Anda di halaman 1dari 42

PENGARUH TERAPI MUSIK DAN LAGU TERHADAP PENURUNAN

TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK USIA SEKOLAH YANG


DIHOSPITALISASI DI RSUD RAA SOEWONDO
PATI JAWA TENGAH

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan


STIKES A. Yani Yogyakarta

A YAK AN AR
T A
K
A OG
S T ANI Y
P AL A U .Y
R
E ER
P JE
N D
E S Disusun Oleh :
T I K LINA SRI ASTUTI
S 3209092

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2013
AN
A YAK AR
TA
K
A OG
S T ANI Y
P AL AU .Y
R
E ER
P JE
ND
ES
T I K
S

iii
PENGARUH TERAPI MUSIK DAN LAGU TERHADAP PENURUNAN
TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK USIA SEKOLAH YANG
DIHOSPITALISASI DI RSUD RAA SOEWONDO
PATI JAWA TENGAH

Lina Sri Astuti1, Paulus Subiyanto2, Khristina Dias Utami3


INTISARI

Latar Belakang : Hospitalisasi adalah proses yang mengharuskan anak untuk


dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan terapi hingga sembuh dan kembali ke
rumah dengan alasan direncanakan ataupun darurat. Hospitalisasi dapat
menyebabkan kecemasan. Reaksi kecemasan tersebut dapat ditunjukkan dengan
cara seperti: menangis, takut, agresive, selalu bertanya, kehilangan kendali,
bingung, menolak untuk makan dan menolak tindakan invasif. Pemberian terapi
musik dan lagu bagi anak usia sekolah selama proses hospitalisasi sebagai upaya
menurunkan kecemasan, meningkatkan perilaku kooperatif dan merangsang
pertumbuhan dan perkembangan anak selama menjalani perawatan di Rumah
Sakit. Salah satu intervensi yang dilakukan adalah terapi musik dan lagu.
Tujuan : Penelitian ini untuk mengetahui adanya pengaruh terapi musik dan lagu

AN A
terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak usia sekolah yang
T
A YAK AR
dihospitalisasi di RSUD RAA Soewondo Pati.

K
Metode : Merupakan jenis penelitian pre eksperimental dengan rancangan One

A OG
Group pretest-posttest Design without Control dalam satu kelompok tanpa

S T ANI Y
kelompok kontrol. Total sampel dalam penelitian ini sebanyak 20 anak usia
sekolah dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data

P AL A U .Y
dilakukan sebelum dan sesudah terapi musik dan lagu menggunakan lembar
kecemasan dan dianalisa dengan uji wilcoxon signed rank test dengan α = 0.05.
R
E ER
Hasil : Analisa wilcoxon signed rank test menunjukkan signifikansi p value=

Pati.
P
0.000 < α = 0.05. Ini berarti pemberian terapi musik dan lagu berpengaruh

JE
N D
terhadap tingkat kecemasan pada anak usia sekolah di RSUD RAA Soewondo

E S
Kesimpulan : Ada pengaruh terapi musik dan lagu terhadap penurunan tingkat
T I K
kecemasan pada anak usia sekolah yang dihospitalisasi di RSUD RAA Soewondo
S
Pati
Kata kunci : terapi musik dan lagu, kecemasan, anak usia sekolah, hospitalisasi

1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta
2
Dosen Terapi Komplementer Akper Panti Rapih Yogyakarta
3
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta

iii
THE INFLUENCE OF MUSICAL AND SONG THERAPY TO THE
DECREASE OF ANXIETY LEVEL AMONG SCHOOL CHILDREN
HOSPITALIZED AT RAA SOEWONDO
REGIONAL HOSPITAL OF PATI
CENTRAL JAVA

Lina Sri Astuti1, Paulus Subiyanto2, Khristina Dias Utami3

ABSTRACT

Background : Hospitalization is a process that requires children to be taken care


at the hospital to get therapy for recovery whether it is planned or not.
Hospitalization can trigger anxiety. Reaction to anxiety can be shown by, among
others: crying, being afraid, being agressive, curiosity, control-lost, confusion,
refusing to eat, and refusing invasive treatment. Giving musical and song therapy
during children hospitalization is an effort to decrease anxiety, to increase
cooperative behavior, and to stimulate children’s growth and development during
their stay in the hospital. One of the interventions which is done is by giving
musical and song therapy.

AN
Objective: This research aimed to find out whether there is an effect of musical
and song therapy to decrease anxiety among school children who are hospitalized
T A
at RAA Soewondo Reginal Hospital of Pati.
A YAK AR
K
Methodology: This research is pre-experimental designed with one group pre-

A OG
test-posttest without control. The total samples in this research consist of 20

S T ANI Y
school children taken with purposive sampling. The data collection was done

P AL A U .Y
before and after the musical and song therapy using anxiety sheet which analyzed
with wilcoxon signed rank test with α= 0.05.

R
Finding: The analysis of wilcoxon signed rank test shows the significance of p

E ER
value= 0.000 < α= 0.05. This means there is an effect of giving musical and song
P
therapy to the level of anxiety among school children at RAA Soewondo Regional
Hospital of Pati.
JE
N D
Conclusion: There is a effect of music and song therapy to decrease the level of
E S
anxiety among school children who are hospitalized at RAA Soewondo Regional
T I K
Hospital of Pati.
S
Key words: musical and song therapy, anxiety, school children, hospitalization.

1
Student of Nursing Study Program at STIKES Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta
2
Lecturer of Complementary Therapy at Panti Rapih Nursing Academy
Yogyakarta
3
Lecturer of Nursing Science Study Program of STIKES Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta

iv
HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
tulis yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan
tinggi suatu dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, Januari 2014

Lina Sri Astuti

A YAK AN AR
T A
K
A OG
S T ANI Y
P AL A U .Y
R
E ER
P JE
N D
E S
T I K
S

v
iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Alhamdulillahi Robbil Alamiin, segala puji syukur saya panjatkan kehadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan SKRIPSI dengan judul “Pengaruh Terapi Musik dan Lagu
Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Sekolah Di RSUD
RAA Soewondo Pati Jawa Tengah”. Rangkaian penyusunan skripsi ini
merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar sarjana
strata satu (S1) di STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
Dengan selesainya skripsi ini, saya ingin menyampaikan terima kasih dan
rasa hormat kepada semua pihak yang telah membantu dan terutama kepada
Bapak/Ibu/Saudara yang saya hormati yaitu:
1. dr. I. Edy Purwoko, Sp.B, selaku Ketua STIKES Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta .

A AN A R T A

A K
2. Dewi Retno Pamungkas, S. Kep., Ns., MNG selaku Ketua Program

G Y A K Studi
Ilmu Keperawatan.

S T YO yang telah bersedia


3. Atik Badi’ah, S.Kp., S.Pd., M.Kes selaku Dosen IPenguji

P U
meluangkan waktu untuk untuk menguji,
. Y
N
Amengoreksi, dan memberikan

E R L A
masukan serta saran terhadap penyusunan
A skripsi.

P
memberikanJ arahan
D
R
4. Paulus Subiyanto, Sp.EKMB selaku Dosen Pembimbing I yang telah
ENdan bimbingan pada saya.
E SDias Utami, S.Kep.,Ns selaku Dosen Pembimbing II yang telah
K
5. Khristina
I
STmemberikan arahan dan bimbingan pada saya.
6. Ibu Sriyati selaku Kepala Ruang dan Perawat di Ruang Cempaka RSUD
RAA Soewondo Pati yang telah membantu dalam terlaksananya penelitian.
7. Kedua orang tua, adik dan keluarga yang selalu memberikan dukungan, do’a
dan semangat selama penyusunan skripsi ini.
8. Saudara Kelik yang tidak lelah memberikan motivasi dan harapan kepada
saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
9. Saudari Tri Martini dan sahabat D’suns lainnya yang telah memberikan
bantuan dan motivasi sehingga terselesainya skripsi ini.

viii
ix
10. Saudara Aji Kiyat Widodo beserta anggota yaitu Wahyu, Fadil, Anggraeni,
Vivi, dan Rizky Eka yang selalu memberikan semangat, motivasi, serta
arahan kepada saya dalam mencari referensi dalam penyusunan skripsi ini.
11. Teman-teman PSIK angkatan 2009 khususnya VIP C-Nurse yang telah
bersedia membantu dan memberikan nasehat serta dorongan pada saya.

Semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan menjadi amal sholeh dan
mendapat balasan kebaikan dari Allah SWT. Akhirnya saya berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah khasanah ilmiah
pengetahuan. Masih banyak hal yang harus dibenahi pada skripsi ini. Oleh karena
itu, saran dan masukan yang bisa menjadi koreksi dan perbaikan sangat saya
harapkan.

AN
Wassalamualaikum Wr.Wb.
T A
A YAK AR
K
A OG
ST
Yogyakarta, Januari 2014
I Y
PU AN Lina Sri Astuti
.Y
ER L A
A
P J E N D E R

E S
T I K
S

ixx
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
INTISARI .... ................................................................................................ iii
ABSTRAK .. .................................................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... v
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5

AN
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
E. Keaslian Penelitian.............................................................................
T 6 A
A YAK AR
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
K
A OG
A. Landasan Teori................................................................................... 9

S T ANI Y
1. Anak Usia Sekolah ........................................................................ 9

P AL A U .Y
2. Hospitalisasi ..................................................................................
3. Kecemasan Hospitalisasi ...............................................................
15
19

R
4. Terapi Musik dan Lagu .................................................................

E ER
B. Kerangka Teori ..................................................................................
27
37
P
C. Kerangka Konsep ...............................................................................

JE
N D
D. Hipotesis ............................................................................................
38
38

E S
BAB III. METODE PENELITIAN
T I K
A. Rancangan Penelitian ......................................................................... 39
S B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 39
C. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 40
D. Variabel Penelitian ............................................................................. 41
E. Definisi Operasional .......................................................................... 42
F. Alat dan Metode Pengumpulan data .................................................. 43
G. Validitas dan Reliabilitas ................................................................... 44
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ............................................... 45
I. Etika Penelitian .................................................................................. 47
J. Jalannya Penelitian............................................................................. 48

x xi
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................. 51
1. Gambaran Lokasi Penelitian ..................................................... 51
2. Distribusi Karakteristik Responden .......................................... 52
3. Kecemasan Sebelum diberikan Terapi Musik dan Lagu .......... 53
4. Kecemasan Sesudah diberikanTerapi Musik dan Lagu ........... 54
5. Hasil Uji Hipotesis Wilcoxon Signed Rank Test ....................... 55
B. Pembahasan Penelitian.................................................................. 56
1. Pembahasan Karakteristik Responden ...................................... 56
2. Tingkat Kecemasan Sebelum Terapi Musik dan Lagu ............. 59
3. Tingkat Kecemasan Sesudah Terapi Musik dan Lagu .............. 61
4. Pengaruh Terapi Musik dan Lagu terhadap Penurunan
Tingkat Kecemasan ................................................................. 62
C. Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian ....................................... 64

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ........................................................................................... 66
B. Saran ....................................................................................................... 66

AN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
T A
A YAK AR
K
A OG
S T ANI Y
P AL A U .Y
R
E ER
P JE
N D
E S
T I K
S

xixii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian ...................................................................... 39


Tabel 3.2. Definisi Operasional ....................................................................... 42
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden ................................................ 53
Tabel 4.2. Tingkat Kecemasan Sebelum Terapi Musik dan Lagu ................... 54
Tabel 4.3. Tingkat Kecemasan Sesudah Terapi Musik dan Lagu .................... 54
Tabel 4.4. Perubahan Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah Terapi Musik
dan lagu ......................................................................................... 55
Tabel 4.5. Hasil Uji Hipotesis Wilcoxon Signed Rank Test ............................. 55

A YAK AN AR
T A
K
A OG
S T ANI Y
P AL A U .Y
R
E ER
P JE
N D
E S
T I K
S

xii
xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Rentang Respon Kecemasan ....................................................... 26


Gambar 2.2. Kerangka Teori ............................................................................ 37
Gambar 2.3. Kerangka Konsep ........................................................................ 38

A YAK AN AR
T A
K
A OG
S T ANI Y
P AL A U .Y
R
E ER
P JE
N D
E S
T I K
S

xiii
xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penulisan Skripsi


Lampiran 2 Surat Permohonan menjadi responden
Lampiran 3 Surat Persetujuan menjadi Responden
Lampiran 4 Lembar Observasi tingkat kecemasan (HARS)
Lampiran 5 Lembar observasi/ check list terapi musik dan lagu
Lampiran 6 SOP terapi musik dan lagu
Lampiran 7 Daftar musik dan lagu
Lampiran 8 Tabulasi Data Responden
Lampiran 9 Analisis Distribusi Karakteristik Responden
Lampiran 10 Analisis Kecemasan Sebelum dan Sesudah Terapi Musik dan Lagu
Lampiran11 Analisis Hasil Uji Hipotesis Wilcoxon Signed Rank Test
Lampiran12 Surat Ijin Penelitian Kesbangpolinmas DIY
Lampiran13 Surat Ijin Penelitian Kesbangpolinmas Jawa Tengah
Lampiran14 Surat Ijin Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Pati
Lampiran15 Surat Ijin Penelitian RSUD RAA Soewondo Pati
Lampiran16 Lembar bimbingan skripsi

A YAK AN AR
T A
K
A OG
S T ANI Y
P AL A U .Y
R
E ER
P JE
N D
E S
T I K
S

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, pada saat anak sakit
dan dirawat di rumah sakit sehingga anak harus beradaptasi dengan lingkungan
rumah sakit (Wong, 2000). Reaksi hospitalisasi pada anak bersifat individual dan
sangat bergantung pada tahapan usia perkembangan anak, pengalaman
sebelumnya, sistem pendukung yang tersedia, dan kemampuan koping yang
dimiliki anak (Supartini, 2004).
Reaksi hospitalisasi pada anak usia sekolah sudah sedikit menerima
perpisahan dengan orang tua dan sudah bisa membentuk rasa percaya dengan
orang lain yang lebih berarti ataupun teman sebaya, akan tetapi anak usia sekolah

A AN
masih membutuhkan perlindungan dari orang tua. Anak usia sekolah merasa
A RT
cemas karena tidak bisa masuk sekolah, lingkungan rumah sakit yang terpencil,
A

A K
kesepian, asing, dan rumah sakit bisa sangat membosankan. Dari Y
K
Areaksi-reaksi
OG anak di rumah
S T
yang timbul di atas, akan memunculkan kecemasan dan Y
NI
ketakutan

P
sakit (Supartini, 2004). U . Y A
E R
Kecemasan pada anak usia sekolah
A
A
L adalah kecemasan karena berpisah
P
nyeri. Perubahan E
J citra
D
R
dengan kelompok sosial danEkeluarganya, mengalami luka pada tubuh, dan rasa
N diri, integritas, dan kehilangan kontrol juga dapat
menimbulkanE Skecemasan (Wong, 2000). Ada juga muncul ketakutan pada anak,
I K
STketakutan pada perawat dan dokter, serta lingkungan yang asing bagi anak.
yaitu
Anak merasa takut bila ada seorang perawat datang menghampirinya, tidak peduli
apa yang dilakukan perawat sekalipun tidak akan menyakitinya. Mereka
menganggap perawat akan melukainya dengan membawa suntikan atau peralatan
lainnya. Anak berusaha untuk menolak perawat, tidak mau ditinggalkan orang tua,
menangis kuat-kuat, meminta pulang, atau anak berlari.
Karakteristik anak usia sekolah adalah suka berkelompok dengan teman
sebaya sesuai dengan jenis kelaminnya, sehingga anak merasa cemas pada saat
dirawat di rumah sakit karena merasa kehilangan kelompok sosialnya dan takut
dengan lingkungan rumah sakit. Ia sudah ingin dianggap sebagai seorang pribadi,

1
2

akan tetapi masih bergantung pada orang lain dan anak perlu merasakan
kenyamanan di lingkungannya. Sehingga, dalam merawat pasien anak usia
sekolah harus dapat merasakan suasana hati anak (Ngastiyah, 2005).
Menurut Hockenberry dan Wilson (2007), anak usia sekolah mulai
memasuki dunia yang lebih luas, ditandai dengan anak memasuki lingkungan
sekolah berdampak pada perkembangan dan hubungan dengan orang lain.
Perkembangan bahasa anak usia sekolah ditandai dengan kemampuan anak
meningkat dalam menggunakan bahasa. Kemampuan sosialisasi anak usia sekolah
ditandai dengan keingintahuan tentang dunia luar keluarga dan pengaruh
kelompok sangat kuat pada anak. Maka dapat disimpulkan bahwa anak usia
sekolah memiliki keingintahuan yang luas terhadap berbagai aspek kehidupan,
termasuk untuk memperoleh kenyamanan diri. Selain itu, dari hasil penelitian
Hockenberry didapatkan bahwa teknik distraksi/ relaksasi yang sesuai untuk anak

AN
usia sekolah adalah terapi musik, bercerita tentang tempat-tempat favorit, dan
T A
menonton televisi.
A YAK AR
K
A OG
Melihat reaksi-reaksi yang ditimbulkan anak usia sekolah akibat

S T ANI Y
hospitalisasi, perawat memegang peranan penting dalam meminimalkan dampak

U .Y
hospitalisasi, agar anak mampu beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit.
P AL A
R
Diantara peran perawat yang harus dilakukan pada anak yang mengalami

E ER
P
kecemasan yaitu menyiapkan anak untuk menjalani perawatan akan prosedur-
N D
prosedur tindakan yang diberikan di rumah sakit, mencegah/ meminimalkan
JE
S
dampak dari perpisahan dengan anggota keluarga, meminimalkan perasaan
E
I K
ST kendali
kehilangan pada anak karena anak sering kehilangan kendali saat
mengalami kecemasan, mencegah/ meminimalkan perlukaan tubuh karena
biasanya anak akan berontak ketika dilakukan tindakan, dan memenuhi kebutuhan
bermain seperti mendengarkan musik dan lagu karena dapat mengurangi tingkat
kecemasan pada anak selama menjalani perawatan.
Berdasarkan masalah di atas, maka anak memerlukan media yang dapat
mengekspresikan perasaan dan mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan
selama menjalani proses perawatan. Salah satu media yang efektif yaitu melalui
permainan dengan mendengarkan musik dan lagu. Bermain dengan
mendengarkan musik dan lagu menjadi media terapi yang baik bagi anak-anak
3

bermasalah selain berguna untuk mengembangkan potensi anak. Permainan


mendengarkan musik dan lagu tentunya juga perlu melibatkan orang tua untuk
tetap selalu menemani anak yang juga diharapkan dapat memberikan ketenangan.
Dilihat dari berbagai penelitian ilmiah, musik telah terbukti dapat
mengurangi kecemasan dan stres.Ini dibuktikan dari penelitian Munasih (2007)
mengenai pengaruh pemberian terapi bermain dengan musik terhadap respon
kecemasan pada anak usia toddler, didapatkan hasil bahwa ada pengaruh
pemberian terapi bermain dengan musik terhadap penurunan respon kecemasan
pada anak usia toddler.
Musik berfungsi sebagai pengalihan perhatian dari rasa sakit atau
menghasilkan relaksasi. Musik memiliki kekuatan mengobati penyakit dan
ketidakmampuan yang dimiliki seseorang. Ketika musik dan lagu diaplikasikan
menjadi sebuah terapi, maka ia dapat meningkatkan, memulihkan, serta

AN
memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial, dan spiritual setiap
T A
A YAK AR
individu. Hal ini karena musik memiliki beberapa kelebihan, seperti bersifat

K
A OG
universal, nyaman, menenangkan, menyenangkan, dan berstruktur. Terapi musik

S T ANI Y
telah banyak dibahas pada berbagai literatur medis. Penggunaan terapi musik

U .Y
telah dikembangkan secara intesif di berbagai rumah sakit di Amerika dan meluas
P AL A
R
ke daratan Eropa (Aizid, 2011).

E ER
P
Beberapa riset menunjukkan bahwa terapi musik efektif digunakan untuk
N D
mengoptimalkan status kesehatan seseorang baik secara fisik maupun mental.
JE
S
Musik berfungsi sebagai pengalihan perhatian dari rasa sakit atau menghasilkan
E
I K
ST Di rumah sakit, ada banyak keadaan dan situasi yang mana para perawat
relaksasi.
berada dalam posisi yang tepat untuk menerapkan musik sebagai sebuah
intervensi (Snyder, 2002). Jenis musik yang sering digunakan adalah Jazz, Blues,
Classic, Pop, dan Rock. Bagi anak-anak musik bermanfaat terutama bagi mereka
dengan gangguan fisik dan mental. Musik melalui saraf koklearis ditangkap,
diteruskan ke saraf otak, dan di otak musik akan mengaktivasi sistem limbik yang
berhubungan dengan perilaku emosional, sehingga individu menjadi rileks
(Djohan, 2006, hlm 59).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 3-5
Februari 2013 sesuai profil di ruang Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati,
4

persentase anak usia sekolah (6-12 tahun) yang menjalani rawat inap sebanyak
493 anak (34,96%) selama tahun 2011 dengan penyakit Tonsilopharyngitis dari
total 1292 pasien anak. Tonsillopharyngitis adalah salah satu infeksi paling umum
pada anak-anak di masa usia sekolah yang mempengaruhi tenggorokan dan
amandel (tonsilitis). Ruang Cempaka terdiri dari ruang kelas II dan III dengan
jumlah 26 TT, tetapi setelah dilakukan observasi langsung terdapat 36 TT dengan
jumlah BOR 44,89%. Jumlah hari perawatan di ruang kelas II dan II rata-rata
hanya 2 hari dengan kasus penyakit Tonsilopharyngitis.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan saat studi
pendahuluan, lebih dari 50% dari 20 anak yang diobservasi mengalami kecemasan
dan ketakutan karena menjalani perawatan di rumah sakit dengan lingkungan
yang asing dan petugas kesehatan yang dinilai selalu akan menyakiti tubuhnya.
Terdapat 10% anak yang mengalami ketakutan saat akan dilakukan tindakan

AN
seperti injeksi, bahkan sampai menolak. Ada pula 30% anak yang merasa takut
T A
A YAK AR
dengan lingkungan rumah sakit dengan bau khasnya, dan sekitar 20% anak juga

K
A OG
mengeluh kesulitan untuk tidur karena merasa gelisah dan tidak nyaman. Dari

S T ANI Y
data tersebut dapat dikategorikan sekitar 60% anak mengalami kecemasan berat

U .Y
dan 40% lainnya mengalami kecemasan sedang. Melihat fenomena yang terjadi
P AL A
R
tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Terapi Musik dan Lagu

E ER
P
terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Anak Usia Sekolah yang Dihospitalisasi
N D
di RSUD RAA Soewondo Pati ”. Alasan pemilihan RSUD RAA Soewondo Pati
JE
S
adalah belum banyaknya dilakukan penelitian seperti rumah sakit-rumah sakit
E
I K
ST ada di Yogyakarta.
yang Selain itu, peneliti juga berkeinginan menambah
wawasan dan pengalaman untuk belajar mengaplikasikan teaori yang didapat di
Rumah Sakit luar daerah.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan tersebut, maka peneliti merumuskan
masalah tentang “adakah pengaruh musik dan lagu terhadap penurunan tingkat
kecemasan pada anak usia sekolah yang dihospitalisasi di RSUD RAA Soewondo
Pati”
5

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh terapi musik dan lagu terhadap penurunan
tingkat kecemasan pada anak usia sekolah yang dihospitalisasi di RSUD
RAA Soewondo Pati.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui karakterikstik responden penelitian.
b. Untuk mengetahui tingkat kecemasan anak usia sekolah sebelum diberikan
terapi musik dan lagu yang dihospitalisasi di RSUD RAA Soewondo Pati.
c. Untuk mengetahui tingkat kecemasan anak usia sekolah sesudah diberikan
terapi musik dan lagu yang dihospitalisasi di RSUD RAA Soewondo Pati.

AN
D. Manfaat Penelitian
T A
1. Manfaat teoritis
A YAK AR
K
A OG
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sekaligus

S T ANI Y
menambah khasanah keilmuan khususnya di bidang keperawatan terutama

U .Y
mengenai pengaruh terapi musik dan lagu terhadap penurunan tingkat
P AL A
R
kecemasan anak usia sekolah yang dihospitalisasi di RSUD RAA Soewondo

E ER
Pati.
P
2. Manfaat praktis
JE
N D
S
a. Bagi Kepala Ruang dan Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit
E
K
T1)I Diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelola rumah sakit
S
khususnya direktur rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan agar
dapat menerapkan metode terapi musik dan lagu selama proses
perawatan yang dapat menurunkan tingkat kecemasan anak usia sekolah
yang dihospitalisasi di rumah sakit, sehingga mempermudah tindakan
medis yang akan dilakukan dan mempercepat proses penyembuhan.
2) Bagi perawat di bangsal anak dapat meningkatkan pengetahuan tentang
manfaat musik dan lagu terhadap penurunan tingkat kecemasan pada
anak usia sekolah yang dihospitalisasi di rumah sakit.
6

b. Bagi peneliti selanjutnya


Menjadikan wadah dalam menerapkan ilmu yang telah didapat selama
proses perkuliahan, yaitu mata kuliah keperawatan anak, keperawatan jiwa,
dan terapi komplementer khususnya teknik relaksasi.

E. Keaslian Penelitian
1. Lutfiyah Ningsih mengenai “Pengaruh Terapi Bermain dan Terapi Musik
(Mendengarkan Al Quran: Juz Amma) terhadap Kecemasan pada Toodler”.
Penelitian menggunakan desain penelitian Pre Experiment Pretest-Postest
Design, yaitu peneliti melakukan intervensi dan observasi sebelum terapi
bermain dan sesudah pemberian terapi bermain kepada kelompok subjek
sampai beberapa kali, selain itu peneliti juga melakukan hal yang sama tetapi

AN
dengan terapi musik (mendengarkan Al-Qur’an : Juz Amma). Jadi, dalam
T A
A YAK
desain ini terdapat dua kelompok subjek. Sedangkan untuk menganalisa
AR
K
A OG
pengaruh terapi bermain dan terapi musik terhadap respon kecemasan anak

T ANI Y
usia toddler digunakan uji statistik T-test. Dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.
S
U .Y
Distribusi responden berdasarkan umur pada kelompok terapi bermain
P AL A
R
menunjukkan sebagian besar berumur 12-24 bulan sebanyak 10 orang (67%)

E ER
P
dan hampir setengahnya menunjukkan berumur 25-36 bulan sebanyak 5 orang
N D
(33%). Sedangkan, distribusi responden berdasarkan umurpada kelompok
JE
S
terapi musik menunjukkan sebagian besar berumur 12-24 bulan sebanyak 10
E
K
TI (67%)
Sorang dan hampir setengahnya menunjukkan berumur25-36 bulan
sebanyak 5 orang (33%).
Respon kecemasan maladaptif pada kelompok terapi bermain sebelum
diberikan intervensi sebanyak 15 orang (100%) terdapat hubungan yang
signifikan terhadap penurunan respon kecemasan dengan memperhatikan uji t-

test dependent yang menunjukkan nilai signifikan α= 0,000. Pada kelompok

terapi musik sebelum diberikan intervensi sebanyak 15 orang (100%). Terdapat


hubungan yang signifikan terhadap penurunan respon kecemasan dengan

memperhatikan uji t-test dependent menunjukkan nilai yang signifikan α=


7

0,000. Dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada


pengaruh pemberian terapi bermain dan terapi musik (mendengarkan Al-
Qur’an : Juz Amma) terhadap penurunan respon kecemasan anak usia toddler.
Maka berdasarkan uji t-test independent antara post terapi bermain dan post

terapi musik didapatkan nilai yang signifikan α= 0,012 berarti ada beda antara

kelompok terapi bermain dan kelompok terapi musik sebelum dan setelah
dilakukan terapi bermain dan terapi musik (mendengarkan Al-Qur’an : Juz
Amma) terhadap penurunan respon kecemasan pada anak usia toddler di
paviliun Seruni RSUD Jombang.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang akan saya lakukan
adalah variabel yang diteliti, yaitu anak usia sekolah yang dirawat di rumah
sakit dan alat ukur kecemasan yang digunakan yaitu HARS (Hamilton Anxiety
Rating Scale). Persamaannya adalah terletak pada instrumen, alat pengumpulan

AN
data dan metode penelitian yaitu dengan rancangan pre post dan post test group

A A R T A

A K
desain without control dan analisis data yang digunakan yaitu cara ujiK

G
A
t (t-test).
Y Pasien pre
S T
2. Afitaria Qulsum mengenai “Perbedaan Tingkat Kecemasan
Operasi Sebelum dan Sesudah Pemberian TerapiI Y
O
pada
Musik Klasik di RSUD

P U . Y
Tugurejo Semarang”. Penelitian ini menggunakanAN jenis penelitian one group
E R A
pre-post test design. Populasi yangL Adiambil dalam penelitian adalah pasien

P J
dioperasi sesuai
D ER dan pasien pre operasi yang terprogram untuk
dengan kriteria sadar, kooperatif,
N prosedur serta mengalami kecemasan ringan, sedang,
Edengan
atau K E S
T I di RSUD Tugurejo Semarang.
berat
STeknik pengambilan sampel dengan menggunakan quota sampling yaitu
pengambilan sampel tergantung peneliti dengan kriteria dan jumlah yang
ditentukan sebelumnya. Alat pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan kuesioner skala kecemasan Hamilton Rating Scale Anxiety
(HRSA). Analisis yang digunakan yaitu analisis univariat dan bivariat.
Berdasarkan hasil penelitian tingkat kecemasan dengan nilai rata-rata 21,33
sehingga standar deviasi 4,087 dengan skor kecemasan terendah 15 dan skor
kecemasan tertinggi 28. Sedangkan sesudah diberikan intervensi menurun
dengan nilai rata-rata 15,22 sehingga standar deviasi 4,152 dengan skor
kecemasan terendah 11 dan skor kecemasan tertinggi 26. Pada hasil penelitian
8

ini menggunakan uji beda Wilcoxon menunjukkan nilai p =0,000 atau < 0,05
maka dapat disimpulkan ada perbedaan tingkat kecemasan pada pasien pre
operasi sebelum dan sesudah pemberian terapi musik klasik.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang akan saya lakukan
adalah variabel yang diteliti, yaitu anak usia sekolah yang dirawat di rumah
sakit. Persamaan terletak pada instrumen, alat pengumpulan data, dan metode
penelitian yaitu alat ukur HARS dan penelitian dengan rancangan pre post dan
post test group desain without control dan analisis data yang digunakan yaitu
cara uji t (t-test).
3. Dyna Apriany mengenai “Pengaruh Terapi Musik terhadap Mual dan Muntah
Lambat Akibat Kemoterapi pada Anak Usia Sekolah yang Menderita Kanker di
RSUP Hasan Sadikin Bandung”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
quasi eksperiment dengan rancangan penelitian pretest-postest control group

AN
design. Populasi penelitian adalah anak berusia 6-12 tahun yang dirawat di
T A
A YAK
RSUP Hasan Sadikin Bandung. Teknik pengambilan sampel dengan
AR
K
A OG
consecutive sampling yang terdiri dari 15 anak kelompok intervensi dan 15
anak kelompok kontrol.
S T ANI Y
U .Y
Instrument pengukuran mual muntah menggunakan Rhodes INVR. Analisis
P AL A
R
pengaruh terapi seni dalam menurunkan tingkat kecemasan dilakukan dengan

E ER
P
uji paired t- test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor mual
N D
muntah setelah diberikan intervensi terapi musik berbeda secara signifikan
JE
S
antara kelompok yang diberikan terapi musik dengan kelompok yang tidak
E
K
TI terapi musik (p value= 0,000). Hasil penelitian telah menunjukkan
Sdiberikan
bahwa terapi musik yang dilakukan pada kelompok intervensi dapat
menurunkan skor mual muntah sebesar 5,733, sedangkan kelompok yang tidak
diberikan terapi musik mengalami peningkatan skor mual muntah sebesar 4,00.
Perbedaan penelitian Dyna dengan penelitian yang akan saya lakukan
diantaranya adalah variabel terikatnya yaitu tingkat kecemasan, dan analisis
data yang digunakan yaitu dengan wilcoxon signed rank test. Sedangkan
persamaannya terletak pada variabel bebasnya yaitu terapi musik, rancangan
penelitiannya tetapi tanpa kelompok kontrol, dan sampel yang diteliti yaitu
anak usia sekolah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo merupakan salah satu
Rumah Sakit Pemerintah Daerah kelas B Non Pendidikan yang berada di
kabupaten Pati provinsi Jawa Tengah. Rumah Sakit ini terletak di Jalan Dr.
Soesanto 114 Pati Jawa Tengah dengan kode pos 59118 dan nomor telepon/
faximile (0295) 381102/ 381684. RSUD RAA Soewondo mulai dibangun
pada tahun 1932 dengan luas tanah 78.650 m2 dan luas bangunan 24.180 m2
yang terdiri dari 93 gedung. Rumah Sakit ini memiliki 15 ruang rawat inap
dimana salah satunya adalah ruang rawat inap anak (Cempaka) yang terdiri

AN
dari ruang kelas 2 dan kelas 3 dengan jumlah tempat tidur 36. Anak yang
T A
A YAK AR
dirawat di ruang Cempaka rata-rata berusia 1 tahun sampai 14 tahun.

K
A OG
Penelitian dilakukan di ruang Cempaka kelas 2 dan kelas 3 mulai tanggal 19

S T ANI Y
November 2013 sampai dengan 19 Desember 2013 atau selama 4 minggu.

U .Y
Jumlah responden dalam penelitian yaitu sebanyak 20 anak usia sekolah (6
P AL A
R
sampai 12 tahun).

E ER
P Anak usia sekolah yang dirawat dirawat di ruang Cempaka
N D
menunjukkan adanya respon kecemasan. Diantara mereka ada yang
JE
S
mengeluarkan respon seperti menangis, diam, memeluk ibunya, mengajak
E
I K
Tpulang dan tidak kooperatif saat dokter ataupun perawat memberikan
S
tindakan. Perawat anak disini lebih banyak bekerja sama dengan penunggu
atau orang tua pasien dalam melakukan intervensi keperawatan kepada
anak. Di ruang ini tidak ada terapi relaksasi khususnya mendengarkan musik
dan lagu yang dilakukan oleh perawat. Hal ini disebabkan, karena tidak
adanya fasilitas dan jumlah perawat di Ruang Cempaka tidak seimbang
dengan jumlah anak yang dirawat. Menurut buku profil, RSUD RAA
Soewondo mempunyai tujuan dimana untuk 2(dua) pasien anak di Ruang
Cempaka diasuh oleh 1(satu) perawat, sehingga perbandingan antara pasien
dan perawat adalah 2:1. Sesuai data pegawai tahun 2013, tertera bahwa

51
52

jumlah perawat di Ruang Cempaka ada 12 orang termasuk kepala ruang,


sementara jumlah tempat tidur 36 buah. Jumlah perawat setiap jam jaga
yaitu sebanyak 3-4 orang, namun untuk jam jaga pagi sebanyak 5 orang
termasuk kepala ruang. Tindakan keperawatan yang dilakukan perawat
setiap jam jaga yaitu sama, tetapi untuk jam jaga pagi perawat biasanya
harus mendampingi dokter yang melakukan pemeriksaan. Rata-rata anak
yang dihospitalisasi di Ruang Cempaka termasuk dalam klasifikasi minimal
care. Jika dalam waktu 24 jam jumlah anak yang dihospitalisasi tidak ada
perubahan (jumlahnya tetap), maka jumlah perawat juga harus tetap untuk
melakukan tindakan-tindakan keperawatan sesuai jam jaga. Berdasarkan
data tersebut, dapat dilakukan perhitungan menggunakan rumus Douglas
(1984) dan diperoleh hasil 15. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa di
Ruang Cempaka kekurangan 3 orang perawat untuk memenuhi tujuan yang

AN
hendak dicapai Rumah Sakit. Selain itu, perawat disini menganggap sudah
T A
A YAK
cukup dengan hanya membiarkan anak bermain sendiri dengan orang tuanya
AR
K
A OG
karena perawat terlalu sibuk dengan aktivitas rutinnya sehingga waktu untuk

S T ANI Y
memberikan terapi relaksasi dengan anak sangat sedikit.
2. Karakteristik Responden
P AL A U .Y
R
Responden dalam penelitian ini berjumlah 20 anak sesuai dengan

E ER
P
kriteria yang peneliti tetapkan. Berdasarkan catatan pasien selama penelitian
N D
di Ruang Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati, karakteristik anak yang
JE
S
menjadi subyek penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
E
T I K
S
53

Tabel 4.1.
Distribusi Karakteristik Responden Anak Usia Sekolah yang Dihospitalisasi
di Ruang Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati
Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Jenis kelamin
Laki-laki 14 70
Perempuan 6 30
2. Umur anak
6 - <7 tahun 6 30
7 - <8 tahun 1 5
8 - <9 tahun 1 5
9 - <10 tahun 4 20
10- <11 tahun 1 5
11- 12 tahun 7 35

3. Rawat ke-
Pertama 13 65
Kedua 6 30
Ketiga 1 5
4. Lama Perawatan

AN
3 hari 6 30
4 hari 12 60
T A
5 hari 2
A YAK 10
AR
5. Diagnosa medis
K
A OG
ST
DADS/ GEA 2 10
Febris 16
I Y
80
Talasemia

P U A. Y 2
AN 10
Total
R AL 20 100

PEJENDER
Sumber : Data Primer (2013)
Berdasarkan tabel 4.1. distribusi karakteristik responden penelitian
mayoritas berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 14 anak (70%).
E S
T I K
Sedangkan distribusi responden menurut umur, mayoritas responden
S berumur 11-12 tahun yaitu sebanyak 7 anak (35%). Mayoritas responden
baru pertama kali menjalani hospitalisasi, yaitu ada 13 anak (65%). Selain
itu, responden juga mayoritas mendapatkan perawatan selama 4 hari
sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan intervensi sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan yaitu selama 3 hari, yakni sebanyak 12 anak
(60%), dan diagnosa penyakit yang dialami responden mayoritas adalah
febris sebanyak 16 anak (80%).
3. Kecemasan Sebelum Diberikan Terapi Musik Dan Lagu
Menurut hasil observasi peneliti, tingkat kecemasan anak
dikategorikan dengan distribusi normal menjadi 3 yaitu cemas ringan,
54

cemas sedang, dan cemas berat dengan nilai terendah 14 dan tertinggi 41.
Penilaian diperoleh dari perhitungan 14 item dengan skor terendah 0 dan
skor tertinggi 4. Berikut ini adalah tabel yang berisi pengkategorian tingkat
kecemasan anak berdasarkan distribusi normal sebelum diberikan terapi
musik dan lagu oleh peneliti.
Tabel 4.2.
Tingkat Kecemasan Sebelum Terapi Musik dan Lagu pada Anak Usia
Sekolah di Ruang Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati
Tingkat kecemasan Rentang nilai Frekuensi Persentase (%)
Ringan 14-20 8 40,0
Sedang 21-27 9 45,0
Berat 28-41 3 15,0
Total 20 100,0
Sumber: Data Primer (2013)
Berdasarkan tabel 4.2. karakteristik responden penelitian sebelum
dilakukan terapi musik dan lagu, mayoritas mempunyai tingkat kecemasan

AN A
sedang yaitu sebanyak 9 anak (45%).
T
A YAK
4. Kecemasan Sesudah Diberikan Terapi Musik dan Lagu AR
K
A OG
Tingkat kecemasan anak sesudah diberikan terapi musik dan lagu oleh

S T ANI Y
peneliti dapat dilihat pada tabel berikut ini.

P AL A U .Y Tabel 4.3.

R
Tingkat Kecemasan Sesudah Terapi Musik dan Lagu pada Anak Usia

E ER
Sekolah di Ruang Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati

P
Tingkat kecemasan
Tidak Cemas
Ringan
JE
N D
Rentang nilai
< 14
14-20
6
8
Frekuensi Persentase (%)
30,0
40,0
Sedang
E S 21-27 6 30,0

T I
TotalK 20 100,0
S
Sumber: Data Primer (2013)
Dari tabel 4.3. dapat dijabarkan bahwa sesudah dilakukan terapi musik
dan lagu, karakteristik responden penelitian mayoritas mempunyai tingkat
kecemasan ringan yaitu dengan jumlah 8 anak (40%). Berdasarkan tabel
tersebut dapat diketahui bahwa terapi musik dan lagu dapat menurunkan
tingkat kecemasan anak usia sekolah selama hospitalisasi. Di bawah ini
adalah tabel perubahan tingkat kecemasan anak usia sekolah sebelum dan
sesudah diberikan terapi musik dan lagu.
55

Tabel 4.4.
Perubahan Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah Terapi Musik dan
Lagu pada Anak Usia Sekolah di Ruang Cempaka RSUD RAA Soewondo
Pati
Tingkat kecemasan Tingkat kecemasan Kesimpulan Frekuensi Persentase
sebelum terapi musik sesudah terapi musik (%)
dan lagu dan lagu
Berat Sedang Turun 2 10,0
Berat Ringan Turun 1 5,0
Sedang Sedang Tetap 2 10,0
Sedang Ringan Turun 5 25,0
Sedang Tidak Cemas Turun 2 10,0
Ringan Ringan Tetap 2 10,0
Ringan Tidak Cemas Turun 4 20,0
Ringan Sedang Naik 2 10,0
Total 20 100,0
Sumber: Data Primer (2013)
Dari tabel 4.4. dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan tingkat
kecemasan pada anak usia sekolah sebelum dan sesudah diberikan terapi

AN
musik dan lagu. Karakteristik responden mayoritas mengalami perubahan
T A
A YAK AR
tingkat kecemasan sedang menjadi ringan, yaitu sebanyak 5 anak (25%).

K
A OG
5. Hasil Uji Hipotesis dengan Uji Statistik Nonparametric Wilcoxon Signed
Rank Test
S T ANI Y
U .Y
Berikut ini adalah tabel hasil uji hipotesis dengan menggunakan
P AL A
R
Wilcoxon Signed Rank Test terhadap tingkat kecemasan sebelum dan
E ER
P
sesudah diberikan terapi musik dan lagu.

E ND Tabel 4. 5.
S J Kecemasan Sebelum dan Sesudah Terapi Musik dan Lagu
Analisis Tingkat
E
T IKpada Anak Usia Sekolah di Ruang Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati
SKecemasan (sebelum) – kecemasan (sesudah) -3.500
Test Statistic Z A. Sig. (2-t)
.000
Sumber: Data Primer (2013)
Berdasarkan tabel 4.4. diatas dapat dijabarkan bahwa nilai Z score =
-3.500, sedangkan nilai p value = 0.000. Dengan nilai p value = 0.000 <
0.05 maka H0 ditolak yang berarti ada pengaruh terapi musik dan lagu
terhadap tingkat kecemasan pada anak usia sekolah di Ruang Cempaka
RSUD RAA Soewondo Pati Jawa Tengah.
56

B. Pembahasan Penelitian
1. Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel 4.1. mengenai jenis kelamin, distribusi
karakteristik responden mayoritas berjenis kelamin laki-laki yaitu
sebanyak 14 anak (70%). Berdasarkan sensus penduduk 2010, jumlah
penduduk anak Indonesia rentang usia 6-12 tahun adalah 18.680 juta
anak laki-laki dan 17.714 juta anak perempuan (Profil Anak Indonesia,
2012). Jumlah pasien anak usia 6-12 tahun di ruang Cempaka selama
penelitian adalah 14 orang anak laki-laki dan 6 orang anak perempuan
(buku register ruang Cempaka, 2013).
Hasil penelitian sesuai dengan pendapat Wong (2007) yang
menyatakan anak perempuan pada umumnya lebih adaptif terhadap

AN
stressor dibanding anak laki-laki. Stimuli yang mengawali atau
T A
A YAK AR
mencetuskan perubahan disebut stressor. Stressor menunjukkan suatu

K
A OG
kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa saja

S T ANI Y
kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan,

U .Y
spiritual, atau kebutuhan kultural (Potter & Perry, 2005). Selama
P AL A
R
hospitalisasi anak-anak mengalami stress akan kebutuhan psikologis

E ER
P
seperti perhatian dari orang tua dan keluarga, kebutuhan sosial seperti
N D
bertemu dengan teman-temannya, kebutuhan lingkungan seperti anak
JE
E S
ingin berada di lingkungan rumahnya dan kebutuhan perkembangan
K
TI seperti bermain dengan teman sebaya. Anak laki-laki merupakan salah
S
satu faktor risiko yang membuat anak-anak tertentu lebih mudah
tersinggung dibandingkan anak lain dalam kondisi stress saat
hospitalisasi (Wong, 2007).
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Dyna
Apriyani (2010) dan Afitaria Qulsum (2011), dimana karakteristik
responden mayoritas adalah perempuan yaitu sebanyak 10 anak (55,6%).
Secara psikologis dinyatakan bahwa perempuan lebih emosional dan
lebih peka daripada laki-laki, sehingga lebih mudah meluapkan perasaan.
Sedangkan laki-laki bersifat obyektif dengan rasionalitasnya, sehingga
57

mampu berpikir dan tidak mengedepankan emosionalnya. Hasil


penelitian juga tidak sejalan dengan penelitian Sari dan Sulisno (2012)
bahwa anak perempuan lebih cemas daripada anak laki-laki karena anak
perempuan lebih sensitif dan mendapatkan stressor yang lebih intensif
daripada anak laki-laki yang eksploratif.
b. Umur
Berdasarkan tabel 4.1. diketahui bahwa distribusi karakteristik
responden mayoritas berumur 11-12 tahun sebanyak 7 anak (35%).
Kecemasan pada anak usia sekolah disebabkan karena perpisahan dengan
kelompok, mengalami nyeri dan luka pada tubuh, serta kehilangan
kontrol (Wong, 2007). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
Lutfiyah Ningsih (2008), karena variabel penelitian yang digunakan
adalah anak usia toddler. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan

AN
hasil penelitian Afitaria Qulsum (2011) dimana variabel penelitian tidak
T A
A YAK
menggunakan batas usia dan hasilnya mayoritas responden berusia
AR
K
A OG
dewasa muda sebanyak 11 orang (61,1%).
c. Riwayat Hospitalisasi
S T ANI Y
U .Y
Berdasarkan tabel 4.1. mayoritas responden baru pertama kali
P AL A
R
menjalani hospitalisasi, yaitu sebanyak 13 anak (65%). Munasih (2007)

E ER
P
menyatakan bahwa pola perilaku kecemasan anak paling tinggi adalah
N D
ketika menjalani perawatan pada hari pertama baik dengan riwayat
JE
E S
hospitalisasi sebelumnya ataupun tidak karena dampak dari perpisahan,
K
TI sehingga anak menampakkan perilaku maladaptif yang sesuai dengan
S
tahap-tahap perkembangan usianya.
Menurut Supartini (2004) apabila anak pernah mengalami
pengalaman tidak menyenangkan dirawat di rumah sakit sebelumnya
akan menyebabkan anak takut dan trauma. Sebaliknya apabila anak
dirawat di rumah sakit mendapatkan perawatan yang baik dan
menyenangkan anak akan lebih kooperatif pada dokter dan perawat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Lutfiyah Ningsih
(2008), dimana sebesar 60% anak usia toddler baru pertama kali
menjalani perawatan di rumah sakit, sehingga anak masih merasa asing
58

dengan lingkungan rumah sakit dan menyebabkan anak semakin


menunjukkan kecemasan terhadap prosedur tindakan keperawatan yang
dilakukan.
d. Lama Perawatan
Berdasarkan tabel 4.1. mayoritas responden menjalani hospitalisasi
selama 4 hari, yaitu ada 12 anak (60%). Sebagian besar orang tua atau
keluarga akan membawa anak ke tempat pelayanan kesehatan setelah
kurang lebih 2-3 hari. Hal itu dikarenakan orang tua anak melakukan
tindakan perawatan sendiri di rumah terlebih dahulu. Menurut Wong
(2004) mengatakan bahwa keterlibatan keluarga secara langsung pada
anak, merupakan bagian peran dari keluarga sebagai sistem terbuka yang
berfungsi sebagai pelindung anak, memenuhi kebutuhan anak, dan
mempertahankan kelangsungan hidup anak.

AN
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lutfiyah Ningsih
T A
A YAK
(2008), dimana peran, dukungan dan keterlibatan langsung orang tua
AR
K
A OG
responden dalam pemberian terapi musik sangat mempengaruhi

S T ANI Y
keberhasilan pelaksanaan terapi musik, karena anak akan lebih mudah

U .Y
berapdatasi, lebih tenang, dan mudah berinteraksi dengan lingkungan
P AL A
R
rumah sakit termasuk dokter dan perawat. Dalam hal ini orang tua

E ER
P
mempunyai fungsi sebagai pelindung dan pemenuh kebutuhan anak
N
(Wong, 2004).
JE
D
S
e. Jenis Penyakit
E
T I K Berdasarkan tabel 4.1. jenis penyakit yang diderita responden
S
mayoritas adalah febris yaitu sebanyak 16 anak (80%). Febris (demam)
adalah kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38°C) dan sebagai respon
normal tubuh terhadap infeksi, infeksi merupakan penyebab demam
terbanyak pada anak-anak. Suhu tubuh dikendalikan oleh suatu bagian
dari otak yang disebut hipotalamus. Hipotalamus berusaha agar suhu
tubuh tetap hangat (36,5-37,5°C) meskipun lingkungan luar tubuh
berubah-ubah. Hipotalamus mengatur suhu dengan cara
menyeimbangkan antara produksi panas pada otot dan hati, dan
pengeluaran panas pada kulit dan paru-paru. Ketika terjadi infeksi, sistem
59

kekebalan tubuh meresponnya dengan melepaskan zat kimia dalam aliran


darah. Zat kimia tersebut akan merangsang hipotalamus untuk menaikkan
suhu tubuh dan akhirnya akan menambah jumlah sel darah putih yang
berguna dalam melawan kuman (Anjar Mahanani, 2013).
2. Tingkat Kecemasan Sebelum diberikan Terapi Musik dan Lagu
Kecemasan yang terjadi pada anak yang menjalani hospitalisasi
sebenarnya adalah normal, seperti yang diungkapkan Miller (2002) bahwa
kecemasan itu sebagai reaksi yang normal terhadap situasi yang penuh
stress dan berada dalam situasi yang baru. Berdasarkan tabel 4.2 dapat
dijabarkan bahwa mayoritas responden mempunyai tingkat kecemasan
sedang, yaitu sebanyak 9 anak (45%). Dilihat dari kategorinya mayoritas
anak memiliki tingkat kecemasan cukup tinggi sebelum dilakukan terapi
musik dan lagu.

AN
Banyaknya anak usia sekolah di ruang Cempaka RSUD RAA
T A
A YAK
Soewondo menderita kecemasan sedang disebabkan oleh beberapa hal,
AR
antara lain:
K
A OG
S T ANI Y
a. Mayoritas responden baru pertama kali menjalani hospitalisasi, yaitu

U .Y
sebesar 65%. Sebagian dari mereka kecemasannya cenderung lebih tinggi
P AL A
R
dibandingkan anak yang sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit.

E ER
PKecemasan anak yang dialami disini juga disebabkan karena memang
N D
anak sebelumnya tidak diorientasikan terlebih dahulu dengan lingkungan
JE
E S
rumah sakit tempat anak dirawat dan tidak diperkenalkan dengan orang-
K
TI orang yang berada di rumah sakit sehingga tingkat kecemasannya
S
semakin meningkat. Menurut Supartini (2004) menyatakan bahwa
pengalaman sebelumnya dan lingkungan asing merupakan penyebab
kecemasan bagi anak baik lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan
atau ruang rawat, alat-alat rumah sakit, bau yang khas, pakaian putih
petugas kesehatan maupun lingkungan sosial seperti sesama pasien anak
maupun interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri. Hasil
penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Lutfiyah Ningsih
(2008), dimana sebesar 60% responden baru pertama kali mendapatkan
perawatan di rumah sakit.
60

b. Pembatasan aktivitas memang berpengaruh terhadap kecemasan anak


ketika dihospitalisasi. Disini anak paling banyak menghabiskan waktu
aktivitasnya ditempat tidur, sehingga kecemasan yang mereka alami juga
meningkat. Sesuai pernyataan Wong (2004) bahwa keterbatasan fisik dan
hospitalisasi merupakan stressor yang besar bagi anak. Nursalam (2005)
juga menambahkan bahwa sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan
krisis utama yang tampak pada anak. Jika anak dirawat di rumah sakit,
anak akan mudah mengalami krisis karena anak stres akibat perubahan
baik pada status kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan
sehari-hari, dan anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam
mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian
yang bersifat menekan.

AN
Berdasarkan hasil observasi peneliti, peran aktif orang tua masih
T A
A YAK
kurang dalam kaitannya menurunkan kecemasan anak. Hal tersebut
AR
K
A OG
sehubungan dengan keterbatasan waktu keluarga menunggu di rumah sakit,

S T ANI Y
karena harus bergantian dengan anggota keluarga yang lain, sehingga akan

U .Y
menimbulkan rasa protes anak karena perhatian yang kurang. Orang tua
P AL A
R
cenderung lebih banyak bekerja sama dengan perawat dalam hal

E ER
P
pelaksanaan prosedur tindakan keperawatan. Supartini (2004) mengatakan
N D
bahwa sistem pendukung yang tersedia misalnya peran aktif orang tua akan
JE
S
membantu anak dalam melepaskan tekanan akibat penyakit yang
E
I K
Tdideritanya.
S
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan perawat, ketika perawat
masuk ke ruangan dan mendekati anak, reaksi yang selalu muncul yaitu
ekspresi wajah tegang, memegangi atau mendekati orang tua atau
saudaranya. Sedangkan pada saat perawat melakukan tindakan keperawatan
(menyuntik, mengambil darah, merawat luka, atau memasang infus), reaksi
yang paling sering muncul pada anak yaitu ekspresi wajah tegang, anak
meringis bahkan sampai menangis dengan memegang erat orang tuanya.
Sementara saat perawat mengajak bercakap-cakap reaksi yang muncul
adalah anak cenderung diam dan tidak kooperatif. Hal tersebut sesuai
61

dengan pernyataan Supartini (2004) bahwa pada umumnya reaksi anak


terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan perlukaan
tubuh, dan rasa nyeri.
3. Tingkat Kecemasan Sesudah diberikan Terapi Musik dan Lagu
Terapi musik dan lagu adalah sebuah aktivitas terapeutik yang
menggunakan musik dan lagu sebagai media sesuai dengan selera individu,
yang dapat meningkatkan produksi hormon endofrin yang diproduksi oleh
bagian hypothalamus di otak sehingga mampu meningkatkan relaksasasi
pikiran untuk memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan
kesehatan emosi (Djohan dan Musbikin, 2009).
Berdasarkan tabel 4.3 karakteristik responden sesudah dilakukan
terapi musik dan lagu mayoritas mempunyai tingkat kecemasan ringan,
yaitu sebanyak 8 anak (40%). Selain itu, dari tabel 4.4. juga dapat dilihat

AN
bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
T A
A YAK
pemberian terapi musik dan lagu. Nilai perubahan tingkat kecemasan
AR
K
A OG
mayoritas dari tingkat kecemasan sedang menjadi ringan, yaitu sebanyak 5

S T ANI Y
anak (25%). Melihat hasil tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa sesudah

U .Y
dilakukan terapi musik dan lagu tingkat kecemasan anak mengalami
P AL A
R
penurunan baik jumlah maupun kategorinya. Terapi musik dan lagu yang

E ER
P
dilakukan peneliti merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak
N D
sehingga anak menjadi lebih rileks.
JE
E S mendengarkan
Kegiatan musik dan lagu dapat menutupi perasaan
IK
STyang tidak menyenangkan, mempengaruhi pernafasan, mengurangi
ketegangan otot, dan dapat menaikan tingkat endofrin (zat candu otak yang
dapat mengurangi rasa sakit dan menimbulkan fly alamiah) bagi anak.
Peneliti dalam memberikan terapi musik dan lagu disesuaikan menurut
selera anak, namun tetap memperhatikan kriteria musik dan lagu sesuai
dengan umur anak dan jenisnya. Terapi yang dilakukan adalah terapi musik
aktif yaitu dengan mengajak anak supaya ikut bernyanyi sehingga anak bisa
berimajinasi atau menciptakan guide imagery. Dengan demikian pikiran
anak menjadi rileks bahkan anak bisa termotivasi melalui media musik dan
lagu tersebut.
62

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, orang tua yang ikut aktif


selama pelaksanaan terapi musik dan lagu seperti ikut bernyanyi, dekat
dengan anak dan selalu berusaha menghibur akan lebih berpengaruh
terhadap penurunan tingkat kecemasan anak. Sesuai dengan pernyataan
Supartini (2004) bahwa peran aktif orang tua merupakan sistem pendukung
yang akan membantu anak dalam melepaskan tekanan akibat penyakit yang
dideritanya.
Berdasarkan hasil observasi peneliti sesudah diberikan terapi musik
dan lagu, ketika perawat masuk ke ruangan dan mendekati anak, tidak ada
lagi respon seperti ekspresi wajah tegang, memegangi atau mendekati orang
tua atau saudaranya. Sedangkan pada saat perawat melakukan tindakan
keperawatan (menyuntik, mengambil darah, merawat luka, memasang infus)
ekspresi wajah tegang, anak meringis bahkan sampai menangis, memegang

AN
erat orang tuanya menjadi jarang muncul pada anak. Sementara saat perawat
T A
A YAK AR
mengajak bercakap-cakap, anak menjadi lebih kooperatif dan tidak lagi

K
A OG
diam, bahkan beberapa anak mengajak untuk lebih lama bercakap-cakap.

S T ANI Y
Dengan adanya terapi musik dan lagu, reaksi kecemasan yang muncul pada

U .Y
anak dapat berkurang dan meminimalkan dampak hospitalisasi.
P AL A
R
4. Pengaruh Terapi Musik dan Lagu terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan

E ER
P Berdasarkan tabel 4.4. pengaruh terapi musik dan lagu terhadap
N D
penurunan tingkat kecemasan anak usia sekolah di ruang Cempaka RSUD
JE
S
RAA Soewondo Pati ditunjukkan dari hasil uji hipotesis menggunakan
E
I K
Tanalisis uji statistik Nonparametric Wilcoxon Signed Rank Test, yaitu
S
adanya pengaruh yang signifikan. Hasil analisis menunjukkan nilai p value
adalah 0,000 dengan demikian p value < 0,05 sehingga Hi diterima. Terapi
musik dan lagu yang dilakukan, didasarkan pada pernyataan Supartini
(2004) bahwa intervensi yang penting dilakukan perawat terhadap anak
berprinsip untuk meminimalkan stressor, mencegah perasaan kehilangan,
meminimalkan perasaan takut dan nyeri terhadap perlukaan, serta
memaksimalkan perawatan di rumah sakit.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Suhartini (2008). Terapi
musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan musik dimana
63

tujuannya adalah untuk meningkatkan atau memperbaiki kondisi fisik,


emosi, kognitif, dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan usia.
Pemberian terapi musik dilakukan di ruang ICU-ICCU untuk menurunkan
perubahan respon fisiologis terhadap kecemasan sebanyak 2 kali selama 2
hari. Hal ini mendukung hasil penelitian Afitaria Qulsum (2011), bahwa
terdapat perbedaan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi sebelum dan
sesudah dilakukan terapi musik klasik di RSUD Tugurejo Semarang dengan
uji statistik Wilcoxon menunjukkan nilai p value= 0,000 atau <0,05.
Sesudah diberikan terapi musik dan lagu anak menjadi lebih terbuka,
mau diajak komunikasi dan menjadi kooperatif dengan perawat. Perilaku
tersebut juga ditunjukkan ketika peneliti melakukan observasi sesudah
dilakukan terapi musik dan lagu, dimana anak tidak lagi diam dan wajah
menjadi lebih rileks. Selain itu, anak juga lebih menerima tindakan

AN
keperawatan yang diberikan perawat tanpa harus menimbulkan respon
T A
A YAK AR
kecemasan seperti sebelum dilakukan terapi musik dan lagu. Hal ini sejalan

K
A OG
dengan penelitian Soeparmin, Suarjaya dan Tyas (2008) mengenai pengaruh

S T ANI Y
musik klasik terhadap kecemasan anak saat perawatan gigi menunjukkan

U .Y
kecemasan anak berkurang pada perawatan gigi dengan menggunakan
P AL A
R
fasilitas musik, dan penurunan kecemasan pada anak perempuan lebih besar

E ER
P
dibandingkan anak laki-laki. Anak yang mengalami penurunan kecemasan
N D
lebih banyak dibandingkan anak yang mengalami peningkatan kecemasan
JE
S
saat perawatan gigi dengan menggunakan fasilitas musik. Hal ini
E
I K
Tmenunjukkan bahwa musik memiliki efek menguntungkan yang signifikan
S
dalam menanggulangi dan menurunkan tingkat kecemasan pasien anak
selama perawatan gigi berlangsung.
Musik merupakan sebuah rangsangan pendengaran yang terorganisir
yang terdiri dari melodi, ritme dan harmoni. Melodi mempengaruhi tubuh,
ritme atau irama mempengaruhi jiwa, sedangkan harmoni mempengaruhi
roh. Banyak dari proses kehidupan kita yang berakar dari irama, sebagai
contoh, irama detak jantung, pernafasan, sampai berbagai aktivitas otak.
Musik dalam bidang kedokteran memiliki hubungan sejarah yang erat dan
panjang. Sejak zaman Yunani kuno musik digunakan sebagai sarana untuk
64

meringankan penyakit dan membantu pasien dalam mengatasi emosi yang


menyakitkan seperti kecemasan, kesedihan, dan kemarahan. Ketika musik
diaplikasikan sebagai salah satu cara distraksi untuk mengurangi
kecemasan, musik dapat memberikan kenyamanan dan relaksasi yang
merupakan salah satu cara menurunkan kecemasan psikologis dan prilaku
individual yang menunggu perawatan ataupun yang sedang dalam
perawatan. Pada saat musik diperdengarkan, musik mampu merangsang
pengeluaran gamma amino butric acid (GABA), enkephalin, beta endorphin.
Zat-zat tersebut dapat menimbulkan efek analgesik sehingga dapat
mengurangi tingkat kecemasan pasien (Soeparmin, Suarjaya dan Tyas,
2008).
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa terapi musik dan
lagu sangat bermanfaat bagi anak terutama untuk menurunkan tingkat

AN
kecemasan anak selama menjalani hospitalisasi. Hai ini mendukung
T A
A YAK AR
pernyataan Musbikin (2009) dimana terapi musik merupakan sebuah terapi

K
A OG
yang menggunakan media musikuntuk dapat meningkatkan produksi

S T ANI Y
hormon endofrin yang diproduksi oleh bagian hypothalamus di otak
sehingga mampu
P AL A U .Y
meningkatkan relaksasasi pikiran untuk memperbaiki,

R
memelihara, mengembangkan mental,fisik, dan kesehatan emosi. Hal ini

E ER
P
juga mendukung penelitian Lutfiyah Ningsih (2008) di ruang Seruni RSUD
N D
Jombang dimana terdapat perbedaan respon kecemasan anak usia toddler
JE
S
sebelum dan sesudah diberikan terapi musik, dari responden yang bersifat
E
I K
Tmaladaptif menjadi adaptif dan hasil uji t-test dependent menunjukkan nilai
S
p value=0,000 < 0,05.

C. Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian


Penelitian yang dilakukan mengalami keterbatasan dan kendala, antara
lain adalah:
1. Observasi yang dilakukan pada responden tidak menggunakan jadwal waktu
yang konsisten, hal itu dikarenakan kurangnya jumlah asisten peneliti
(hanya dibantu satu perawat). Hal ini disebabkan karena kurangnya jumlah
65

perawat di Ruang Cempaka, sehingga observasi dilakukan sesuai dengan


jadwal jaga asisten peneliti.
2. Judul musik dan lagu yang disediakan peneliti, kadang tidak sesuai dengan
pilihan anak sehingga anak menggunakan fasilitas sendiri berupa HP.
Namun untuk pemilihan musik dan lagu tetap diarahkan, sehingga sesuai
dengan intervensi yaitu untuk tujuan relaksasi atau menurunkan kecemasan.
3. Beberapa responden masih menghendaki dilakukan terapi musik dan lagu,
namun sesuai SOP yang telah ditentukan dan disepakati bahwa terapi musik
dan lagu hanya dilakukan selama 15 menit. Oleh karena itu, responden
melakukan terapi musik dan lagu sendiri tanpa didampingi oleh peneliti.
4. Sebanyak 5 responden harus drop out karena alasan rujuk dan pulang atas
permintaan sendiri, sehingga hanya menjalani perawatan selama 2 hari.
Oleh karena itu terapi musik dan lagu tidak berlanjut, sebab tidak sesuai

AN
dengan SOP yang membutuhkan waktu selama 3 hari untuk pelaksanaan
T A
terapi musik dan lagu.
A YAK AR
K
A OG
S T ANI Y
P AL A U .Y
R
E ER
P JE
N D
E S
T I K
S
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini di antaranya adalah:
1. Distribusi karakteristik responden anak usia sekolah yang dihospitalisasi
mayoritas berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 14 anak (70%).
Sedangkan distribusi karakteristik responden menurut umur, mayoritas
responden berumur 11-12 tahun yaitu sebanyak 7 anak (35%). Mayoritas
responden baru pertama kali menjalani hospitalisasi, yaitu ada 13 anak
(65%). Selain itu, responden juga mayoritas mendapatkan perawatan selama
4 hari sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan intervensi sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan yaitu selama 3 hari, yakni sebanyak 12

AN
anak (60%), dan diagnosa penyakit yang dialami responden mayoritas
adalah febris sebanyak 16 anak (80%). T A
A YAK AR
K
2. Tingkat kecemasan responden sebelum dilakukan terapi musik dan lagu,

A OG
T ANI Y
mayoritas mempunyai tingkat kecemasan sedang yaitu sebanyak 9 anak

S
(45%).

P AL A U .Y
3. Tingkat kecemasan responden sesudah dilakukan terapi musik dan lagu,
R
E ER
mayoritas mempunyai tingkat kecemasan ringan yaitu sebanyak 8 anak
P
(40%).
E N D
J yang signifikan terapi musik dan lagu terhadap penurunan
4. Adanya pengaruh
S
E kecemasan pada anak usia sekolah yang dihospitalisasi di Ruang
I K
tingkat
STCempaka RSUD RAA Soewondo Pati yang ditunjukkan dari hasil uji
Wilcoxon Signed Rank Test dengan signifikansi p value= 0.000 < α = 0.05.

B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Kepala Ruang dan Kepala Bidang Keperawatan RSUD RAA
Soewondo Pati

66
67

a) Diharapkan pengelola Rumah Sakit, khususnya Kepala Ruang untuk


menerapkan metode terapi musik dan lagu dengan memberikan fasilitas
mendengarkan musik dan lagu bagi pasien anak di Ruang Cempaka
RSUD RAA Soewondo Pati untuk menurunkan tingkat kecemasan anak
selama dihospitalisasi supaya anak lebih kooperatif terhadap tindakan
keperawatan sehingga mempercepat proses penyembuhan.
b) Diharapkan perawat lebih memperhatikan adanya pelaksanaan terapi
musik dan lagu sebagai salah satu intervensi yang penting dalam
menurunkan kecemasan anak selama proses hospitalisasi.
2. Bagi Peneliti selanjutnya khususnya Mahasiswa Ilmu Keperawatan dan
Ilmu Kebidanan STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menindak lanjuti penelitian ini,
dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan menggunakan kelompok

AN
kontrol untuk mengetahui perbedaan karakteristik responden antara yang
T A
A YAK AR
dilakukan dan tidak dilakukan terapi musik dan lagu. Peneliti selanjutnya

K
A OG
diharapkan untuk menambah jumlah waktu pelaksanaan terapi musik dan

S T ANI Y
lagu, sehingga anak dapat mencapai kepuasan dalam terapi musik dan lagu

U .Y
dengan pendampingan peneliti. Selain itu, peneliti selanjutnya juga
P AL A
R
diharapkan mempunyai asisten lebih dari 1 orang, khususnya teman sejawat

E ER
P
supaya bisa melakukan observasi terhadap pengaruh terapi musik dan lagu
N D
sesuai dengan konsistensi yang telah ditentukan, serta meminimalkan efek
JE
bias.
E S
T I K
S
DAFTAR PUSTAKA

Aizid, R. 2011. Sehat dan Cerdas dengan Terapi Musik. Yogyakarta: Laksana.

American Music Therapy Association. 2008. Music therapy in mental health


evidence-based practice support
http://www.musictherapy.org/factsheets/b.b-psychopathology.pdf,
Diperoleh 12 Februari 2013

Apriany, Dyna. 2010. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Mual dan Muntah
Lambat Akibat Kemoterapi pada Anak Usia Sekolah yang Menderita
Kanker di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. FIK UI: Tidak
Dipublikasikan

Campbell, D. 2001. Efek mozart, memanfaatkan kekuatan musik untuk


mempertajam pikiran, meningkatkan kreativitas, san menyehatkan tubuh.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

AN
Dofi, Bellavia Ariestia. 2010. Psikologi Musik Terapi Kesehatan. Jakarta: Golden
Terayon Press
T A
A YAK AR
K
Djohan. 2005. Psikologi Musik. Yogyakarta: Buku Baik

A OG
S T ANI Y
Djohan. 2006. Terapi Musik: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galangpres

P AL A U .Y
Djohan. 2009. Psikologi musik. Yogyakarta: Best Publisher

R
E ER
Dorland, W. A. N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Editor Huriawati Hartanto.
P
Edisi 29. Jakarta: EGC

Gunawan, S.D. J E N D
2005. Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta: PT BPK Gunung
E
Media S
I K
ST S. 2008. Efek mozart dan terapi musik dalam dunia kesehatan.
Halim,
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/012003/pus-2.htm Diakses 10 Maret
2013

Hawari, D. 2004. Manajemen stress, cemas, dan depresi. Jakarta: FK UI.

Hidayat, A. A. 2005. Pengantar ilmu keperawatan anak 1. Jakarta: Salemba


Medika

Hidayat, A. A. 2007. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data.


Jakarta: Salemba Medika
Hockenberry, M.,&Wilson, D. 2007. Wong’s nursing care infans and children. St
Louis: Mosby Elsevier

Iskandar, Yul. 2001. Stres, Anxietas, dan Penampilan. Jakarta: Yayasan Dharma
Graha

Juwardanto, W. 2005. Permasalahan Umum Kesehatan Anak Usia Sekolah.


http://www.pdpersi..co.id Diunduh 11 Maret 2013

Kartini. Kartono. 2007. Perkembangan Psikologi Anak. Jakarta: Erlangga

Laili, I. E. 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan pada Anak


Sekolah yang Dirawat di Instalasi Kesehatan Anak (INSKA) RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta. FK UGM Yogyakarta: Tidak Dipublikasikan

Mahanani, Anjar. 2013. Durasi Pemberian Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap
Tingkat Kecemasan Pada Anak. FKIK Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto.

4 Februari 2013
A YAK AN
Martin. 2008. Bermain sebagai Media Terapi. http://tabloid-nakita.com Diperoleh
AR
T A
K
A OG
Max Hamilton. 1959. Cited from Schlaepfer, T. E. 2012. Neurobiology of

S T ANI Y
Psychiatric Disorders. Amsterdam:British Library Cataloguing

P AL A U .Y
Miller. 2002. Anxiety Disorder in Children and Youth. BC”s Mental Health

R
Journal no. 14

E ER
P
Mucci. K., & Mucci. R. 2002. The healing sound of music: Manfaat musik untuk

Utama JE
N D
kesembuhan, kesehatan dan kebahagiaan anda. Jakarta: Gramedia Pustaka

E S
K
I 2007.
STKecemasan
Munasih. Pengaruh Pemberian Terapi Bermain terhadap Respon
pada Toodler di Ruang Anak RSD Bapelkes Jombang.
Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang

Musbikin, I. 2009. Kehebatan musik untuk mengasah kecerdasan anak.


Yogyakarta: Power Books (IHDINA)

Ngastiyah. 2005. Perawatan anak sakit edisi 2. Jakarta: EGC

Nicholas, F.H, Humenick S.S. 2002. Childvirth education: Practice, research,and


theory(2nd ed).(Eds.). Philadelphia: W.B. Saunders Company
Ningsih, Lutfiah. 2008. Pengaruh Terapi Bermain dan Terapi Musik
(Mendengarkan Al Quran: Juz Amma) terhadap Kecemasan pada Toodler.
FIK UNIPDU

Notoatmojo. 2003. Metodologi penelitian kesehatan edisi 2. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Ilmu Keperawatan: Panduan


Skripsi, Tesis. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. 2005. Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta: Salemba Medika

Potter & Perry. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan volume 1, Edisi 4.
Jakarta: EGC.

Primadita, A. 2011. Efektifitas intervensi terapi musik klasik terhadap stress


dalam menyusun skripsi pada mahasiswa PSIK UNDIP Semarang. Skripsi,
Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id Diperoleh 28 Januari
2013

A YAK AN
Prabowo, H. & Regina, H.S. 2007. Treatmen meta musik untuk menurunkan stres.
http://repository.gunadarma.ac.id Diperoleh 28 Januari 2013
AR
T A
K
A OG
Purba, M. & Pasaribu, B. M. 2006. Musik populer. Jakarta: Pendidikan Seni
Nusantara
S T ANI Y
P AL A U .Y
Qulsum, Afitaria. 2011. Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Pasien pre Operasi

R
Sebelum dan Sesudah Pemberian Terapi Musik Klasik di RSUD Tugurejo

E ER
Semarang. FIK STIKES Telogorejo Semarang
P N D
Rachmawati, Y. 2005. Musik sebagai Pembentuk Budi Pekerti. Yogyakarta:
Panduan JE
E S
I K
STTingkat A.Kecemasan
Rachmawati, Dan Murniasih, E. 2007. Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Akibat Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah di
Bangsal L Perawatan Anak RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Jurnal
Kesehatan hal 1-13. Yogyakarta: Surya Medika

Santrock, J. W. 2011. Masa Perkembangan Anak (Children). Jilid 2. Edisi 11.


Jakarta: Salemba Humanika

Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta: Kencana


Prenada Media Grup

Sari,F.S.,& Sulisno, Madya. 2012. Hubungan Kecemasan Ibu Dengan Kecemasan


Anak Saat Hospitalisasi Anak. Journal Nursing Study. Volume 1, Nomor 1,
Tahun 2012. Hal 51-59
Saryono. 2011. Metodologi penelitian keperawatan. Purwokerto: UPT.
Percetakan dan Penerbitan UNSOED

Satiadarma, M. 2002. Terapi musik, cetakan pertama. Jakarta: Milenia Populer

Satiadarma, M. P & Zahra. 2004. Cerdas dengan musik. Jakarta: Puspa Suara

Snyder, M., & Lindquist, R. 2002. ComplementarY/ Alternative Therapies in


Nursing. (4th ed). New York: Springer Publishing Company.

Soeparmin,Soesilo., Suarjaya, I. Kt., & Tyas, M.P. 2008. Peranan Musik Dalam
Mengurangi Kecemasan Anak Selama Perawatan Gigi. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Stevens, P.J.M. 2000. Ilmu Keperawatan. Editor Monica Ester. Jilid 1. Edisi 2.
Jakarta: EGC

AN
Stuart, G. W. 2001. Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta: EGC
T A
A YAK AR
Stuart,G. W. 2006. Principle and practice of psychiatry nursing. 8 th edition.
Elseiver Mosby. St. Louis
K
A OG
S T ANI Y
Sugiyono. 2010. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta

P AL A U .Y
R
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC

E ER
P
Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC
E N D
Susanti, R. 2012.JPengaruh Terapi Bermain Musik terhadap Tingkat Kecemasan
S Prasekolah yang akan dilakukan Tindakan Invasif di Ruang
AnakEUsia
K
I RSUD Wates. PSIK STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta:
STAnak
Tidak Dipublikasikan

Towsend, Mary. C. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Rencana dan


Asuhan Medikasi Psikotropik. (Nursing Diagnoses in Psychiatric Nursing:
Care Plans and Psychotropic Medications) Terjemahan Dwi Widiatri, dkk.
Jakarta: EGC

Tucker, Susan Martin. 2007. Standar Perawatan: Pasien Perencanaan


Kolaboratif dan Intervensi Keperawatan (Patient Care Standards:
Collaborative Planing & Nursing Interventions). Terjemahan Egi Komara
Yudha, dkk. Jakarta: EGC

Wahyunin, E. 2007. Perubahan sikap anak saat sakit. Jakarta: Pustaka Utama
Widiyono. 2012. Pengaruh Terapi Bermain dengan Menggambar dan Mewarnai
terhadap Tingkat Kecemasan pada Anak Usia Prasekolah di Ruang Ar
Rahman RS PKU Muhammadiyah Bantul. PSIK STIKES Jenderal Achmad
Yani Yogyakarta: Tidak Dipublikasikan

Whaley dan Wong. 2000. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta:
EGC

Whaley dan Wong. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
Remaja Rosdakarya

Wong, D. L. 2004. Pedoman Keperawatan Pediatrik. Editor Sari Kurnianingsih.


Edisi 4. Jakarta: EGC

Wong dan Whaley’s. 2007. Nursing care of infants and children, 8th edition. St
Louis: Mosby.

Wong, Donna L. 2008. Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (Wong’s

AN
Essentials of Pediatric Nursing), Terjemahan Oleh Andry Hartono, dkk.
Jakarta : EGC
T A
A YAK AR
Jakarta: EGC K
Wong, D. L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa Indonesia.

A OG
S T ANI Y
P AL A
Bandung: Rosda Karya U .Y
Yusuf, Syamsu, M. Pd., 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

R
E ER
Zengerle-Levy, K. 2006. Nursing the child who is alone in the hospital. Pediatric
P
Nursing, 32(3), 226-231.

JE
N D
E S
T I K
S

Anda mungkin juga menyukai