Anda di halaman 1dari 3

Jenis – jenis vitamin dan mineral untuk fortifikasi

Fortifikasi Vitamin A

Fortifikasi pangan dengan vitamin A memegang peranan penting untuk mengatasi problem
kekurangan vitamin A dengan menjembatani jurang antara asupan vitamin A dengan
kebutuhannya. Fortifikasi dengan vitamin A adalah strategi jangka panjang untuk
mempertahankan kecukupan vitamin A. Kebanyakan vitamin yang diproduksi secara
komersial (secara kimia) identik dengan vitamin yang terdapat secara alami dalam bahan
makanan. Vitamin yang larut dalam lemak (seperti vitamin A) biasanya tersedia dalam
bentuk larutan minyak (oil solution), emulsi atau kering, keadaan yang stabil yang dapat
disatukan/digabungkan dengan campuran multivitamin-mineral atau secara langsung
ditambahkan ke pangan. Bentuk komersial yang paling penting dari vitamin A adalah vitamin
A asetat dan vitamin A palmitat. Vitamin A dalam bentuk retionol atau karoten (sebagai
beta-karoten dan beta-apo-8’ karotenal) dapat dibuat secara komersial untuk ditambahkan ke
pangan. Pangan pembawa seperti gula, lemak, dan minyak, garam, the, sereal, dan
monosodium glutamat (MSG) telah (dapat) difortifikasi oleh vitamin A. (Siagian, 2003).

Fortifikasi Vitamin B

Vitamin B stabil dalam bentuk kering dan dalam makanan kering.. Secara komersial vitamin
B1 tersedia dalam bentuk garam mononitrat dalam hidroklorida. Vitamin B1 mononitrat
lebih tidak higroskopis sehingga lebih baik digunakan dalam produk kering.Riboflavin
kurang larut dalam air dan kadang-kadang menimbulkan masalah karena warnanya sangat
kuning.

Fortifikasi Vitamin D

Seringkali difortifikasi bersama-sama vitamin A. Batas kebutuhan vitamin D dengan dosis


toksiknya tidak terlalu jauh dosis vitamin D yang difortifikasi harus benar-benar
diperhitungkan. Sulit memonitor kestabilan vitamin D dalam makanan karena rendahnya
ketepatan metode analysis yang digunakan.

Fortifikasi Yodium

Defisiensi Yodium dihasilkan dari kondisi geologis yang irreversiber itu sebabnya,
penganekaragaman makanan dengan menggunakan pangan yang tumbuh di daerah dengan
tipe tanah dengan menggunakan pangan yang sama tidak dapat meningkatkan asupan
Yodium oleh individu ataupun komunitas. Diantara strategi-strategi untuk penghampusan
GAKI, pendekatan jangka panjang adalah fortifikasi pangan dengan Yodium. Sampai tahun
60an, beberapa cara suplementasi yodium dalam dies yang telah diusulkan berbagai jenis
pangan pembawa seperti garam, roti, susu, gula, dan air tela dicoba Iodisasi garam menjadi
metode yang paling umum yang diterima di kebanyakan negara di dunia sebab garam
digunakan secara luas dan serangan oleh seluruh lapisan masyarakat. Prosesnya adalah
sederhana dan tidak mahal. Fortifikasi yang biasa digunakan adalah Kalium Yodida (KI) dan
Kalium Iodat (KID3). Iodat lebih stabil dalam ‘impure salt ‘ pada penyerapan dan kondisi
lingkungan (kelembaban) yang buruk penambahan tidak menambah warna, penambahan dan
rasa garam. Negara-negara yang dengan program iodisasi garam yang efektif
memperlihatkan pengurangan yang berkesinambungan akan prevalensi GAKI. (Siagian,
2003)
Contoh : Beras Fortifikasi Iodium
Kebutuhan iodium untuk setiap kelompok umur berbeda-beda. Kebutuhan iodium untuk
anakanak adalah 40-120 μg/hari, orang dewasa 150 μg/hari, sedangkan untuk ibu hamil dan
menyusui ditambah masing-masing 25 μg/hari dan 150 μg/hari. Pembuatan beras beriodium
sangat sederhana karena tidak perlu menggunakan peralatan khusus. Dengan penambahan
alat pengkabut fortifikan iodium pada komponen alat penyosoh akan diperoleh hasil beras
giling yang mengandung iodium. Fortifikan yang digunakan adalah iodat 1 ppm. Larutan
fortifikan dikabutkan dengan bantuan tekanan udara 40 psi yang berasal dari kompresor,
sehingga terjadi kabut fortifikan iodium. Debet fortifikan yang digunakan 4-5 l/jam
tergantung pada kekeringan beras yang di fortifikasi(DEPTAN,2008) .

Fortifikasi Besi

Dibandingkan dengan strategi lain yang digunakan untuk perbaikan anemi gizi besi,
fortifikasi zat gizi besi dipandang oleh beberapa peneliti merupakan strategi termurah untuk
memulai, mempertahankan, mencapai/mencakup jumlah populasi yang terbesar, dan
menjamin pendekatanjangka panjang (Cook and Reuser, 1983). Fortifikasi Zat besi tidak
menyebabkan efek samping pada saluran pencernaan. Inilah keuntungan pokok dalam hal
keterterimaannya oleh konsumen dan pemasaran produk-produk yang diperkaya dengan besi.
Penetapan target penerima fortifikasi zat besi, yaitu mereka yang rentan defisie zat besi,
merupakan strategi yang aman dan efektif untuk mengatasi masalah anemi besi (Ballot, 1989).
Pilihan pendekatan ditentukan oleh prevalensi dan beratnya kekurangan zat besi (INAAG,
1977). Tahapan kritis dalam perencanaan program fortifikasi besi adalah pemilihan senyawa
besi yang dapat diterima dan dapat diserap (Cook and Reuser, 1983). Harus diperhatikan
bahwa wanita hamil membutuhkan zat besi sangat besar selama akhir trimester kedua
kehamilan. Terdapat beberapa iortifikan yang umum digunakan untuk fortifikasi besi
seperti besi sulfat besi glukonat, besi laktat, besi ammonium sulfat, dan lain-lain. (Siagian,
2003)

Fortifikasi Asam amino


Di Indonesia pernah ditambahkan L-Lisin pada beras tetapi tidak dapat dipertahankan karena
biaya tinggi sehingga daya beli konsumen rendah penambahan DL-Metionin pada kedelai,
meningkatkan nilai gizi protein kedelai tetapi tidak dapat dicerna dengan baik (daya cerna
rendah) sebab terdapat anti tripsin dan sifat protein kedelai mentah sulit di hidrolisis oleh
enzim protease.Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dalam fortifikasi asam amino:
1. Daya cerna atu nilai cerna bahan pangan
contoh: pe + an DL-Met pada kedelai
2. Ketersediaan asam amino essensial untuk sintesis protein di dalam tubuh

 Sintesis protein dalam tubuh dibutuhkan asam amino essensial dan non essensial
secara bersama-sama.
Bahan makanan yang difortifikasi ( DL-Metionin,dll) asam amino tersebut lebih cepat
diserap di usus dibanding asam amino lain.

 Asam amino lain diperoleh melalui pemecahan protein. Harus mengalami pencernaan
terlebih dahulu.
 Akibatnya : Asam-asam amino untuk sintesis protein tidak tersedia pada waktu yang
sama.

Fortifikasi Iodium
1. Iodinasi (iodination) : fortifikasi dengan semua senyawa iodium
2. Iodisasi(iodization) : fortifikasi dengan kalium atau natrium iodida (NaI dan KI)
3. Iodasi (iodation) : fortifikasi dengan kalium dan natrium iodat
(NaI03 dan KI03)

Anda mungkin juga menyukai