Anda di halaman 1dari 3

“Kado Terindah untuk Santri Indonesia”

M. Ikhwan Zakaria Al Faris, S.E.


Guru Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholibin Bumijawa

Pesantren adalah lembaga yang berbasis masyarakat dan didirikan oleh


perseorangan, yayasan, organisasi masyarakat Islam dan/atau masyarakat yang
menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, menyemaikan akhlak mulia
serta memegang teguh ajaran Islam rahmatanlilalamin yang tercermin dari sikap rendah
hati, toleran, keseimbangan, moderat, dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia lainnya
melalui pendidikan, dakwah Islam, keteladanan, dan pemberdayaan masyarakat dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Demikianlah pengertian pesantren yang tercantum pada RUU Republik Indonesia


tentang Pesantren. Pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua yang ada di Indonesia
hingga saat ini telah banyak memberikan sumbangsihnya terhadap negeri. Mulai dari
awal perjuangan kemerdekaan Indonesia seluruh elemen pesantren mulai dari kiai,
ustadz hingga santrinya turut membangkitkan semangat kemerdekaan. Penjajah
Belanda harus rela pergi dari tanah jajahannya. Semangat perjuangan membela tanah
air telah ditanamkan dalam pendidikan pesantren melalui hadits yang dipopulerkan oleh
KH. Hasyim Asy’ari yaitu Hubbul Wathon Minal Iman yang artinya “Cinta tanah air
sebagian dari iman”. Di dunia pendidikan pesantren bukan hanya diajarkan tentang
ilmu agama islam saja, akan tetapi ilmu kehidupan sosial/budaya.

Melalui resolusi jihad fii sabilillah KH. Hasyim Asy’ari menggelorakan maklumat
yang berisi bahwa “Perang menolak dan melawan penjajah adalah fardhu ‘ain (yang
harus dikerjakan oleh tiap-tiap orang islam, laki-laki, perempuan, anak-anak,
bersenjata atau tidak) bagi yang berada dalam jarak lingkaran 94 km dari tempat
masuk dan kedudukan musuh. Bagi orang-orang yang berada diluar jarak lingkaran
tadi, kewajiban itu jadi fardhu kifayah (yang cukup, kalau sebagian saja).”

Perjuangan merekalah yang mengantarkan kita sebagai anak cucu generasi penerus
dapat menikmati udara kemerdakaan. dan melanjutkan perjuangan mereka dengan
melawan kebodohan. Selain kemerdekaan kita juga dapat menikmati perlindungan
undang-undang. Bahkan ditahun 2019 UU tentang Pesantren resmi disahkan, salah satu
poinnya adalah pendidikan pesantren setara dengan pendidikan formal pada umumnya,
rapor hasil belajar di Pesantren legalitasnya diakui oleh negara. Serta berhak
mendapatkan fasilitas pendidikan lanjutan.
Kemandirian Pesantren

Dewasa ini pesantren mengalami pergeseran nilai yang luar biasa terutama
berkaitan dengan dunia pekerjaan. Pesanten-pesantren modern saat ini mempunyai
komitmen dalam pengembangan kemandirian santri secara finansial. Output yang
dihasilkan tidak hanya menciptakan lulusan yang berilmu saja akan tetapi mampu
menguasai perkembangan dunia global dengan kemandirian finansial. Banyak
pesantren yang mengembangkan kewirausahaan bagi santrinya melalui bidang
peternakan, perkebunan, keuangan dan jasa, dan bidang lainnya. Maka perlu adanya
pengembangan pesantren berbasis Entrepreneurship, agar santri mampu
mengaplikasikan keilmuannya dalam dunia praktis.

Kesetaraan Ijazah

Santri lulusan pondok pesantren sudah tidak diragukan lagi kemampuannya baik
keilmuan maupun softskillnya. Secara mental dan ketrampilan tidak kalah saing dengan
siswa yang belajar dipendidikan formal. Akan tetapi santri mempunyai kekurangan
untuk berkompetisi kerja, lantaran tidak adanya ijazah formal bagi lulusan pesantren.
Untuk memperoleh ijazah formal, pesantren harus menyelenggarakan ujian berbasis
kompetensi karena berdasarkan Kepdirjen Pendis Nomor 4832 Tahun 2018, pendidikan
di pesantren salafiyah memang harus memiliki standar kompetensi tertentu. Menurut
Kamarudin (Ditjen Pendis Kemenag) ada beberapa kompetensi inti yang setidaknya
harus dipenuhi, yaitu kompetensi inti sikap, kompetensi inti pengetahuan, dan
kompetensi inti keterampilan. Selain kempetensi inti diatas, santri harus memiliki
kompetensi dasar keagamaan Islam berdasarkan rumpun ilmu keagamaan, yaitu Al-
Qu'ran dan ‘Ulumul Qur'an, Hadits dan Ilmu Hadits, Tauhid dan Ilmu Kalam, Tarikh,
Fiqh dan Ushul Fiqh, Akhlak dan Ilmu Tasawuf, serta ‘Ulum al-Lughah.

Dana Abadi

Selama ini pendanaan yang diperoleh pesantren adalah dari dana mandiri maupun
dana sumbangan masyarakat. Rancangan dana abadi bagi pesantren telah disepakati
menjadi Pasal 49 RUU Pesantren, yang setelah disepakati menjadi pemerintah
menyediakan dan mengelola dana abadi pesantren yang bersumber dan merupakan
bagian dari dana abadi pendidikan. Melalui pasal tersebut pemerintah berkomitmen
untuk memberikan dana terhadap proses pendidikan di pesantren. Sehingga kedepan
pesantren dapat berkembang dan mampu menyelenggarakan pendidikan islam sesuai
dengan manajemen yang baik.
Profil Penulis

M. Ikhwan Zakaria Al Faris, lahir pada hari


Selasa tanggal 01 Agustus 1995. Penulis merupakan
luluasan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan
sekarang berprofesi sebagai Pengelola BLK
Komunitas di PP. Tarbiyatut Tholibin Bumijawa
sekaligus Guru di SMP Ma’arif NU 03 Tarbiyatut
Tholibin Bumijawa Kabupaten Tegal sekaligus
sebagai pengurus di Yayasan Pondok Pesantren
Tarbiyatut Tholibin Bumijawa pengasuh Habib
Sholeh Bin Tholib Al Attas
Sebagai lulusan di bidang Ekonomi Syariah
tentunya menjadi kewajiban untuk terus
membumikan Ekonomi Islam dengan cara memberi
sumbangan ide dan gagasan keilmuan tentang
Ekonomi Islam. Salah satu ide atau gagasan
keilmuan yang dihasilkan yaitu tentang “Model Kerjasama LKS dan BPJPH dalam
Upaya Mempertahankan Eksistensi UMKM Pasca Pemberlakuan UU JPH“ karya ini
berhasil menyabet juara 1 diajang TEMILREG (Temu Ilmiah Regional Jogja) kategori
Essay Competition. Dengan tema “Peran Bmt Terhadap Peningkatan Daya Saing
Umkm Untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (Mea) 2015 Di Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY)” dilombakan diajang LKTI Nasional. “Optimalisasi
Masjid Sebagai Upaya Pemberdayaan Ekonomi Desa Melalui Pembentukan Islamic
Crowdfunding Berbasis Wakaf” telah dilombakan dan mendapat apresiasi sebagai
semifinalis diajang lomba Essay yang diadakan English and Research Community
UNES. Beberapa essay dan artikel juga dibuat untuk menambah wawasan bacaan
seperti “Pengembangan Potensi Desa melalui Satu Desa Satu LKS”, “Sisi Lain dari
BMT” dan lain sebagainya. Opini yang berjudul “Bumiayu Ingin Menjadi Kabupaten
Baru”, “Semangat Membangun Desa” telah terbit di Satelit Post Banyumas, dan opini
berjudul “BMT Sebagai Solusi Ekonomi Umat”, “Dana Desa untuk Apa?”,
“Kewirausahaan Pesantren”, “Eksistensi Koperasi Indonesia”, “Pendidikan Akhlak
Bagi Anak”, “Kewirausahaan Pemuda Kabupaten Tegal terbit di Radar Tegal.
Demikian sedikit profil penulis dibuat dengan sebenar-benarnya dan semoga
dapat dipergunakan dengan semestinya. Adapun media yang dapat dihubungi yaitu
melalui emai: Ikhwanalfarisi5@gmail.com atau nomor Hp. 085225224742. No Rek.
587101004505531-BRI_a.n. M. Ikhwan Zakaria Al Faris.

Anda mungkin juga menyukai