KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama ALLAH SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami dari KATUPAT panjatkan Puji Syujur atas ke Hadirat Nya, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah dan Inayah Nya, sehingga kami dari KATUPAT dapat
membuat buku saku kecil tentang berbagai penyakit, diagnosis dan tata laksananya
serta manajemen kesehatan.
Buku saku ini kami susun dengan kontributor anggota KATUPAT dari berbagai
keahlian di bidang Kedokteran untuk pedoman bagi sejawat adik-adik dokter umum
yang bekerja di Fasilitas Kesehatan Primer untuk dapat lebih tepat mendiagnosis dan
tata cara penanggulangannya di tempat mereka bekerja di Fasilitas Kesehatan Primer.
Dengan harapan dapat membantu sejawat adik-adik dalam menghadapi masalah
penyakit yang ada sehingga dapat menangani pasien secara optimal.
Terlepas dari semua ini, kami KATUPAT menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami KATUPAT menerima segala
saran dan masukan dari rekan rekan sejawat senior kami agar dapat memperbaiki
buku kecil ini.
Ahir kata kami KATUPAT berharap semoga buku saku Diagnosis dan Tata Laksana
berbagai Penyakit yang sering dijumpai di Fasilitas Kesehatan Primer atau praktek
dapat bermanfaat bagi sejawat adik-adik yang bekerja di Fasilitas Kesehatan Primer
atau praktik sehari hari.
Wassalam,
PENDAHULUAN
Anemia adalah salah satu masalah kesehatan dunia saat ini. Terdapat sekitar
1,62 milyar penduduk dunia yang mengalami anemia. Anemia bukan penyakit,
melainkan keadaan yang disebabkan oleh penyakit lain, namun anemia juga dapat
menimbulkan berbagai komplikasi.
Istilah anemia berasal dari bahasa Yunani anaimia yang artinya tanpa darah.
Turunnya konsentrasi hemoglobin dan jumlah eritrosit menyebabkan hipoksia
jaringan. Eritrosit atau sel darah merah mempunyai fungsi fisiologis penting dalam
menghantarkan Oksigen ke jaringan. Hemoglobin di dalam eritrosit mempunyai
kapasitas yang besar untuk mengikat Oksigen dalam paru-paru dan kemudian
melepaskannya ke jaringan.
Terdapat berbagai jenis dan penyebab anemia. Anemia sering merupakan
sebab atau dihubungkan dengan penyakit lain. Menentukan penyebab yang pasti dan
karakteristik suatu anemia merupakan hal penting bagi klinisi agar dapat menentukan
penatalaksanaan dengan baik.
Anemia biasanya dihubungkan dengan menurunnya kadar hemoglobin (Hb),
dan terkadang juga dengan hematokrit (Ht), atau jumlah eritrosit. Pada keadaan yang
jarang ditemukan, yaitu adanya hemoglobin abnormal tertentu, mempunyai
kamampuan mengikat Oksigen yang sangat kuat, sehingga Oksigen tidak dapat
dilepaskan ke jaringan. Akibatnya jaringan akan kekurangan Oksigen dan akan muncul
berbagai gejala klinis sebagai konsekuensinya, walaupun kadar Hb dan persentase Ht
normal, atau bahkan meningkat.
DEFINISI ANEMIA
Secara umum anemia didefinisikan sebagai ketidakmampuan darah untuk
menyuplai jaringan dengan Oksigen secara adekuat untuk fungsi metabolisme yang
sempurna.
1
Pendekatan Diagnosis Anemia
PENYEBAB ANEMIA
Anemia dapat disebabkan oleh berbagai hal, secara umum dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Defisiensi nutrisi (Fe, vitamin B12, asam folat)
Perdarahan
Peningkatan destruksi eritrosit (imun dan non-imun)
Bone marrow replacement
Infeksi
Keracunan
Kerusakan sel punca hematopoietik
Defek hemoglobin (herediter atau didapat)
Kelainan enzim eritrosit atau defek metabolisme lainnya.
KLASIFIKASI ANEMIA
Klasifikasi anemia dapat dibagi berdasarkan beberapa hal. Klasifikasi
berdasarkan dinamika sumsum tulang adalah anemia hipoproliferatif atau percepatan
destruksi/hemolitik atau kombinasi keduanya. Keadaan ini disebut hematopoiesis
inefektif.
Secara klinis anemia dikelompokkan berdasarkan penyebabnya, seperti:
kehilangan darah (perdarahan), defisiensi besi, hemolisis, infeksi, metastase
keganasan ke sumsum tulang, atau defisiensi nutrisi.
Anemia juga dapat diklasifikasikan berdasarkan persentase hematokrit, kadar
hemoglobin, dan indeks eritrosit (misalnya normokromik, hipokromik, mikrositik,
normositik atau makrositik. (Harmening)
2
Pendekatan Diagnosis Anemia
Gejala dan tanda anemia seringkali tidak khas, misalnya lemah badan, lekas
lelah dan mungkin juga terjadi gejala gastrointestinal seperti mual, konstipasi atau
diare. Pada anemia berat, pasien juga mungkin mengeluh sesak nafas (dyspnea
d’effort) setelah melakukan aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukannya, namun
keluhan sesak ini tidak pernah dikeluhkan sebelumnya. Selain gejala umum, dapat
pula kita tanyakan mengenai penyakit yang menyertainya, untuk menentukan
penyebab anemia tersebut. Sebagai contoh, dapat ditemukan keluhan buang air besar
berwarna hitam (melena) beberapa minggu sebelumnya; yang bila saat itu diperiksa
kadar Hb nya kemungkinan besar sekitar 8 g/dL. Anemia pada pasien ini
dikelompokkan ke dalam anemia akibat perdarahan saluran cerna.
3
Pendekatan Diagnosis Anemia
3. Pemeriksaan Laboratorium
Berdasarkan sudut pandang laboratorium, parameter umum yang digunakan
untuk menegakkan diagnosis anemia adalah: pemeriksaan kadar Hemoglobin (Hb),
persentase hematokrit (Ht), serta penentuan jumlah eritrosit. Namun untuk
menentukan jenis dan penyebab anemia, masih diperlukan pemeriksaan lain,
misalnya: Indeks eritrosit, jumlah retikulosit, pemeriksaan sediaan hapus darah tepi
serta pemeriksaan sediaan hapus sumsum tulang.(Harmening).
Diagnosis laboratorium anemia berdasarkan World Health Organization
(WHO) ditandai dengan adanya penurunan kadar:
Hemoglobin
Hematokrit
Jumlah eritrosit
4
Pendekatan Diagnosis Anemia
Nilai rujukan normal hemoglobin (tergantung alat dan metode yang dipakai)
5
Pendekatan Diagnosis Anemia
Anemia
Indeks Eritrosit
6
Pendekatan Diagnosis Anemia
7
Pendekatan Diagnosis Anemia
sumsum tulang, dibutuhkan informasi tentang produksi eritrosit. Informasi ini dapat
diperoleh dari jumlah retikulosit, yang dapat menunjukkan apakah masih ada
kemampuan sumsum tulang untuk meningkatkan produksi eritrosit. Karena destruksi
eritrosit dapat melebihi kapasitas produksinya, maka jumlah retikulosit efektif untuk
mengukur efektivitas kapasitas produksi eritrosit.
Anemia hemolitik terjadi bila terdapat penurunan masa hidup eritrosit, yang
merupakan hasil dari eliminasi ekstravaskuler, destruksi intravaskuler, atau keduanya.
Anemia makrositik normokromik biasanya terjadi berhubungan dengan
defisiensi asam folat atau vitamin B12. Anemia yang paling banyak terjadi adalah
anemia mikrositik hipokromik, biasanya berhubungan dengan defisiensi besi. Beta-
Thalassemia, suatu penyakit berupa defek herediter pembentukan rantai globin,
adalah penyebab lain anemia mikrositik hipokromik yang sering ditemukan.
Anemia yang lebih jarang ditemukan adalah anemia sideroblastik, yang juga
dihubungan dengan penurunan MCV.
Pada gambar 4 berikut ini dapat dilihat algoritma pembuatan keputusan pada
pasien dengan gejala anemia.
8
Pendekatan Diagnosis Anemia
9
Pendekatan Diagnosis Anemia
10
Pendekatan Diagnosis Anemia
d. Cara kerja :
- Masukkan 5 tetes HCl 0,1 N ke dalam tabung Sahli
- Isap 20 uL darah dengan pipet Sahli. Bersihkan darah yang menempel
pada bagian luar pipet.
- Masukkan darah tersebut dengan hati-hati ke dalam tabung Sahli
yang sudah berisi HCl 0,1 N.
11
Pendekatan Diagnosis Anemia
2. Pemeriksaan Hematokrit
Hematokrit (Packed Cell Volume = PCV) menghitung volume eritrosit dalam
100 mL darah dan dinyatakan dalam %.
12
Pendekatan Diagnosis Anemia
Kekurangan:
Kesalahan dalam kalibrasi centrifuge
Pemilihan tempat sampel
Kesahan rasio antikoagulan
pembacaan hasil mengalami kerusakan (error)
13
Pendekatan Diagnosis Anemia
14
Pendekatan Diagnosis Anemia
15
Pendekatan Diagnosis Anemia
RANGKUMAN
Anemia adalah masalah kesehatan dunia karena sebagian besar penduduk
dunia, terutama wanita dan anak-anak di Negara berkembang, menderita anemia.
Diagnosis anemia ditegakkan berdasarkan keluhan pasien, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan laboratorium. Parameter laboratorium yang digunakan untuk
menegakkan diagnosis anemia adalah: pemeriksaan kadar hemoglobin, persentase
hematokrit serta jumlah eritrosit. Berdasarkan kadar hemoglobinnya WHO membagi
anemia menjadi anemia sedang bila Hb antara 7-10 g/dL, dan anemia berat bila Hb <
7 g/dL.
16
Pendekatan Diagnosis Anemia
DAFTAR PUSTAKA
1. Glassman AB. Anemia: Diagnosis and Clinical Consideration. In: Harmening DM.
Clinical Hematology and Fundamentals of Hemostasis. 5th eds. FA Davis Co:
Philadelphia, 2009.
2. Mehta RP. Anemias: Red Blood Cell Morphology and Approach to Diagnosis. In:
Rodak BF, Fritsma GA, Keohane EM. Hematology Clinical Principles and
Applications. 4th eds. Elsevier Saunders: Printed in China. 2012.
3. Manchanda N. Anemias: Red Blood Cell Morphology and Approach to diagnosis.
In: Keohane EM, Smith LJ, Walenga JM. Rodak’s Hematology Clinical Principes and
Applications. 5 the eds. Elsevier: St Louis. 2016.
2. Means Jr RT, Glader B. In: Greer JP, Arber DA, Glader B, et al. Wintrobe’s Clinical
Hematology. 13th eds. Wolters Kluwers, Lippincott, Williams & Wilkins:
Philadelphia. 2014.
3. Prchal JT. Clinical Manifestation and Classification of Erythrocyte Disorders. In:
Kaushansky K, Lichtman M, Levi M et al. Williams Hematology. 9th eds. Mc Graw
Hill: e book. 2016.
4. Turgeon ML. Clinical Hematology Theory and Procedures. 4th edition. Lippincott
Willliams & Wilkins. Baltimore. 2005.
5. Bain BJ, Briggs C. Basic Hematological Techniques. In: Baik BJ, Bates, Laffan MA.
Dacie and Lewis Practical Hematology. 12th eds. Elsevier. 2017
6. Adamson JW, Longo DL. Anemia and Polycythemia. In: Longo DL. Harrison’s
Hematology and Oncology. China. 2010.
------------------------------------------
17
Pendekatan Diagnosis Anemia
TIM PENYUSUN
Penulis:
Medicinus:
Okky Husain, dr
Dyah Prabaningrum
Adinda Syarifah N
Editor:
dr. Kadarsyah, MS