Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN FIELD TRIP KEPERAWATAN JIWA

DI RSUD BANYUMAS

2 JANUARI – 4 JANUARI 2020

NAMA : WIWIT ARIF HIDAYAT

NIM : 170103098

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN 5A

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Telah melakukan Field Trip keperawatan jiwa

Pada,

Hari/tanggal:Kamis - Sabtu, 2 - 4 Januari 2020

Tempat : Instalasi Jiwa RSUD Banyumas

Ruang : Nakula, Sadewa dan Bima

Pembimbing Akademik Mahasiswa

( Ita Apriliyani, S.Kep.,Ners, M.Kep ) ( Wiwit Arif Hidayat )


LAPORAN FILED TRIP DI RUMAH SAKIT

A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut WHO pada tahun 2012 angka penderita gangguan jiwa secara
global sangat meghawatirkan, sekitar 450 juga orang yang menderita
berpopulasi di negara berkembang da sebanyak 8 dari 10 penderita tidak
mendapatkan pengobatan. Kesehatn jiwa merupakan pengendalian diri dalam
menghadapi stressor di sekitar lingkungan sekitar dengan selalu berpikir positif
dalam keselarasan tanpa adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara
internal maupun eksternal yang mengarah pada kestabilan emosional.
Kesehatan jiwa dapat diartikan dengan suatu keadaan dimana seseorang
terbebas dari gangguan jiwa, dan memiliki sifat positif untuk mengjelaskan
tentang kedewasaan serta kepribadiannya. (Nasir dan Muhith, 2010)
Gangguan jiwa dapat mendekat kepada siapapun, terlebih seperti
mahasiswa, yang harus selalu mampu mengontrol koping dirinya dalam
mengahdapi berbagai tugas yang dilayangkan dari pada dosen. Penyebab
paling sering timulnya ganngguan jiwa dikarenakan genetik (namun masih dapat
dicegah), himpitan ekonomi, kemiskinan, sosial budaya, frustasi, kejadjian yang
tidaak diinginkan di masa lalu dan lain sebagainya.
Indonesia mengalami peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa cukup
banyak diperkitakan prevalensi gengguan jiwa berat dengan psikosis atau
skizofrenia pada tahun 2015 adalah ±1.728. Adapun orang dengan gangguan
jiwa terbanyak di karasidenan banyaumas meliputi daerah banyumas sendiri
dan disusul oleh kabupaten banyumas.
Filed trip yang mahasiswa prodi S1 KEPERAWATAN Universitas
Harapan Bangsa Purwokerto lakukan yakni guna mengobservasi bagaimana
cara melakukan pengkajian secara langsung kepada orang gangguan jiwa
dengan berbagai masalah serta mengobservasi berbagai terapi yang di gunakan
di Instalasi Jiwa RSUD Banyumas, seperti TAK (Terapi Aktivitas Kelompok),
Terapi Lingkungan, Terapi keluarga, terapi okupasi, dan lain-lain dengan
berbagai media.

B. ISI (HASIL WAWANCARA DAN OBSERVASI)


1. Cara perawat melakukan pengkajian kepada klien dengan gangguan jiwa
untuk bisa menentukan diagnosa :
Cara perawat melakukan pengakjian kepada klien Tn.A (20tahun) di
ruang nakula dengan gangguan jiwa adalah dengan cara menanyakan
keluahan pasien dan menjadikan alasan masuk pasien ke ruamah sakit jiwa
sebagai tema nya serta tidak lupa menerapkan komunikasi terapeutik demi
kelancaran anamnesa ;
Konsep yang perlu dikaji oleh perawat diantaranya :
1) Perawat menggali apa alasan masuk pasien
(Pasien masuk rumah skait karena marah-marah,
mengamuk,memukul orang dan berbicara kacau).
2) Perawat menggali faktor predisposisi
(Pernah dikeroyok karena mengamuk 1 bulan yang lalu serta pernah
pingsan 1 bulan yang lalu karena post diamuk masa).
3) Faktor presipitasi (pencetus) gangguan jiwa
(Pasien Tn.A ingin bekerja tetapi tidak ada lowongan pekerjaan
untuknya).
4) Pola hubungan sosial, meliputi;
a. Hubungan dengan keluarga
(Hubungan dengan keluarga cukup baik)
b. Perah serta dalam keluarga dan masyarakat
(Pasien Tn.A cukup mampu berinteraksi dengan tetangganya)
c. Hamabatan dalam berhubungan dengan orang lain
(Pasien Tn.A merasa minder dan malu karena tidak memiliki
pekerjaan)
5) Konsep diri, meliputi;
a. Citra tubuh (anggota tubuh yang disukai dan tidak disukai)
(Pasien Tn.A menyukasi semua anggota tubuhnya)
b. Identitas diri
c. Peran diri
(Peran pasien Tn.A sebagai anak dan atau orang yang usia
produktif tetapi belum meiliki pekerjaan)
d. Ideal diri
(Pasien Tn.A merasa belum mencapai apa yang dia inginkan)
e. Harga diri
(Pasien Tn.A merasa minder karena maih belum memiliki
pekerjaan)
6) Status mental, meliputi;
a. Penampilan,
(Penampilan rapi)
b. Pembicaraan ; Cepat, gagap, apatis, membisu, lambat, keras
(Pembicaraan sedikit kurang jelas pelafalannya dan volume
keras)
c. Alam perasaan ; sedih, ketakutan, putus asa, khawatir, gembira
berlebih
(Perasaan biasa saja)
d. Interaksi selama wawancara (anamnesa) ; bermusuhan, kontak
mata kurang, curiga, mudah tersinggung
(kontak mata selalu tajam)
7) Persepsi
Halusinasi/ilusi berupa pendengagran, penglihatan, penciuman,
perabaan, penghindu
Waham/delusi ; agama, curiga, kebesaran, pikiran magis,somatik dan
atau nihilistik
(Halusinasi pendengaran)
8) Daya tilik diri ; mengingkari penyakit yang dideritaa, dan atau
menyalahkan hal diluar dirinya
(Menyalahkan dirinya)
9) Tingkat kesadaran
(sadar)
10) Afek, meliputi : datar, tumpul, labil, tidak sesuai
(Labil)
11) Proses pikir
(Pasien memiliki pola pikir yang sirkumtansial)
12) Mekanisme koping ;
a. Adaptif ; berbicara dengan orang lain, mampu menyelesaikan
masalah, teknik relokasi, aktivitas konstruktif, olahraga,
lainnya…..
b. Maladaptif ; Minum alkohol, reaksi lamabat/berlebih, bekerja
berlebihan, menghindar, mencederai diri, lainnya ……
(marah-marah dan mengamuk)

2. Pemberian psikofarmaka
Obat-obatan pada klien gangguan jiwa (nama, warna, fungsi, dosis) dan
cara pemberian obat
1. Nama obat : Trihexyphenidyl (THP)
Warna : kuning
Dosis : 2x1 (2mg)
Fungsi :
- Untuk mengobati efek samping dari obat psikotik
seperti ; chlorpromazine/ haloperidol
- Membantu menurunkan rasa kaku pada otot
Rute : Oral
2. Nama obat : Trifluoperazine
Warna : Biru
Dosis : 2-5mg (2x1)
Fungsi :
- Obat TFP membantu menyeimbangkan substansi
tubuh di otak ; dan berpikir jernih, lebih tidak gugup
- Terapi kecemasan jangka pendek
- Terapi mengurangi halusinasi dan perilaku kekerasan
baik pada diri sendiri maupun kepada orang lain
Rute : Oral
3. Nama obat : Diazepam
Warna : Ampul warna coklat
Dosis : 3x1 (2-5mg)
Fungsi : Berfungsi sebagai antikejang dan penurunan kecemasan
Rute : Intravena dan atau intramuskular
4. Nama obat : Risperidone
Warna : Putih
Dosis : 2 mg(2x1)
Fungsi : Berfungsi mengobati gangguan mood (bipolar)
Rute : Oral
5. Nama obat : Clozapine
Warna : Kuning/putih
Dosis : 2x1 (12,5mg)
Fungsi : Mengurangi gejala psikosis (halusinasi dan mencegah
keinginan bunuh diri)
Rute : Oral

3. Pelaksanaan terapi modalitas keperawatan pada klien gangguan jiwa (piih


diantara terapi dibawah ini sesuai dengan terapi yang ada di Rumah Sakit) :
a. Terapi aktivitas kelompok
1) Pengertian
Terapi aktivitas kelmpok merupakan terapi yang sering
digunankan dalam praktik kesehtan jiwa, bahkan menjadi hal yang
penting dari keteraampilan terapeutik dalam ilmu keperawatan. TAK
dapat diisi dengan keuinikan individu untuk mendorong anggota
kelompok untuk mengngkapkan masalah dan mendapatkan bantuan
dalam menyelesaiakn masalahnya dari kelompok, perawat juga
adaptif dalam menilai respon pasien selama dalam kelompok.
2) Peran perawat dalam terapi aktivitas kelompok (TAK)
a) Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok (TAK)
b) Tugas sebagai leader dan co-leader, memimpin jalanya terapi
aktivitas kelompok (TAK) dari awal hingga akhir kegiatan
c) Tugas sebagai fasilitator, tujuan memberikan stimulus pada
anggota /peserta terapi aktivitas kelompok (TAK) agar dapat
mengikuti jalanya kegiatan terapi aktivitas kelompok (TAK)
d) Tugas sebagai observer, meliputi; mencatat serta mengamati
jalannya atau porses terapi aktivitas kelompok (TAK)
3) Manfaat
a) Meningkatkan kemampuan uji realitas diri melalui komunikasi
b) Mampu melakukan sosialisasi dengan kelompok dan atau
meningkatkan keerampilan hubungan interpersonal atau sosial
c) Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan
afektif
d) Menyalukan emosi secara konstruktif
e) Meningkatkan kemampuan empati
f) Dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
g)
HASIL OBSERVASI TAK DIRUANG NAKULA

Dari hasil observasi didapatkan strategi telah digunakan dengan


sedemikian rupa, dan membuahkan banyak hasil dimana pasien dengan
gangguan jiwa telah memiliki kemampuan dalam mekanisme koping diri,
status mental, hubungan sosial yang membaik, dan lain sebagainya setelah
dilakukan terapi aktivitas kelompok (TAK). Meskipun terapi aktivitas
kelompok (TAK) dilakukan secara heterogen baik dari pasien isolasi sosial,
harga diri rendah, risiko pelaku kekerasan dan lain sebgainya (yang
disesuaikan dengan kondisi klien), namun dapat dinilai keberhaislan terapi
aktivitas kelompok (TAK) dapat dilihat dari trejadinya perubahan yang
signifikan dari para pasien meskipun masih ada beberapa pasien yang
hanya terdiam dan bingung ketika kegiatan dan bahkan ada yang
meninggalkan lokasi kegiatan karena mangantuk.

Contoh terapi aktivitas kelompok (TAK) yang dilakukan adalah senam


bersama dan bermain bersama pasien gangguan jiwa seperti bermain bola
voli, bermain bulu tangkis, bernyanyi dan menari bersama pasien gangguan
jiwa.

b. Terapi lingkungan
1. Pengertian
Terapi lingkungan “Millieu Terapi” merupakan suatu bentuk manipulasi
ilmiah yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan pada perilaku
pasien guna menghasilkan perubahan pada perilaku pasien dan untuk
mengembangkan keterampilan esmosional sosial dan lain sebagainya
melalui pengenalan lingkungan sekitar yang ada.
2. Tujuan
Terapi lingkungan bertujuan untuk membantu keefektifan proses asuhan
keperawatan. Dalam hal ini pemindahan klien dan yang terapeutik akan
memberikan kesempaan diri untuk istirahat dan memulihkan diri,
memberikan waktu untuk berfokus pada pengembangan dalam hal
kekuatan dan kesempatan belajar yang alternative dalam menyelesaikan
masalah

HASIL OBSERVASI TERAPI LINGKUNGAN DIRUANG NAKULA

Dari hasil observasi didapatkan pasien yang berada diruang nakula


semua adalah pindahan dari ruang pasien yang sebelumnya, yaitu ruang
sadewa. Dimana ruang sadewa adalah ruang yang terdapat berbagai
ruang seperti ruang isoalsi, ruang/kamar K/L yang disesuaikan
berdasarkan kondisi pasien nya. Diruang sadewa pasien yang sudah
mengalami peningkatan kualitas pada kesehatan jiwanya akan berpindah
ruang/kamar sesuai dengan kondisinya. Kemudian, diruang nakula, pasien
diberikan atau diajarkan untuk melakukan ADL secara mandiri guna
mempersipkan kepulangannya kerumah.

c. Terapi keluarga
(Tidak terobservasi)
d. Terapi okupasi
1. Pengertian
Terapi okupasi merupakan suatu ilmu dan seni pengarahan
parisipasi seorang pasien untuk melaksanakan tugas tertentu yang
sudah ditetapkan .terapi okupasi berfokus pada pengenalan kemampuan
yang pasih ada pada pasien, peningkatan ini bertujuan untuk membentuk
pasien agar mandiri atau tidak bergantung dnegna orang lain, serta
bertanggungjawab atas tindakannya.
Terapi okupasi biasanya digunakan pada pasien dengan
gangguan komunikasi, tidak mampu merespon stimulus, pasien dengan
cacat tubuh.
2. Tujuan
a) Terapi untuk mengembalikan fungsi mental
Menciptakan perkembangan kemampuan pasien, mengembalikan
fungsi fisik, mengajarkan ADL’s pasien atau melatih kemandirian
pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti makan minum,
BAB, BAK, tugas rutin dirumah (menyapu,dll) membersihkan tempat
tidur dan mengganti linen, serta minum obat.
b) Peran tetrapi okupasi adalah untuk menghubung antara batin paien
dengan kondisi luar, berhubungan dengan tujuan pekerjaan dan
dapat meningkatkan kemampuan klien berinteraksi sosial dalam
kelompok terapi.

HASIL OBSERVASI TERAPI OKUPASI DIRUANG NAKULA


Dari hasil observasi didapatkan pasien diruang nakula sudah
banyak yang mulai bisa menlakukan ADL secara mandiri meskipun ada
yang harus dengan bantuan perawat. Mulai dari makan, mandi (defisit
perawatan diri pasien mulai teratasi), mengganti pakaian, sholat,
membersihkan tempat tidur dan mengganti linen, membersihkan lantai,
serta minum obat semua tak lepas dari pengawasan perawat dan
praktikan mahasiswa.

4. Cara melakukan komunikasi terapeutik pada klien gangguan jiwa (teknik dan
isi)
Cara melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien gangguan jiwa
terbagi menjadi 4 tahap yaitu, tahap pra interaksi, tahap orientasi, tahap
kerja, dan tahap terminasi :
(Dengan hasil observasi bapak Agus Riyadi S.Kep.,Ns ketika mengkaji
pasien Tn.A di ruang Nakula)
a. Tahap pre interaksi
Tahap pre interaksi adalah tahap dimana perawat akan bertemu dengan
klien/pasien atau yang biasa disebut dengan tahap persiapan
1) Mendapatkan informasi terkait kondisi klien/pasien bisa dari rekam
medis, keluarga klien, assesement, PLGD atau dari hasil anamnesa
langsung dengan pasien.
2) Mencari litetratur yang berhubungan dengan masalah yang dialami
oleh klien
3) Mengeksplorasi perasaan fantasi maupun ketakutan diri perawat
terhadap pasien
4) Menganalisa kekuatan maupun klemahan profesional diri perawat
dalam
5) Pada tahap pre interaksi juga tahap dimana seorang perawat
membuat rencana pertemuan dengan klien/pasien ; dalam hal ini
dapat menuju tipe spesifik data yang aka dicari (data fokus klien),
metode yang tepat untuk wawancara atau anamnesa dengan klien
yaitu bisa degan cara terbuka atau tertutup, dan setting ruang dan
waktu yang tepat.
No Rencana interaksi Dilakukan Hasil/modifikasi
Ya Tidak
1 Pre orientasi :
- Mencari data √ - Dari data rekam medis
pasien, bisa melalui didapatkan klien
rekam medis pasien memiliki riwayat
- Mengeksplorasi √ RPK/PK
perasaan pasien - Perasaan tenang
- Rencana kegiatan : √ - Melakukan pengkajian
Tema : Alasan pasien Tn.A
pasien masuk RSJ
Waktu : 10 menit
Tempat : ruang
diskusi

b. Pada tahap pre orientasi :


1) Mencari data pasien, bisa melalui rekam medis pasien
2) Mengeksplorasi perasaan pasien
3) Tahap orientasi
Tugas pada tahap orientasi ;
Komponen yang harus dicapai pada tahap orientas diantaranya;
1) Memberi salam
2) Perkenalan diri
3) Klarifikasi nama pasien (bukan menanyakan nama pasien)
4) Menjelaskan peran kepada pasien
5) Menjelaskan tanggungjawabnya kepada pasien
6) Tema kegiatan (sesuai dengan alasan pasien masuk rumah sakit
jiwa)
7) Menjelaskan tujuan
8) Menjelaskan tempat dan waktu
9) Menjamin kerahasiaan pasien
No Rencana interaksi Dilakukan Hasil
Ya Tidak
2 Fase Orientasi
- Salam terapeutik - Tn.A menjawab
“selamat pagi” √ salam
- Perkenalkan diri - ………..
“perkenalkan saya √
perawat agus riyadi, suka
dipanggil agus”
- Klarifikasi panggilan - Iya, dipanggil a
pasien
“betul ini dengan mas A? √
sukanya dipanggil apa ?”
- Peran - …………
“saya perawat diruang √
nakula dari jam 08
sampai jam 2 siang”
- Tanggungjawab -…………….
“Saya yang bertanggung √
jawab merawat mas A
dengan tim”
- Tema kegiatan - …………..
“nanti kita akan √
berbincang-bincang
alasan mas A dirawat
dirumah sakit”
- Tujuan tempat dan waktu - ………..
“nanti tempatnya disini √
(diruangan diskusi) dan
waktunya 10 menit”
- Kerahasiaan
“mas A tidak perlu √ - Pasien
khawatir data yang saya Mengizinkan
peroleh akan saya
rahasiakan dan hanya
digunakan untuk
kepentingan pengobatan
mas A”

4) Tahap kerja
Tahap kerja adalah tahap dimana kegaitan dimulai
Kompoennya berupa :
 Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya guna
mencapai kesiapan pasien sebelum dimulainya tahap kerja
 Menanyakan keluhan yang dialami pasien
 Memulai tahap kerja dengan baik
 Melakukan tahap kerja, diantaranya; menanyakan apa alasan masuk
rumahsakit, faktor predisposisi atau pengalaman tidak
menyenangkan di masa lalu, faktor presipitasi, pola hubungan sosial,
konsep diri, status mental serta mekanisme koping yang paisen
lakukan ketika masalah timbul.
No Rencana interaksi Dilakukan Hasil
Ya Tidak
3 Fase kerja
- Memberi kesempatan √ - Pasien Tn.A tidak
pasien bertanya menanyakan
“sebelum kita mulai apa apapun
ada yang mas A ingin
ditanyakan?”
- Menanyakan keluhan √ - Pasien
“ada yang mas A mangatakan masih
keluhkan?” suka marah-marah
- Memulai dengan baik
“baiklah kalau tidak ada, √
kita mulai saja ya”

Melaksanakan kegiatan :
 Apa alasan masuk √ - Marah – marah
hingga
√ mengamuk dan
memukul orang.
 Faktor predisposisi - Pada 1 bulan
( apa pengalaman / yang lalu pernah
kejadian yang tidak dikeroyok karena
menyenangkan dimasa √ mengamuk
lalu mas S ?)
 Faktor presipitasi - Pasien A ingin
(pencetus) bekerja tetapi
tidak ada
lowongan
pekerjaan
 Pola hubungan sosial √ - Tn.A cukup sering
(“bagaimana hubungan berinteraksi
mas A dengan dengan
tetangga? Sering tetangganya
gabung main dengan
tetangga ?”)
 Konsep diri - Semua suka
1. Citra tubuh √ dengan anggota
(anggota tubuh tubuhnya
mana yang mas s
sukai dan tidak
disukai ?)
2. Identitas diri √ - Merasa minder
karena belum
bekerja

3. Peran diri √ - Tn.A merasa belum


tercapai cita
hidupnya.
4. Ideal diri √ - Tn.A merasa
kurang percaya
diri, karena
belum memiliki
pekerjaan

5. Harga diri √ - Biasa saja


(bagaimana
perasaan mas A
karena kondisinya
yang sekarang ?)

 Status mental Ketika sedang


(“bagaimana perasaan √ ada masalah
mas A ketika masuk pasien curhat
rumah sakit ? senang, dengan
sedih, ”) temannya.

 Mekanisme koping √ marah-marah


(“apa yang dilakukan
mas A buat mengatur
esmosinya ?”)

5) Tahap Terminasi
Komponen meliputi :
 Membuat kesimpulan
 Memberikan reinforcment
 Merencanakan rencana tindak lanjut dengan klien
 Melakukan kontrak
 Mengakhiri terminasi dengan baik

No Rencana tindakan Dilakukan Hasil


4 Fase terminasi Ya Tidak
- Membuat √ - Dapat disimpulkan
kesimpulan : bahwa Tn.A dibawa
“baiklah dapat kesini karena marah-
saya simpulkan marah hingga
Tn.A dibawa kesini mengamuk dan
karena marah- pernah punya
marah hingga pengalaman
mengamuk dan masalalu yang tidak
pernah punya menyenangkan
pengalaman √ yaitiu: 1 bulan yang
masalalu yang lalu dikeroyok karena
tidak mengamuk
menyenangkan
yaitu: dikeroyok 1
bulan yang lalu
karena
mengamuk”

- Memberikan Paien Tn.A menyetujui


Reinforcmenet ; rencana tindak lanjut
“bagus selkali √
Tn.A udah dapat
berbincang-
bincang dengan
saya”
- Merencanakan Pasien Tn.A mengatakan
tindak lanjut : jika ada masalah bercerita
“baiklah Tn.A kepada orang dekatnya
nanti kita ngobrol namun belum dapat
lagi, kita ngobrol mengontrol amarahnya
tentang masalah dan berlatih mengontrol
mas A yaitu marah yang benar
marah-marah, √
ada dukungan
atau tidak dari
orang terdekat
jika ada masalah ” Paien Tn.A menyetujui :
- Melakukan Diruang diskusi, 10 menit
kontrak: √
“mau jam berapa
kita ngobrol ?
tempatnya diruang
diskusi saja ya ?”
- Mengakhiri
terminasi dengan
cara yang baik √
“baiklah mas A,
sekarang bisa
kembali lagi
keruangan”
- Salam
“selamat pagi”

C. PEMBAHASAN
(Pembahasan sesuai antara hasil observasi dengan teori yang mendukung)
Berdasarkan teori terapi modalitas dapat diuraikan bahwa :
1. Terapi aktivitas kelmpok merupakan terapi yang sering digunankan
dalam praktik eksehtan jiwa, bahkan menjadi hal yang penting dari
keteraampilan terapeutik dalam ilmu keperawatan. TAK dapat diisi
dengan keuinikan individu untuk mendrong anggota kelompok untuk
mengngkapkan masalah dan mendapatkan bantuan dalam
menyelesaiakn masalahnya dari kelompok, perawat juga adaptif dalam
menilai respon pasien selama dalam kelompok.
1) Peran perawat dalam terapi aktivitas kelompok (TAK)
- Mempersiapka program terapi aktivitas kelompok (TAK)
- Tugas sebagai leader dan co-leader, memimpin jalanya
terapi aktivitas kelompok (TAK) dadri awal hingga akhir
kegiatan
- Tugas sebagai fasilitator, tujuanmemberikan stimulus pada
anggota /peserta terapi aktivitas kelompok (TAK) agar dapat
mengikuti jalanya kegiatan terapi aktivitas kelompok (TAK)
- Tugas sebagai observer, meliputi; mencatat serta
mengamati jalannya atau porses terapi aktivitas kelompok
(TAK)
2) Manfaat
- Meningkatkan kemampuan uji realitas diri melalui
komunikasi
- Mampu melakukan sosialisasi dengan kelompok dan atau
meningkatkan keerampilan hubungan interpersonal atau
sosial
- Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan
afektif
- Menyalukan emosi secara konstruktif
- Meningkatkan kemampuan empati
- Dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah

HASIL OBSERVASI TEORI TAK

Dari hasil observasi didapatkan strategi telah digunakan dengan


sedemikian rupa, dan membuahkan banyak hasil dimana pasien dengan
gangguan jiwa telah memiliki kemampuan dalam mekanisme koping diri,
status mental, hubungan sosial yang membaik, dan lain sebagainya
setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok (TAK). Meskipun terapi
aktivitas kelompok (TAK) dilakukan secara heterogen baik dari pasien
isolasi sosial, harga diri rendah, risiko pelaku kekerasan dan lain
sebgainya (yang disesuaikan dengan kondisi klien), namun dapat dinilai
keberhaislan terapi aktivitas kelompok (TAK) dapat dilihat dari trejadinya
perubahan yang signifikan dari para pasien meskipun masih ada
beberapa pasien yang hanya terdiam dan bingung ketika kegiatan dan
bahkan ada yang meninggalkan lokasi kegiatan karena mangantuk.

Contoh terapi aktivitas kelompok (TAK) yang dilakukan adalah


melakukan kegiatan senam dan bermain bola voli serta bermain blu
tangkis dan bernyanyi.

2. Terapi lingkungan “Millieu Terapi” merupakan suatu bentuk manipulasi


ilmiah yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan pada perilaku
pasien guna menghasilkan perubahan pada perilaku pasien dan untuk
mengembangkan keterampilan esmosional sosial dan lain sebagainya.
Terapi lingkungan juga bertujuan membantu keefektifan proses asuhan
keperawatan. Dalam hal ini pemindahan klien dan yang terapeutik akan
memberikan kesempaan diri untuk istirahat dan memulihkan diri,
memberikan waktu untuk berfokus pada pengembnagan dalam hal
kekuatan dan kesempatan belajar yang alternative dalam
menyelesaikan masalah

HASIL OBSERVASI TEORI TERAPI LINGKUNGAN DIRUANG


NAKULA

Dari hasil observasi didapatkan pasien yang berada diruang


nakula semua adalah pindahan dari ruang pasien yang sebelumnya,
yaitu ruang sadewa. Dimana ruang sadewa adalah ruang yang terdapat
berbagai ruang seperti ruang isoalsi, ruang/kamar K/L yang disesuaikan
berdasarkan kondisi pasien nya. Diruang sadewa pasien yang sudah
mengalami peningkatan kualitas pada kesehatan jiwanya akan
berpindah ruang/kamar sesuai dengan kondisinya. Kemudian, diruang
nakula, pasien diberikan atau diajarkan untuk melakukan ADL secara
mandiri guna mempersipkan kepulangannya kerumah.

3. Terapi okupasi merupakan suatu ilmu dan seni pengarahan parisipasi


seorang pasien untuk melaksanakan tugas tertentu yang sudah
ditetapkan . terapi okupasi berfokus pada pengenalan kemampuan yang
pasih ada pada pasien, peningkatan ini bertujuan untuk membentuk
pasien agar mandiri atau tidak bergantung dnegna orang lain , serta
bertanggungjawab atas tindakannya.
Terapi okupasi biasanya digunakan pada pasien dengan gangguan
komunikasi, tidak mampu merespon stimulus, pasien dengan cacat
tubuh. Temrapi untuk mengembalikan fungsi mental dan juga
enciptakan perkembangan kemampuan pasien, mengembalikan fungsi
fisik, mengajarkan ADL’s pasien atau melatih kemandirian pasien dalam
melakukan aktivitas sehari-hari, seperti makan minum, BAB BAK, tugas
rutin dirumah (menyapu,dll) membersihkan tempat tidur dan mengganti
linen, serta minum obat.
Peran tetrapi okupasi adalah untuk menghubung antara batin paien
dengan kondisi luar, berhungunag dengan tujuan pekerjaan dan dapat
meningkatkan kemampuanklien berinteraksi sosial dalam kelompok
terapi.
HASIL OBSERVASI TEORI OKUPASI DIRUANG NAKULA
Dari hasil observasi didapatkan pasien diruang nakula sudah
banyak yang mulai bisa melakukan ADL secara mandiri meskipun ada
yang harus dengan bantuan perawat. Mulai dari makan, mandi (defisit
perawatan diri pasien mulai teratasi), mengganti pakaian, sholat,
membersihkan tempat tidur dan mengganti linen, membersihkan lantai,
serta minum obat dan semua tak lepas dari pengawasan perawatn dan
praktikan mahasiswa.

D. PENUTUP
Kesimpulan
Dari kegiatan field trip yang dilakukan di RSUD banyumas selama 3 hari
oleh mahasiswa prodi S1 KEPERAWATAN Universitas Harapan Bangsa
Purwokerto dapat disimpulkan bahwa teori keperawatan jiwa dapat diaplikasikan
dengan baik serta seuai dengan kondisi pasien dan mahasiswa mengobservasi
bagaimana cara melakukan pengkajian secara langsung kepada orang
gangguan jiwa dengan berbagai masalah.
Serta mahasiswa dapat mengobservasi berbagai terapi yang di gunakan
di Instalasi Jiwa RSUD Banyumas, seperti TAK (Terapi Aktivitas Kelompok),
Terapi Lingkungan, Terapi keluarga, Terapi okupasi, dan lain-lain dengan
berbagai media yang bertujuan untuk membuat pasien gangguan jiwa untuk
segera kembali sehat dan bisa beraktiitas seperti biasa .

Anda mungkin juga menyukai