KOROSI
Nama Anggota :
1. Farah Amalia P N. (11)
2. Muhammad Abdul Ghofur A (21)
3. Muhammad Hanif Adiprana (22)
4. Nadia Azaria Maharani. (24)
SMA N 9 YOGYAKARTA
Jalan Sagan 1, Gondokusuman, Yogyakarta
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyusun makalah dengan judul Korosi. Makalah ini
bertujuan untuk menggali informasi dan menambah wawasan.
Penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Kepala Sekolah SMA Negeri 9 Yogyakarta yang telah memberikan dukungan
kepada penulis.
2. Guru pembimbing Sunarimah S.Pd yang telah memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis.
3. Teman – teman yang membantu dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Kritik dan saran yang
membangun, kami harapkan akan menjadi lebih baik lagi.
Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat dan berguna sebagai referensi dalam
kepentingan tertentu.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam
dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang
paling lazim adalah perkaratan besi.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu
berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak
sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.
O2(g) + 4H+(aq) + 4e <--> 2H2O(l)
atau
O2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq)
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III)
yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai
bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak
sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan
rapatan logam itu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa penyebab korosi?
2. Apa faktor yang mempercepat korosi?
3. Bagaimana cara mencegah korosi
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui penyebab korosi
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempercepat korosi
3. Mengetahui bagaimana cara mencegah korosi
D. Manfaat Penelitian
1. Menambah ilmu pengetahuan bagi penulis dan pembaca
2. Sebagai referensi untuk pembelajaran
3. Menambah informasi dan wawasan
BAB II
KAJIAN TEORI
Korosi dapat diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi
secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa
korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih
mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida,
setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau
baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang
menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan
terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau
tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap
elektrode lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.
b. pH
Pada suasana yang lebih asam, pH < 7, reaksi korosi besi akan lebih cepat, sebagaimana
reaksi reduksi oksigen dalam suasana asam lebih spontan yang ditandai dengan potensial
reduksinya lebih besar dibanding dalam suasana netral ataupun basa.
c. Keberadaan elektrolit
Keberadaan elektrolit seperti garam NaCl pada medium korosi akan mempercepat
terjadinya korosi, sebagaimana ion-ion elektrolit membantu menghantarkan elektron-
elektron bebas yang terlepas dari reaksi oksidasi di daerah anode kepada reaksi reduksi
pada daerah katode.
d. Suhu
Semakin tinggi suhu, semakin cepat korosi terjadi. Hal ini sebagaimana laju reaksi kimia
meningkat seiring bertambahnya suhu.
e. Galvanic coupling
Bila besi terhubung atau menempel pada logam lain yang kurang reaktif (tidak mudah
teroksidasi, potensial reduksi lebih positif), maka akan timbul beda potensial yang
menyebabkan terjadinya aliran elektron dari besi (anode) ke logam kurang reaktif
(katode). Hal ini menyebabkan besi akan lebih cepat mengalami korosi dibandingkan
tanpa keberadaan logam kurang reaktif. Efek ini disebut juga dengan efek galvanic
coupling.
2. Elektrolit
Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk terjadinya transfer muatan.
Hal ini mengakibatkan elektron lebih mudah untuk diikat oleh oksigen di udara. Air hujan
banyak mengandung asam, sedangkan air laut banyak mengandung garam. Oleh karena itu
air hujan dan air laut merupakan penyebab korosi yang utama.
Korosi pada besi menimbulkan banyak kerugian, karena barang-barang atau bangunan yang
menggunakan besi menjadi tidak awet. Korosi pada besi dapat dicegah dengan membuat besi
menjadi baja tahan karat (stainless steel), namun proses ini membutuhkan biaya yang mahal,
sehingga tidak sesuai dengan kebanyakan pengunaan besi
2. Dibalut plastik
Plastik mencegah terjadinya kontak besi dengan air dan udara. Peralatan rumah tangga
biasanya dibalut plastik untuk menghindari korosi.
A. Kesimpulan
Korosi merupakan hal yang merugikan dalam keseharian. Umur besi akan cepat
berkurang apabila terkena korosi yang disebabkan oleh teroksidasinya logam. Untuk
itu diperlukan pencegahan dengan melapisi besi dengan unsur lain sesuai dengan
keadaan dan situasi mengapa besi tersebut dapat terkena korosi.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini banyak kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Kami akan memperbaiki makalah ini dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu kami mengharapkan kritik
dan saran mengenai makalah ini.