Anda di halaman 1dari 13

Fortifikasi

Bahan
Pangan
Kelompok 5

Dosen Pengampu :
Ir. Rakhmiati, MTA
Anggota
Afifah Nur Azizah/ 21110033
Aziza Yulistianingrum / 21110039
Dwi Prayoga / 21110041
Gusti Putu Angga / 21110073
Nur Anisa / 21110009
Rusli Salman Efendi / 21210011
Selvia Deva Yanti / 21210037
Definisi Fortifikasi Pangan
Fortifikasi Pangan didefinisikan sebagai suatu proses
penambahan dengan sengaja, zat gizi mikro esensial
(vitamin & mineral) dalam makanan sehingga dapat
meningkatkan ketersediaan makanan berkualitas dan
memberikan manfaat kesehatan masyarakat dengan
resiko efek kesehatan yang kecil (FAO, 2006).
Definisi CODEX
Fortifikasi atau pengayaan berarti penambahn satu atau
lebih zat gizi esensial pada makanan, baik secara alami atau
tidak terdapat dalam makanan, dengan tujuan untuk
mencegah atau mengatasi defisiensi satu atau lebih zat gizi
dalam populasi atau kelompok populasi spesifik (Hurrel, 2008).
Terminologi Fortifikasi Pangan
Enrichment : Penambahan zat
gizi pada pangan untuk
memenuhi kebutuhan suatu
kelompok beresiko yang
ditetapkan badan pengawas Restoration mengacu pada
penggantian zat gizi yang hilang
selama proses pengolahan

Nutrition equivalence: Penambahan


zat gizi esensial dalam produk
makanan yang di desain untuk
menyerupai bahan makanan
pembanding dalam hal kenampakan,
tekstur, rasa, dan aroma.
Sejarah Fortifikasi
Pangan
Awal
1920s
Awal Awal
1940s 2000s
Iodinisasi
garam di Tiamin, riboflavin, dan
Swiss Asam folat pada
niasin pada sereal terigu di AS
dan AS Vitamin A pada margarin Fortifikasi gula di
di Denmark Amerika Tengah
Vitamin D pada susu di AS
Fortifikasi besi pada
makanan anak
Memperbaiki kekurangan zat gizi
pangan
Tujuan Fortifikasi Mengembalikan zat gizi yang
aalnya terdapat dalam jumlah
Pangan signifikan tetapi mengalami
kehilangan selama pengelolaan
Meningkatkan kualitas gizi produk
pangan olahan atau kemasan yang
di gunakan sebagai sumber pangan
bergizi
Syarat Fortifikasi Pangan

Syarat fortifikasi ada dua yaitu adanya bahan


makanan yang akan difortifikasi “vehicle” dan zat
gizi yang ditambahkan disebut “fortificant”
Syarat dari vehicle
1. Setelah difortifikasi tidak terjadi perubahan
warna, aroma dan sifatnya selama penyimpanan
dan distribusi.
2. Tidak bereaksi dengan zat gizi yang ditambahkan
3. Pangan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat
Syarat Fortifikasi Pangan

Syarat dari fortificant


1. Zat gizi tersebut stabil selama penyimpanan dan
waktu bahan makanan tersebut digunakan.
2. Zat gizi tersebut dapat dimanfaatkan oleh tubuh.
Jenis Fortifikasi Pangan
Fortifikasi Sukarela
(Voluntary)
Dilakukan produsen untuk
Fortifikasi Wajib
meningkatkan nilai (Mandatory)
tambah produk
Bertujuan untuk komersial Fortifiksi yang diharuskan, terdapat
promosi dalam undang-undang maupun
Contoh, gula, kecap, msg peraturan
Didasarkan atas masalah kesehatan
yang ada di masyarakat dan hasil
riset gizi.
Bertujuan melindungi masyarakat
dari masalah gizi
Pemerintah Indonesia mencanangkan
fortifikasi wajib pada beberapa tepung
terigu
produk:
1.Yodisasi Garam
(SNI 3356:2016) Fortifikasi yang biasa
digunakan adalah Kalium Yodida (KI) dan Kalium
Iodat (KIO3).
minyak
2. Fortifikasi Tepung Terigu goreng
(SNI 3751:2018) Tepung terigu wajib
difortifikasi dengan zat besi, seng asam folat.
3. Fortifikasi Minyak Goreng
(SNI 7709:2019) Zat fortifikan yang ada di
minyak goreng adalah vitamin A sebanyak 45 IU.
garam
Teknik Fortifikasi Pangan
Teknik Dusting (penaburan): Dilakukan
dengan cara menaburkan fortifikan pada
bahan pangan
Teknik Coating: Fortifikasi yang dilakukan
dengan melapisi bahan pangan dengan
fortifikan
Teknik Ekstruksi: Fortifikasi dilakukan
dengan menggunakan alat extruder
sehingga fortifikasi lebih merata
Kesimpulan
Pada dasarnya fortifikasi
merupakan upaya meningkatkan
kualitas pangan pangan
menambahkan zat gizi mikro
tertentu satu atau lebih. Saat ini
fortifikasi pangan dianggap strategi
yang cukup untuk perbaikan gizi
diberbagai lapisan kelompok
masyarakat
THANK
YOU!!!
DO YOU HAVE ANY QUESTIONS????

Anda mungkin juga menyukai