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.--------------
2. Leher : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.-------------------
3. Dada : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.--------------------
4. Perut : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.--------------------
5. Punggung : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.--------------
6. Panggul : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.-----------------
7. Anggota gerak diatas :--------------------------------------------------------------------
1) Kanan: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.----------------
2) Kiri: Pada lengan bawah sisi dalam dua sentimeter dibawah siku
ditemukan luka lecet, berbentuk tidak beraturan berwarna kemerahan
berukuran dua sentimeter kali dua semtimeter. Pada lengan bawah sisi
dalam sebelas sentimeter di bawah siku ditemukan luka lecet berbentuk
tidak beraturan berwarna merah kehitaman berukuran dua sentimeter kali
satu sentimeter. Ditemukan kelainan bentuk pada lengan bawah.-------------
8. Anggota gerak dibawah : ----------------------------------------------------------------
1) Kanan: Pada ibu jari kaki, delapan belas sentimeter dari mata kaki,
ditemukan luka lecet, bentuk tidak beraturan, berwarna merah kecoklatan
berukuran satu sentimeter kali satu sentimeter.----------------------------------
2) Kiri: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan--------------------
9. Dubur: Tidak dievaluasi.-----------------------------------------------------------------
10. Alat kelamin : Tidak dievaluasi.-------------------------------------------------------

Penunjang :
1. Foto polos lengan kiri : tidak ditemukan kelainan. -----------------------------
2. Foto dada : tidak ditemukan kelainan. --------------------------------------------
3. Foto pinggang : tidak ditemukan kelainan. --------------------------------------
4. Foto tulang leher : tidak ditemukan kelainan.------------------------------------

Tindakan/Terapi :
1. Infus NaCl 500 cc/24 jam. ---------------------------------------------------------
2. Rawat luka. --------------------------------------------------------------------------
3. Pemberian obat anti nyeri. ---------------------------------------------------------
19
KESIMPULAN

1. Korban berjenis kelamin perempuan, mengaku berumur empat puluh sembilan


tahun, tinggi badan seratus enam puluh empat sentimeter, berat badan enam
puluh kilogram dan warna kulit sawo matang, status gizi normal.-----------------
2. Pada pemeriksaan ditemukan:-----------------------------------------------------------
a. Luka memar pada wajah.------------------------------------------------------------
b. Luka lecet pada anggota gerak atas kiri dan anggota gerak bawah kanan.---
Kelainan tersebut akibat kekerasan tumpul.-------------------------------------------
3. Kelainan tersebut diatas menimbulkan penyakit atau halangan untuk
menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian untuk sementara waktu.--------

Demikianlah Visum et Repertum ini dibuat dengan pengetahuan sebaik-baiknya


mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan.--------------------------------------

Dokter Pemeriksa,

dr. Gorby Reagan Rantesalu

20
D. Pembahasan Kasus
Dalam kasus ini, pada dahi, empat sentimeter kiri garis pertengahan depan,
tiga sentimeter diatas sudut luar mata kiri, ditemukan luka memar, berbentuk tidak
beraturan, berwarna ungu keputihan, berukuran lima sentimeter kali empat
sentimeter. Pada lengan bawah sisi dalam dua sentimeter dibawah siku ditemukan
luka lecet, berbentuk tidak beraturan berwarna kemerahan berukuran dua
sentimeter kali dua semtimeter. Pada lengan bawah sisi dalam sebelas sentimeter
di bawah siku ditemukan luka lecet berbentuk tidak beraturan berwarna merah
kehitaman berukuran dua sentimeter kali satu sentimeter. Ditemukan kelainan
bentuk pada lengan bawah. Pada ibu jari kaki, delapan belas sentimeter dari mata
kaki, ditemukan luka lecet, bentuk tidak beraturan, berwarna merah kecoklatan
berukuran satu sentimeter kali satu sentimeter.
Salah satu luka yang disebabkan oleh karena kekerasan benda tumpul yaitu
luka lecet. Luka lecet adalah luka yang merusak lapisan atas epidermis akibat
kekerasan dengan benda yang memiliki permukaan yang kasar, sehingga
epidermis menjadi tipis, dan sebagian atau seluruhnya hilang. Luka ini memiliki
kedalaman luka kurang dari panjang luka akibat kekerasan yang arahnya miring
terhadap kulit. Luka lecet terbagi atas 3 jenis yaitu luka lecet tekan, geser dan
gores. Sedangkan untuk jenis luka lainnya yang ditemukan ialah luka memar di
bagian dahi yang diakibatkan karena kekerasan/trauma benda tumpul.
Pada kasus ini, luka yang dialami korban adalah luka derajat sedang yang
menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan atau
pencaharian untuk sementara waktu. Hal ini disebutkan pada KUHP pasal 351.
Sedangkan derajat luka lainnya ialah luka ringan berdasarkan KUHP 352 adalah
luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencaharian dan luka berat berdasarkan KUHP pasal 90
merupakan luka yang dapat menimbulkan cacat berat meliputi 1) sakit atau
mendapatkan luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali atau
yang menimbulkan bahaya maut; 2) tidak mampu secara terus menerus untuk
menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencaharian; 3) kehilangan salah satu
panca indera; 4) mendapat cacat berat; 5) menderita sakit lumpuh; 6) terganggu

21
daya pikirnya selama 4 minggu atau lebih; 7) gugur atau matinya kandungan
seorang perempuan.

2.2 Korban Mati


A. Identitas Pasien
 Nama : Tn. MS
 Umur : 24 tahun
 No. RM : KF 190505
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Alamat : Dusun Krajan RT 04 RW 07 Darungan, Tanggul,
Jember
 Bangsa : Indonesia
 Panjang Badan : 166 cm
 Berat Badan : 85 kg
 Waktu Pemeriksaan : Selasa, 26 November 2019, pukul 15.00 WIB

B. Kronologi
Menurut keterangan anak korban, korban mengalami kecelakaan di jalan raya
Tenggilis Mejoyo, di depan Warkop 86 pada tanggal 19 November 2019 pukul
07.00 WIB. Korban mengendarai sepeda, hendak menyeberang dari arah barat ke
timur namun terhalang oleh mobil boks yang parkir di tepi jalan. Kemudian
korban tertabrak oleh sepeda motor yang melaju dari arah selatan menuju ke utara.
Korban jatuh dari sepeda dengan posisi telentang dan tidak sadarkan diri disertai
darah yang mengucur dari kepala bagian belakang. Korban dibawa ke IGD
RSUD. Dr. Soetomo pada pukul 07.30 WIB tanggal 19 November 2019. Korban
dirawat inap di ROI lantai 3 selama 7 hari. Korban dinyatakan meninggal pada
tanggal 26 November 2019 pukul 12.00 WIB. Jenazah tiba di Instalasi Kedokteran
Forensi dan Medikolegal RSD dr. Soetomo Surabaya pada hari Selasa tanggal 26
November 2019 pukul 15.15 WIB

22
C. Visum et Repertum

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO
INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK & MEDIKOLEGAL
Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No. 6 – 8 Surabaya 60286 Telp. (031) 5501545 - 49 , Fax (031) – 5501545
VISUM ET REPERTUM
(JENAZAH)

Pro Justisia
No. KF 19.05.05

Sehubungan dengan surat Saudara :


Nama: SRIYADI, Pangkat: AIPTU, NRP: 64070611, Jabatan: PETUGAS TPTKP
a.n KEPALA SATUAN LALU LINTAS WAKA RESOR KOTA BESAR
SURABAYA, Jalan Dukuh Kupang Barat XVI/6-8 Surabaya Nomor :
R/247/XI/2019/LANTAS, Tertanggal: 26 November 2019, Perihal: Permintaan
Visum Et Repertum Mati, yang kami terima pada hari Selasa, tanggal 26
November 2019, pukul 15.00 WIB.--------------------------------------------------------
Maka kami:------------------------- dr. Galih Endradita Mulya Saputra------------
sebagai dokter pada Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr.
Soetomo Surabaya, telah melakukan pemeriksaan luar pada hari Selasa, 26
November 2019, pukul 15.00 WIB di Instalasi Kedokteran Forensik dan
Medikolegal RSUD Dr. Soetomo Surabaya atas jenazah:-------------------------------
Nama : MAT SIRAT----------------------------------------------------
Jenis kelamin : LAKI-LAKI----------------------------------------------------
Warga Negara : INDONESIA---------------------------------------------------
Agama : ISLAM----------------------------------------------------------
Alamat : DUSUN KRAJAN RT 04 RW 07 DARUNGAN
TANGGUL-JEMBER ---------------------------------------
Menurut keterangan anak korban, korban mengalami kecelakaan di jalan raya
Tenggilis Mejoyo, di depan Warkop 86 pada tanggal 19 November 2019 pukul
07.00 WIB. Korban mengendarai sepeda, hendak menyeberang dari arah barat ke
timur namun terhalang oleh mobil boks yang parkir di tepi jalan. Kemudian
korban tertabrak oleh sepeda motor yang melaju dari arah selatan menuju ke utara.
Korban jatuh dari sepeda dengan posisi telentang dan tidak sadarkan diri disertai
darah yang mengucur dari kepala bagian belakang. Korban dibawa ke IGD
RSUD. Dr. Soetomo pada pukul 07.30 WIB tanggal 19 November 2019. Korban
dirawat inap di ROI lantai 3 selama 7 hari. Korban dinyatakan meninggal pada
tanggal 26 November 2019 pukul 12.00 WIB. Jenazah tiba di Instalasi Kedokteran
Forensi dan Medikolegal RSD dr. Soetomo Surabaya pada hari Selasa tanggal 26
November 2019 pukul 15.15 WIB. --------------------------------------------------------

HASIL PEMERIKSAAN
Pemeriksaan luar:---------------------------------------------------------------------------
1. Jenazah berjenis kelamin laki-laki, berumur antara tujuh puluh sampai
delapan puluh tahun, panjang badan seratus enam puluh enam sentimeter,

23
berat badan delapan puluh lima kilogram, warna kulit sawo matang, status
gizi lebih.---------------------------------------------------------------------------------
2. Properti jenazah: Jenazah terbungkus kain sprei berwarna putih, berukuran
dua ratus empat puluh sentimeter kali seratus empat puluh empat sentimeter
bertuliskan RSUD Dr. Soetomo Surabaya, diikat dengan tiga buah kasa pada
bagian kepala, badan, dan kaki dengan ukuran secara berurutan seratus dua
belas sentimeter, seratus lima puluh tujuh sentimeter, dan seratus sembilan
belas sentimeter. Jenazah beralaskan tiga buah kain perlak berwarna hijau
telur asin, seluruhnya berukuran delapan puluh delapan kali lima puluh
delapan sentimeter. Pada bagian wajah, ditemukan kasa sepanjang delapan
puluh tiga sentimeter yang diikat mengelilingi atas kepala hingga dagu. Pada
bagian leher, ditemukan dua buah kapas yang direkatkan dengan plester
berwarna putih. Kedua tangan jenazah diikat dengan kasa berukuran lima
puluh satu sentimeter. Kedua kaki jenazah diikat dengan kasa berukuran lima
puluh tujuh sentimeter. Jenazah menggunakan gelang identitas bertuliskan
nama, nomor rekam medis, dan tanggal lahir. Di bagian terpisah dari jenazah
ditemukan pipa bantu nafas.------------------------------------------------------------
3. Jenazah tidak berlabel, tidak bersegel. Identitas dipastikan oleh penyidik
sesuai dengan Surat Permintaan Visum Et Repertum.------------------------------
4. Lebam mayat ditemukan pada leher, punggung, pinggang, dan bokong
berwarna merah keunguan, hilang dengan penekanan. Kaku mayat sebagian
ditemukan pada rahang dan anggota gerak atas. Tidak ditemukan tanda-tanda
pembusukan.-----------------------------------------------------------------------------
5. Kepala: Pada kepala bagian belakang sebelah kiri, nol koma lima sentimeter
dari garis pertengahan belakang, empat belas sentimeter dari puncak bahu,
ditemukan luka yang sudah dijahit, dengan jumlah jahitan lima buah dan
warna benang hitam, sepanjang tiga sentimeter. Pada kepala bagian belakang
sebelah kiri, empat sentimeter dari garis pertengahan belakang, tiga
sentimeter dari puncak daun telinga, ditemukan luka lecet, bentuk tidak
beraturan, berwarna kemerahan, berukuran dua koma lima kali satu koma
lima sentimeter. Pada puncak kepala sebelah kiri, tiga sentimeter dari garis
pertengahan depan, sepuluh sentimeter dari sudut mata luar kiri, ditemukan
luka yang sudah dijahit, dengan jumlah jahitan tujuh buah dan warna benang
hitam, sepanjang empat koma lima sentimeter.-------------------------------------
a. Bentuk: Lonjong, simetris.----------------------------------------------------------
b. Rambut: Lurus, berwarna putih, panjang rata-rata nol koma lima sampai
satu sentimeter.-----------------------------------------------------------------------
c. Dahi: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.------------------
d. Mata: ----------------------------------------------------------------------------------
1) Kanan: Pada selaput lendir kelopak mata atas dan bawah tampak
pucat, tidak tampak pelebaran pembuluh darah. Selaput bening bola
mata tampak keruh. Selaput keras bola mata tampak putih. Diameter
manik mata nol koma tujuh sentimeter. -------------------------------------
2) Kiri: Pada selaput lendir kelopak mata atas dan bawah tampak pucat,
tidak tampak pelebaran pembuluh darah. Selaput bening bola mata
tampak keruh. Selaput keras bola mata tampak putih. Diameter manik
mata nol koma tujuh sentimeter. ---------------------------------------------
e. Telinga: -------------------------------------------------------------------------------
24
1) Kanan: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan. ----------
2) Kiri: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan. -------------
f. Hidung: Keluar cairan berwarna kuning kecokelatan dari kedua lubang
hidung.---------------------------------------------------------------------------------
g. Mulut: Selaput lendir bibir atas dan bawah berwarna keunguan. Gusi
tampak pucat. ------------------------------------------------------------------------
h. Dagu: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.-----------------
i. Pipi:------------------------------------------------------------------------------------
1) Kanan: Pada pipi kanan, enam koma delapan sentimeter dari garis
pertengahan depan, satu koma satu sentimeter dari sudut mata luar,
ditemukan luka lecet yang mengering, bentuk bulat, warna
kecokelatan, diameter nol koma enam sentimeter. ------------------------
2) Kiri: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan. -------------
6. Leher: Pada leher, tepat di garis pertengahan depan, empat sentimeter dari
atas puncak bahu kiri, ditemukan luka terbuka dengan tepi luka rata, sudut
tumpul, dasar luka otot, tidak ada jembatan jaringan, berukuran tiga
sentimeter kali dua sentimeter. Pada leher kanan, empat sentimeter dari garis
pertengahan depan, empat sentimeter dari puncak atas bahu, ditemukan luka
yang sudah dijahit, dengan jumlah jahitan dua buah, warna benang hitam,
sepanjang satu sentimeter. Pada leher kiri, tiga sentimeter dari garis
pertengahan depan, empat sentimeter dari puncak bahu kiri, ditemukan luka
terbuka dengan tepi luka tidak rata, dasar luka jaringan kulit, tampak
jembatan jaringan, berukuran nol koma delapan sentimeter kali satu
sentimeter.--------------------------------------------------------------------------------
7. Dada: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.---------------------
8. Perut: Pada perut sebelah kanan, tujuh belas sentimeter dari garis pertengahan
depan, tiga sentimeter dari taju atas depan tulang usus, terdapat bekas luka,
bentuk lonjong berbatas tegas, berwarna kecokelatan, berukuran dua
sentimeter kali empat sentimeter. Pada perut sebelah kiri, sembilan sentimeter
dari garis pertengahan depan, satu koma lima sentimeter dari taju atas depan
tulang usus, terdapat bekas luka, bentuk lonjong, berbatas tegas, berwarna
kecokelatan berukuran tujuh koma lima sentimeter kali tiga koma lima
sentimeter.--------------------------------------------------------------------------------
9. Punggung: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.---------------
10. Pinggang: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.----------------
11. Anggota gerak atas: ---------------------------------------------------------------------
a. Kanan: Pada lengan atas sisi dalam, empat sentimeter dari lipat siku,
ditemukan tato bergambar tangan memegang pisau, warna hitam,
berukuran sembilan sentimeter kali enam sentimeter. Pada lengan atas sisi
dalam, satu sentimeter dari lipat siku, ditemukan luka lecet majemuk yang
mengering, bentuk tidak beraturan, berwarna hitam, dalam bidang seluas
tiga belas sentimeter kali empat sentimeter. Pada lengan atas sisi depan,
empat belas sentimeter dari puncak bahu, ditemukan luka memar, bentuk
tidak beraturan, berwarna merah keunguan, berukuran empat sentimeter
kali tiga sentimeter. Pada punggung ibu jari tangan kanan, tujuh koma tiga
sentimeter dari pergelangan tangan, ditemukan luka lecet yang mengering,
bentuk bulat, berwarna cokelat kemerahan, diameter satu koma satu
sentimeter. Pada punggung tangan kanan, sepuluh sentimeter dari
25
pergelangan tangan, ditemukan luka lecet yang mengering, berwarna
cokelat kehitaman, bentuk bulat, diameter nol koma empat sentimeter.
Ujung-ujung jari dan kuku tampak pucat kebiruan.-----------------------------
b. Kiri: Pada lengan bawah sisi luar, tiga sentimeter dari pergelangan tangan,
ditemukan luka lecet yang mengering, berwarna cokelat kehitaman, bentuk
bulat diameter nol koma lima sentimeter. Ujung-ujung jari dan kuku
tampak pucat kebiruan.--------------------------------------------------------------
12. Anggota gerak bawah: -----------------------------------------------------------------
a. Kanan: Tepat pada lutut, ditemukan luka lecet yang mengering, bentuk
tidak beraturan, berwarna kehitaman, berukuran dua koma lima sentimeter
kali dua koma lima sentimeter. Pada tungkai atas sisi depan, empat belas
sentimeter dari lutut, ditemukan jaringan parut, berwarna cokelat
kehitaman, bentuk lonjong, berukuran dua sentimeter kali satu koma
empat sentimeter. Ujung-ujung jari dan kuku tampak pucat kebiruan.-------
b. Kiri: Tepat pada lutut, ditemukan luka lecet majemuk yang mengering,
bentuk tidak beraturan, berwarna hitam, berukuran empat koma enam
sentimeter kali dua koma enam sentimeter. Ujung-ujung jari dan kuku
tampak pucat kebiruan.
13. Alat kelamin: Alat kelamin laki-laki. Sudah dikhitan. Tidak ditemukan
kelainan dan tanda-tanda kekerasan. -------------------------------------------------
14. Dubur : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.-------------------
Pemeriksaan dalam: Tidak dilakukan.---------------------------------------------------

KESIMPULAN
1) Jenazah berjenis kelamin laki-laki, berumur antara tujuh puluh sampai
delapan puluh tahun, panjang badan seratus enam puluh enam sentimeter,
berat badan delapan puluh lima kilogram, warna kulit sawo matang, status
gizi lebih.---------------------------------------------------------------------------------
2) Pada pemeriksaan luar ditemukan: ---------------------------------------------------
a. Luka iris pada leher akibat tindakan medis (trakeostomi).---------------------
b. Luka lecet pada kepala belakang, pipi kanan, lengan atas kanan, punggung
tangan kanan, lengan bawah kiri, lutut kanan dan kiri.-------------------------
c.Luka memar pada lengan atas kanan.-----------------------------------------------
d.Luka yang sudah dijahit pada kepala dan leher.-----------------------------------
Kelainan pada poin a akibat tindakan medis (trakeostomi).-----------------------
Kelainan pada poin b, c, d akibat kekerasan tumpul.-------------------------------
3) Sebab kematian tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan
dalam.-------------------------------------------------------------------------------------

Demikianlah Visum et Repertum ini dibuat dengan pengetahuan sebaik-baiknya,


mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan.--------------------------------------

Dokter Pemeriksa,

dr. Galih Endradita Mulya Saputra


26
D. Pembahasan Kasus
Dalam kasus ini, pada kepala bagian belakang sebelah kiri, nol koma lima
sentimeter dari garis pertengahan belakang, empat belas sentimeter dari puncak
bahu, ditemukan luka yang sudah dijahit, dengan jumlah jahitan lima buah dan
warna benang hitam, sepanjang tiga sentimeter. Pada kepala bagian belakang
sebelah kiri, empat sentimeter dari garis pertengahan belakang, tiga sentimeter
dari puncak daun telinga, ditemukan luka lecet, bentuk tidak beraturan, berwarna
kemerahan, berukuran dua koma lima kali satu koma lima sentimeter. Pada
puncak kepala sebelah kiri, tiga sentimeter dari garis pertengahan depan, sepuluh
sentimeter dari sudut mata luar kiri, ditemukan luka yang sudah dijahit, dengan
jumlah jahitan tujuh buah dan warna benang hitam, sepanjang empat koma lima
sentimeter.
Pada pipi kanan, enam koma delapan sentimeter dari garis pertengahan
depan, satu koma satu sentimeter dari sudut mata luar, ditemukan luka lecet yang
mengering, bentuk bulat, warna kecokelatan, diameter nol koma enam sentimeter.
Pada leher, tepat di garis pertengahan depan, empat sentimeter dari atas
puncak bahu kiri, ditemukan luka terbuka dengan tepi luka rata, sudut tumpul,
dasar luka otot, tidak ada jembatan jaringan, berukuran tiga sentimeter kali dua
sentimeter. Pada leher kanan, empat sentimeter dari garis pertengahan depan,
empat sentimeter dari puncak atas bahu, ditemukan luka yang sudah dijahit,
dengan jumlah jahitan dua buah, warna benang hitam, sepanjang satu sentimeter.
Pada leher kiri, tiga sentimeter dari garis pertengahan depan, empat sentimeter
dari puncak bahu kiri, ditemukan luka terbuka dengan tepi luka tidak rata, dasar
luka jaringan kulit, tampak jembatan jaringan, berukuran nol koma delapan
sentimeter kali satu sentimeter.
Pada perut sebelah kanan, tujuh belas sentimeter dari garis pertengahan
depan, tiga sentimeter dari taju atas depan tulang usus, terdapat bekas luka, bentuk
lonjong berbatas tegas, berwarna kecokelatan, berukuran dua sentimeter kali
empat sentimeter. Pada perut sebelah kiri, sembilan sentimeter dari garis
pertengahan depan, satu koma lima sentimeter dari taju atas depan tulang usus,

27
terdapat bekas luka, bentuk lonjong, berbatas tegas, berwarna kecokelatan
berukuran tujuh koma lima sentimeter kali tiga koma lima sentimeter.
Pada anggota gerak atas kanan, Pada lengan atas sisi dalam, empat
sentimeter dari lipat siku, ditemukan tato bergambar tangan memegang pisau,
warna hitam, berukuran sembilan sentimeter kali enam sentimeter. Pada lengan
atas sisi dalam, satu sentimeter dari lipat siku, ditemukan luka lecet majemuk
yang mengering, bentuk tidak beraturan, berwarna hitam, dalam bidang seluas tiga
belas sentimeter kali empat sentimeter. Pada lengan atas sisi depan, empat belas
sentimeter dari puncak bahu, ditemukan luka memar, bentuk tidak beraturan,
berwarna merah keunguan, berukuran empat sentimeter kali tiga sentimeter. Pada
punggung ibu jari tangan kanan, tujuh koma tiga sentimeter dari pergelangan
tangan, ditemukan luka lecet yang mengering, bentuk bulat, berwarna cokelat
kemerahan, diameter satu koma satu sentimeter. Pada punggung tangan kanan,
sepuluh sentimeter dari pergelangan tangan, ditemukan luka lecet yang
mengering, berwarna cokelat kehitaman, bentuk bulat, diameter nol koma empat
sentimeter. Ujung-ujung jari dan kuku tampak pucat kebiruan. Pada anggota gerak
atas kiri, Pada lengan bawah sisi luar, tiga sentimeter dari pergelangan tangan,
ditemukan luka lecet yang mengering, berwarna cokelat kehitaman, bentuk bulat
diameter nol koma lima sentimeter. Ujung-ujung jari dan kuku tampak pucat
kebiruan.
Pada anggota gerak bawah kanan, tepat pada lutut, ditemukan luka lecet
yang mengering, bentuk tidak beraturan, berwarna kehitaman, berukuran dua
koma lima sentimeter kali dua koma lima sentimeter. Pada tungkai atas sisi depan,
empat belas sentimeter dari lutut, ditemukan jaringan parut, berwarna cokelat
kehitaman, bentuk lonjong, berukuran dua sentimeter kali satu koma empat
sentimeter. Pada anggota gerak bawah kiri, tepat pada lutut, ditemukan luka lecet
majemuk yang mengering, bentuk tidak beraturan, berwarna hitam, berukuran
empat koma enam sentimeter kali dua koma enam sentimeter. Ujung-ujung jari
dan kuku tampak pucat kebiruan
Luka yang disebabkan oleh karena kekerasan benda tumpul yaitu luka
lecet dan luka memar. Luka lecet adalah luka yang merusak lapisan atas epidermis
akibat kekerasan dengan benda yang memiliki permukaan yang kasar, sehingga
28
epidermis menjadi tipis, dan sebagian atau seluruhnya hilang. Luka ini memiliki
kedalaman luka kurang dari panjang luka akibat kekerasan yang arahnya miring
terhadap kulit. Luka lecet terbagi atas 3 jenis yaitu luka lecet tekan, geser dan
gores. Luka memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit akibat
pecahnya kapiler dan vena. Sedangkan, untuk jenis luka lainnya yang ditemukan
ialah luka terbuka di wajah yang merupakan luka robek diakibatkan karena
kekerasan/trauma benda tumpul. Luka ini menyebakan rusaknya seluruh lapisan
kulit dan jaringan di bawahnya (Hoediyanto dan Hariadi, A. 2012).

29
BAB 4. PENUTUP

Secara umum, luka akibat kekerasan benda tumpul dapat berupa luka
memar luka lecet dan luka robek. Luka memar adalah suatu perdarahan dalam
jaringan bawah kulit akibat pecahnya kapiler dan vena. Luka lecet atau abrasi
adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya lapisan luar dari kulit.
Luka robek (vulnus laceratum) / luka terbuka adalah luka yang disebabkan karena
persentuhan dengan benda tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek
seluruh lapisan kulit dan jaringan di bawahnya. Masing-masing dari luka tersebut
memiliki ciri-ciri khusus sebagai tanda untuk identifikasinya. Jenis luka tersebut
juga memiliki mekanisme penyembuhan luka. Pada jenis luka akibat kekerasan
benda tumpul umumnya membutuhkan waktu sekitar beberapa minggu untuk
kembali menjadi normal. Umumnya pada minggu pertama warna dari luka akan
mulai kembali normal setelah itu membentuk lapisan kulit yang baru dan sembuh
sempurna dalam beberapa minggu.

DAFTAR PUSTAKA
30
Angela, Z.A, D.C. Tomuka, dan J. Siwu. 2013. Pola Luka pada Kasus Kecelakaan
Lalu Lintas di Blu Rsu Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Periode 2010-2011.
Jurnal e-Biomedik (eBM), 1(1), 676-685

Budiyanto A, Widiatmika W, Sudiono S, et al. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik.


FK-UI. Jakarta.

Enggarsasi, U dan N.K. Sa’diyah, 2017. Kajian terhadap Faktor-faktor Penyebab


Kecelakaan Lalu Lintas dalam Upaya Perbaikan Pencegahan Kecelakaan
Lalu Lintas. Perspektif. 22(3): 228-237.

Hoediyanto dan Hariadi, A. 2012. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.


Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Hidayati, A. 2016. Analisis Risiko Kecelakaan Lalu Lintas Berdasar Pengetahuan,


Penggunaan Jalur, dan Kecepatan Berkendara. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 4(2), 275-276.

Machsus, H. Sulistio, A. Wicaksono, dan L. Djakfar. 2014. Kajian Tingkat


Kecelakaan Lalu Lintas Di Kota Surabaya. Manajemen dan Rekayasa
Transportasi. (1), 134-140

Sjamsuhidajat, R. 2010. Buku Ajar ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta: EGC.

Soekanto, S. 1984. Inventarisasi dan Analisa terhadap Perundang-undangan


Lalu Lintas. CV. Rajawali: Jakarta.

31

Anda mungkin juga menyukai