Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH

EKOLOGI PERTANIAN

Nama : Nadilla Febriant


Nim : 19542011067
Fakultas : Pertanian

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji rasa syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana telah memberikan
kenikmatan kepada kita semua, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini.

Sholawat serta Salam senantiasa tercurahkan kepada baginda kita Nabi Besar Muhamad
SAW. Yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliah menuju zaman Islamiah.

Bergema seiring nada mengalunkan kata hati yang senantiasa mengungkapkan getaran jiwa,
Penyusun dengan penuh kesadaran diri bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan, hal ini dengan keterbatasan kemampuan dan kedangkalan ilmu
yang kami miliki. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman dan pihak yang turut membantu terselesainya makalah ini.

Akhirnya kepada Illahi kita berharap dan berdo’a, semoga makalah ini bermanfaat khususnya
bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca. Amin….!

2
DAFTAR ISI
SAMPUL………………………………………………………………………………………………………………………….. 1

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………….. 2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………… 3

Bab I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………….................................. 4

1.2. TUJUAN…………………………………………………………………………………………………………………… 7

1.3. BATASAN MASALAH………………………………………………………………………………………………… 7

Bab II

FALSAFAH ILMU SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN…………………………………………………. 8

Bab III PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN


ORGANIK

3.1. BEBERAPA ISTILAH……………………………………………………………………………………………………..11

3.2. KONSEP USAHA TANI ORGANIK…………………………………………………………………………………. 12

Bab IV BEBERAPA PENDEKATAN KEGIATAN YANG MENUNJANG PERTANIAN BERKELANJUTAN

1. PENGENDALIAN HAMA TERPADU…………………………………………………………………………………. 13

2. SISTEM ROTASI DAN BUDIDAYA RUMPUT…………………………………………………………………….. 13

3. KONSERVASI LAHAN……………………………………………………………………………………….…………….. 13

4. MENJAGA KUALITAS AIR / LAHAN BASA…………………………………………………….…………………. 14

5. PELINDUNG TANAMAN…………………………………………………………………………………………………. 14

6. DEVERSIFIKASI LAHAN DAN TANAMAN…………………………………………………………………………. 14

7. PENGOLAHAN NUTRISI TANAMAN……………………………………………………………………….……….. 15

8. AGROFORESTRI(WANA TANI)………………………………………………………………………………………… 15

9. PEMASARAN……………………………………………………………………………………………….…………………. 16

Bab VI

KENDALA………………………………………………………………………………………………….………………………. 18

PENUTUP……………………………………………………………………………………………………..…………………… 19

DAFTAR PERPUSTAKA……………………………………………………………………………………………………….. 20

3
Bab I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Awalnya, tahun 1980, istilah “sustainable agriculture” atau diterjemahkan menjadi ‘pertanian
berkelanjutan’ digunakan untuk menggambarkan suatu sistem pertanian alternatif
berdasarkan pada konservasi sumberdaya dan kualitas kehidupan di pedesaan.

Sistem pertanian berkelanjutan ditujukan untuk mengurangi kerusakan lingkungan,


mempertahankan produktivitas pertanian, meningkatkan pendapatan petani dan
meningkatkan stabilitas dan kualitas kehidupan masyarakat di pedesaan.

Tiga indikator besar yang dapat dilihat:

– Lingkungannya lestari

– Ekonominya meningkat (sejahtera)

– Secara sosial diterima oleh masyarakat petani.

• Zaman Mesopotamia yang merupakan awal perkembangan kebudayaan, merupakan zaman


yang turut menentukan sistem pertanian kuno. Perekonomian kota yang pertama berkembang
di sana dilandaskan pada teknologi pertanian yang berkiblat pada kuil-kuil, imam, lumbung,
dan jutu tulis-juru tulis.

• Penciptaan surplus sosial menyebabkan terjadinya lembaga ekonomi berdasar peperangan


dan perbudakan. Administrasi untuk surplus yang harus disimpan mendesak kebutuhan
sistem akuntansi. Pemecahan masalah ini datang 6.000 tahun yang lalu dengan terciptanya
tulisan-tulisan yang merupakan awal kebudayaan. Kebudayaan Mesopotamia bertahan untuk
beribu tahun di bawah banyak pemerintahan yang berbeda. Pengaruhnya, walaupun sukar
didefinisikan secara tepat, memancar ke Siria dan Mesir dan mungkin juga ke India dan Cina.

• Tulang punggung pertanian terdiri dari tanaman-tanaman yang sekarang masih penting
untuk persediaan pangan dunia: gandum dan barlai, kurma dan ara, zaitum dan anggur.
Kebudayaan kuni dari Mesopotamia - Sumeria, Babilonia, Asiria, Cahldea - mengembangkan
pertanian yang bertambah kompleks dan terintegrasi. Reruntuhan menunjukkan sisa teras-
teras, taman-taman dan kebun-kebun yang beririgasi. Emapt ribu tahun yang lalu saluran
irigasi dari bata dengan sambungan beraspal membantu areal seluas 10.000 mil persegi tetap
ditanami untuk memberi pangan 15 juta jiwa. Pada tahun 700 SM sudah dikenal 900
tanaman.

• Pengetahuan tentang pertanian kuno di mana pun tidak lebih banyak dari pada di Mesir, di
mana pasri yang bertiup dari gurun memelihara data dan catatan dari zaman yang
menakjubkan. Walaupun lembah Nil telah mendukung manusia sekurang-kurangnya 20.000
tahun, di duga perkembangan pertaniannya yang mendorong perubahan-perubahan yang
terjadi di wilayah mediteran.

• Kebudayaan Mesir jaya, yang berpengaruh pada kebudayaan-kebudayaan Barat sekarang,


adalah makmur dalam keberlimpahan pertanian yang dimungkinkan oleh kebanjiran Sungai

4
Nil yang menyuburkan tanah kembali. Orang Mesir adalah akhli dalam mengembangkan
teknik drainase dan irigasi. Drainase yaitu pembuangan kelebihan air, merupakan tuntutan di
daerah seperti lembah Nil; hal ini meminta pengembangan lereng-lereng lahan dan
pembuatan sistem pengangkutan serta saluran air yang efisien. Irigasi yaitu pemberian air
pada tanaman secara buatan, menyangkut penadahan, pengantaran dan pemberian air.
Masalah drainase dan irigasi saling menjalin; pemecahannya oleh orang Mesir dengan
membangun serentetan parit untuk menyimpan air dan saluran yang melayani kedua tujuan
tersebut. Orang Mesir mengembangkan teknik menaikkan air, yang masih dipakai sekarang.
Penemuan yang utama adalah shaduf, yang memungkinkan menaikkan 2.250 liter air setinggi
1.8 m tiap hari kerja pria.

• Teknologi pengolahan tanah dapat dilacak lewat perbaikan cangkul. Cangkul asalnya dari
suatu tongkat bercabang yang lancip dan digunakan dengan gerakan memotong. Bajak kuno
juga hanya merupakan cangkul yang ditarik manusia (belakangan oleh hewan) untuk
menggaruk permukaan tanah, dan masih banyak digunakan kini di banyak bagian dunia.
Kemudian bajak diperbaiki dengan penemplean besi di bagian yang besinggungan dengan
tanah dan dengan konstruksi yang lebih kuat dan efisien. Orang-orang Mesir menggunakan
berbagai alat potong pada waktu panen, salah satunya adalah arit yang merupakan alat yang
paling baik ketika itu.

• Orang Mesir mengembangkan berbagai teknologi yang berhubungan dengan seni masak -
industri keramik, pemanggangan, pembuatan anggur dan penyimpanan pangan. Cara-cara
penyimpanan termsuk fermentasi, pembuatan acar, pengeringan, pengasapan dan pemberian
garam. Banyak tanaman dibudidayakan untuk serat, minyak dan tujuan-tujuan industri lain;
papirus untuk kertas, jarak untuk minyak, pinus untuk malam (lilin). Mereka menciptakan
jamu-jamuan yang pertama, koleksi tanaman obat, dan industri rempah-rempah, wangi-
wangian dan kosmetik.

• Sepanjang Sungai Nil diciptakan kebun-kebun formal luas, penuh dengan tanaman-tanaman
hias eksotik dan kolam kolam berisi ikan dan teratai. Di kebun buah (orchard), kurma,
anggur, ara, lemon dan delima diusahakan. Kebun sayur berisi ketimun, articoke, bawang
putih, perai, bawang bombay, slada, menta, endewi, cikori, logak, dan berbagai labu.

• Kebudayaan Mesir bertahan selama 35 abad, dan kemudian pelaut-pelaut phoenicia


meneruskan warisan teknologi Mesopotamia dan Mesir ke kepulauan Yunani yang sedang
muncul.

• Yunani. Walaupun orang-orang Yunani hanya sedikit menambah kemahiran praktek, sikap
analitik dan keingintahuannya terhadap alam benda memberi pengaruh besar pada kemajuan
teknolgoi di masa datang. Ilmu Botani berasal dari pikiran Yunani zaman itu. Dua buah
tulisan terkenal, History of plants dan Causes of Plants dari Theopratus murid Aristoteles
mempengaruhi Ilmu Botani hingga abad 17. Dia dipandang sebagai Bapak Ilmu Botani.
Tulisan tersebut mencakup judul-judul yang beraneka ragam seperti morfologi, klasifikasi,
pembiakan dengan biji dan secara vegetatif, geografi tumbuhan, kehutanan, horikultur,
parmakologi, hama dan bau serta rasa tanaman. Diperbincangkan sebanyak 500 tanaman liar
dan tanaman pertanian. Dia membedakan Angiospermae dan Gymnospermae, Monokotil dan
Dikotil, membahas pembentukan lingkaran tahun dan cara-cara mengumpulkan damar
(resins) dan ter. Bahkan membahas penyerbukan pohon kurma betina dengan bunga-bunga
dari pohon jantan yang tak berbuah. Hal ini merupakan pengetahuan kelamin pada tanam,
sesuatu yang lama menghilang dan baru diketahui lagi 2.000 tahun berikutnya.

5
• Cendekiawan Yunani ternyata tak mampu bertahan secara politik. Persaingan dan
peperangan antar kota membawa ke kejatuha oleh tentara Macedonia. Ada yang melacak
kejatuhan Yunani pada akibat peningkatan populasi pada merosotnya sumber-sumberdaya
alam baik oleh peperangan maupun oleh kebusukan dari dalam. Kelihatan bahwa dasar
pertanian Yunani tak cukup untuk menyokong kebudayaan yang selalu tumbuh.

• Kebudayaan Yunani diserap oleh bangsa baru ke barat. Kekaisaran Romawi, berbeda
dengan Yunani, dibangun dari dasar sumberdaya alam yang kokoh kuat. Kebalikan dari
bangsa Yunani, bangsa Romawi sangat tertarik pada aspek praktis dari pertanian. Pertanian
merupakan bagian penting dari ekonomi dan urusan yang sungguh-sungguh. Sumber
penghasilan utama dari Romawi adalah pajak tanah; perundang-undangannya yang paling
penting berurusan dengan rencana agraria; kekayaan besar diinvestasikan pada lahan
pertanian. Romawi tumbuh ke kejayaan pada landasan teknologi pertanian yang sehat dan
berfungsi. Sewaktu mereka menaklukkan, mereka membangun suatu kebudayaan yang
asalnya Yunani tetapi pelaksanaannya secara Romawi.

• Walaupun orang Romawi hanya memiliki sedikit ide asli, akan tetapi mereka terkenal betul
betul memperbaiki yang mereka temukan. Tanda perdagangan yang bertahan lama adalah
jalan-jalan dan jalan air. Orang-orang Romawi berpikiran moderan, beradab dan berpusat ke
kota, tetapi bisnis dan kecenderungannya terikat pada tanah.

• Praktek pertanian Romawi dibukukan secara baik. Tulisan mengenai pertanian yang
pertama adalah De agricultura karangan Marcus Porceus Cato (234 - 149 SM), yang menulis
aspek-aspek praktis dari pengelolaan tanaman dan ternak, terutama mengenai keuntungan.
Asal-usul filosofi desa ditemui dalam kesimpulannya bahwa petani bukan hanya penduduk
yang terbaik, tetapi juga tentara terbaik. Seratus tahun berikutnya tulisan Marcus Terentius
Varro (116 - 28 SM) yaitu De re rustica libri III, menekankan ketergantungannya negeri
sekemakmuran pada pertanian yang sehat. Tulisan-tulisan lain adalah Georgica karangan
Vergilius (70 - 19 SM) dan banyak lain. Historia naturalis karangan Plinius (23 - 79 M)
memuat kumpulan ilmu maupun hal-hal yang tidak diketahui. Dari tulisan-tulisan ini
pertanian Romawi dapat dipelajari.

• Dalam tulisan-tulisan pertanian dicatat adanya penyambungan tanaman (grafting dan


budding), poenggunaan berjenis-jenis varietas buah dan sayuran, rotasi pupuk hijau,
penggunaan pupuk kandang, pengembalian kesuburan tnah, bahkan penyimpanan dingin
untuk buah-buahan. Dikenal pula suatu "specularium", rumah kaca dari mika, untuk
menanam sayuran pada musim dingin. Di Romawilah mulainya kebun tanaman hias
berkembang sampai tingkat tinggi.

• Pada masa awal sejarah Romawi lembaga pertanian yang pokok adalah masyarakat desa.
Milik perorangan kecil, berkisar dari satu hingga mepat acre dan dikelola secara intensif.
Setelah negara Romawi berkembang wilayahnya dan memiliki tenaga kerja perbudakan dari
menang perang, muncul unit produksi yang lebih tinggi. Ini didapat dari tanah-tanah negara
yang dibagi-bagikan. Hasil sistem perkebuan merangsang pertumbuhan kekayaan perotangan
yang hebat yang mendorong penyapan dan korupsi yang menjalar dengan dahsyat. Kenaikan
tenaga kerja murah dari budak-budak dan meningkatnya ukuran milik perorangan
berakibatkan ketidakseimbangan sosial. Tentara-petani-penduduk kehilangan tempatnya
sebagai kekuatan stabilisasi dalam kehidupan Romawi.

• Kemudian setelah kejayaan dialami, banyak sistem pertanian tak sehat muncul. "Absente
ownership", perbudakan, membawa kerusakan tanah yang menurunkan produktivitas. Di
samping itu upeti-upeti dari negara-negara luar mengendurkan semangat berproduksi tinggi.

6
Bangun dan jatuhnya keberuntungan politik kekaisaran Romawi sejajar dengan trend dalam
pertanian. Beban untuk mendukung dan mempertahankan negara yang overexpanded
meremehkan dasar-dasar pertnaian; pertanian yang kelelahan dan tidak stabil mengurangi
daya pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

• Abad pertengahan. Dengan runtuhnya Romawi dan Negara Barat, kemajuan teknologi
beralih ke Timur Tengah. Setelah tahun 700 M, kebudayaan Islam yang menyumbang hasil-
hasil kebudayaannya kepada dunia. Kebudayaan Islam muncul dengan menyumbangkan
hasil-hasil teknologi dan ilmu pengetahuannya yang jauh lebih rasional dan ilmiah
dibandingkan dengan kebudayaan-kebudayaan sebelumnya.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

• Memenuhi tugas mandiri

• Untuk mengetahui system pertanian berkelanjutan di masa depan.

• Member informasi kepada pembaca tentang system pertanian masa depan

1.3. Batasan Masalah

Dalam penulisan makalah ini penulis hanya menjelaskan tentang System Pertanian
Berkelanjutan Berbasis System Pertanian Organik.

7
Bab II

FALSAFAH ILMU SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN

Menurut Technical Advisorry Committee of the CGIAR (TAC-CGIAR, 1988), “pertanian


berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha pertanian guna
membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan
kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam”.Ciri-ciri pertanian berkelanjutan:

 Mantap secara ekologis, yang berarti kualitas sumberdaya alam dipertahankan dan
kemampuan agroekosistem secara keseluruhan – dari manusia, tanaman, dan hewan sampai
organisme tanah ditingkatkan. Dua hal ini akan terpenuhi jika tanah dikelola dan kesehatan
tanaman dan hewan serta masyarakat dipertahankan melalui proses biologis (regulasi
sendiri). Sumberdaya lokal digunakan secara ramah dan yang dapat diperbaharui.

 Dapat berlanjut secara ekonomis, yang berarti petani mendapat penghasilan yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan, sesuai dengan tenaga dan biaya yang dikeluarkan, dan dapat
melestarikan sumberdaya alam dan meminimalisasikan risiko.

 Adil, yang berarti sumberdaya dan kekuasaan disistribusikan sedemikian rupa sehingga
keperluan dasar semua anggota masyarakat dapat terpenuhi dan begitu juga hak mereka
dalam penggunaan lahan dan modal yang memadai, dan bantuan teknis terjamin. Masyarakat
berkesempatan untuk berperanserta dalam pengambilan keputusan, di lapangan dan di
masyarakat.

 Manusiawi, yang berarti bahwa martabat dasar semua makhluk hidup (manusia, tanaman,
hewan) dihargai dan menggabungkan nilai kemanusiaan yang mendasar (kepercayaan,
kejujuran, harga diri, kerjasama, rasa sayang) dan termasuk menjaga dan memelihara
integritas budaya dan spiritual masyarakat.

 Luwes, yang berarti masyarakat desa memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan
ubahan kondisi usahatni yang berlangsung terus, misalnya, populasi yang bertambah,
kebijakan, permintaan pasar, dll.

Anggap saja sistem pertanian berkelanjutan dipandang sebagai suatu paradigma ilmu. Sistem
pertanian berkelanjutan sebagai paradigma ilmu membuat khalayak yang mempercayainya
hendaknya (a) mengetahui apa yang harus dipelajarinya, (b) apa saja pernyataan-pernyataan
yang harus diungkapkan, dan (c) kaidah-kaidah apa saja yang harus dipakai dalam
menafsirkan semua jawaban atas fenomena pertanian berkelanjutan. Dalam perspektif
falsafah ilmu berikutnya, suatu paradigma ilmu pada hakekatnya mengharuskan ilmuwan
untuk mencari jawaban atas suatu pertanyaan mendasar yaitu bagaimana, apa dan untuk apa.

Tiga pertanyaan di atas dirumuskan menjadi beberapa dimensi yaitu:

(a) dimensi ontologis yaitu apa sebenarnya hakikat dari sesuatu kejadian alam dan sosial
ekonomi masyarakat yang dapat diketahuinya atau apa hakikat dari setiap kejadian di sektor
pertanian dan sistem pertanian berkelanjutan pertanian selama ini ditinjau sebagai ilmu;
mengapa terjadi kerusakan lingkungan; bagaimana hubungan degradasi tersebut dengan
sistem nilai masyarakat dan sistem nilai suatu kebijakan pembangunan; bagaimana sektor
pertanian di Indonesia dinilai terpinggirkan ketimbang kebijakan industri manufaktur,
sehingga terjadi transformasi struktural semu; dsb,

8
(b) dimensi epistemologis yaitu apa sebenarnya hakikat hubungan antara pencari ilmu
khususnya di bidang pertanian dengan fenomena obyek yang ditemukannya; bagaimana
prosedurnya; hal-hal apa yang seharusnya diperhatikan untuk memperoleh pengetahuan
tentang sistem pertanian berkelanjutan yang benar; apa kriteria benar itu; tehnik dan sarana
apa untuk mendapatkan pengetahuan sistem pertanian berkelanjutan sebagai suatu ilmu,

(c) dimensi axiologis yaitu seberapa jauh peran sistem nilai dalam suatu penelitian tentang
sistem pertanian berkelanjutan; untuk apa mengetahui sistem pertanian berkelanjutan;
bagaimana menentukan obyek dan tehnik prosedural suatu telaahan sistem pertanian
berkelanjutan dengan mempertimbangkan kaidah moral atau profesional;

(d) dimensi retorik yaitu apa bahasa yang digunakan dalam penelitian sistem pertanian
berkelanjutan; bagaimana dengan bahasa yang dipakai sebagai alat berpikir dan sekaligus
menjadi alat komunikasi yang berfungsi untuk menyampaikan jalan pikirannya kepada orang
lain; bahasa yang dipakai seharusnya sebagai sarana ilmiah dan tentunya obyektif namun
menafikan kecenderungan sifat emotif dan afektif;

(e) dimensi metodologis yaitu bagaimana cara atau metodologi yang dipakai dalam
menemukan kebenaran suatu ilmu pengetahuan sistem pertanian kaitannya dengan fenomena
pertanian berkelanjutan; apakah deduktif atau induktif; monodisiplin, multidisiplin dan
interdisiplin; kuantitatif atau kualitatif atau kombinasi keduanya; penelitian dasar atau
terapan.Berkaitan pula dengan sistem pertanian berkelanjutan, khususnya bagi yang berminat
dalam kegiatan penelitian, diperlukan penerapan metodologi program penelitian.

Meminjam pendapat Imre Lakatos dalam Mohammad Muslih (2005), ada tiga elemen yang
harus diketahui dalam program penelitian.

1. Pertama adalah inti pokok yaitu asumsi-asumsi dasar yang menjadi ciri dari
penelitian berbagai aspek yang terkait dengan sistem pertanian
berkelanjutan.Kedudukannya sebagai dasar di atas elemen lain yang dicerminkan
sebagai hipotesis umum dan kerangka teoretis yang bersifat umum. Pertanyaan-
pertanyaan yang muncul adalah seperti mengapa dan bagaimana timbulnya masalah
degradasi lingkungan dan degradasi sosial ekonomi pertanian serta bagaimana peran
masyarakat dalam kerusakan lingkungan fisik dan sosial-ekonomi (eksternalitas
negatif) yang kemudian dijawab sementara dalam bentuk hipotesis berdasarkan teori
dan empirik.
2. Kedua adalah sebagai lingkaran pelindung yang terdiri dari beberapa hipotesis awal
atas terjadinya fenomena di sektor pertanian. Kedudukannya sebagai pelengkap inti
pokok agar penelitian tentang pertanian mampu menerangkan dan meramalkan setiap
fenomena pertanian berkelanjutan yang nyata. Disini sudah dimunculkan perlakuan
bagaimana mengembangkan beragam varian yang kompleks dari suatu sistem
pertanian, bagaimana memodifikasinya. Namun teori yang dipakai sebagai suatu
struktur yang koheren dapat tetap terbuka untuk dikembangkan. Artinya penelitian
sistem pertanian berkelanjutan tidak selalu berlangsung sekali jadi tetapi terbuka
untuk penelitian lanjutan.
3. Ketiga adalah serangkaian teori yaitu keterkaitan antara teori yang satu dengan teori
lainnya. Penelitian tentang sistem pertanian berkelanjutan seharusnya dinilai dari
serangkaian teori. Karena ciri fenomena pertanian berkelanjutan yang begitu
kompleksnya maka dalam penelitian ini sudah dapat diduga teori yang digunakan
meliputi antara lain teori ekonomimakro, ekonomimikro, teori ekonomi sumberdaya
alam dan lingkungan, teori ekonomi produksi, teori perilaku konsumen, teori

9
kebijakan lingkungan, kebijakan pertanian, teori ekonomi ketenagakerjaan, sosiologi,
antropologi, ekologi manusia, kelembagaan dsb.

10
Bab III

PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS

SISTEM PERTANIAN ORGANIK

3.1. BEBERAPA ISTILAH

• Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang


dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui
(unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif
terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi :
penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses
produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati
yang ramah terhadap lingkungan (Kasumbogo Untung, 1997).

• "Organic agriculture is a holistic production management system which promotes and


enhances agro-ecosystem health, including biodiversity, biological cycles and soil biological
activity. It emphasises the use of management practices in preference to the use of off-farm
inputs (...) This is accomplished by using, where possible, agronomic, biological, and
mechanical methods, as opposed to using synthetic materials, to fulfil any specific function
within the system." (FAO/WHO Codex Alimentarius Commission, 1999). Pertanian organic
merupakan salah satu bagian pendekatan pertanian berkelanjutan, yang di dalamnya meliputi
berbagai teknik sistem pertanian, seperti tumpangsari (intercropping), penggunaan mulsa,
penanganan tanaman dan pasca panen. Pertanian organik memiliki ciri khas dalam hukum
dan sertifikasi, larangan penggunaan bahan sintetik, serta pemeliharaan produktivitas tanah.

• The International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM) menyatakan


bahwa pertanian organik bertujuan untuk:

(1) menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dengan kuantitas memadai

(2) membudidayakan tanaman secara alami

(3) mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekosistem pertanian

(4) memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah jangka panjang

(5) menghindarkan seluruh bentuk cemaran yang diakibatkan penerapan teknik pertanian

(6) memelihara keragaman genetik sistem pertanian dan sekitarnya, dan

(7) mempertimbangkan dampak sosial dan ekologis yang lebih luas dalam sistem usaha tani.

11
3.2. KONSEP USAHA TANI ORGANIK

Keberhasilan pembangunan pertanian selama ini telah memberikan dukungan yang sangat
tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan pangan rakyat Indonesia, namun demikian disadari
bahwa dibalik keberhasilan tersebut terdapat kelemahankelemahan yang perlu diperbaiki.
Produksi yang tinggi yang telah dicapai banyak didukung oleh teknologi yang memerlukan
input (masukan) bahan-bahan anorganik yang tinggi terutama bahan kimia pertanian seperti
pupuk urea, TSP/SP-36, KCl, pestisida, herbisida, dan produk-produk kimia lainnya yang
berbahaya bagi kesehatan dengan dosis yang tinggi secara terus-menerus, terbukti
menimbulkan banyak pencemaran yang dapat menyumbang degradasi fungsi lingkungan dan
perusakan sumberdaya alam, serta penurunan daya dukung lingkungan. Adanya kesadaran
akan akibat yang ditimbulkan dampak tersebut, perhatian masyarakat dunia perlahan mulai
bergeser ke pertanian yang berwawasan lingkungan. Dewasa ini masyarakat sangat peduli
terhadap alam dan kesehatan, maka muncullah teknologi alternatif lain, yang dikenal dengan
“pertanian organik”, “usaha tani organik”, “pertanian alami”, atau “pertanian berkelanjutan
masukan rendah”. Pengertian tersebut pada dasarnya mempunyai prinsip dan tujuan yang
sama, yaitu untuk melukiskan sistem pertanian yang bergantung pada produk-produk organik
dan alami, serta secara total tidak termasuk penggunaan bahan-bahan sintetik.

12
Bab IV

BEBERAPA PENDEKATAN KEGIATAN YANG MENUNJANG

PERTANIAN BERKELANJUTAN

Beberapa kegiatan yang diharapkan dapat menunjang dan memberikan kontribusi dalam
meningkatkan keuntungan produktivitas pertanian dalam jangka panjang, meningkatkan
kualitas lingkungan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat pedesaan adalah sebagai
berikut:

1. Pengendalian Hama Terpadu

Pengendalian Hama Terpadu merupakan suatu pendekatan untuk mengendalikan hama yang
dikombinasikan dengan metode-metode biologi, budaya, fisik dan kimia, dalam upaya untuk
meminimalkan; biaya, kesehatan dan resiko-resiko lingkungan. Adapun caranya dapat
melalui;

�� Penggunaan insek, reptil atau binatang-binatang yang diseleksi untuk mengendalikan


hama atau dikenal musuh alami hama, seperti Tricogama sp., sebagai musuh alami dari
parasit telur dan parasit larva hama tanaman.

�� Menggunakan tanaman-tanaman “penangkap” hama, yang berfungsi sebagai pemikat


(atraktan), yang menjauhkan hama dari tanaman utama.

�� Menggunakan drainase dan mulsa sebagai metode alami untuk menurunkan infeksi
jamur, dalam upaya menurunkan kebutuhan terhadap fungsida sintetis.

�� Melakukan rotasi tanaman untuk memutus populasi pertumbuhan hama setiap tahun .

2. Sistem Rotasi dan Budidaya Rumput

Sistem pengelolaan budidaya rumput intensif yang baru adalah dengan memberikan tempat
bagi binatang ternak di luar areal pertanian pokok yang ditanami rumput berkualitas tinggi,
dan secara tidak langsung dapat menurunkan biaya pemberian pakan. Selain itu, rotasi
dimaksudkan pula untuk memberikan waktu bagi pematangan pupuk organik. Areal
peternakan yang dipadukan dengan rumput atau kebun buah-buahan dapat memiliki
keuntungan ganda, antara lain ternak dapat menghasilkan pupuk kandang yang merupakan
pupuk untuk areal pertanian.

3. Konservasi Lahan

13
Beberapa metode konservasi lahan termasuk penanaman alur, mengurangi atau tidak
melakukan pembajakan lahan, dan pencegahan tanah hilang baik oleh erosi angin maupun
erosi air. Kegiatan konservasi lahan dapat meliputi:

�� Menciptakan jalur-jalur konservasi.

�� Menggunakan dam penahan erosi.

�� Melakukan penterasan.

�� Menggunakan pohon-pohon dan semak untuk menstabilkan tanah.

4. Menjaga Kualitas Air/Lahan Basah

Konservasi dan perlindungan sumberdaya air telah menjadi bagian penting dalam pertanian.
Banyak diantara kegiatan-kegiatan pertanian yang telah dilaksanakan tanpa memperhatikan
kualitas air. Biasanya lahan basah berperan penting dalam melakukan penyaringan nutrisi
(pupuk anoraganik) dan pestisida. Adapun langkah-langkah yang ditujukan untuk menjaga
kualitas air, antara lain;

�� Mengurangi tambahan senyawa kimia sintetis ke dalam lapisan tanah bagian atas (top
soil) yang dapat mencuci hingga muka air tanah (water table).

�� Menggunakan irigasi tetes (drip irrigation).

�� Menggunakan jalur-jalur konservasi sepanjang tepi saluran air.

�� Melakukan penanaman rumput bagi binatang ternak untuk mencegah peningkatan racun
akibat aliran air limbah pertanian yang terdapat pada peternakan intensif.

5. Tanaman Pelindung

Penanaman tanaman-tanaman seperti gandum dan semanggi pada akhir musim panen
tanaman sayuran atau sereal, dapat menyediakan beberapa manfaat termasuk menekan
pertumbuhan gulma (weed), pengendalian erosi, dan meningkatkan nutrisi dan kualitas tanah.

6. Diversifikasi Lahan dan Tanaman

Bertanam dengan memiliki varietas yang cukup banyak di lahan pertanian dapat mengurangi
kondisi ekstrim dari cuaca, hama penggangu tanaman, dan harga pasar. Peningkatan
diversifikasi tanaman dan jenis tanaman lain seperti pohonpohon dan rumput-rumputan, juga
dapat memberikan kontribusi terhadap konservasi lahan, habitat binatang, dan meningkatkan
populasi serangga yang bermanfaat. Beberapa langkah kegiatan yang dilakukan;

�� Menciptakan sarana penyediaan air, yang menciptakan lingkungan bagi katak, burung
dan binatang-binatang lainnya yang memakan serangga dan insek.

14
�� Menanam tanaman-tanaman yang berbeda untuk meningkatkan pendapatan sepanjang
tahun dan meminimalkan pengaruh dari kegagalan menanam sejenis tanaman saja.

7. Pengelolaan Nutrisi Tanaman

Pengelolaan nutrisi tanaman dengan baik dapat meningkatkan kondisi tanah dan melindungi
lingkungan tanah. Peningkatan penggunaan sumberdaya nutrisi dilahan pertanian, seperti
pupuk kandang dan tanaman kacang-kacangan (leguminosa) sebagai penutup tanah dapat
mengurangi biaya pupuk anorganik yang harus dikeluarkan. Beberapa jenis pupuk organik
yang bisa digunakan antara lain:

�� Pengomposan

�� Penggunaan kascing

�� Penggunaan Pupuk Hijauan (dedaunan)

�� Penambahan nutrisi pada tanah dengan emulsi ikan dan rumput laut.

8. Agroforestri (wana tani)

Agroforestri merupakan suatu sistem tata guna lahan yang permanen, dimana tanaman
semusim maupun tanaman tahunan ditanam bersama atau dalam rotasi membentuk suatu
tajuk yang berlapis, sehingga sangat efektif untuk melindungi tanah dari hempasan air hujan.
Sistem ini akan memberikan keuntungan baik secara ekologi maupun ekonomi. Beberapa
keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan lahan dengan system agroforestri ini antara lain:

• Dapat diperoleh secara berkesinambungan hasil tanaman-tanaman musiman

dan tanaman-tanaman tahunan.

• Dapat dicegah terjadinya serangan hama secara total yang sering terjadi pada tanaman satu
jenis (monokultur).

• Keanekaan jenis tanaman yang terdapat pada sistem agroforestri memungkinkan


terbentuknya stratifikasi tajuk yang mengisi ruang secara berlapis ke arah vertikal. Adanya
struktur stratifikasi tajuk seperti ini dapat melindungi tanah dari hempasan air hujan, karena
energi kinetik air hujan setelah melalui lapisan tajuk yang berlapis-lapis menjadi semakin
kecil daripada energi kinetik air hujan yang jatuh bebas.

9. Pemasaran

15
Petani dan peternak mengakui bahwa meningkatkan pemasaran merupakan suatu langkah
untuk mendapatkan keuntungan yang lebih baik. Adapun cara yang dapat dikembangkan
antara lain:

�� Pemasaran langsung melalui surat permintaan, pasar petani, restoran lokal, supermarket,
dan kios-kios pasar tradisional.

�� Menggunakan bisnis usaha kecil produk lokal sebagai bahan mentah makanan olahan.

16
Bab V

PROSPEK PERTANIAN ORGANIK

Di Indonesia sendiri, gaung pertanian organik sudah berkembang sekitar 10 tahun yang lalu,
akan tetapi pemainnya dapat dihitung dengan jari (Trubus No. 363, 2000). Kemudian
meningkat pesat sejak terjadi krisis moneter, dimana sebagian besar saprodi yang digunakan
petani melonjak harganya berkali-kali lipat. Petani mulai melirik alternatif lain dengan model
pertanian organik. Melalui proses adaptasi, pertanian organik mulai digeluti dan mendapat
respon yang cukup baik, dengan ditandai oleh bermunculnya kelompok petani organik di
berbagai daerah. Di Jawa Tengah, sentra pertanian organik terletak di Klaten, Yogyakarta,
Karanganyar, Magelang, dan Kulonprogo. Di Jawa Barat; Bogor, Bandung dan Kuningan. Di
Jawa Timur; Malang, serta beberapa daerah di Bali Meskipun pertanian organik ini masih
sedikit diusahakan, akan tetapi pertumbuhannya sangat penting di dalam sektor pertanian.
Sebagai gambaran, di Austria dan Switzerland menunjukkan bahwa kebutuhan pertanian
organic diperkirakan mencapai lebih dari 10 persen, sedangkan Amerika, Perancis, Jepang
dan Singapura meningkat rata-rata 20 persen setiap tahun. Permintaan akan produk-produk
organik merupakan peluang dunia usaha baru baik untuk tujuan ekspor maupun kebutuhan
domestik. Beberapa Negara berkembangpun mulai memanfaatkan peluang pasar ekspor
produk organik ini terhadap negara maju, diantaranya buah-buah daerah tropik untuk industri
makanan bayi ke Eropa, herbas Zimbabwe ke Afrika Selatan, kapas Afrika ke Uni Eropa, dan
teh Cina ke Belanda dan kentang ke Jepang. Umumnya, ekspor produk organik dijual dengan
harga cukup tinggi, biasanya 20 persen lebih tinggi dari produk pertanian non-organik.
Keuntungan pokok pertanian organik sangat bervariasi, dalam beberapa kajian ekonomi
menyatakan bahwa pertanian organik memiliki akses nyata terhadap prospek jangka panjang.
Beberapa studi menunjukkan bahwa pertanian organik berpengaruh sangat nyata terhadap
jumlah tenaga kerja dibandingkan dengan pertanian konvensional. Terutama pada sistem
pertanian organik melalui diversifikasi tanaman, perbedaan pola tanam dan jadwal tanam
dapat mendistribusikan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan waktunya.

17
Bab VI

KENDALA

Beberapa kendala yang dihadapi dalam melakukan pertanian organik,

diantaranya:

• Adanya hama “transmigran” dari kebun yang nonorganik, sehingga produktivitas lahan
menjadi semakin rendah.

• Akibat rendahnya produksi tidak bisa mengimbangi permintaan pasar yang ada.

• Dalam pertanian organik yang murni disyaratkan tanah relatif masih “perawan”, padahal
penelitian menunjukkan bahwa tanah pertanian di Indonesia sudah jenuh fosfat.

• Pasar terbatas, karena produk organik hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja.

• Kedulitan menggantungkan pasokan dari alam. Pupuk misalnya, harus mengerahkan suplai
kotoran ternak dalam jumlah besar dan kontinu.

• Kehilangan hasil akibat penyakit tumbuhan rata-rata mencapai 11.8% dan karena hama
mencapai 12,2 % pada berbagai tanaman penting di seluruh dunia.

• Kehilangan hasil akibat gangguan penyakit pada tanaman padi rata-rata mencapai 15,1 %
dari potensi hasilnya, dengan kerugian di seluruh dunia mencapai 33 milyar USD selama
1988-1990.

18
PENUTUP

Pertanian organik merupakan salah satu teknologi alternatif yang memberikan berbagai hal
positif, yang dapat diterapkan pada usaha tani produkproduk bernilai komersial tinggi dan
tidak mengurangi produksi. Untuk menerapkan pertanian ramah lingkungan dan
berkelanjutan, perlu dilakukan upaya:

• Sosialisasi pemasyarakatan mengenai pentingnya pertanian yang ramah lingkungan

• Penggalakkan konsumsi produk hasil pertanian organik.

• Diperlukan lebih banyak kajian/penelitian untuk mendapatkan saprotan organik. Usaha tani
yang berorientasi pasar global perlu menekankan aspek kualitas, keamanan, kuantitas dan
harga bersaing.

19
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Produksi Hortikultura dan Aneka

Tanaman, 2000. Kebijakan Perlindungan Tanaman Hortikultura Dengan Orientasi Pasar


Global. Jakarta

Ecological Agriculture Projects. 1989. Sustainability Agriculture. EAP Publication – 16.


Macdonald College of McGill University.

FAO Committee on Agriculture (COAG). 1999. Based on Organic agriculture. Rome on 25-
26 January 1999.

Manwan Ibrahim. 1994 Strategi dan Langkah Operasional Penelitian Tanaman

Pangan Berwawasan Lingkungan Dalam Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Buku I.

Kebijaksanaan dan Hasil Utama Penelitian.

Puslitbang Tanaman Pangan.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kasumbogo Untung. 1997 Peranan Pertanian
Organik Dalam Pembangunan yang

Berwawasan Lingkungan.

Makalah yang Dibawakan Dalam Seminar Nasional Pertanian Organik. Outerbridge, P. B .


1991 Limbah Padat di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta

Teruo Higa. 1997. EM Technology Serving The World. Seminar Nasional Pertanian Organik.
Jakarta. 3 April 1997.

Trubus No. 363. 2000. Pertanian Organik. Yayasan Tani Membangun. Jakrta

20

Anda mungkin juga menyukai