Kado Terindah Untuk Santri Indonesia
Kado Terindah Untuk Santri Indonesia
Melalui resolusi jihad fii sabilillah KH. Hasyim Asy’ari menggelorakan maklumat
yang berisi bahwa “Perang menolak dan melawan penjajah adalah fardhu ‘ain (yang
harus dikerjakan oleh tiap-tiap orang islam, laki-laki, perempuan, anak-anak,
bersenjata atau tidak) bagi yang berada dalam jarak lingkaran 94 km dari tempat
masuk dan kedudukan musuh. Bagi orang-orang yang berada diluar jarak lingkaran
tadi, kewajiban itu jadi fardhu kifayah (yang cukup, kalau sebagian saja).”
Perjuangan merekalah yang mengantarkan kita sebagai anak cucu generasi penerus
dapat menikmati udara kemerdakaan. dan melanjutkan perjuangan mereka dengan
melawan kebodohan. Selain kemerdekaan kita juga dapat menikmati perlindungan
undang-undang. Bahkan ditahun 2019 UU tentang Pesantren resmi disahkan, salah satu
poinnya adalah pendidikan pesantren setara dengan pendidikan formal pada umumnya,
rapor hasil belajar di Pesantren legalitasnya diakui oleh negara. Serta berhak
mendapatkan fasilitas pendidikan lanjutan.
Kemandirian Pesantren
Dewasa ini pesantren mengalami pergeseran nilai yang luar biasa terutama
berkaitan dengan dunia pekerjaan. Pesanten-pesantren modern saat ini mempunyai
komitmen dalam pengembangan kemandirian santri secara finansial. Output yang
dihasilkan tidak hanya menciptakan lulusan yang berilmu saja akan tetapi mampu
menguasai perkembangan dunia global dengan kemandirian finansial. Banyak
pesantren yang mengembangkan kewirausahaan bagi santrinya melalui bidang
peternakan, perkebunan, keuangan dan jasa, dan bidang lainnya. Maka perlu adanya
pengembangan pesantren berbasis Entrepreneurship, agar santri mampu
mengaplikasikan keilmuannya dalam dunia praktis.
Kesetaraan Ijazah
Santri lulusan pondok pesantren sudah tidak diragukan lagi kemampuannya baik
keilmuan maupun softskillnya. Secara mental dan ketrampilan tidak kalah saing dengan
siswa yang belajar dipendidikan formal. Akan tetapi santri mempunyai kekurangan
untuk berkompetisi kerja, lantaran tidak adanya ijazah formal bagi lulusan pesantren.
Untuk memperoleh ijazah formal, pesantren harus menyelenggarakan ujian berbasis
kompetensi karena berdasarkan Kepdirjen Pendis Nomor 4832 Tahun 2018, pendidikan
di pesantren salafiyah memang harus memiliki standar kompetensi tertentu. Menurut
Kamarudin (Ditjen Pendis Kemenag) ada beberapa kompetensi inti yang setidaknya
harus dipenuhi, yaitu kompetensi inti sikap, kompetensi inti pengetahuan, dan
kompetensi inti keterampilan. Selain kempetensi inti diatas, santri harus memiliki
kompetensi dasar keagamaan Islam berdasarkan rumpun ilmu keagamaan, yaitu Al-
Qu'ran dan ‘Ulumul Qur'an, Hadits dan Ilmu Hadits, Tauhid dan Ilmu Kalam, Tarikh,
Fiqh dan Ushul Fiqh, Akhlak dan Ilmu Tasawuf, serta ‘Ulum al-Lughah.
Dana Abadi
Selama ini pendanaan yang diperoleh pesantren adalah dari dana mandiri maupun
dana sumbangan masyarakat. Rancangan dana abadi bagi pesantren telah disepakati
menjadi Pasal 49 RUU Pesantren, yang setelah disepakati menjadi pemerintah
menyediakan dan mengelola dana abadi pesantren yang bersumber dan merupakan
bagian dari dana abadi pendidikan. Melalui pasal tersebut pemerintah berkomitmen
untuk memberikan dana terhadap proses pendidikan di pesantren. Sehingga kedepan
pesantren dapat berkembang dan mampu menyelenggarakan pendidikan islam sesuai
dengan manajemen yang baik.
Profil Penulis