Anda di halaman 1dari 12

Kumpulan

Cerita Absurd

By: Ragel
Tentang yang nulis:
Orang nggak jelas yang suka
mendramatiskan sesuatu….,
E-book nggak jelas ini gue persembahin buat:
♥Diri gue sendiri :D
♥Seorang sahabat berinisial “N”. karena gue yakin lo
doang yang mau baca ni cerita absurd ini.

By: ©Ragel☺

PROLOG

Pagi yang damai. Tak biasanya mentari

menampakkan sinarnya beberapa hari terakhir ini, tapi

pagi ini ia mau menyapa bumi kembali. Menyapa

jemuran-jemuran apek yang telah lama menantikannya.

Seperti biasa, ia masih molor di kasurnya. Terlalu

nyaman, mungkin. Alarm yang distelnya sejak seminggu

lalu itu hanya mampu berteriak-teriak. Tapi tetap saja tak

digubris oleh Si penyetel alarmnya tersebut. Hingga satu

suara yang sangat dikenalinya itu mengusiknya,


1.
REMEDIAL = GAGALNYA RENCANA INDAH
“Huh…., akhirnya semesteran kelar juga,”gadis
itu menarik napas panjang kemudian mengembuskannya.
Setidaknya akhir-akhir ini ia akan punya waktu istirahat
walaupun hanya beberapa hari.
Libur mungkin bagaiakan sebuah oase ditengah
dehidrasi yang amat sangat. Bagi seseorang berstatus
–PELAJAR- yang berada di tingkat akhir. Baik itu anak
ingusan –kelas 6 SD-, bocah yang beranjak puber –kelas
SMP- ataupun yang mulai beranjak ke tahap “d e w a s a”
–mungkin-, seperti gadis itu yang sudah duduk di kelas 12
SMA. Bagaimana tidak? Tugas, les, itu, dan ini adalah
menu wajib sehari-sehari yang mau ataupun tidak mau
harus ditelannya.
Awal pagi liburan yang normal-normal saja. Ah
ralat! Bukan liburan, lebih tepatnya alpa yang
menyenangkan. Wajar-wajar saja daripada kegiatan
classmeeting yang penuh kegiatan olahraga itu tak ada
yang menarik minatnya sama sekali. Ia memilih alpa
sebagai alternatif paling baik pagi itu, mungkin tidur
seharian di kostan lebih menentramkan otak. Pikirnya,
hingga ada suara…..
Tok
Tok

Tok
Tak ada yang menyahut ketukan lemah pada daun
pintu tersebut.
Dok
Dok
Dok
Maka orang yang mengetuk itu menambah
“kekuatannya”. Mungkin terlalu lemah. Pikirnya.
Namun, masih tak ada suara juga dari dalam sana.
Dok
Dok
Dok
“Woy Bogenfil buka pintunya! Pelajaran
asdfghjkl remedial nih,”teriak orang itu, masih aktif
menggedor-gedor pintu kostan yang malang tersebut.
“Hah?! Pelajaran asdfghjkl
remedial?,”orang yang di balik pintu kostan itu tadi
kesadarannya sebenarnya tinggal 5 watt. Tapi setelah
mendengar pelajaran asdfghjkl remedial ia langsung
terbangun dan membuka pintu kostnya. Maklumlah
pelajaran asdfghhjkl adalah pelajaran yang paling horor di
kelasnya.
“Iya bener! Buruan elo siap-siap ke sekolah,
suruh bawa buku pelajaran asdfghjkl dari kelas 10.
Buruan gak boleh nitip, gue dapet info dari orang yang
paling dipercaya sama guru mata pelajaran asdfghjkl nih,
Si Melati.”
“Oke deh, elo tunggu ya gue siap-siap dulu.
Lagian guru asdfghjkl itu emang nyebelin sih.”
Alhasil, rencana Bogenfil untuk berlayar indah di pulau
kapuk harus gagal pagi itu. Karena ia langsung ngibrit
pakai seragam. Mengacaukan tumpukkan bukunya yang
telah tertata rapi hanya untuk mencari buku pelajaran
asdfghjkl dari kelas 10. Memasukkannya ke tas, dan
langsung cabut ke sekolah bersama orang yang
menggedor-gedor pintu kostanya tadi.
2.
DENDAM

Sore yang tak terlalu cerah. Gerimis sudah


mengikuti sejak gadis itu beranjak dari rumahnya tadi.
Diantar oleh sang Kakak, sore ini ia berencana kembali ke
markasnya. Kostan tercinta, setelah 2 Minggu liburan.
“Aduh kangen banget gue sama My lovely kamar
kost,”curhat gadis yang rambutnya dikucir kuda tersebut
sama Mamanya. Mama hanya menanggapi curhatan
putrinya tersebut dengan sindiran halus,
“Oh jadi ceritanya lebih betah di kost nih?,”ia
yang tak ingin membuat sang Mama kecewa pun buru-
buru menyanggah, “Hemmm, lebih betah di rumah
donk,”ungkap gadis itu yang berbanding terbalik dengan
suara hatinya.
Ia dibonceng oleh Kakaknya. Seperti biasa, sang
Kakak selalu mengantarnya sampai kostan yang jauhnya
lebih dari 30 Kilometer. Itu sih, bukan gadis itu yang
ngukur tapi udah ketentuan dari sononya. Motor matic itu
meliuk-liuk gesit di atas jalan perbukitan yang berkelok-
kelok, kadang menanjak kadang menukik tajam. Kadang
berbelok, kadang lurus. Sesekali terjebak Dalam
kubangan lumpur, tapi karena si empunya sudah sangat
ahli dengan medan di daerah tersebut, maka itu bukan
merupakan masalah besar. Ia sangat menikmati
perjalanannya bersama sang Kakak, hingga tiba-tiba…

Grek
Motor matic itu mogok saat telah melewati dua
kampung dari tempatnya. Terpaksa ia turun dan berteduh
di bawah pohon Asam besar yang berada di pinggir jalan,
untunglah pohon itu mampu melindunginya dari rintik
gerimis kecil yang sampai saat ini masih saja turun itu.
Sementara sang Kakak pergi mencari bengkel terdekat,
karena ia sudah hafal, Jika Si Matic mogok secara tiba-
tiba gini pasti rantainya yang bernasalah. Si empunya sih
biasa-biasa saja menghadapi medan berlumpur, tapi Si
Maticnya yang nggak biasa.
“Bogenfil, kamu sedang apa di situ?,”merasa
namanya dipanggil ia pun menoleh. Ternyata benar, ada
orang yang memanggilnya dalam mobil truk. Sesaat
keningya mengerut. Supir truk?. Begitu kira-kira ekspresi
yang tampak pada raut wajahnya, samar-samar. Karena
terhalang oleh rintik gerimis kecil.
“Kok anda tau nama saya?,”heran gadis itu.
Tangannya memainkan rumput ilalang yang secara
spontan dicabutnya. Orang yang disebutnya supir truk tadi
turun, mengelap sejenak wajahnya dengan handuk kecil
yang tersampir di pundaknya. Membuat kadar
kebingungan Bogenfil semakin bertambah. Sesaat ia
memandangi raut supir truk tersebut,
“Dra-De-Ragon?!,”ucapnya dengan mulut
tercekat. Ia ingat, itu wajah Dragon. Paras angkuh yang
mencampakkannya beberapa bulan yang lalu. Wajah yang
menghianatinya untuk berpaling pada wanita lain. Ya
wanita! Kenyataan Dragon menghinati gadis malang itu
demi seseorang yang terlanjur dijadikan –wanita-nya.
Dragon yang sekarang sungguh kontras. Bogenfil
hampir saja tak mengenali wajah lusuh itu, 180º
berbanding terbalik dengan wajah angkuhnya dulu. Saat
cowok itu masih banyak duit, saat apapun yang
ditunjuknya bisa dibelinya. Tapi lihat sekarang! Dragon
seorang supir truk?! Oh God! Damn!
“Kok kamu bisa jadi supir truk sih?,”rasa
penasaran itu akhirnya membuat Bogenfil bertanya juga.
“Semua gara-gara wanita itu,”muka Dragon tiba-
tiba menerawang sedih. Ia kemudian melanjutkan
kalimatnya, “Ia ternyata matre. Setelah pernikahan ia
membawa kabur semua uang dan surat-surat penting
tanah perkebunan sawitku,”ia tersenyum miris sebentar,
“aku yang bodoh, karena termakan rayuannya untuk
membalikan semua surat-surat penting itu menjadi
namanya,”kemudian ia menunduk sebentar, memandangi
gerimis yang mulai agak sedikit reda, menimbulkan bekas
di jalanan itu, “Aku baru sadar jika aku ninggalin orang
sebaik kamu.”sebenarnya ada sebersit rasa iba di hati
Bogenfil saat mendengarkan cerita itu, tapi hatinya sudah
terlanjur beku. Keras. Tertutup rapat, untuk orang yang
dianggapnya “QSCFDERT” tersebut.
“Aku tau sampai kapanpun kamu nggak bakalan
maafin orang qscfdert kayak aku,”lanjut Dragon yang
menyadari raut acuh Bogenfil. Sementara itu Bogenfil
hanya bergeming di tempatnya, sampai ada suara yang
meneriakinya,
“Woy! Dik buruan, motornya udah bener nih,
malah ngobrol sama supir truk,”Bogenfil melangkah
menghampiri Kakaknya. Tak menganggap pertemuan
singkat tadi terjadi.
Entah disebut jahat atau apapun itu, Bogenfil tak
peduli. Yang jelas ada sebersit rasa puas setelah
mendengarkan cerita Dragon. Mendengar bahwa
perempuan yang dipilih Dragon dengan mengorbankan
hubungannya dulu ternyata bukan orang baik-baik.
Perempuan itu malah dianggap Bogenfil sebagai suatu
karma bagi Dragon. Meskipun, nuraninya menjerit-jerit,
memintanya untuk mengasihani Dragon. Namun semua
itu kalah dengan egonya.
Sore itu ia balik ke kostan dengan diiringi oleh
gerimis yang terdengar lebih merdu dari biasanya.
“Kamar kostku tercinta. Aku
datang……,”batinnya dalam hati. Tersenyum
memandang gugusan pelangi yang telah terbentuk di
langit sebelah barat.
3.
PADAMNYA SEBUAH KECERIAAN

Pagi yang ceria, ini hari kedua masuk sekolah.


Tapi masih terhitung hari pertama bagi gadis bertubuh
tinggi tersebut, maklum sih, soalnya ia baru saja sampai di
kostnya kemarin sore. Setelah 2 Minggu waktu liburan ia
habiskan di kampung halamannya. Ia sudah menyimpan
berbagai macam ceita untuk teman akrabnya, orang yang
terlalu kurus jika dibandingkan dengannya. Matanya
celingukan di samping kelas, namun ia tak menemukan
orang yang dicarinya tersebut.
“Bogenfil, ngapain lo?,”seseorang yang terlihat
baru saja makan gorengan dari kantin itu menyapanya.
Bogenfil yang merasa dipanggil pun menengok,
“Eh elo Seledri, gue nyariin elo. Gue kira elo lagi
ke toilet,”tebak Bogenfil dengan sangat ngawur. Sejak
kapan Seledri suka ke toilet pagi-pagi.
Lalu kedua orang absurd itu pun bercerita-cerita
di dalam kelas. Terkadang hanya terdengar sahutan kecil
seperti, “Oh” , “Em” , “Gitu ya?” , “Masa?”, “Terus?” saat
salah satunya bercerita. Tapi suara tawa cekikikan
terdengar lebih dominan saat Bogenfil bercerita pada
Seledri. Anak-anak lainnya juga pada sibuk cerita itu dan
ini, mungkin tentang liburan mereka masing-masing.
“Eh kamu udah masuk, Say?,”Melati –Si jenius-
yang selalu memanggil Bogenfil dengan sebutan “Say”
itu menghampiri mereka berdua. Menghentikan suara
cekikikan dari Seledri. Melati adalah gadis jenius yang
menganggap Bogenfil seperti adiknya sendiri, untuk itu ia
selalu memanggil Bogenfil dengan sebutan “Say”
kepanjangan dari “Sayang” bukan “Sayton” lho ya….
“Udah dong, masa mau liburan terus sih
tetehku,”Bogenfil tersenyum pada Melati.
“Eh kalian berdua udah tau info menarik,
belum?,”tak biasanya Melati bersikap heboh. Namun,
pagi yang tak biasa itu ia melakukannya. Sontak Bogenfil
dan Seledri pun menyahut, “Apaan?”
“Pelajaran lkjhgfdsa diilangin,”seru Melati
sambil menepukkan kedua tangannya ke udara. Ia terlihat
begitu semangat menyampaikan kabar gembira tersebut.
Pelajaran lkjhgfdsa adalah pelajaran horor kedua setelah
pelajaran asdfghjkl.
“Wah beneran?! Asyik yesss!”sesaat Bogenfil
dan Seledri pun bersorak-sorak. Sampai teriak-teriak
nggak jelas malahan.
Tiba-tiba ponsel Bogenfil bergetar. Sebuah pesan.
Dengan pelan gadis itu membukanya, begini isi pesannya:
“Info bagi anak kelas 12 A.1 bahwa pelajaran ABC yang
tadinya di ajar oleh Bu Zxcvbnm saja akan mengalami
perubahan jadwal, yaitu hari A di ajar oleh guru yang
tadinya mengajar pelajaran lkjhgfdsa dan hari B oleh
Bu zxcvbnm lagi”
“Njirrrrr,”teriak Bogenfil Spontan. Ia langsung
membagi-bagikan kabar yang ia peroleh dari Kepsek itu
–ceritanya Bogenfil dekat sama Kepsek, keponakannya-
dan seketika itu seisi kelas pun memiliki reaksi yang
sama. Karena sebenarnya bukan pelajaran lkjhgfdsa-nya
yang mereka benci, tapi sistem mengajar gurunya.
Mereka merasa percuma saja pelajaran itu dihapus, tapi
mereka masih akan bertatap muka dengan orang yang
mereka sebut guru lkjhgfdsa itu secara formal di kelas.
Seketika itu juga keceriaan yang tadi begitu menggebu-
gebu menguap. Tak berbekas.
4.
Tragedi = Berkah

Bogenfil masih berbungkus selimut tebal di


dalam kamar kostnya. Hari jumat ini ia enggan untuk
berangkat ke sekolah pagi-pagi, alasannya adalah pagi ini
sekolahnya mengadakan –senam rutin- setiap hari Jumat.
Ia benci segala jenis olahraga, termasuk senam sekalipun.
Ck! Parah! Mungkin begitulah orang akan berkata, tapi ia
tak sendirian membenci hal bernama olahraga itu. Teman
sebangkunya juga memiliki pemikiran yang 100% sama.
“Bogenfil, Bogenfil,”suara teriakan sekaligus
gedoran pintu itu begitu mengusiknya. Dengan kesadaran
yang setengah-setengah ia pun beranjak untuk membuka
pintu. Ternyata itu adalah Bu Kost, ia memanggilnya
Tante gfdsahjkl.
Orang yang menurutnya sangat menyebalkan.
Bagaimana tidak? Air saja kalau anak kost harus nimba
dari sumur yang kedalamannya dalem banget. Padahal ia
sendiri tinggal memutar keran, tapi anak kost nggak boleh
pakai keran. Kalau mati lampu rumahnya diterangi oleh
PLTD (Pembangkit listrik tenaga diesel) yang dinyalakan
oleh suaminya. Tapi kostan tercinta dibiarkan gelap gulita.
Tapi walaupun begitu Bogenfil tetap sayang sama kostan
ini.
“Ada apa Tante gfdsahjkl?,”tanya Bogenfil saat
kesadarannya sudah terkumpul penuh.
“Kebakaran! Bogenfil dapur tante
kebakaran!,”jadilah pukul 6 yang rencananya masih akan
ia pakai untuk tidur lima belasan menit lagi itu gagal. Ia
langsung ngibrit bantuin Tante gfdsahjkl buat padamin
api. Bahaya juga jika apinya merembet ke rumah kost.
Pikir Bogenfil. Untung apinya belum terlalu parah.
Terpaksa setelah itu Bogenfil siap-siap ke
Sekolah. Tapi otak liciknya selalu berputar, ya ia tak jadi
berangkat mengendap-ngendap saat semua anak sedang
senam dengan lewat pagar belakang sekolah, tapi ia akan
pura-pura sakit agar terbebas dari senam. Ia bersiap untuk
mandi.
Saat kembali ke kamar Bogenfil sangat terkejut.
Sepiring nasi. 2 potong ayam goreng. Satu toples kerupuk.
2 telor mata sapi. Segelas es campur segar. Dari mana asal
semua itu? Keningnya mengernyit beberapa saat, hingga
ia menyadari ada kertas kecil di bawah piring nasi. Ia
buru-buru memakai seragam kemudian membaca kertas
kecil yang ternyata surat tersebut. Begini isinya:
“Ini dari tante, Bogenfil. Makasih, ya udah bantuin
tante padamin api. Ya udah tante mau berangkat
ke pasar dulu.”
Bogenfil agak jengkel bercampur senang dengan
semua itu. Ia senang karena hari ini ada makanan tanpa
harus repot-reot masak. Jengkel karena kelakuan Ibu
Kostnya yang ajika ada maunya aja baru akan bersikap
baik padanya.
“Wah sering-sering aja kebakaran,”batin
Bogenfil jengkel.
5.
YA UDAH DEH….☺☻

Siang bolong gini udara panas banget. Begitulah


keluh sebagian murid yang berada dalam kelas 12 A.1 itu,
termasuk murid yang duduk di bangku deket jendela dan
nomor dua dari depan tersebut. Bogenfil. Nama gadis itu, ia
menggunakan sampul bukunya untuk kipas-kipas.
“Say, makan yuk!,”biasa…., itu adalah –Melati- yang
selalu bagi-bagi bekal makan siangnya. Tapi Bogenfil malah
menggeleng, “Nggak ah Teteh, aku lagi males makan nih.
Tadi pagi udah sarapan soalnya,”Melati berkata halus,.
“Ih…, aneh kamu ini Say. Sarapan ya sarapan,
sekarang kan waktunya makan siang.”
“Eh beneran lho teh,”sahut Bogenfil ngotot.
Tiba-tiba masuk seorang guru, sontak Melati dan
Bogenfil pun menghentikan perdebatannya. Sementara itu
Seledri yang merupakan teman sebangku Bogenfil pun hanya
menjadi pengamat diam sejak perdebatan itu dimulai.
“Maaf mengganggu sebentar,”guru itu mulai
berbicara. Murid-murid ada yang memperhatikan, ada yang
masih sibuk ceita sambil bisik-bisik, ada juga yang bersikap
acuh –whatever-. “Untuk kelas ini nanti diinfokan ada
bimbingan belajar mendadak untuk persiapan UN. Untuk itu
nanti jangan pulang dulu.”
“Yesss..,”Melati bersorak dalam hati. Ia jadi punya
alasan untuk memaksa Bogenfil makan siang. Karena ia tau
Bogenfil merupakan orang yang susah makan, padahal ia
punya sakit mag. Melati nggak mau temannya itu sampai
sakit. Kan repot nanti dia di kostan.
“Ya sudah itu saja yang mau saya sampaikan. Terima
kasih atas perhatiannya,”ucap guru itu dengan PD-nya. Ya,
soalnya yakin deh hanya sebagian murid yang benar-benar
memperhatikannya.
“Tu kan Say, nanti les. Makan yuk,”Melati masih
terus saja membujuk Bogenfil. Akhirnya Bogenfil
mengangguk setuju juga, “Ya udah deh Teh, lagi pula nanti
kan les.”
Seledri ikut tersenyum senang karena kali ini Melati
berhasil membujuk Bogenfil untuk makan siang.

Anda mungkin juga menyukai