21 Pendekatan Metodologi
21 Pendekatan Metodologi
DAFTAR ISI
PENDEKATAN
2 DAN
METODOLOGI
B. LATAR BELAKANG
Latar belakang dari kegiatan ini, sebagaimana yang dituangkan dalam dokumen Kerangka
Acuan Kerja sudah cukup jelas. Dari latar belakang yang telah disampaikan dapat membantu
konsultan dalam penyusunan usulan teknis pelaksanaan pekerjaan yang akan dituangkan dalam
dokumen penawaran ini pada subbab tersendiri. Berdasarkan pemahaman konsultan yang
melatar belakangi kegiatan ini adalah karena diperlukannya ruang kantor yang representatif dan
akomodatif bagi pegawai Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah II yang merupakan
DWIPA MITRA – TATA CIPTA UTAMA (KSO)
Head Office : Griya Shanta J-316 Malang
Phone/Fax : 0341-481516, E-mail : tata_cipta_utama@yahoo.co.id
PENYUSUNAN DED PENGEMBANGAN
BANGUNAN KANTOR BALAI TEKNIK AIR MINUM DAN SANITASI WILAYAH II 5
salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum. Penambahan ruang kantor tersebut merupakan kebutuhan yang
sangat mendesak untuk pengembangan sumber daya manusia khususnya pada sektor air minum
dan sanitasi. Untuk mewujudkan ruang kantor yang representatif dan akomodatif tersebut
diperlukan suatu perencanaan yang matang dalam mendesain bagunan kantor. Berdasarkan latar
belakang tersebut konsultan akan menyusun metodologi dengan pendekatan lebih pada
perencanaan desain bangunan kantor dimana segala macam kebutuhan desain akan
dipertimbangkan berdasarkan faktor kenyamanan, keamanan, kemudahan akses, ketersediaan
ruang, efisiensi energi dan biaya serta yang tidak kalah pentingnya adalah keselarasan bangunan
terhadap lingkungan.
Tujuan dan sasaran pekerjaan sebagaimana yang disampaikan dalam dokumen KAK sudah
cukup jelas, Tujuan dan sasaran yang disampaikan dalam dokumen KAK sudah sesuai dengan
latar belakang pekerjaan. Akan tetapi, untuk lebih baik lagi perlu dijelaskan yang menjadi latar
belakang dibutuhkannya desain bangunan selasar penghubung antar gedung yang menjadi
sasaran kegiatan ini. Sehingga pendekatan metodologi yang disusun oleh konsutan tepat
sasaran.
Meskipun demikian agar sasaran dari kegiatan ini dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan,
konsultan akan menyajikan pendekatan metodologi yang tepat, baik untuk bangunan gedung
kantor, maupun bangunan selasar penghubung. Sebagaimana komitmen konsultan yang akan
menyajikan keluaran dari pekerjaan ini dengan desain yang nyaman, indah, hemat, kuat dan
bersahabat serta yang terpenting adalah berfungsi sebagaimana yang diharapkan.
D. LOKASI KEGIATAN
Kegiatan Studi DED Pengembangan Bangunan Kantor Balai ini di laksanakan di Balai Teknik
Air Minum dan Sanitasi Wilayah II Jl. Raya Menganti Wiyung Surabaya.
Gedung Satker
Eksisting
Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah II dibangun pada tahun 1983 dengan nama
Provincial Training Unit untuk Provinsi Jawa Timur. Maksud pembentukannya adalah untuk
mempersiapkan tenaga pengelola sarana air bersih yang telah dibangun di 29 daerah di Jawa
Timur yang siap dioperasikan. Sejak tahun 1992 kegiatannya berkembang menjadi Diklat Air
Bersih dan Penyehatan Lingkungan Permukiman.
Selanjutnya pada tahun 2000 berubah menjadi Balai Pelatihan Air Bersih dan Penyehatan
Lingkungan Permukiman Departemen Kimpraswil. Perkembangan terakhir pada tahun 2011
berubah menjadi Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah II, secara organisatoris balai
berada di bawah garis perintah Direktorat Jenderal Cipta Karya.
Bidang tugas Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah II adalah menyelenggarakan
pelatihan bidang air bersih dan penyehatan lingkungan permukiman. Disamping itu terdapat
tugas-tugas lain yaitu :
- Badan Sertifikasi Keterampilan bidang perpipaan, berdasarkan akreditasi Lembaga
Pengembangan Asa Kontruksi Nasional,
- Tempat Uji Kompetensi bidang air minum, berdasarkan Verifikasi Lembaga Sertifikasi Air
Minum Indonesia.
Struktur Organisasi di lingkungan Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah II dapat dilihat
pada bagan berikut ini.
KEPALA BALAI
AUDITORIUM
Auditorium tersedia 1 buah dengan daya tampung 200 orang dapat dipergunakan untuk
kegiatan seremonial, terutama upacara pembukaan dan penutupan kegiatan pendidikan dan
pelatihan. Ruang auditorium juga dilengkapi 1 unit sound system dengan kualitas audio
yang cukup memadai dan ditunjang dengan fasilitas LCD proyektor statsioner dan
dilengkapi dengan pendingi ruangan.
WORKSHOP BESAR
Dalam workshop besar dipergunakan untuk menyimpan barang-barang antara lain miniatur
pengolahan air lengkap, mobile treatment plant, water meter test bench.
WORKSHOP PERPIPAAN
Dalam workshop perpipaan terdiri dari fasilitas beriut ini :
- Bentuk-bentuk tipikal galian
- Pemotongan pipa
- Pemasangan pipa
- Pengetesan pipa
- Pemasangan sambungan rumah
WORKSHOP MENCARI KEHILANGAN AIR
Workshop ini terletak di luar bangunan dan dapat dipergunakan utnuk praktek mencari
kehilangan air. Kondisi saat ini kurang terawat karena jarang dipergunakan. Hal ini
disebabkan masihbelum efektifnya pelaksanaan pelatihan mencari kehilangan air.
RUANG KELAS
Ruang kelas saat ini tersedia sebanyak 2 unit, masing-masing berkapasitas 30 orang
dilengkapi dengan white board, LCD Proyektor, laptop, spidol dan penghapus. Untuk
kenyamanan proses belajar mengajar, ruangan kelas dilengkapi dengan fasilitas pendingin
ruangan.
TEMPAT PENGINAPAN
Tempat penginapan terdapat 42 kamar dengan kapasitas 126 orang. Untuk kenyamanan
penghuni tempat penginapan dilengkapi dengan fasilitas TV, Lemari, Meja kursi dan
pendingin ruangan.
KEGIATAN BALAI
Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah II dalam pelaksanaan pembinaan teknik dan
pelatihan terdapat beberapa kegiatan antara lain:
BIDANG AIR MINUM
- Perencanaan Air Minum dengan Epanet
- Operator Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
- Training Of Trainer (TOT) NRW (Non Reveneu Water)
- Laporan Keuangan PDAM Berdasarkan Sistem Akuntansi SAK-ETAP
- Training Of Trainer (TOT) Laporan Keuangan PDAM Berdasarkan Sistem Akuntansi
SAK-ETAP
- Mekanikal & Elektrikal / Petugas Pengendalian Kehilangan Air
- Petugas Pengendalian Kehilangan Air
- Perpipaan Transmisi dan Distribusi
- Pemberdayaan HIPPAM (Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum)
BIDANG SANITASI
- Perencanaan dan Pengelolaan TPA
- Perencanaan Sistem Drainase Perkotaan
- Perencanaan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik
- Perencanaan dan Pengelolaan TPA
- Pengelolaan Sampah 3R Berbasis Masyarakat
- Perencanaan Sistem Drainase Perkotaan
- Peningkatan Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik
- Perencanaan dan Pengelolaan TPA
- Operasi dan Pemeliharaan IPLT
- Pemberdayaan Sanimas
E. DATA DASAR
Data dasar yang diperlukan dalam kegiatan Detail Engineering Design (DED) Pengembangan
Bangunan Kantor Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah II sebagaimana yang tertuang
dalam dokumen Kerangka Acuan Kerja antara lain Data Primer dan Sekunder hasil survey yang
mendukung data perencanaan bangunan kantor yang detail seperti:
1. Luas bangunan yang akan direncanakan.
2. Luas bangunan Satker.
3. Jumah pegawai/orang yang akan menempati.
Data dasar yang disampaikan dalam dokumen KAK sudah cukup lengkap, akan tetapi akan
lebih baik lagi apabila konsultan juga mendapatan data Master Plan dari Kawasan Balai Teknik
Air Minum dan Sanitasi Wilayah II sehingga hasil dasi desain nantinya tidak
mengganggu/merusak dari masterplan yang sudah direncanakan. Selain masterplan kawasan
balai, terdapat data-data lain yang diperlukan guna memperlancar kegiatan ini, antara lain:
1. Data kondisi Jaringan Elektrikal Eksisting kawasan Balai
2. Data kondisi Sistem Air Bersih Eksisting kawasan Balai
3. Data kondisi Sistem Air Kotor Eksisting kawasan Balai
4. Data kondisi Sistem Drainase Eksisting
Data-data tersebut akan sangat membantu dalam proses identifikasi kondisi eksisting dari
kawasan dimana Gedung Kantor akan dibangun.
F. RUANG LINGKUP
Berdasarkan dokumen Kerangka Acuan Kerja, Ruang lingkup dari kegiatan perencanaan teknis
ini antara lain:
Lingkup Perencanaan Teknis:
1. Perencanaan harus menghasilkan perencanaan teknis rinci yang dituangkan kedalam
Peta/Gambar Pengukuran dan Perencanaan antara lain:
Lay out bangunan
Denah, gambar tampak (depan dan samping) dan potongan memanjang
Potongan Melintang
Gambar Detail
Gambar Tipikal
Gambar Prespektif
Sistem jaringan air bersih, jaringan air kotor, elektrikal, telekomunikasi, internet dan
jaringan utilitas lainnya.
2. Penyiapan survey topografi dan potongan memanjang, serta penampang melintang
3. Pemeriksaan/pengukuran ketinggian (elevasi)
4. Penyiapan DED dan gambar-ganbar pada skala standar
Ketentuan mengenai gambar teknik:
1. Gambar teknik dibuat pada skala yang sesuai (skala 1:50, 1:20, 1:10, 1:5, sesuai
kebutuhan) dan detail yang cukup mewakili lokasi secara utuh, tipologi, cakupan dan
skala dari pekerjaan yang diusulkan, termasuk batas konstruksi yang akan dikerjakan
oleh pengguna jasa. Pembuatan visualisasi 3D (tida dimensi) bangunan minimal dari 2
(dua) sudut pandang.
2. Gambar-gambar harus sesuai dengan usulan yang berlaku pada kondisi lapangan,
termasuk topografi, prasarana saat ini dan hal lain yang dikerjakan sesuai ciri-ciri alami.
Gambar ahrus menyajikan rencana ketinggian, penampang memanjang dan detail
konstruksi yang lengkap. Detail tipikal yang ada harus dibuat lengkap dan sesuai
standar, dan semua bagian yang tidak standar harus ditampilkan khusus secara detail.
Gambar harus menampilkan dengan jelas dimensi ketinggian, dan materi/bahan yang
digunakan dalam pekerjaan konstruksi.
Perhitungan:
Semua perhitungan yang diperlukan harus disiapkan untuk menentukan dan memutuskan
tipe, dimensi, dan skala serta pemecahan teknis yang diusulkan untuk masing-masing
komponen proyek-proyek sesuai dengan kriteria design dan SNI Bangunan Gedung Negara.
Spesifikasi:
1. Detail spesifikasi harus disiapkan untuk tiap jenis pekerjaan. Sejauh memungkinkan
spesifikasi standar yang disetujui oleh instansi terkait harus digunakan. Spesifikasi tiap
jenis pekerjaan harus mencakup tidak kurang dari hal-hal sebagai berikut:
a. Diskripsi jenis pekerjaan.
b. Material yang digunakan
c. Metode kerja dan teknik konstruksi
d. Standar dan Metode Pengukuran
e. Pengetesan dan kontrol kualitas
Menyusun dan menyiapkan data teknis dalam rangka penataan ruangan gedung satuan
kerja yang berada di lingkungan kantor Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah
II.
Penyedia jasa diharuskan menyiapkan gambar teknis dengan ukuran A3 den spesifikasi
teknis pekerjaan dan bahan yanag diperlukan serta menyusun Engineering Estimate
(EE).
Penyediaan jasa diharuskan menyerahkan laporan, antara lain:
- Laporan Pendahuluan
- Laporan Antara
- Draft Laporan Akhir
- Laporan Akhir
- Gambar Teknis
- Spesifikasi teknis
- Rencana Anggaran Biaya (RAB/EE)
Metodologi yang tertuang dalam dokumen Kerangka Acuan Kerja tersebut diatas sudah tepat
sehingga tujuan dan sasaran dari kegiatan Penyusunan DED Pengembangan Bangunan Kantor
Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah II dapat tercapai seperti yang diharapan.
Metodologi tersebut akan menjadi dasar dari penyusunan metodologi pekerjaan yang akan
dituangkan dalam dokumen usulan teknis. Apabila dirasa perlu, konsultan akan menambahkan
beberapa item guna lebih menyempurnakan hasil dari pekerjaan penyusunan DED ini. Hal yang
perlu ditambahkan salah satunya adalah terkait dengan alih pengetahuan/diskusi. Karena pada
Metodologi yang telah disampaikan tidak satupun yang membahas mengenai tahapan diskusi.
Terutama diskusi antara penyedia jasa dengan penguna jasa. Karena bagaimanapun juga
keputusan suatu desain baik perubahannya mutlak merupakan hak dari pemberi tugas.
H. KELUARAN
Keluaran kegiatan DED Pengembangan Bangunan Kantor Balai Teknik Air Minum dan
Sanitasi II sebagaimana yang disampaikan dalam dokumen Kerangka Acuan Kerja sudah sesuai
dengan Sasaran dan Ruang Lingkup kegiatan. Keluaran kegiatan DED Pengembangan
Bangunan Kantor Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah II antara lain:
1. Tahap Konsep Rencana Teknis
a. Konsep penyiapan rencana teknis dan uraian rencana kerja konsultan perencana.
b. Konsep skematik rencana teknis
DWIPA MITRA – TATA CIPTA UTAMA (KSO)
Head Office : Griya Shanta J-316 Malang
Phone/Fax : 0341-481516, E-mail : tata_cipta_utama@yahoo.co.id
PENYUSUNAN DED PENGEMBANGAN
BANGUNAN KANTOR BALAI TEKNIK AIR MINUM DAN SANITASI WILAYAH II 17
jasa. Konsultan akan menggunakan jadwal tersebut dan melakukan penyesuaian terhadap
metode dan program kerja yang telah disusun sehingga Program Kerja yang disusun oleh
penyedia jasa dapat berkesinambungan dengan jadwal yang diharapkan oleh Pengguna Jasa
sebagaimana yang tertuang dalam dokumen KAK.
K. LAPORAN
Pelaporan yang disyaratkan dalam dokumen Kerangka Acuan kerja sudah jelas. Dengan jenis
dan jadwal penyampaiannya sebagaimana yang tertuang dalam dokumen KAK, sistem
pelaporan yang dipersyaratkan sudah sangat sistematis, dimana dengan jadwal penyampaian
laporan yang padat selama masa pelaksanaan, progres dari pelaksanaan kegiatan dapat
dikendalikan dan pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang disediakan. Adapun
pelaporan yang harus disampaikan oleh penyedia jasa berdasarkan dokumen KAK antara lain:
- Laporan Pendahuluan
- Laporan Antara
- Draft Laporan Akhir
- Laporan Akhir Perencanaan
- Gambar Teknis
- Spesifikasi teknis
- Soft Copy Laporan
Apabila merujuk pada ruang lingkup dan metodologi yang disampaikan dalam dokumen KAK
penyedia jasa juga perlu menyampaikan Bill Of Qunatity (BoQ) dan Engineering Estimate (EE)
guna melengkapi dokumen lelang pekerjaan Pembangunan Bangunan Kantor Balai TAMS II.
L. ALIH PENGETAHUAN
Dalam dokumen Kerangka Acuan Kerja juga menyampaikan terkait kegiatan alih pengetahuan
kepada personil satuan kerja / pejabat Pembuat Komitmen. Kegiatan alih Pengetahuan ini
memang sangat diperlukan dalam setiap pekerjaan terutama pekerjaan perencanaan teknis.
Karena dengan adanya kegiatan ini progres dari pekerjaan dapat dikendalikan dengan baik.
Selain itu produk yang dihasilkan oleh penyedia jasa juga dapat terkontrol dan sesuai dengan
yang diharapkan oleh pengguna jasa. Mengingat pentingnya kegiatan ini maka sangat perlu
untuk memasukkan kegiatan alih pengetahuan / diskusi ini dalam Ruang lingkup dan
Metodologi kegiatan.
B. FASILITAS PENDUKUNG
Peralatan yang disediakan oleh pengguna jasa sebagaimana djelaskan dalam dokumen kerangka
acuan kerja sudah jelas dan dapat diterima dan dimanfaatkan dengan baik. Berdasarkan
dokumen KAK, Peralatan, material, personil, dan fasilitas yang disediakan oleh pengguna jasa
antara lain:
- Tim pemeriksa dan penerima hasil pekerjaan
- Ruang rapat/diskusi/pembahasan
- Fasilitas Operasional dan alat tulis perkantoran
- Apabila ada peralatan yang harus dibeli menggunakan pembiayaan dalam kegiatan ini maka
pada akhir penugasan, barang atau peralatan yang dibeli tersebut harus diserahkan kepada
pengguna jasa.
Konsultan akan menyusun fasilitas-fasilitas pendukung yang akan digunakan beserta jadwal
penggunaannya dalam subbab fasilitas dalam dokumen penawaran teknis ini.
DWIPA MITRA – TATA CIPTA UTAMA (KSO)
Head Office : Griya Shanta J-316 Malang
Phone/Fax : 0341-481516, E-mail : tata_cipta_utama@yahoo.co.id
PENYUSUNAN DED PENGEMBANGAN
BANGUNAN KANTOR BALAI TEKNIK AIR MINUM DAN SANITASI WILAYAH II 20
2.2.1. PENDEKATAN
Berdasar dari lingkup pekerjaan yang telah disampaikan melalui Kerangka Acuan Kerja agar
didapat hasil yang sesua dengan tujuan utama pekerjaan, maka dalam penyusunan desain ini
akan dilakukan metode :
1) Penyusunan team yang representatif dan kualitatif.
Menyadari akan singkatnya waktu yang tersedia kami berhati – hati didalam menugaskan
tenaga ahli yang kami miliki guna penanganan pekerjaan desain baik yang tergolong dalam
pekerjaan standard maupun Non standard.
Organisasi Team dipimpin oleh Team Leader mempunyai akses penuh terhadap sumber
daya yang dimiliki oleh Perusahaan menyangkut peralatan dan Personal, termasuk
didalamnya kewenangan meumutuskan permasalahan teknis dilapangan sebatas tuntutan
kontrak.
2) Identifikasi dan koordinasi kegiatan terhadap unsur – unsur yang terkait.
Pengenalan terhadap unsur – unsur terkait sebagai “Stake Holder” pada kegiatan
Perencanaan ini sangatlah diperlukan karena dengan pengenalan ini Team kami dapat lebih
cepat mengambil suatu lagkah – langkah pemecahan masalah yang timbul dengan
mengakomodir berbagai input / masukan pihak – pihak yang terakit didalam proses
perencanaan ini.
Selanjutnya Koordinasi yang rutin baik bersifat formal maupun informasl perlu dibangun
dan dilaksanakan. Koordinasi tersebut secara formal terkemas dalam kegiatan :
- Kegiatan Pengumpulan informasi dan data – data sekunder.
- Diskusi dan Pemaparan Hasil / Konsep Perancangan.
- Asistensi Hasil Perancangan baik kepada User, Pengguna Anggaran maupun unsure
Teknis terkait.
3) Pengenalan permasalahan
Pengenalan permasalahan sedini mungkin guna mempersiapkan tindakan antisipasi. Yang
kami maksudkan disini adalah kami akan melakukan survey pendahuluan secermat dan
sedetail mungkin sehingga dapat kami prediksikan permasalahan – permasalahan yang
mungkin timbul untuk kemudian kami informasikan kepada pengguna anggaran / unsur
teknis untuk dibicarakan dan dicarikan pemecahan terhadap masalah tersebut sehingga
didalam proses desain nantinya sudah dapat menjadi masukan – masukan baru.
Ecotect Analysis maupun Design Builder untuk menganalisi kesesuaian suhu dengan
kebutuhan serta perancangan instalasi dengan program AutoCad.
8) Studi Bimbingan
Konsultan dalam proses perencanaan pembangunan ini bersama pemberi tugas yang
merupakan pengguna gedung kantor merupakan sumber data dan masukan sebagai
penyesuaian desain dengan keinginan pengguna bangunan.
A. PENDEKATAN ENVIRONMENTAL
KONSUMSI ENERGI DAN POLUSI DI INDONESIA
Masyarakat modern yang berbasis pada teknologi mengkonsumsi energi dalam jumlah
yang besar. Di Indonesia, bagian terbesar dari energi yang digunakan berasal dari energy
fosil yang tidak dapat diperbarui untuk memproduksi listrik. Kondisi ini menimbulkan
beberapa problem, yaitu:
Nasional
Laju pertumbuhan pemakaian energi di Indonesia dalam kurun waktu 1985-2000
mencapai rata rata 7%/tahun (bandingkan dengan pemakaian energi di dunia rata rata
1,2%/tahun, negara negara APEC 2,6%/tahun) yang diakibatkan beberapa faktor
yaitu jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi dan tingkat kehidupan masyarakat.
Global
Proses pembakaran energi fosil menjadi listrik menimbulkan gas buang CO2 dalam
jumlah besar yang dilepaskan ke atmosfer secara konstan dan terus menerus yang pada
akhirnya menimbulkan efek rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global
(global warming).
Saat ini Surabaya merupakan kota dengan kualitas udara buruk, dan peningkatan polusi
udara tersebut mengakibatkan penurunan produkifitas dan peningkatan pembiayaan
kesehatan yang berarti terjadinya pemborosan anggaran keuangan negara.
SUSTAINABLE DESIGN
Sustainable design (desain berkelanjutan) merupakan reaksi dari krisis lingkungan global.
Sustainable design (juga mengarah pada green design, eco design, atau design for
environment) adalah seni mendesain objek fisik dan lingkungan sekitarnya untuk
keseimbangan prinsip berkelanjutan dengan aspek ekonomi, sosial, dan ekologi.
Sustainable Construction Elements
Konsep keberlanjutan ini dapat dipahami lebih jauh dengan adanya lima alternatif
pengertian sebagai berikut:
Suatu kondisi dikatakan berkelanjutan (sustainable) jika utilitas yang diperoleh
masyarakat tidak berkurang sepanjang waktu dan konsumsi tidak menurun
sepanjang waktu (non-declining consumption).
Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumberdaya alam dikelola sedemikian
rupa untuk memelihara kesempatan produksi di masa mendatang.
Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumberdaya alam (natural capital stock)
tidak berkurang sepanjang waktu (non-declining).
Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumberdaya alam dikelola untuk
mempertahankan produksi jasa sumberdaya alam.
Keberlanjutan adalah kondisi dimana kondisi minimum keseimbangan dandaya
tahan (resilience) ekosistem terpenuhi.
Dalam hal ini ada 3 prinsip kunci pembanguan yang berkelanjutan yang menjadi tujuan
konstruksi, yaitu :
a. Penggunaan Sumber Daya Alam Yang Berkelanjutan
Industri mengembangkan prinsip untuk lebih mengutamakan penggunaan
sumberdaya alam yang dapat diperbaharui dan mengurangi penggunaan sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Aktivitas pembangunan bergantung pada
ketersedian sumber daya alam yang kuat (steady supply of resources), sehingga
untuk itu perlu untuk mengatur pemanfaatannya secara lebih efisien dalam proses
operasi sebisa mungkin, walaupun sudah banyak penelitian yang menemukan cara
meminimalisasi penggunaan bahan baku ini. Ini tidak dapat diasumsikan bahwa
permintaan akan kebutuhan bahan-bahan baku tersebut akan berkurang. Selain
sinar matahari, supply sumberdaya alam sangat terbatas. Sehingga menipisnya
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan rusaknya sumberdaya alam
yang dapat diperbaharui (seperti hutan) harus dapat diminimalisasi agar aktivitas
pembangunan dapat berkelanjutan dalam jangka waktu lebih lama. Dalam
kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan, terdapat dua kaidah yang harus
diperhatikan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, yaitu:
Untuk sumberdaya alam yang terbarukan (renewable resources): Laju
pemanenan harus lebih kecil atau sama dengan laju regenerasi (produksi
lestari).
Kecepatan Penguapan
Kecepatan aliran udara yang lebih rendah menghasilkan penurunan temperatur
dan efektifitas lebih tinggi serta memerlukan laju penguapan air lebih rendah.
Semakin tinggi temperatur dan semakin rendah RH, udara masuk semakin besar
penurunan temperatur dan efektifitas evaporative cooler; temperatur air yang
rendah membuat laju penguapan air berkurang. Evaporative cooler dan Air
Conditioner dapat dikolaborasikan untuk membuat pendingin ruangan yang
ramah lingkungan dan hemat energi serta udara yang dihasilkan karena kaya
Oksigen sangat baik dipakai terutama di rumah sakit.
tropis dengan menegakluruskan arah datangnya angin bisa menjadi salah satu
solusi.
Pemakaian beranda (veranda) sebagai ruang transisi dan ruang pelindung dari
panas matahari serta penggunaan sunshading juga dapat menjadi salah satu
strategi yang dapat digunakan dalam mensiasati arah datangnya sinar matahari
dan angin.
Gambar 6. Pedestrian
Pohon perindang sepanjang jalan akan menambah rasa nyaman bagi pejalan
kaki. Ruang pedestrian yang lapang akan memudahkan dan terasa
menyenangkan.
Beberapa hal yang diperlukan dalam pedestrian:
- Keselamatan dan kenyamanan; pedestrian yang dekat dengan tempat tujuan
dan jelas antara batasan pedestrian dan juga terdapat tempat penyeberangan.
- Tujuan; berbagai pilihan tujuan yang ditawarkan yang dapat diakses melalui
pedestrian.
- Menyenangkan; terdapat pohon, tempat pemberhentian dan elemen-
elemen pendukung jalan.
Micro climatic building/Iklim Mikro
Iklim mikro adalah variasi iklim di suatu tempat di sekitar bangunan. Iklim
mikro memiliki dampak yang sangat penting dalam penggunaan energi dan
kinerja dari sebuah bangunan.
Solusi ideal untuk merancang bangunan yang hemat energi adalah dengan
mendapatkan akses matahari penuh namun mendapat perlindungan dari unsur-
unsur alam yang berbahaya.
Beberapa hal yang mempengaruhi iklim mikro adalah:
- Orientasi bangunan
- Lokasi objek disekitarnya
- Kondisi landskap sekitar
Iklim mikro berpengaruh terhadap penentuan bentuk bangunan dan bagaimana
bangunan tersebut diletakkan disuatu lokasi dan perletakan lokasi ruangan
dalam gedung.
Zonasi dan orientasi bangunan dapat memiliki dampak yang besar pada pola
konsumsi energi bangunan.
Pohon dapat memberikan naungan ketika cahaya dan panas matahari terlalu
kuat.
b. Efisiensi Infrastruktur
Ketersediaan Air Bersih
Sumber air pada umunya berasal dari PDAM dan juga sumur air. Sumber air
dimanfaatkan seefisien mungkin sehingga dapat mengurangi pemakaian air
yang tidak perlu. Sumber air baik dari PDAM maupun dari sumur setempat
merupakan air tanah. Pemanfaatan dengan efisien akan mengurangi dampak
pengurangan air tanah secara berlebihan.
Sumber air yang berasal dari air olahan limbah selain mengurangi biaya
pembelian di PDAM juga mengurangi pemakaian yang berlebihan.
Pengolahan Air Limbah
Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor (black water,
grey water) yang mandiri dan tidak membebani sistem aliran air kota.
Sistem pengolahan limbah ini berdiri sendiri dan memiliki sistem pengolahan
limbah mandiri. Limbah-limbah yang sudah terolah akan diresapkan kembali
ke area pengolahan.
Sistem ini menguntungkan karena menambah jumlah air tanah di dearah
tersebut. Berbeda dengan sistem saluran air kota yang mengalirkan air ke sistem
pembuangan sehingga air tidak teresap ke tanah didearah tersebut.
hujan, biasanya juga bercampur dengan oli atau bahan bakar bensin atau solar
yang tercecer di jalan.
Pada bukaan penerimaan saluran diberi penutup agar sampah sampah tidak
masuk kedalam saluran. Sehingga tidak mengganggu pembuangan.
Material/bahan
Memilih material ramah lingkungan menjadi penting karena tidak hanya
semata-mata demi kelestarian alam, tetapi juga sebenarnya jauh lebih efisien
dan hemat dari segi estimasi biaya jangka panjang.
pemilihan material yang ramah dapat dijabarkan menjadi dua hal yakni dari sisi
teknologi dan penggunaan. Dari sisi teknologi, pemilihan bahan sebaiknya
menghindari adanya toksin atau racun dan diproduksi tidak bertentangan
dengan alam. Sebagai contoh, minimalkan penggunaan material kayu, batu
alam ataupun bahan bangunan yang mengandung racun seperti asbeston.
Sedangkan dari sisi penggunaan, pemilihan material yang ramah lingkungan
misalnya menggunakan lampu hemat energi seperti semen instan yang praktis
dan efisien, atau pun memilih keran yang memakai tap yang hanya
mengeluarkan air dalam volume tertentu.
Selain memiliki sifat ramah lingkungan dan tidak mencemarkan material ramah
lingkungan sebaiknya terbuat dari bahan daur ulang, atau setidaknya tidak
menghabiskan sumber daya alam, bahkan dapat memberikan nilai tambah pada
lingkungan dan harus didukung 3R yaitu Reused (memanfaatkan kembali
material yang masih bisa dipakai) Reduce (mengurangi pemakaian material
yang berlebihan) serta Recycle (mendaur ulang material agat bermanfaat
kembali).
d. Penghematan energi
Kaca
Kaca yang dapat menghemat energi merupakan kaca yang didesain khusus.
Beberapa penelitian mengklaim bahwa terdapat beberapa jenis kaca yang dapat
menyaring radiasi panas matahari, hingga menghemat penggunaan pendingin
udara.
Terdapat tiga jenis kaca yang dikategorikan penghemat energi.
- Kaca Warna
Dari namanya nampak jelas, kaca ini tidak murni bening. Biasanya
berwarna biru kehijauan, perak atau abu-abu. Kaca ini dapat menyaring
panas hingga suhu dalam ruang tetap terjaga. Jenis kaca warna yang baik
mempunyai sifat seperti kaca film pada mobil. Ia mampu membuat Anda
Daylighting
e. Air
Zero-run-off
Air limbah buangan sebisa mungkin dimanfaatkan tanpa harus ada yang
terbuang ke saluran pembuangan kota. Air limbah buangan dimanfaatkan
sebagai penyiram tanaman sekaligus dapat sebagai pupuk. Air limbah
diresapkan di area tanaman. Kalau muatan resapan berlebihan, baru
dilakukan pembuangan ke saluran pembuangan kota.
Grey water system
Pemanfaatan grey water akan mengurangi pembebanan pada air tanah. Dengan
memanfaatakan lagi grey water sama halnya memanfaatkan air dua kali atau
lebih namun tepat dalam penggunaannya.
Pemanfaatan grey water misalanya air buangan dari wastafel dapat
dimanfaatkan untuk penyiraman tanaman. Ataupun air bekas cucian setelah
mengalami proses penyaringan dapat pula dimanfaatkan untuk menyirami
taman.
f. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah merupakan proses pengumpulan, pengangkutan, pengolahan,
daur ulang atau pembuangan dan pemantauan bahan-bahan limbah. Istilah ini
digunakan berkaitan dengan bahan-bahan buangan yang dihasilkan oleh
aktivitas
manusia dan umumnya dilakukan untuk mengurangi dampak negatif pada
kesehatan, di lingkungan atau estetika lingkungan. Pengelolaan sampah juga
dilakukan untuk memulihkan sumber daya yang terbuang atau terkurangi. Sistem
pengelolaan limbah ini mengolah limbah padat, cair, gas atau radioaktif zat, dengan
metode yang berbeda dan bidang keahlian untuk masing-masing.
Konsep pengelolaan limbah
Ada sejumlah konsep pengolahan limbah yang paling umum, konsep-konsep
luas yang digunakan meliputi:
- Waste hierarchy/Reused, redused, Recycled (3R)
Mengacu pada mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang,
yang mengklasifikasikan strategi pengelolaan limbah sesuai dengan
keinginan mereka dalam hal minimisasi limbah. Hirarki limbah merupakan
landasan dari berbagai strategi meminimisasi limbah. Tujuan dari hirarki ini
untuk memaksimalkan manfaat dari produk dan meminimalisasi jumlah
limbah.
terpaku pada wujud arsitektural tertentu, tetapi lebih menekankan pada kekuasaan dari
pimpinan sampai staf terbawah.
Kantor, tidak hanya berhubungan dengan manusia maupun benda secara fisik, namun juga
berhubungan dengan pengaturan serta pergerakan manusia dan benda-benda di dalamnya
dengan jarak-jarak tertentu yang berkaitan dengan pengaturan dan kontrol. Dari definisi di
atas dapat diartikan bahwa Kantor adalah suatu lingkungan fisik buatan berupa bangunan
yang di dalamnya terdapat satu atau beberapa ruangan dengan berbagai peraturan dan
kontrol, tempat sekelompok manusia dengan hirarki yang teratur melakukan kegiatan
bisnis atau pelayanan jasa tertentu.
Pemerintahan merupakan sebuah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan
menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu. Pemerintah tidak hanya
membuat dan melaksanakan tugasnya dengan baik, tetapi harus mampu mengabdi kepada
masyarakat dan mengurus kepentingan umum. Di setiap daerah terdapat Pemerintah
Daerah yang terdiri dari Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang dalam
menyelenggarakan pemerintahan daerah di bantu oleh suatu staf berbentuk Skretariat
Daerah dan Dinas Daerah.
Kantor pemerintahan dalam Pedoman Teknis Gedung Negara (2002:1) adalah tempat
untuk keperluan dinas yang menjadi kekayaan milik negara dan diadakan dengan sumber
pembiayaan yang berasal dari dana APBN atau APBD. Bangunan Kantor pemerintahan
atau biasanya dikenal dengan bangunan gedung negara dalam Pedoman Teknis Gedung
Negara (2002:1) dibedakan atas:
a) Bangunan Gedung Negara Pusat, yaitu bangunan gedung untuk keperluan dinas
pelaksanaantugas pusat/nasional.
b) Bangunan Gedung Negara Provinsi yaitu bangunan gedung untuk keperluan dinas
pelaksanaan tugas otonomi Provinsi,
c) Bangunan Gedung Negara kabupaten atau Kota, yaitu bangunan gedung untuk
keperluan dinas pelaksanaan tugas otonomi Kabupaten/Kota,
d) Bangunan gedung Negara BUMN/BUMD, yaitu bangunan gedung untuk keperluan
dinas pelaksanaan tugas BUMN/BUMD.
Sebagai upaya peningkatan pelayanan pemerintah Daerah secara efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan
aspek-aspek hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi
dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan
kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah.
Untuk menghitung luas ruang bangunan gedung Kantor yang diperlukan dalam
Departeman Permukiman dan Prasarana Wilayah (2002:6), dijelaskan bahwa dihitung
berdasarkan ketentuan gedung Kantor pemerintahan yang termasuk klasifikasi tidak
sederhana dengan standar luas ruang rata-rata sebesar 9,6 m² per-personil.
mudah dan jelas, baik yang bersifat pelayanan publik maupun pribadi. Tempat
parkir kendaraan mempunyai beberapa metode parkir (Todd, 1987: 104) antara
lain:
Parkir tegak lurus, sistem yang paling efisien dari segi banyaknya mobil yang
diparkir terhadap permukaan yang dibutuhkan.
Parkir sudut, efisiensi tergantung sudut yang digunakan semakin dekat dengan
90° dan semakin efisien petak parkir tersebut.
Parkir pararel, parkir yang paling sulit bagi ruang gerak pengemudi,
menciptakan masalah keamanan karena terjadi sepanjang jalur jalan atau daerah
parkir.
mereka. Pengaturan serta penggunaan ruang kerja di Kantor dapat dibuat untuk
menciptakan batasan-batasan dalam interaksi antara satu individu dengan indiviu
lain, mewujudkan pola interaksi yang diinginkanantara sesama pegawai maupun
dengan atasan, serta memberikan kesan dan status seseorang dalam organisasi.
Tujuan penyusunan tata ruang Kantor yang baik Gymildred (1975:162) adalah:
Pekerjaan di Kantor itudalam pelaksanaanya dapat mencapai jarak yang
sependek mungkin.
Memberikan kesadaran akan memiliki dan kesadaran akan mengabdi kepada
pekerjaan.
Rangkaian aktivitas tata usaha dapat mengalir secara lancar.
Segenap ruang dipergunakan secara efisien untuk keperluan pekerjaan.
Kesehatan dak kepuasaan bekerja para pegawai dapat terpelihara.Pengawasan
terhadap pekerjaan dapat berlangsung secara memuaskan.
Pihak luar yang mengunjungi Kantor yang bersangkutan mendapat kesan yang
baik tentang organisasi tersebut.
Susunan tempat kerja dapat dipergunakan untuk berbagai pekerjaan dan mudah
diubah sewaktu-waktu diperlukan.
Menurut Gymildred (1975:165) tata ruang perkantoran dapat dibedakan menjadi dua
yaitu:
Tata ruang terpisah-pisah
Pada susunan ini ruangan untuk bekerja terbagi-bagi dalam beberapa satuan.
Pembagian itu dapat terjadi karena keadaan gedungnya yang terdiri atas
kamarkamar maupun memang sengaja dibuat pemisah buatan dari sekat-sekat
yang membatasi pergerakan, sehingga pelaksanaan fungsi tiap-tiap seksi
dilakukan pada ruang kerja yang terpisah-pisah. Keuntungan dari tata ruang
model ini adalah:
- Pegawai dapat tenang bekerja karenatidak terganggu oleh lalu-lalang
pegawai atau tamu.
- Pembicaraan-pembicaraan yang bersifat rahasia dapat terjamin tidak
terdengar oleh pegawai lain atau orang yang tidak berkepentingan.
- Keamanan atas surat-surat, data dan catatan lain-lain pada meja atau lemari
dapat lebih terjamin.
Tiap ruang dalam sebuah Kantor akan mempunyai modul tertentu sesuai dengan
fungsinya untuk mencapai tingkat fleksibilitas yang tinggi. Ini dimaksudkan agar
tidak terjadinya pemborosan ruang yang akan sangat berpengaruh terhadap
pembiayaan secara keseluruhan.
Penentuan modul sebuah Kantor dapat didasarkan pada:
Modul dasar, yaitu unit terkecil untuk menentukan jarak, dimensi, interval
komponen bangunan atau ruang. Secara international nilai dari modul
ditetapkan 10 cm.
Modul perencanaan, merupakan kelipatan modul dasar yang digunakan untuk
menentukan dimensi komponen banunan yang lebih besar, misalnya 6m, 9m.
Modul manusia, berkembang sejak dicetuskan oleh Le Corbusier, merupakan
dimensi gerak dasar manusia dan dimensi manusianya sendiri.
Modul fungsi, untuk mendapatkannya harus dicari unit fungsinya untuk
mendapatkan dimensi, sehingga dapat dipakai untuk menata perletakkaperabot
dan sebagainya.
Modul bahan, merupakan dimensi bahan finishing.
Modul struktur, digunakan untuk menentukkan letak dan jarak kolom dan
balok, sehingga ruang tersebut akan musah dibuat pembagiannya.
b. Organisasi Ruang Dalam dan Luar bangunan
Menurut Ariyanti (2000), Organisasi dalam Kantor menunjukkan tugas dan
tanggung jawab, jalur komunikasi, serta kekuasaan atau wewenang yang dimiliki
setiap individu. Ada tiga bentuk struktur dasar dalam organisasi Kantor yang
berpengaruh terhadap penataan ruang di dalam bangunan, yaitu:
Bentuk hirarki penuh (pure hierarchical)
Terdapat hirarki yang jelas, dengan kekuasaan tertinggi ada pada orang yang
berada paling atas atau sesuai dengan garis vertikal. Komunikasi dan aliran
informasi biasanya hanya dari atas ke bawah mengikuti hirarki kekuasaan,
hubungan antara atasan dan bawahan bersifat formal. Hubungan antara individu
atau sub organisasi bersifat independen,tidak saling tergantung, bahkan terjadi
kompetisi. Individu yang berada di tingkat hirarki yang tinggi memiliki rasa
tanggung kalimantanb yang besar terhadap keberhasilan kerja
Organisasi linier
Organisasi linier terdiri dari ruang-ruang berulang yang serupa dalam bentuk,
ukuran, dan fungsi. Bentuk organisasi bersifat linear fleksibel, tanggap terhadap
kondisi tapak, dan dapat menyesuaikan terhadap perubahan topografi.
Organisasi radial
Memadukan unsur-unsur organisasi terpusat maupun linear. Organisasi ini
terdiri dari ruang pusat yang dominan dimana sejumlah organisasi linier
berkembang menurut jari-jarinya, dan bersifat ekstrovert yang mengembang
keluar lingkupnya. Susunan ini menghasilan suatu pola dinamis yang secara
visual mengarah kepada gerak berputar mengelilingi ruang pusatnya.
Organisasi cluster
Organisasi yang mempertimbangkan pendekatan fisik untuk menghubungkan
suatu ruang terhadap ruang lainnya. Polanya tidak berasal dari konsep geometri
yang kaku, maka bentuk organisasi cluster selalu luwes, dan dapat menerima
perturnbuhan, serta perubahan tanpa mempengaruhi karakternya.
Organisasi grid
Grid dibentuk dengan menetapkan sebuah pola teratur dari titik-titik yang
menetapkan pertemuan-pertemuan dari dua pasang garis sejajar.
Link, pola hubungan yang mengunakan suatu jalur penghubung yang sekaligus
berfungsi sebagai area transisi pada kedua kelompok massabangunan yang
dihubungkan. Selain mengunakan jalur sirkulasi sebagai penghubung, pada
pola ini juga mengunakan ruang sebagai transisi.
Mixed, pola hubungan ini kedua komplek bangunan akan berbaur, namun
masih terdapat pengelompokan aktifitas berdasarkan fungsinya masingmasing.
Pola pengunaan hubungan diatas harus memperhatikan pada kesamaan dari
pendekatan objek dan aktifitas. Pedoman utama dalam menentukan orientasi
penyebaran - penentuan ruang di dalam tapak dalam suatu lingkungan binaan adalah
dengan memprioritaskan urutan fungsional suatu ruangt dalam tapak. Pernyataan
Ishar (1992) memberi penjelasan tentang pembagian urutan / peringkat peletakan
dari bangunan yang disebut hirarki (kesan ruang), pembagian dapat berupa letak,
ukuran, dan lainnya yang diharapkan mampu mencerminkan nilai ruang secara
umum / khusus.
Sirkulasi vertikal
Menghubungkan setiap fungsi kegiatan suatu lantai dengan lantaidi atas atau
dibawahnya. Tidak satupun ruang publik yang dapat berfungsi tanpa prasarana
sirkulasi vertikal yang memadai. Jika prasarana ini tidak dirancang dengan
mempertimbangkan aspek ukuran tubuh manusia, nilai efisiensi dari
penggunaan prasarana ini akan hilang. Terlebih lagi, keamanan perorangan dari
pemakai dapat terancam. Hal yang lebih penting lagiadalah dalam perancangan
tangga.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merancang sirkulasi
bangunan, (Hakim. 1987), yaitu:
Syarat-syarat sirkulasi
Syarat-syarat sirkulasi meliputi (Hakim, 1987):
- Urut-urutan yang logis baik dalam ukuran ruang, bentuk dan arah.
- Aman dalam arti persilangan arus sirkulasi sesedikit mungkin atau
dihindarkan sama sekali dan bottle neck (jalan masuk yang sempit) harus
dihilangkan.
- Menghindari adanya crossing antar pengunjung, pegawai, barang, dan
servis.
- Informasi yang jelas dalam memberikan arah yang harus dituju.Perletakan
elemen-elemen arsitektural akan sangat membantu mengarahkan agar tidak
tersesat(informatif-komunikatif).
Pencapaian ke bangunan
Dapat secara langsung (frontal), tersamar atau berputar. Pencapaian secara
frontal akan mengarah langsung dan lurus ke obyek yang dituju tetapi memiliki
kesan pandangan visual obyek terasa jauh. Pencapaian tersamarakan
memperkuat efek perspektif yang dituju serta jalur dapat dibelokkan berkali-
kali untuk memperbanyak squence sebelum mencapai obyek. Pencapaian
memutar akan lebihmemperlambat pencapaian dan memperbanyak squence,
tetapi dapat lebihmemperlihatkan tampak tiga dimensi dari obyek yang
mengelilinginya.
Pencapaian Bangunan
Konfigurasi jalan
Sifat konfigurasi jalan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh peta organisasi
ruang-ruang yang dihubungkannya, Konfigurasi jalan dapat memperkuat
organisasi dengan mensejajarkan polanyaatau dapat dibuat sangat berbeda
dengan bentuk organisasi ruang dan berfungsi sebagai fisik perlawanan visual
terhadap keadaan yang ada.
Persyaratan Tata Bangunan
Menurut Edwart T White (1989), penempatan bangunan pada tapak atau kaitan
terhadap bangunan lain sangat penting.Faktor-faktor yang mempengaruhi tata letak
bangunan adalah:
- Orientasi terhadap iklim, matahari, angin dan pemandangan yang merupakan
pertimbangan dasar,
- Penataan yang sesuai dengan topografi,
- Kebisingan dapat dikendalikandengan tata perletakan bangunan,
- Bahan-bahan tanaman baik pepohonan maupun tanaman perdu adalah bagian yang
terpadu dari rancangan tapak,
- Keamanan tapak, konsepnya ruang terlindung yang mencangkup penempatan
bangunan, pengawasan yang ketat terhadap jalan masuk kedalam dari tapak, serta
pengawasan visual dari semua daerah umum.
Menurut Ching (1985), gubahan massa yang berkarakter dinamis, antara lain dicapai
dengan:
- Gubahan massa tunggal asimetris
- Gubahan massa majemuk simetris maupun asimetris.
Gubahan massa yang dinamis dapat dicapai pula dengan berusaha tampil unik dengan
konteks kawasan sekitar (Hendradiningsih, 1982), misalnya:
- Pengkontrasan skala bangunan dengan bangunan sekitar,
- Pengkontrasan gaya arsitektur banunan dengan gaya arsitektur lingkungan sekitar,
- Bangunan-bangunan yang ada sanagt mempengaruhi tata letak secara fisik pada
rencana tapak yang baru dan sangat membantu dalam menetapkan pola drainase
serta pembentukkan lahan pada tapak.
Faktor-faktor estetika
- Bentuk-bentuk alam, tapak yang mempunyai bentuk-bentuk alam seperti
tanah,air, atau tumbuhan yang unik merupakan pemandangan yang bagus dan
diharapkan dapat dimanfaatkan sebaik mungkin.
- Pola ruang, yaitu kemampuan tapak untuk pemandangan, ruang, dan sekuen
dalam perencanaan tapak baru.
Dalam perencanaan ruang luar bangunan pemerintahan juga harus memperhatikan
hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain yang kontinu dan berurutan.
Fungsi ruang terbuka umum dapat dibedakan sebagai berikut:
- Tempat komunikasi sosial,
- Tempat peralihan, menunggu,
- Sebagai ruang terbuka untuk mendapatkan udara segar dengan lingkungan,
- Sebagai sarana penghubung antara suatu tempat dengan tempat lain,
- Sebagai pembatas atau jarak diantara massa bangunan.
BANGUNAN KHUSUS
Klasifikasi bangunan khusus adalah bangunan gedung negara yang memiliki
penggunaan dan persyaratan khusus, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya
memerlukan penyelesaian/teknologi khusus. Masa penjaminan kegagalan bangunan
paling singkat 10 (sepuluh) tahun.
Yang termasuk klasifikasi Bangunan Khusus, antara lain:
- Istana negara dan rumah jabatan presiden dan wakil presiden;
- wisma negara;
- gedung instalasi nuklir;
- gedung instalasi pertahanan, bangunan POLRI dengan penggunaan dan
persyaratan khusus;
- gedung laboratorium;
- gedung terminal udara/laut/darat;
- stasiun kereta api;
- stadion olah raga;
- rumah tahanan;
- gudang benda berbahaya;
- gedung bersifat monumental; dan
- gedung perwakilan negara R.I. di luar negeri.
Untuk jabatan tertentu program ruang dan luasan Rumah Negara dapat disesuaikan
mengacu pada tuntutan operasional jabatan.
Dalam menghitung luas ruang bangunan gedung kantor yang diperlukan, dihitung
berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
a. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi sederhana
rata-rata sebesar 9,6 m2 per-personil;
b. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi tidak
sederhana rata-rata sebesar 10 m2 per-personil;
c. Untuk bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang- ruang khusus atau ruang
pelayanan masyarakat,
kebutuhannya dihitung secara tersendiri (studi kebu- tuhan ruang) diluar luas
ruangan untuk seluruh personil yang akan ditampung.
Kebutuhan total luas gedung kantor dihitung berdasarkan jumlah personil yang akan
ditampung dikalikan standar luas sesuai dengan klasifikasi bangunannya. Standar Luas
Ruang Kerja Kantor Pemerintah tercantum pada Tabel C.
RUMAH NEGARA
Standar luas Rumah Negara ditentukan sesuai dengan tipe peruntukannya, sebagai
berikut:
Jenis dan jumlah ruang minimum yang harus ditampung dalam tiap Tipe Rumah
Negara, sesuai dengan yang tercantum dalam Tabel D. Luas teras beratap dihitung
50%, sedangkan luas teras tidak beratap dihitung 30%.
1. Dalam hal besaran luas lahan telah diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah setempat, maka standar luas lahan dapat
disesuaikan;
2. Dalam hal rumah negara dibangun dalam bentuk bangunan gedung
bertingkat/rumah susun, maka luas lahan tersebut tidak berlaku, disesuaikan dengan
kebutuhan sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah;
3. Toleransi maksimal kelebihan luas tanah berdasarkan lokasi Rumah
Negara:
DKI Jakarta : 20 %
Ibu Kota Provinsi : 30 %
Ibukota Kab/Kota : 40 %
Perdesaan : 50 %
Perkecualian terhadap butir 3 apabila sesuai dengan ketentuan RTRW setempat atau
letak tanah disudut.
PERSYARATAN ADMINISTRATIF
Setiap bangunan gedung negara harus memenuhi persyaratan administratif baik pada tahap
pembangunan maupun pada tahap pemanfaatan bangunan gedung negara.
Persyaratan administratif bangunan gedung negara meliputi pemenuhan persyaratan:
DOKUMEN PEMBIAYAAN
Setiap kegiatan pembangunan Bangunan Gedung Negara harus disertai/memiliki bukti
tersedianya anggaran yang diperuntukkan untuk pembiayaan kegiatan tersebut yang
disahkan oleh Pejabat yang berwenang sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku yang dapat berupa Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) atau
dokumen lainnya yang dipersamakan, termasuk surat penunjukan/penetapan Kuasa
Pengguna Anggaran/ Kepala Satuan Kerja. Dalam dokumen pembiayaan pem-
bangunan bangunan gedung negara sudah termasuk:
a. biaya perencanaan teknis;
b. pelaksanaan konstruksi fisik;
c. biaya manajemen konstruksi/pengawasan konstruksi;
d. biaya pengelolaan kegiatan.
tanah dengan pemilik bangunan gedung, sebelum mendirikan bangunan gedung di atas
tanah tersebut.
STATUS KEPEMILIKAN
Status kepemilikan bangunan gedung negara merupakan surat bukti kepemilikan
bangunan gedung sesuai peraturan perundang-undangan. Dalam hal terdapat
pengalihan hak kepemilikan bangunan gedung, pemilik yang baru wajib memenuhi
ketentuan sesuai peraturan perundang- undangan.
PERIZINAN
Setiap bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan dokumen perizinan yang
berupa: Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB), Sertifikat Laik Fungsi (SLF) atau
keterangan kelaikan fungsi sejenis bagi daerah yang belum melakukan penyesuaian.
DOKUMEN PERENCANAAN
Setiap bangunan gedung negara harus memiliki dokumen perencanaan, yang dihasilkan
dari proses perencanaan teknis, baik yang dihasilkan oleh Penyedia Jasa Perencana
Konstruksi, Tim Swakelola Perencanaan, atau yang berupa Disain Prototipe dari
bangunan gedung negara yang bersangkutan.
DOKUMEN PEMBANGUNAN
Setiap bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan dokumen pembangunan yang
terdiri atas: Dokumen Perencanaan, Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Dokumen
Pelelangan, Dokumen Kontrak Kerja Konstruksi, dan As Built Drawings, hasil uji
coba/test run operational, Surat Penjaminan atas Kegagalan Bangunan (dari penyedia
jasa konstruksi), dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) sesuai ketentuan.
DOKUMEN PENDAFTARAN
Setiap bangunan gedung negara harus memiliki dokumen pendaftaran untuk
pencatatan dan penetapan Huruf Daftar Nomor ( HDNo ) meliputi Fotokopi:
a. Dokumen Pembiayaan/DIPA (otorisasi pembiayaan);
b. Sertifikat atau bukti kepemilikan/hak atas tanah;
c. Status kepemilikan bangunan gedung;
PERSYARATAN TEKNIS
Secara umum, persyaratan teknis bangunan gedung negara mengikuti ketentuan yang
diatur dalam:
- Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
- Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
- Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 10/KPTS/2000 tentang
Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan;
- Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 11/KPTS/2000 tentang
Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan;
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Teknis Aksesibilitas dan Fasilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Umum Penyusunan RTBL;
- Peraturan daerah setempat tentang bangunan gedung; serta
- Standar teknis dan pedoman teknis yang dipersyaratkan.
Persyaratan teknis bangunan gedung negara harus tertuang secara lengkap dan jelas pada
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dalam Dokumen Perencanaan.
Secara garis besar, persyaratan teknis bangunan gedung negara adalah sebagai berikut:
Ketinggian langit-langit
Ketinggian langit-langit bangunan gedung kantor minimum adalah 2,80 meter
dihitung dari permukaan lantai. Untuk bangunan gedung olah-raga, ruang
pertemuan, dan bangunan lainnya dengan fungsi yang memerlukan ketinggian
langit-langit khusus, agar mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI) yang
dipersyaratkan.
Jarak antar blok/massa bangunan
Sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan daerah setempat tentang bangunan
gedung, maka jarak antar blok/massa bangunan harus mempertimbangkan hal-hal
seperti:
1) Keselamatan terhadap bahaya kebakaran;
2) Kesehatan termasuk sirkulasi udara dan pencaha- yaan;
3) Kenyamanan;
4) Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan.
2) rangka daun pintu untuk pintu yang dilapis kayu lapis/teakwood digunakan
kayu kelas kuat II dengan ukuran minimum 3,5 cm x 10 cm, khusus untuk
ambang bawah minimum 3,5 cm x 20 cm. Daun pintu dilapis dengan kayu lapis
yang dicat atau dipelitur;
3) Daun pintu panil kayu digunakan kayu kelas kuat/kelas awet II, dicat kayu atau
dipelitur;
4) Daun jendela kayu, digunakan kayu kelas kuat/kelas awet II, dengan ukuran
rangka minimum 3,5 cm x 8 cm, dicat kayu atau dipelitur;
5) Rangka pintu/jendela yang menggunakan bahan aluminium ukuran
rangkanya disesuaikan dengan fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya;
6) Penggunaan kaca untuk daun pintu maupun jendela disesuaikan dengan fungsi
ruang dan klasifikasi bangunannya;
7) Kusen baja profil E, dengan ukuran minimal 150 x 50 x 20 x 3,2 dan pintu baja
BJLS 100 diisi glas woll untuk pintu kebakaran.
3
Bahan struktur
Bahan struktur bangunan baik untuk struktur beton bertulang, struktur kayu
maupun struktur baja harus mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang
Bahan Bangunan yang berlaku dan dihitung kekuatan strukturnya berdasarkan SNI
yang sesuai dengan bahan/struktur konstruksi yang bersangkutan.
Ketentuan penggunaan bahan bangunan untuk bangunan gedung negara tersebut
di atas, dimungkinkan disesuaikan dengan kemajuan teknologi bahan bangunan,
khususnya disesuaikan dengan kemampuan sumberdaya setempat dengan tetap
harus mempertimbangkan kekuatan dan keawetannya sesuai dengan peruntukan
yang telah ditetapkan. Ketentuan lebih rinci agar mengikuti ketentuan yang diatur
dalam SNI.
STRUKTUR LANTAI
Bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Struktur lantai kayu
- dalam hal digunakan lantai papan setebal 2 cm, maka jarak antara balok-balok
anak tidak boleh lebih dari 60 cm, ukuran balok minimum 6/12 cm;
- balok-balok lantai yang masuk ke dalam pasangan dinding harus dilapis bahan
pengawet terlebih dahulu;
- bahan-bahan dan tegangan serta lendutan maksimum yang digunakan harus
sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan.
b. Struktur lantai beton
- lantai beton yang diletakkan langsung di atas tanah, harus diberi lapisan pasir
di bawahnya dengan tebal sekurang-kurangnya 5 cm, dan lantai kerja dari
beton tumbuk setebal 5 cm;
- bagi pelat-pelat lantai beton bertulang yang mempunyai ketebalan lebih dari
10 cm dan pada daerah balok (¼ bentang pelat) harus digunakan tulangan
rangkap, kecuali ditentukan lain berdasarkan hasil perhitungan struktur;
STRUKTUR KOLOM
a. Struktur kolom kayu
- Dimensi kolom bebas diambil minimum 20 cm x 20 cm;
- Mutu Bahan dan kekuatan yang digunakan harussesuai dengan ketentuan SNI
yang dipersyaratkan.
b. Struktur kolom praktis dan balok pasangan bata:
- besi tulangan kolom praktis pasangan minimum 4 buah Ø 8 mm dengan jarak
sengkang maksimum 20 cm;
- adukan pasangan bata yang digunakan sekurang-
- kurangnya harus mempunyai kekuatan yang sama dengan adukan 1PC : 3 PS;
- Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harussesuai dengan ketentuan SNI
yang dipersyaratkan.
c. Struktur Kolom beton bertulang:
- kolom beton bertulang yang dicor di tempat harus mempunyai tebal minimum
15 cm diberi tulangan minimum 4 buah Ø 12 mm dengan jarak sengkang
maksimum 15 cm;
- selimut beton bertulang minimum setebal 2,5 cm;
- Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI
yang dipersyaratkan.
d. Struktur kolom baja:
- kolom baja harus mempunyai kelangsingan (λ) maksimum 150;
- kolom baja yang dibuat dari profil tunggal maupun tersusun harus mempunyai
minimum 2 sumbu simetris;
- sambungan antara kolom baja pada bangunan
- bertingkat tidak boleh dilakukan pada tempat pertemuan antara balok dengan
kolom, dan harus mempunyai kekuatan minimum sama dengan kolom;
- sambungan kolom baja yang menggunakan las harus menggunakan las listrik,
sedangkan yang menggunakan baut harus menggunakan baut mutu tinggi;
- penggunaan profil baja tipis yang dibentuk dingin,x
- harus berdasarkan perhitungan-perhitungan yang memenuhi syarat kekuatan,
kekakuan, dan stabilitas yang cukup;
- Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan dalam SNI yang dipersyaratkan.
e. Struktur Dinding Geser
- Dinding geser harus direncanakan untuk secara bersama-sama dengan struktur
secara keseluruhan agar mampu memikul beban yang diperhitungkan terhadap
pengaruh-pengaruh aksi sebagai akibat dari beban-beban yang mungkin bekerja
selama umur layanan struktur, baik beban muatan tetap maupun muatan beban
sementara yang timbul akibat gempa dan angin;
- Dinding geser mempunyai ketebalan sesuai dengan ketentuan dalam SNI.
STRUKTUR ATAP
a. Umum
- konstruksi atap harus didasarkan atas perhitungan- perhitungan yang dilakukan
secara keilmuan/ keahlian teknis yang sesuai;
- kemiringan atap harus disesuaikan dengan bahancpenutup atap yang akan
digunakan, sehingga tidak akan mengakibatkan kebocoran;
- bidang atap harus merupakan bidang yang rata,
- kecuali dikehendaki bentuk-bentuk khusus.
b. Struktur rangka atap kayu
- ukuran kayu yang digunakan harus sesuai dengan ukuran yang dinormalisir;
- rangka atap kayu harus dilapis bahan anti rayap;
- bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI
yang diper-syaratkan.
c. Struktur rangka atap beton bertulang
Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI
yang dipersyaratkan.
BASEMEN
1) Pada galian basemen harus dilakukan perhitungan terinci mengenai keamanan
galian;
2) Untuk dapat melakukan perhitungan keamanan galian, harus dilakukan test tanah
yang dapat mendukung perhitungan tersebut sesuai standar teknis dan pedoman
teknis serta ketentuan peraturan perundang- undangan;
3) Angka keamanan untuk stabilitas galian harus memenuhi syarat sesuai standar
teknis dan pedoman teknis serta ketentuan peraturan perundang-undangan. Faktor
keamanan yang diperhitungkan adalah dalam aspek sistem galian, sistem penahan
beban lateral, heave dan blow in;
4) Analisis pemompaan air tanah (dewatering) harus memperhatikan keamanan
lingkungan dan memper- hitungkan urutan pelaksanaan pekerjaan. Analisis
dewatering perlu dilakukan berdasarkan parameter- parameter desain dari suatu uji
pemompaan (pumping test);
5) Bagian basemen yang ditempati oleh peralatan utilitas bangunan yang rentan
terhadap air harus diberi perlindungan khusus jika bangunan gedung negara terletak
di daerah banjir.
PEMBUANGAN LIMBAH
1) Setiap bangunan gedung negara yang dalam pemanfaatannya mengeluarkan
limbah domestik cair atau padat harus dilengkapi dengan tempat penampungan dan
pengolahan limbah, sesuai dengan ketentuan;
2) Tempat penampungan dan pengolahan limbah dibuat dari bahan kedap air, dan
memenuhi persyaratan teknis yang berlaku sehingga tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan;
3) Ketentuan lebih lanjut mengikuti SNI yang dipersyaratkan.
PEMBUANGAN SAMPAH
1) Setiap bangunan gedung negara harus menyediakan tempat sampah dan
penampungan sampah sementara yang besarnya disesuaikan dengan volume
sampah yang dikeluarkan setiap harinya, sesuai dengan ketentuan, produk
sampah minimum 3,0 lt/orang/hari;
2) Tempat penampungan sampah sementara harus dibuat dari bahan kedap air,
mempunyai tutup, dan dapat dijangkau secara mudah oleh petugas pembuangan
sampah dari Dinas Kebersihan setempat;
3) Gedung negara dengan fungsi tertentu (seperti: rumah sakit, gedung percetakan
uang negara) harus dilengkapi incenerator sampah sendiri;
4) Ketentuan lebih lanjut mengikuti SNI yang dipersyaratkan.
INSTALASI LISTRIK
1) Pemasangan instalasi listrik harus aman dan atas dasar hasil perhitungan yang
sesuai dengan Peraturan Umum Instalasi Listrik;
2) Setiap bangunan gedung negara yang dipergunakan untuk kepentingan umum,
bangunan khusus, dan gedung kantor tingkat Kementerian/Lembaga, harus
memiliki pembangkit listrik darurat sebagai cadangan, yang catudayanya dapat
memenuhi kesinambungan pelayanan, berupa genset darurat dengan minimum
3) 40 % daya terpasang;
4) Penggunaan pembangkit tenaga listrik darurat harus memenuhi syarat keamanan
terhadap gangguan dan tidak boleh menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan, knalpot diberi sillencer dan dinding rumah genset diberi peredam
bunyi.
SARANA KOMUNIKASI
1) Pada prinsipnya, setiap bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan sarana
komunikasi intern dan ekstern;
2) Penentuan jenis dan jumlah sarana komunikasi harus berdasarkan pada fungsi
bangunan dan kewajaran kebutuhan;
3) Ketentuan lebih rinci harus mengikuti standar dan pedoman teknis.
INSTALASI GAS
1) Instalasi gas yang dimaksud meliputi:
- instalasi gas pembakaran seperti gas kota dan gas elpiji;
- instalasi gas medis, seperti gas oksigen (O2), gas dinitro oksida (N2O), gas
carbon dioksida (CO2) dan udara tekan medis.
2) Ketentuan teknis instalasi gas yang lebih rinci harus mengikuti standar dan
pedoman teknis.
dan yang berkebutuhan khusus antara lain lansia, ibu hamil dan menyusui, seperti
rambu dan marka, parkir, ram, tangga, lif, kamar mandi dan peturasan, wastafel,
jalur pemandu, telepon, dan ruang ibu dan anak;
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai aksesibilitas bagi penyandang cacat dan yang
berkebutuhan khusus mengikuti ketentuan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Aksesibilitas dan Fasilitas
pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
PINTU DARURAT
1) Setiap bangunan gedung negara yang bertingkat lebih dari 3 lantai harus
dilengkapi dengan pintu darurat minimal 2 buah;
2) Lebar pintu darurat minimum 100 cm, membuka ke arah tangga penyelamatan,
kecuali pada lantai dasar membuka kearah luar (halaman);
3) Jarak pintu darurat maksimum dalam radius/jarak capai 25 meter dari setiap
titik posisi orang dalam satu blok bangunan gedung;
4) Ketentuan lebih lanjut tentang pintu darurat mengikuti ketentuan-ketentuan yang
diatur dalam standar yang dipersyaratkan.
KORIDOR/SELASAR
1) Lebar koridor bersih minimum 1,80 m;
2) Jarak setiap titik dalam koridor ke pintu darurat atau arah keluar yang terdekat tidak
boleh lebih dari 25 m;
3) Koridor harus dilengkapi dengan tanda-tanda penunjuk yang menunjukkan arah ke
pintu darurat atau arah keluar;
4) Panjang gang buntu maximum 15 m apabila dilengkapi dengan sprinkler dan 9
m tanpa sprinkler.
sekolah, dan tempat ibadah harus dilengkapi dengan sistem komunikasi internal dan
sistem peringatan bahaya;
2) Sistem peringatan bahaya dan komunikasi internal tersebut mengacu pada
ketentuan SNI yang dipersyaratkan.
FASILITAS PENYELAMATAN
Setiap lantai bangunan gedung negara harus diberi fasilitas penyelamatan berupa
meja yang cukup kuat, sarana evakuasi yang memadai sebagai fasilitas perlindungan
saat terjadi bencana mengacu pada ketentuan SNI yang dipersyaratkan.
D. PENDEKATAN AKSESIBILITAS
PENCAPAIAN BANGUNAN
Pencapaian bangunan atau aksesbilitas adalah suatu kemudahan yang disediakan bagi
semua orang, termasuk yang memiliki ketidak-mampuan fisik—seperti misalnya,
penyandang cacat, lanjut usia, ibu hamil dan penyandang cacat akibat penyakit tertentu—
guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan
pada suatu lingkungan terbangun.
AKSESIBEL
menggambarkan kondisi suatu tapak, bangunan, fasilitas, atau bagian darinya yang
memenuhi standar pedoman ini.
ELEMEN BANGUNAN
komponen arsitektural atau mekanikal dari suatu bangunan, fasilitas, ruang atau tapak.
Contoh-contoh elemen tersebut seperti telepon, curb-ramp, pintu, tempat duduk atau
WC.
RUTE AKSESIBEL
Suatu jalur lintasan tanpa penghalang yang langsung menghubungkan suatu elemen
dan ruang aksesi dari bangunan. Rute aksesibel interior dapat termasuk koridor,
lantai, ramp, lift. Rute aksesibel eksterior dapat termasuk ruang akses parkir, ramp-
curb, trotoir pada jalan kendaraan, ramp, dan lain. Bangunan : setiap struktur yang
digunakan atau dimaksudkan untuk menunjang atau mewadahi suatu penggunaan atau
kegiatan.
- Bagian bangunan : bagian ruang dari bangunan seperti kamar, koridor, ruang
untuk kegiatan tertentu dsb.
- Ruang Lantai Bebas : ruang lantai atau tanah yang tidak terhalang, minimum
diwajibkan untuk menampung sebuah kursi roda dan penggunanya.
- Rambu : tanda-tanda yang bersifat verbal ( informasi yang dapat didengar),
bersifat visual (informasi yang berupa gambar), simbol, atau yang dapat
dirasa/diraba.
- Ruang : suatu daerah yang dapat ditentukan batasnya, seperti kamar, toilet,
hall, tempat pertemuan, jalan masuk, gudang, dan lobby.
- Jalur Pemandu : jalur yang digunakan bagi pejalan kaki, termasuk untuk
penyandang cacat yang memberikan panduan arah dan tempat tertentu.
- Ramp
- Rambu
Jalan yang digunakan untuk berjalan kaki atau berkursi roda bagi penyandang cacat,
dirancang berdasar perbedaan terbesar orang untuk bergerak aman, bebas dan tak
terhalang.
Syarat:
a. Permukaan
Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus tetapi tidak licin.
Hindari sambungan atau konstraksi pada permukaan, kalaupun terpaksa ada,
tingginya harus tidak lebih dari 1,25 cm. Apabila menggunakan karpet ujungnya
harus kencang dan mempunyai trim yang permanen.
b. Kemiringan/gradient
Gradient di bawah 5% dan tiap-tiap 90m terdapat pemberhentian untuk istirahat.
c. Area istirahat
Membantu pengguna jalan terutama bagi mereka yang menggunakan alat.
d. Cahaya/penerangan
Berkisar antara 15-150 cm.kandela tergantung pada intensitas pemakaian, tingkat
bahaya dan kebutuhan relatif keamanan.
e. Perawatan
Diharuskan untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan karena adanya kerusakan.
f. Drainasi
Tidak mengganggu dan membahayakan. Dibuat tegak lurus dengan arah jalan
dengan lubang maksimal 1,5 cm. Mudah dibersihkan dan lubang dijauhkan dari tepi
ramp sehingga tidak mendatangkan bahaya.
g. Ukuran dan penghalang
Lebar minimum 95 cm untuk jalur searah dan 150 cm untuk dua arah. Jalur
pedestrian bebas dari pohon, rambu dan benda-benda pelengkap jalan yang
melintang.
h. Tepi ramp dan trailing tongkat tuna netra
Penting bagi penghentian roda kendaraan dan tongkat tuna netra ke arah area yang
berbahaya.Penyetop dibuat setinggi minimum 10 cm dan lebar 15 cm sepanjang
jalur pedestrian.
i. Bebas dari pohon, rambu, dan benda-benda pelengkap jalan.
JALUR PEMANDU
Jalur yang memandu tuna netra untuk berjalan dengan memanfaatkan tekstur ubin
pengarah dan tekstur ubin peringatan terhadap situasi di sekitar jalur yang bisa
membahayakan tuna netra.
Syarat:
a. Tekstur ubin garis-garis menunjukkan arah yang benar untuk diikuti.
b. Tekstur ubin dot (bulat) memberi peringatan terhadap situasi di sekitar jalur
pemandu.
c. Daerah-daerah yang harus menggunakan ubin tekstur pemandu (guiding blocks):
- Di depan jalur lalu-lintas kendaraan.
- Di depan pintu masuk/keluar dari dan ke tangga atau fasilitas persilangan
dengan perbedaan ketinggian lantai.
- Di pintu masuk/keluar pada terminal transportasi umum atau area
penumpang.
- Pada pedestrian yang menhubungkan antara jalan dan bangunan.
- Pada pemandu arah dari fasilitas umum ke stasiun transportasi umum
terdekat.
d. Pemasangan ubin tekstur untuk jalur pemandu pada pedestrian yang telah ada perlu
memperhatikan tekstur dari ubin eksisting sedemikian sehingga tidak terjadi
kebingungan tuna netra dalam merasakan tekstur ubin pemandu dan tekstur ubin
lainnya.
AREA PARKIR
Fasilitas parkir adalah tempat parkir kendaraan yang dikendarai oleh penyandang cacat,
sehingga diperlukan tempat yang lebih luas untuk naik turun kursi roda, daripada
tempat parkir yang biasa. Sedangkan daerah untuk menaik-turunkan penumpang
(Passenger Loading Zones) adalah tempat bagi semua penumpang, termasuk
penyandang cacat, untuk naik atau turun dari kendaraan.
Syarat:
a. Fasilitas parkir kendaraan :
- Tempat parkir penyandang cacat terletak pada rute terdekat menuju
bangunan/ fasilitas yang dituju, dengan jarak maksimum 60 meter.
- Atau jika parkir tidak berhubungan langsung dengan bangunan, misalnya pada
parkir taman dan tempat terbukla lainnya, maka tempat parkir harus
diletakkan sedekat mungkin dengan pintu gerbang masuk dan jalur pedestrian.
- Area parkir harus cukup mempunyai ruang bebas di sekitarnya sehingga
pengguna berkursi roda dapat dengan mudah masuk dan keluar dari
kendaraannya.
- Area parkir khusus penyandang cacat ditandai dengan simbol/tanda umum yang
berlaku.
- Pada lot parkir penyandang cacat disediakan ramp trotorir di kedua sisi
kendaraan.
- Ruang parkir mempunyai lebar 370 cm untuk parkir tunggal atau 670 cm untuk
parkir ganda dan sudah dihubungkan dengan ramp dan jalan menuju
fasilitas-fasilitas lainnya.
- Dilarang meletakkan kursi roda di belakang mobil yang diparkir.
PINTU
Pintu adalah bagian dari suatu tapak, bangunan atau ruang yang merupakan tempat
untuk masuk dan keluar.Pada umumnya dilengkapi dengan penutup (daun pintu).
Syarat:
a. Pintu pagar ke tapak bangunan harus mudah dibuka dan ditutup oleh penyandang
cacat.
b. Pintu keluar/masuk utama memiliki lebar bukaan minimal 90 cm, dan pintu-pintu
yang kurang penting memiliki lebar bukaan minimal 80 cm.
c. Di sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari adanya ramp atau perbedaan
ketinggian lantai.
d. Jenis pintu yang penggunaannya tidak dianjurkan:
- Pintu geser.
- Pintu yang berat, dan sulit untuk dibuka/ditutup.
- Pintu dengan dua daun pintu yang berukuran kecil
- Pintu yang terbuka kekedua arah ( ―dorong‖ dan ―tarik‖)
- Pintu dengan bentuk pegangan yang sulit dioperasikan terutama bagi tuna netra
a. Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi rasio 1:12,
perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk awalan/ akhiran ramp (curb
ramps/landing). Sedangkan kemiringan suatu ramp yang ada di luar bangunan
adalah 1:15 .
b. Maksimum panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 1:12) tidak boleh
lebih dari 900 cm. Ramp dengan kemiringan yang lebih rendah bisa menjadi lebih
panjang.
c. Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm. Untuk ramp yang juga digunakan sekaligus
untuk pejalan kaki dan pelayanan angkutan barang harus dipertimbangkan secara
seksama lebarnya, sedemikian sehingga bisa dipakai untuk kedua fungsi tersebut,
atau dilakukan pemisahan ramp dengan fungsi sendiri-sendiri. Untuk ramp atau
ramp dengan fungsi ganda melayani angkutan barang, harus diperhitungkan secara
tersendiri.
DWIPA MITRA – TATA CIPTA UTAMA (KSO)
Head Office : Griya Shanta J-316 Malang
Phone/Fax : 0341-481516, E-mail : tata_cipta_utama@yahoo.co.id
PENYUSUNAN DED PENGEMBANGAN
BANGUNAN KANTOR BALAI TEKNIK AIR MINUM DAN SANITASI WILAYAH II 90
d. Landing atau muka datar pada awalan atau akhiran ramp dari suatu ramp harus bebas
dan datar sehingga memungkinkan, sekurang-kurangnya untuk memutar kursi
dengan ukuran minimum 150 cm.
e. Permukaan datar dari landing (baik awalan atau akhiran ramp) harus memiliki
tekstur sehingga tidak licin baik diwaktu hujan atau tidak.
f. Pembatas rendah pinggir ramp (low curb) dirancang untuk menghalangi roda kursi
roda agar tidak terperosok atau keluar dari jalur ramp. Apabila berbatasan langsung
dengan lalu-lintas jalan umum atau persimpangan harus dibuat sedemikian rupa agar
tidak mengganggu jalan umum.
g. Ramp harus diterangi dengan pencahayaan yang cukup yang akan membantu
penggunaan ramp saat malam hari. Penerangan khususnya disediakan pada bagian-
bagian ramp yang memiliki ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya dan bagian-
bagian yang membahayakan.
h. Ramp harus dilengkapi dengan pegangan (handrail) yang dijamin kekuatannya dan
dengan ketinggian yang sesuai untuk pengguna ramp.
Kemiringan ramp
TANGGA
Ruang dan fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang dengan mempertimbangkan
ukuran dan kemiringan pijakan dan tanjakan dengan lebar yang cukup untuk berpapasan
dan aman
Syarat:
a. Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam
Tipikal tangga
LIFT
Elevator dan lift adalah alat mekanis-elektris untuk membantu pergerakan vertikal di
dalam bangunan baik yang digunakan khusus bagi penyandang cacat atau kombinasi
dengan lift barang.
Syarat:
a. Paling tidak satu elevator/ lift yang aksesibel harus ada pada jalur aksesibel dan
memenuhi Peraturan Keselamatan yang telah ditetapkan secara umum.
Standard lift
KAMAR KECIL
Merupakan fasilitas sanitasi yang disediakan untuk semua orang (tanpa terkecuali
penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil) yang sedang mengunjungi suatu
bangunan atau fasilitas umum.
Syarat:
a. Toilet/kamar kecil umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan tampilan
tanda/gambar simbol universal (―kursi roda‖) pada bagian luarnya.
b. Toilet/kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan
keluar pengguna kursi roda.
c. Ketinggian dari tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna
kursi roda.
d. Toilet/kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan yang memiliki posisi
dan ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan penyandang cacat
yang lain. Pegangan disarankan merupakan bentuk siku-siku mengarah ke atas
untuk membantu pergerakan/perpindahan menyamping dari tubuh pengguna kursi
roda.
e. Letak kertas tissu, air, kran air atau shower dan perlengkapan-perlengkapan seperti
tempat sabun, pengering tangan harus dipasang sedemikian hingga mudah
digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan-keterbatasan fisik/cacat dan bisa
dijangkau dengan baik oleh pengguna kursi roda.
f. Wastafel harus aksesibel dan disesuaikan dengan ketinggian pengguna kursi roda.
g. Kran pengungkit sebaiknya dipasang pada wastafel
h. Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin
i. Pintu harus membuka keluar untuk memudahkan pengguna kursi roda untuk
membuka dan menutup.
j. Kunci-kunci toilet atau grendel dirancang/dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka
dari luar jika terjadi kondisi darurat.
WASTAFEL
Fasilitas cuci tangan, cuci muka, berkumur atau gosok gigi yang bisa digunakan untuk
semua orang, khususnya bagi pengguna kursi roda. Syarat:
a. Wastafel harus dipasang sedemikian sehingga posisinya baik tinggi maupun
lebarnya dapat dimanfaatkan oleh pengguna kursi roda.
b. Ruang gerak bebas yang cukup harus disediakan di depan wastafel.
c. Wastafel harus memiliki ruang gerak di bawahnya sehingga tidak menghalangi lutut
dan kaki pengguna kursi roda.
d. Pemasangan ketinggian cermin harus juga diperhitungkan terhadap pengguna kursi
roda
TELEPON
Merupakan fasilitas komunikasi yang disediakan untuk semua orang (tanpa terkecuali
penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil) yang sedang mengunjungi suatu
bangunan atau fasilitas umum.
Syarat:
a. Telepon umum harus terletak pada lantai yang aksesibel bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil.
b. Ruang gerak yang cukup harus disediakan di depan telepon umum sehingga
memudahkan pengguna kursi roda untuk mendekati dan menggunakan telepon.
c. Ketinggian telepon dipertimbangkan terhadap dasar-dasar penggunaan pesawat
telepon misalnya; keterjangkauan gagang telepon, tombol-tombol angka atau sistem
dialing. Sebaiknya telepon umum menggunakan tombol tekan angka.
d. Bagi pengguna yang memiliki pendengaran yang kurang, perlu disediakan kontrol
volume suara yang terlihat dan mudah terjangkau.
e. Bagi tuna rungu sebaiknya disediakan faksimili sebagai alat komunikasi yang lebih
bernilai, khususnya pada kantor pos, fasilitas komersial, dan fasilitas publik.
f. Bagi tuna netra sebaiknya disediakan petunjuk dalam huruf Braille dan dilengkapi
juga dengan talking sign (isyrat bersuara) yang terpasang di dekat telepon umum.
g. Panjang kabel gagang telepon harus memungkinkan pengguna kursi roda untuk
menggunakan telepon dengan posisi yang nyaman. (+ 75cm).
h. Teleponboks (booth) dilengkapi dengan kursi yang disesuaikan dengan area gerak
pengguna.
Perletakan telepon
PERABOT
Perletakan barang-barang perabot/ furniture dengan menyisakan ruang gerak dan
sirkulasi yang cukup bagi penyandang cacat.
Syarat:
a. Sebagian dari perabot yang tersedia dalam bangunan dapat digunakan oleh
pengguna yang berkursi roda, termasuk dalam keadaan darurat.
RAMBU
Fasilitas dan atau elemen yang digunakan untuk untuk memberikan informasi, arah,
penanda atau petunjuk.
Syarat:
- Tinggi karakter huruf dan angka pada rambu harus diukur sesuai dengan jarak
pandang dari tempat rambu itu dibaca.
b. Lokasi penempatan rambu :
- Penempatan yang sesuai dan tepat serta bebas secara vertkal dan horizontal.
- Satu kesatuan sistem dengan lingkungannya
- Cukup mendapat penerangan termasuk penambahan lampu pada kondisi
gelap.
- Bisa dimasukkan dalam street furniture.
- Tidak mengganggu arus (pejalan kaki, dll) dan sirkulasi (buka/tutup pintu, dll).
2.2.2. METODOLOGI
Untuk memberikan gambaran mengenai metode yang akan digunakan oleh Konsultan dalam
menangani pekerjaan ini, maka pada sub Bab ini kami uraikan metode yang akan digunakan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
Mengacu kepada Kerangka Acuan Kerja, maka kegiatan yang akan dilakukan dalam
melaksanakan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
Persiapan
Persiapan dasar berupa penyiapan secara administrasi, mobilisasi tim pelaksana,
penetapan pola pelaksanaan
Menyusun Jadwal Pelaksanaan dan membuat Struktur Organisasi
Persiapan teknis berupa penyiapan format pengumpulan data dan informasi serta
perangkat survey lainnya yang akan digunakan untuk kegiatan lapangan
Persiapan penyiapan alat ukur yang memadai
Survey lapangan
Melakukan survey lapangan untuk megumpulkan data primer dan sekunder berkaitan
dengan penyusunan rencana teknis dan desain, meliputi antara lain:
Survey lapangan untuk identifikasi dan inventarisasi data teknis dan informasi serta
pengetesan tanah dan jaringan utilitas lainnya.
Melakukan survey investigasi/penyelidikan tanah (sondir, test laboratorium) sebanyak
7 lokasi/titik.
Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan
Pengumpulan data sekunder dan primer dari Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi
Wilayah II serta informasi kegiatan di balai dengan metode wawancara, in-depth
interview.
Melakukan koordinasi dengan Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan atau
Satker Penataan Bangunan dan Lingkungan Jawa Timur serta instansi terkait berkenaan
dengan Perencanaan Bangunan Gedung Negara.
Pengelolaan dan menyiapkan data termasuk Analisa Daya Dukung Tanah serta proses
pendokumentasian hasil analisis.
Menyusun dan menyiapkan data teknis dalam rangka penyusunan DED Pengembangan
Bangunan Kantor Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah II.
Menyusun dan menyiapkan data teknis dalam rangka penataan ruangan gedung satuan
kerja yang berada di lingkungan kantor Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah
II.
Penyedia jasa diharuskan menyiapkan gambar teknis dengan ukuran A3 den spesifikasi
teknis pekerjaan dan bahan yanag diperlukan serta menyusun Engineering Estimate
(EE).
Penyediaan jasa diharuskan menyerahkan laporan, antara lain:
- Laporan Pendahuluan
- Laporan Antara
- Draft Laporan Akhir
- Laporan Akhir
- Gambar Teknis
- Spesifikasi teknis
- Rencana Anggaran Biaya (RAB/EE)
Berdasarkan metodologi yang disampaikan dalam dokumen Kerangka Acuan Kerja tersebut
maka konsutan menyusun metodologi pelaksanaan pekerjaan DED Pengembangan Bangunan
Kantor Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah II, sebagaimana yang digambarkan
dalam flowchart sebagai berikut:
Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya
jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka
responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.
2) Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur
sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk
merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila
penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala
alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.
Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari
orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data.
Non participant Observation
Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan observasi
yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang
diamati.
Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang
mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui
makna yang terkandung di dalam peristiwa.
3) Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka
dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber
atau sumber data.
Sebelum melakukan pengumpulan data konsultan akan menyiapkan format-format furmulir
yang digunakan dalam dalam proses pengumpulan data dan informasi.
Data Primer dan Sekunder yang mendukung data perencanaan bangunan kantor yang
dibutuhkan antara lain:
1. Luas bangunan yang akan direncanakan.
2. Luas bangunan Satker.
3. Jumah pegawai/orang yang akan menempati.
4. Data kondisi Jaringan Elektrikal Eksisting kawasan Balai
5. Data kondisi Sistem Air Bersih Eksisting kawasan Balai
6. Data kondisi Sistem Air Kotor Eksisting kawasan Balai
DWIPA MITRA – TATA CIPTA UTAMA (KSO)
Head Office : Griya Shanta J-316 Malang
Phone/Fax : 0341-481516, E-mail : tata_cipta_utama@yahoo.co.id
PENYUSUNAN DED PENGEMBANGAN
BANGUNAN KANTOR BALAI TEKNIK AIR MINUM DAN SANITASI WILAYAH II 106
B. TAHAPAN PRA-RENCANA
SURVEI TOPOGRAFI
Perencanaan teknis, dimulai dari tahap pekerjaan pengukuran/topografi dan selanjutnya
dilakukan penggambaran dan analisa desain infrastruktur. Pendekatan teknis atau metode
untuk pelaksanaan pekerjaan pengukuran (survei topografi) dalam Pekerjaan ini adalah
sebagai berikut :
PEMASANGAN BENCH MARK (BM) DAN CONTROL POINT (CP)
Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemasangan BM di lapangan,
diantaranya adalah :
- Patok beton (Bench Mark = BM) yang akan dipasang mempunyai ukuran 20 x 20 x
90 cm dan dipakai sebagai kerangka utama dalam pemetaan situasi.
- Patok beton pembantu (Control Point = CP) dipasang sebagai patok pendamping
untuk orientasi arah dan untuk memudahkan dalam uji petik (cross check). CP
mempunyai ukuran dengan diameter 10 x 60 cm.
- Dalam pemasangan BM/CP akan disesuaikan pula untuk kebutuhan pengukuran
trase sungai, sehingga patok-patok ini dapat dipakai untuk pengukuran trase sungai.
- Penentuan rencana lokasi pemasangan BM dilakukan atas dasar sketsa rencana jalur
kerangka utama, yaitu dengan interval maksimum 2,00 Km (detail desain) dan 5,00
Km (studi kelayakan). CP dipasang dengan interval maksimum 2 Km (detail desain).
- Pemasangan BM/CP akan ditempatkan pada lokasi yang aman dan stabil, serta
mudah diketemukan kembali.
- Bagian BM/CP yang muncul di permukaan adalah + 20 cm.
- Penomoran BM dicantumkan pada marmer (12 x 12) cm dengan cara cekungan,
sedangkan untuk CP dibuat dalam ukuran (8 x 8) cm. Dibuat foto BM/CP untuk
deskripsi BM/CP.
- Pemasangan patok ditempatkan pada jalur kerangka dan dipasang sepanjang sungai
dengan interval jarak 50 m untuk trase yang lurus dan 25 m pada trase yang berbelok
(detail desain), serta 100 m untuk trase yang lurus dan 50 m pada daerah kritis (studi
kelayakan).
- Patok kayu yang dipasang berukuran diameter 8 – 10 cm x 60 – 70 cm.
- Patok kayu dipasang di lokasi yang aman dan stabil, dan bagian atas yang muncul +
20 cm di permukaan.
- Untuk titik centring dipasang paku seng.
- Bagian atas patok dicat warna merah dengan tulisan warna hitam untuk
membedakannya dengan patok yang dipasang pihak lain.
- Pemberian simbol (nama) patok yang tidak mengikuti trase sungai diberi simbol a,
b, c dan seterusnya.
- Pemberian simbol (nama) patok yang mengikuti sungai diberi simbol sesuai nama
sungainya.
PEMBUATAN DISKRIPSI BM
- Bentuk formulir dan cara pengisian dibuat sesuai format yang telah ditentukan.
- Sketsa lokasi dan keterangan letak BM/CP, dibuat sejelas mungkin untuk
memudahkan dalam pencarian BM/CP dikemudian hari.
- Foto BM/CP dibuat dalam posisi close-up dan posisi penampakan daerah sekitarnya.
Pemotretan diusahakan dibuat sedemikian rupa, agar nomor BM/CP dan keterangan
yang diperlukan tampak jelas pada foto.
- Foto, sketsa data koordinat (X,Y), data elevasi (z) dan keterangan lokasi BM/CP
dicantumkan pula dalam format standar tersebut.
PENGUKURAN POLIGON
Pengukuran poligon dilakukan dengan mengukur sudut dan jarak beserta azimuth awal
sebagai penentu arah Utara.
a. Pengukuran Sudut
Sudut ukur diukur dengan menggunakan alat ukur Theodolith Total Station. Dimana
aplikasi pada alat tersebut sudah menggunakan metode digital. Untuk alat ukur
dengan sistem manual Sudut yang dipakai adalah sudut dalam yang merupakan hasil
rata-rata dari pengukuran .
Sedangkan untuk pengukuran jarak dilakukan dengan cara optis dan dicek dengan
menggunakan meetband.
c. Hitungan Poligon
Poligon dihitung dengan cara sebagai berikut :
sudut = (n 2) 180° f
Dimana :
sudut = jumlah sudut dalam / sudut luar
n = jumlah titik Poligon
a,b,c, ..f = besar sudut
d1,d2,..d6 = jarak antar titik Poligon
= kesalahan sudut yang besarnya sudah ditentukan ( 104√𝑛 )
d. Hitungan Koordinat
Koordinat masing-masing titik Poligon dihitung dengan cara berikut :
Xb = Xa + dab Sin ab X
Xb = Ya + dab Cos ab X
Dimana :
Xa, Ya = Koordinat titik A
Xb, Yb = Koordinat titik B
dab = Jarak datar antara titik A ke titik B
ab = Azimuth sisi titik A ke titik B
x, y = Koreksi
PENGUKURAN WATERPASS
Jalur waterpass mengikuti jalur poligon dan melalui titik referensi. Mengingat
persyaratan ketelitian yang diminta di dalam KAK/TOR, maka agar didapat hasil yang
baik dan memenuhi persyaratan tersebut, dalam pelaksanaannya akan diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
Jenis alat ukur yang akan digunakan adalah alat sipat datar yang termasuk dalam
orde 2, yaitu Waterpass Automatic yang sederajat dengan Wild NAK-2, misalnya
Zeiss Ni-2 atau Sokkisha B2-A.
Metoda pengukuran dilakukan dengan cara berikut :
- Setiap pagi sebelum memulai pengukuran, dilakukan pemeriksaan garis visir alat
ukur.
- Jika garis visir tidak baik, maka alat harus diganti atau diperbaiki, akan tetapi
apabila ternyata terjadi kesalahan garis visir mencapai 0,05 mm/m, maka alat
tersebut akan dikalibrasi terlebih dahulu.
Pengukuran Waterpass dilakukan untuk mengetahui perbedaan ketinggian antara dua
titik, sehingga apaila salah satu titik diketahui ketinggiannya maka titik selanjutnya
dapat diketahui ketinggiannya. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan gambar sebagai
berikut :
HA-B = bb – bd
Dimana :
HA-B = Beda tinggi antara titik A dan titik B
bb = Bacaan rambu belakang
bd = Bacaan rambu depan
A, B = Titik yang di Observasi
Dimana :
HA = Tinggi titik A
Rute pengukuran waterpass mengikuti rute pengukuran poligon dengan pembagian loop
seperti pengukuran poligon. Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal atau waterpass,
harus diukur dengan spesifikasi sebagai berikut :
- Kerangka Kontrol Vertikal harus diukur dengan cara loop, dengan menggunakan
alat waterpass Wild Nak-2 atau yang sejenis.
- Jarak antara tempat berdiri alat dengan rambu tidak boleh lebih besar dari 50 meter.
- Baud-baud tripod ( statip ) tidak boleh longgar, sambungan rambu harus lurus betul
serta perpindahan skala rambu pada sambungan harus tepat, serta rambu harus
menggunakan nivo rambu.
- Sepatu rambu digunakan untuk peletakan rambu ukur pada saat pengukuran.
- Jangkauan bacaan rambu berkisar antara minimal 0500 sampai dengan maksimal
2750.
- Data yang dicatat adalah bacaan ketiga benang yaitu benang atas, benang tengah dan
benang bawah.
- Jarak optis
Disamping hal-hal tersebut di atas, dalam pengukuran detail situasi perlu
diperhatikan untuk pengambilan detail :
- Rumah, bangunan sekolah, kantor, mesjid, dll.
- Bangunan irigasi dan saluran yang ada.
- Jalan negara, jalan desa, jalan setapak, sungai dan arahnya, dll.
- Batas desa, batas vegetasi yang berupa sawah, ladang, tegal, kebun, hutan, dll.
Untuk pemetaan situasi sungai, data profil melintang dapat digunakan, tetapi masih
diperlukan pengukuran detail tambahan untuk dapat menggambarkan detail lainnya
yang tidak diukur pada waktu pengukuran tampang melintang.
Alat ukur yang digunakan adalah Total Station yang mempunyai ketelitian 5 detik.
Pengukuran situasi untuk mengetahui kondisi daerah sekitar, secara detail sehingga
dari penggambaran hasil pengukuran yang dihasilkan dapat direncanakan tata letak
bangunan utama maupun bangunan penunjang dengan tepat dan optimal.
HAB = bb – bd
Dimana :
D = jarak datar
h = sudut vertical
bt = bacaan benang tengah
ti = tinggi instrumen
HAB = beda tinggi antara titik A dan B
Untuk besaran jarak (D) diperoleh dengan persamaan :
D = AY Cos2.h
Dimana :
D = jarak datar
A = besaran konstanta alat (100)
Y = benang atas – benang bawah
h = sudut vertikal
PEKERJAAN KANTOR
Pekerjaan kantor (studio) dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Pekerjaan Hitungan
Setelah hitungan awal pekerjaan pengukuran dilapangan terutama hitungan
kerangka kontrol horisontal dan vertical diselesaikan, maka proses selanjutnya
adalah penghitungan data secara simultan. Hitungan-hitungan yang dilakukan
adalah hitungan untuk data cross section dan detil situasi. Pekerjaan ini dapat
dilakukan dengan menggunakan calculator maupun dengan menggunakan bantuan
Personal Computer program Excel. Tahapan pekerjaan perhitungan ini meliputi :
- Pekerjaan hitungan sementara harus selesai di lapangan, sehingga kalau ada
kesalahan dapat segera diulang untuk segera dapat diperbaiki.
- Stasiun pengamatan matahari dicantumkan dalam seketsa.
- Skala penggambaran profil memanjang adalah 1: 500 skala horisontal dan skala
1 : 200 untuk daerah tapak dan genangan.
INVESTIGASI TANAH
Penyelidikan mekanika tanah di lapangan, kegiatan penyelidikan dilakukan pada lokasi-
lokasi yang akan ditentukan bersama dengan pengawas lapangan. Penyelidikan lapangan
ini terdiri dari :
SONDIR
Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan tanah/
kekerasan tanah lapisan tanah, pekerjaan ini dilakukan dengan alat sondir atau Cone
Penetrometer Tes (CPT). Hasil cone penetration test disajikan dalam bentuk
diagram sondir yang mencatat nilai tahan konus dan friksi selubung, tes ini dapat
menentukan lapisan lapisan tanah berdasarkan pada korelasi tahanan ujung konus dan
daya lekat tanah setiap kedalam sondir, kemudian dapat digunakan untuk mengetahui
elevasi tanah lapisan keras dan menghitung daya dukung pondasi yang diletakkan pada
tanah tersebut.
Interpretasi hasil sondir didapat dengan mengkorelasikan nilai nilai tahanan konus (qc)
dan friction dengan konsistensi tanah lempung dan kepadatan suatu lapiasn pasir
seperti yang disajikan pada tabel berikut.
Uji penetrasi kerucut statis atau uji sondir banyak digunakan diindonesia, di samping
uji SPT. Pengujian ini sangat berguna untuk memperoleh nilai variasi kepadatan tanah
pasir yang tidak padat. Pada tanah pasir yang padat dan tanah – tanah berkerikil dan
berbatu, penggunaan alat sondir menjadi tidak efektif, karena mengalami kesulitan
dalam menembus tanah. Nilai –nilai tahanan kerucut statis atau tahanan konus (q˛) yang
diperoleh dari pengujian, dapat dikorelasikan secara langsung dengan kapasitas dukung
tanah dan penurunan pada fondasi – fondasi dangkal dan fondasi tiang. Ujung alat ini
terdiri dari kerusut baja yang mempunyai sudut kemiringan 60°dan berdiameter 35,7
mm atau mempunyai luas tampang 1000 mm². Salah atu macam alat sondir dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat mengukur tahanan ujung dan tahanan gesek dari
selimut silinder mata sondirnya.
Cara penggunaan alat ini, adalah dengan menekan pipa penekanan dan mata sondir
secara terpisah, melalui alata penekanan mekanis atau dengan tangan yang memberikan
gerakan kebawah. Kecepatan penekanan kira – kira 10 mm/detik. Pembacaan tahanan
kerucut statis atau tahan konus dilakukan dengan melihat arloji pengukur. Nilai q˛
adalah besarnya tahanan kerucut dibagi dengan luas penampangnya. Pembacaan arloji
pengukur, dilakukan pada tiap – tiap penetrasi sedalam 20 cm. Tahanan ujung serta
tahanan gesek selimut alat sondir dicatat. Dari sini diperoleh grafik tahanan kerucut
statis atau tahanan konus yang menyajikan nialai ke duanya.
Karena uji kerucut statis ( sondir) tidak mengeluarkan tanah saat pengujian
berlangsung, maka jenis tanah tidak diketahui dengan pasti. Robertson dan Campanella
(1983) mengusulkan hubungtan tanah konus (q˛) dengan rasio gesekan Rf, untuk
mengklasifikasikan tanah secara pendekatan, Rf adalah rasio gesekan ( Fricition ratio )
yang merupakan perbandingan antara gesekan selimut local, fs ( gaya gesek yang
bekerja pada selimut konus dibagi dengan luas selimutnya atau disebut gesek satuan )
dengan tahanan konus q˛ atau rasio gesekan dinyatakan oleh persamaan:
Rf = fs/q˛ x100%
Peralatan Pengujian
Persyaratan yang diperlukan adalah sebagai berikut:
a) Ketelitian peralatan ukur dengan koreksi sekitar 5 %;
b) Deviasi standar pada alat penetrasi secara mekanik:
- untuk perlawanan konus (qc) adalah 10 %;
- untuk perlawanan geser (fs) adalah 20 %;
c) Alat ukur harus dapat mengukur perlawanan penetrasi di permukaan dengan
dilengkapi alat yang sesuai, seperti mesin pembeban hidraulik;
PERHITUNGAN DAN
PEMBUATAN GRAFIK
e) Perhitungan formulir 1
f) Pembuatan grafik hasil uji sondir
SELESAI
Persiapan pengujian
Lakukan persiapan pengujian sondir di lapangan dengan tahapan sebagai berikut:
a) Siapkan lubang untuk penusukan konus pertama kalinya, biasanya digali dengan
linggis sedalam sekitar 5 cm;
b) Masukkan 4 buah angker ke dalam tanah pada kedudukan yang tepat sesuai dengan
letak rangka pembeban;
c) Setel rangka pembeban, sehingga kedudukan rangka berdiri vertikal;
d) Pasang manometer 0 MPa s.d 2 MPa dan manometer 0 MPa s.d 5 MPa
untuk penyondiran tanah lembek, atau pasang manometer 0 MPa s.d 5 MPa dan
manometer 0 MPa s.d 25 MPa untuk penyondiran tanah keras;
e) Periksa sistem hidraulik dengan menekan piston hidraulik menggunakan kunci
piston, dan jika kurang tambahkan oli serta cegah terjadinya gelembung udara
dalam sistem;
f) Tempatkan rangka pembeban, sehingga penekan hidraulik berada tepat di atasnya;
g) Pasang balok-balok penjepit pada jangkar dan kencangkan dengan memutar
baut pengecang, sehingga rangka pembeban berdiri kokoh dan terikat kuat pada
permukaan tanah. Apabila tetap bergerak pada waktu pengujian, tambahkan beban
mati di atas balok-balok penjepit;
h) Sambung konus ganda dengan batang dalam dan pipa dorong serta kepala
pipa dorong; dalam kedudukan ini batang dalam selalu menonjol keluar sekitar 8
cm di atas kepala pipa dorong. Jika ternyata kurang panjang, bisa ditambah dengan
potongan besi berdiameter sama dengan batang dalam.
Prosedur pengujian
Lakukan pengujian penetrasi konus ganda dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Tegakkan batang dalam dan pipa dorong di bawah penekan hidraulik pada
kedudukan yang tepat;
b) Dorong/tarik kunci pengatur pada kedudukan siap tekan, sehingga penekan
hidraulik hanya akan menekan pipa dorong;
c) Putar engkol searah jarum jam, sehingga gigi penekan dan penekan hidraulik
bergerak turun dan menekan pipa luar sampai mencapai kedalaman 20 cm
sesuai interval pengujian;
d) Pada tiap interval 20 cm lakukan penekanan batang dalam dengan menarik kunci
pengatur, sehingga penekan hidraulik hanya menekan batang dalam saja;
e) Putar engkol searah jarum jam dan jaga agar kecepatan penetrasi konus berkisar
antara 10 mm/s sampai 20 mm/s ± 5. Selama penekanan batang pipa dorong tidak
boleh ikut turun, karena akan mengacaukan pembacaan data.
Penyelesaian pengujian
a) Cabut pipa dorong, batang dalam dan konus ganda dengan mendorong/menarik
kunci pengatur pada posisi cabut dan putar engkol berlawanan arah jarum jam.
Penguji Penyelia
( ) ( )
PENGUJIAN LABORATORIUM
a. Penentuan Kadar Air
Tanah asli dikeringkan dalam oven dengan suhu 110 ± 5o C selama tidak kurang
dari 16 jam. Nilai kadar air yang dinyatakan dalam persen didefinisikan sebagai
perbandingan antara berat air yang terkandung didalam tanah dengan berat tanah
kering. Metode pengujian mengikuti aturan ASTM D 2216-80.
tanah dengan volume tanah, dengan notasi γwet dalam satuan gr/cm3. Dengan
diketahui kadar air dalam tanah, maka dapat ditentukan pula besarnya berat isi
tanah kering dengan menggunakan rumus
γ wet
γ dry
w 1
Metode pengujian mengikuti aturan ASTM D 2937-83.
d. Permeabilitas Tanah
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui koefisien rembesan dari tanah (k).
Pengujian untuk tanah yang bersifat lempung menggunakan alat uji permeabilitas
dengan tinggi tidak tetap (falling head permeability test). Metode pengujian
mengikuti aturan ASTM D 2434-68.
e. Pengujian Konsolidasi
Pengujian konsolidasi silakukan untuk memperolah nilai koefisien konsolidasi
(Cv), indeks pemampatan (Cc) dan besarnya angka pori awal (eo). Benda uji yang
sudah dijenuhkan diberi tegangan secara bertahap mulai dari 0,25 kg/cm2 sampai
dengan 8,0 kg/cm2, dimana pada masing-masing pembebanan dicatat besarnya
penurunan yang terjadi pada waktu 0.25, 1.00, 2.15, 4.00, 6.15, 9.00, 12.15, 16.00,
25.00 dan 36.00 menit. Dengan menggunakan cara Taylor diperoleh waktu yang
diperlukan untuk terjadinya derajat konsolidasi sebesar 90% yang disebut dengan
T90, yang digunakan untuk menentukan besarnya nilai Cv dan Cc. Metode
pengujian mengikuti aturan ASTM D 2435-80.
setempat. Survei ini dilakukan dengan cara pengamatan lapangan dan investigasi
langsung pada masyarakat setempat (wawancara).
STRUKTUR BANGUNAN
Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban yang
timbul akibat prilaku alam dan manusia.
Menjamin keselamatan manusia dan kemungkinan kecelakaan atau luka yang
disebabkan oleh kegagalan struktur bangunan.
Menjamin perlindungan property lainnya dari kerusakan fisik yang disebabkan oleh
kegagalan struktur.
KETAHANAN TERHADAP KEBAKARAN :
Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban yang
timbul akibat prilaku alam dan manusia.
Seluruh faktor akan dimanfaatkan untuk membentuk site plan/tapak yang sesuai dengan
kebutuhan bangunan Gedung Rencana dalam perencanaan site bangunan disusun sebagai
berikut :
a. Konsep Makro
Sebagai suatu kompleks Hunian maka perencanaan site plan harus menjadi satu
kesatuan dengan bagunan lainnya sebagai bagian dari sub sistem lingkungan.
- Pola pendenahan perletakan bangunan dan ruangan harus berdasarkan fungsi dan
aktifitas, yang juga harus mampu menampung kemungkinan pengembangan
fasilitas/sarana dari bangunan yang ada dimasa mendatang, serta kemungkinan
PERENCANAAN BANGUNAN
Perencanaan Bangunan meliputi pembuatan gambar Pra Disain (sebagai bahan diskusi dan
presentasi) dan Gambar Disain beserta Detail-Detail Konstruksinya, pembuatan Rencana
Kerja dan Syarat- Syarat (RKS), pembuatan Rencana Anggaran Biaya (RAB), Perhitungan
Struktur, Gambar Perspektif dan Laporan-Laporan Perencanaan, Pembuatan Disain
Pelataran Parkir, Pembangunan Disain jalan, Disain Pagar, conblok canstin, penataan
halaman, Pos Jaga dan sebagainya.
Pembuatan Disain Saluran Drainase dan gorong-gorong.Penempatan, Septick Tank, Tangki
air, Penangkal Petir dan sebagainya.
PENAMPILAN ARSITEKTUR
Pola perencanaan tata ruang akan memperlihatkan aspek efisiensi fungsi melalui
penciptaan ruang-ruang yang tidak terbuang dengan sudut-sudut dinding tidak lebih
kecil dari 90 derajat. Sedangkan penampilan bentuk, mengutamakan keserasian
lingkungan, tanpa meninggalkan ciri-ciri budaya tradisional.
Dalam Visualisasi bangunan Gedung Rencana, disain interior merupakan
pengembangan dari konsep bangunan itu sendiri. Disain interior ini terpadu dengan
perencanaan lingkungan untuk menciptakan efisiensi kerja yang tinggi. Disain
bangunan rencana, harus dirancang agar menimbulkan kesan bahwa gedung tersebut
aman, modern, agresif namun konservatif. Kesan ini harus terlihat mulai dari pintu
masuk gedung, loby, dan ruang-ruang lainnya. Bangunan Gedung Rencana harus
menjunjung tinggi pentingnya lingkungan kerja yang efisien untuk menimbulkan
kreativitas bagi penghuninya. Hal inilah yang melandasi kerangka kerja disain ruang,
disain interior harus merupakan paduan harmonis antara pemakai ruangan, furniture,
warna-warna dan penerangan dengan disain dari bangunan itu sendiri. Kombinasi dari
unsur-unsur tersebut menghasilakan bangunan untuk aktifitas hunian yang
mencerminkan identitas baru yang normative.
PERENCANAAN RUANGAN
Prinsip dasar pengembangan perencanaan ruangan adalah untuk memberikan kesan
yang hangat dan berwibawa serta memberikan kemungkinan terhadap perubahan-
perubahan diwaktu mendatang. Pendekatan ini membagi ruang hunian dalam dua
kategori, yakni:
kecapaian tangan dan punggung terhadap keyboard dan duduk berlama- lama
diatas kursi.
f. Integritas Bangunan
Masalah timbul karena tidak diperhitungkannya berat dari peralatan kantor yang
akan dipasang/ dipakai dan diperlukannya ruangan yang bebas debu.
STRUKTUR BANGUNAN
Sebelum dilakukan analisis terhadap Struktur Bangunan terlebih dahulu dilakukan
penelitian terhadap kondisi tanah di lokasi perencanaan. Proses penelitian terhadap
kondisi/struktur tanah (untuk mengetahui daya dukung tanah) dapat dilakukan dengan
melakukan Sondir dan Boring
1) Uraian Umum
Karena tanah tidak homogen dan regangannya tidaklah sama dengan sifat dinamis
benda elastis padat. Tegangan didalam tanah pondasi yang disebabkan oleh beban
garis atau beban merata dengan cara menjumlahkan tegangan-tegangan akibat
beban terpusat yang bekerja pada permukaan tanah atau didalam tanah.
Ada semacam gejala yang sering tampak apabila penimbunan dilakukan pada
lapisan bawah, pondasi lapisan tanah jelek. Tanah mempunyai sifat untuk
meningkatkan kepadatan dan kekuatan gesernya apabila mendapat tekanan. Apabila
beban yang bekerja pada tanah pondasi telah melampaui daya dukung
batasnya/tegangan geser yang ditimbulkan didalam tanah pondasi melampaui
ketahanan geser tanah pondasi, maka akan berakibat keruntuhan geser dari tanah
pondasi
2) Uraian Khusus
Tanah pondasi biasanya merupakan bahan yang susunannya amat rumit dan
beraneka ragam . Walaupun sifat fisik dan mekaniknya dapat diketahui dengan
penyelidikan tanah atau pengujian tanah, namun hasilnya tidak sesuai benar dengan
kenyataannya. Tidak seperti pada beton atau baja yang hasil penyelidikannya dan
pengujiannya dapat dipercaya.
Data pemboran lapisan geologi atau hasil pengujian tanah adalah hanya pada
suatu titik yang dipilih sembarang, sehingga untuk mengambil kesimpulan
apakah hanya itu merupakan sifat-sifat keseluruhan tanah pondasi, harus diteliti
berdasarkan latar belakang geologi mengenai pembentukan tanah pondasi tersebut.
DWIPA MITRA – TATA CIPTA UTAMA (KSO)
Head Office : Griya Shanta J-316 Malang
Phone/Fax : 0341-481516, E-mail : tata_cipta_utama@yahoo.co.id
PENYUSUNAN DED PENGEMBANGAN
BANGUNAN KANTOR BALAI TEKNIK AIR MINUM DAN SANITASI WILAYAH II 137
Untuk melaksanakan survey pada tanah dasar yang jelek, maka dianjurkan cara
kerjanya sebagai berikut :
Mula-mula harus dilakukan survey pendahuluan untuk mengetahui penyebaran
lapisan tanah yang buruk dan garis besar sifat mekanik setelah mempelajari sifat-
sifat dinamik struktur berdasarkan survey pendahuluan.
Kedua dengan ketelitian yang lebih tinggi adalah dengan pemeriksaan secara kasar
mengenai daya dukung tanah atau penurunan, yakni untuk menjernihkan hal-hal
yang meragukan sehingga dapat disediakan hasil-hasil penyelidikan atau pengujian
untuk analisa dinamik bagi perencanaan.
2) Pemilihan Rancangan
Pada tahap ini diadakan perhitungan preliminaries atas alternative- alternatif
rancangan yang dikemukakan pada tahap Penentuan Alternatif Rancangan, untuk
menentukan alternative rancangan yang terpilih. Pertimbangan pemilihan
alternative rancangan didasarkan menurut prioritas berturut-turut pada hal kekuatan,
kestabilan, keawetan, ekonomis dan keindahan.
a. Kekuatan
Suatu system struktur harus mampu memikul semua beban yang akan
membebani struktur tersebut seumur hidup, tanpa mengalami kegagalan
struktur: hancur, rubuh dan yang lain serupa itu, yang sedemikian sehingga
struktur tersebut tidak dapat memberikan kegunaan, tidak dapat berfungsi
sebagaimana dimaksudkan dan diharapkan.
b. Kestabilan
Suatu system struktur yang tidak akan mengalami perpindahan seluruh atau
bagian-bagiannya ketika dibebani, yang sedemikian sehingga tidak dapat
memberikan kegunaan dan tidak dapat berfungsi sebagaimana yang
dimaksudkan dan diharapkan darinya. Ketidakstabilan suatu struktur dapat
berupa berguling, berpindah, bergetar, melendut dll.
c. Kenyamanan
Suatu system struktur yang tidak berperilaku sedemikian sehingga memberikan
ketidaknyamanan kepada pemakai/penghuni struktur tersebut.
Ketidaknyamanan dapat terjadi jika struktur terlihat melendut dengan
lendutan yang ekstrim, bergetar atau berguncang dengan vibrasi yang besar,
memiliki bagian-bagian yang menonjol atau bergantung di atas tempat
penghunian dll.
d. Keawetan
Suatu system struktur dengan bahan yang tahan terhadap pengaruh merusak dari
lingkugan sekitarnya.
e. Ekonomis
Suatu system struktur yang berharga terjangkau baik dalam konstruksi,
pemakaian maupun pemeliharaannya. Termasuk dalam pokok ini adalah struktur
yang dapat dibangun dengan tidak terlalu sukar, dan dapat dijangkau oleh
pengguna/pemakai.
DWIPA MITRA – TATA CIPTA UTAMA (KSO)
Head Office : Griya Shanta J-316 Malang
Phone/Fax : 0341-481516, E-mail : tata_cipta_utama@yahoo.co.id
PENYUSUNAN DED PENGEMBANGAN
BANGUNAN KANTOR BALAI TEKNIK AIR MINUM DAN SANITASI WILAYAH II 141
f. Keindahan
Suatu system struktur yang memiliki bentuk dan penampilan teksturall yang
serasi dengan keindahan lingkungannya, indah dan menarik hati.
Berdasarkan dokumentasi hasil kedua tahapan sebelumnya dan dengan mengacu
pada pokok-pokok pemilihan rancang atas, dilakukan perhitungan preliminaris
untuk memilih alternatif rancangan yang unggul.
3) Perhitungan Rancangan
Pada tahap ini, dilakukan perihtungan-perhitungan yang lengkap dan teliti
(rigorous) atas rancangan terpilih untuk memastikan kekuatan, kestabilan dan
kenyamanan. Pada tahap ini pula dilakukan perubahan-perubahan perbaikan
atas rancangan terpilih sesuai performansi struktur yang diharapkan, sehingga dari
tahapan ini akan dihasilkan rencana bentuk dan keadaan akhir bangunan.
Perhitungan rancangan meliputi perhitungan perencanaan kekuatan dan kestabilan
struktur, perhitungan biaya bangunan.
a. Perencanaan Bangunan Atas
Dewasa ini beberapa metode canggih telah tersedia dalam bentuk piranti lunak
analisa struktur dan dapat dipakai untuk maksud ini. Beberapa piranti lunak
untuk analisa desain struktur tersebut antara lain Structural Analysis Program
(SAP). Metoda-metoda konvensional untuk maksud ini adalah antara lain
Momem Distribution Method yang biasa dikenal dengan cara cross, takabeya
dll.
b. Perencanaan Bangunan Bawah
Perencanaan bangunan bawah dapat pula dilakukan dengan piranti lunak-piranti
lunak yang disebutkan di atas. Pada umumnya analisa dan desain bangunan
bawah tidaklah serumit pada bangunan atas sehingga metoda-metoda
konvensional masih dapat dipakai dengan tidak terlalu memberatkan dan
menyulitkan untuk maksud ini.
BAHAN MATERIAL
Bahan atau material yang akan digunakan disamping dari segi keawetan, akan
mempertimbangkan pola penggunaan bahan. dari segi arsitektural, maka penggunaan
material diserasikan dengan faktor lingkungan, cuaca (iklim) dan seharmonis mungkin
dengan tetap memberikan kesan menarik untuk mendukung penampilan bangunan
dengan budaya lokal.
PERENCANAAN UTILITAS
Suatu Sistem Bangunan Gedung Rencana memiliki empat komponen penting yaitu
(1). Sistem Otomatisasi Hunian, (2). Sistem Otomatisasi Bangunan,(3). Fasilitas
Telekomunikasi dan (4). Engineering Bangunan yang terdiri atas Arsitektur Bangunan,
Lingkungan Bangunan dan Struktur Bangunan.
Disamping empat komponen utama diatas agar suatu bangunan i dapat bekerja dengan
baik diperlukan banyak komponen pendukung lainnya. Komponen pendukung ini tidak
bisa diabaikan, karena komponen utama tidak akan bisa bekerja baik atau bahkan sama
sekali tidak bisa bekerja tanpanya. Pada akhirnya pula, kinerja komponen pendukung
ini akan turut menentukan kinerja komponen utama dari suatu Bangunan.
Oleh karena itu, pembahasan dalam bagian ini akan mencakup semua subsistem utama
dan subsistem pendukung yang dipakai pada Bangunan Gedung. Bahasan pertama
adalah Sistem Otomatisasi Hunian. Subsistem dalam Sistem Otomatisasi Bangunan
yang akan dibahas meliputi Sistem Pengkondisian Udara (Tata Udara), Sistem
Pencahayaan, Sistem Telekomunikasi, Sistem Keamanan, dan Sistem Kebakaran.
Pembahasan meliputi cara kerja secara umum, control yang dipakai, dan peralatan yang
digunakan. Selanjutnya system pendukung yang akan dicakup meliputi Sistem
Kelistrikan, Sistem Suplai Air, system Pengkabelan, Sistem Tata Suara dan terakhir
Sistem Transportasi.
1. Peralatan dapat dipindahkan dengan mudah. Setiap Floor Outlet Box (FOB)
disetiap lantai dapat menerima suatu terminal, PC, atau printer.
2. Dapat mnggunakan printer dengan type yang hemat biaya.
3. Biaya sambungan PC ke Komputer mainframe dapat dihemat sampai 50%.
Sistem akan menciptakan “bangunan tanpa kertas di gedung ini dengan tidak
menggunakan lagi kertas untuk komunikasi dalam gedung. Electrinic mail (e–mail)
adalah bagian dari paket peranti lunak Sistem Penerima (Reception System) yang
dipadukan dengan LAN dan sistem telepon. Hal ini memungkinkan direkamnya
sistem telepon, pemesanan ruang rapat, pemberitahuan kedatangan tamu, dan
sebagainya
Dalam operasi perkantoran internasional modern fasilitas audio-visual canggih pada
semua ruang rapat utama biasa digunakan.Sistem ini akan dapat diintegrasikan
langsung pada LAN dan memiliki kemampuan yang sudah terpasang didalamnya,
sehingga dapat meningkatkan kecanggihan decision room bilamana diperlukan.
a. Jaringan Komputer Lokal
Jaringan Komputer Lokal (Local Area Network/ LAN) merupakan suatu sistem
komunikasi data yang menghubungkan computer atau peralatan komunikasi
data dengan kecepatan taransmisi yang tinggi dalam suatu gedung baru di dalam
kompleks bangunan.
LAN dapat dirancang dengan bermacam teknologi dan disusun dengan
konfigurasi berbeda. Beberapa alasan dalam pemilihan LAN adalah :
1. Untuk menghubungkan sekumpulan computer yang berbeda pada satu atau
beberapa gedung yang berdekatan .
2. Untuk mengambil keuntungan dari pembagian fungsi komputasi karena
adanya beberapa computer yang mengerjakan tugas berbeda-beda.
LAN dapat diklasifikasikan dalam 3 cara, yaitu :
1. Menurut media transmisi yang digunakan.
Media yang digunakan mencakup kabel koaksial, twisted pair cable,
transmisi radio, dan optic fibre (serat optic).
2. Menurut topologi jaringan.
Hal ini berkaitan dengan cara mengintegrasikan peralatan komunikasi
data dalam suatu jaringan. Jenis topologi jaringan yang dapat digunakan
antara lain ;Star, Loops, Bus, Tree, dan Mesh.
DWIPA MITRA – TATA CIPTA UTAMA (KSO)
Head Office : Griya Shanta J-316 Malang
Phone/Fax : 0341-481516, E-mail : tata_cipta_utama@yahoo.co.id
PENYUSUNAN DED PENGEMBANGAN
BANGUNAN KANTOR BALAI TEKNIK AIR MINUM DAN SANITASI WILAYAH II 145
b. Media Transmisi
Media transmisi merupakan factor penting untuk dipertimbangkan dalam
penggunaan LAN karena kinerja yang baik dari LAN bergantung pada
karateristik media transmisi yang cocok. Faktor-faktor lain yang harus
dipertimbangkan dalam memilih media transmisi yang akan digunakan
diantaranya ;
1. Bandwidth
Bandwidth merupakan lebar bidang frekuensi yang dapat digunakan secara
efisien oleh system. Secara tidak langsung bandwidth merupakan ukuran dari
kecepatan transmisi yang dapat didukung oleh sistem karena makin tinggi
kecepatan transmisi yang digunakan, makin besar bandwidth yang
diperlukan.
2. Konektivitas
Ada beberapa media transmisi yang cocok dipergunakan sebagai penyalur
informasi yang menyebar (troadcast information), dan adapula yang cocok
dipergunakan dalam hubungan point to point. Beberapa media juga
memerlukan peralatan tambahan sebagai pengulang (repeater) untuk
menyampaikan sinyal jarak jauh.
3. Luas wilayah cakupan
Jarak maksimum antar stasiun dalam suatu saluran luas wilayah yang dapat
dicakup oleh LAN tanpa kehilangan kekuatan sinyal atau pengurangan
kualitas pelayanan, tidak bergantung hanya pada karateristik media transmisi
saja.
4. Noise Immunity
Media transmisi yang ideal digunakan untuk mnyalurkan informasi adalah
media yang bebas dari interfensi luar. Namun pada praktiknya hal
ini tidak mungkin diperoleh. Pengurangan noise hanya bisa ditempuh
dengan memilih daerah yang akan dilalui media transmisi dalam noise
yang rendah.
5. Keamanan (security)
Beberapa media transmisi dapat memancarkan sinyal kedaerah sekelilingnya
sehingga memungkinkan sinyal yang sedang ditransmisikan akan ditangkap
orang yang tidak berkepentingan. Pemilihan jenis media transmisi harus
diawali dengan analisa kebutuhan, yaitu memusatkan perhatian terhadap
pengaruh noise dari lingkungan, kebutuhan akan kerahasiaan, dan jarak antar
terminal.
c. Topologi LAN
Dalam teknologi LAN dikenal beberapa macam topologi yang masing- masing
memiliki kelebihan dan kekurangan. Macam-macan topologi tersebut adalah :
1. Topologi Star
Topologi Star merupakan topologi yang sudah pada umumnya. Sistem
telepon dikonfigurasikan sebagai Star dengan saluran- saluran transmisinya
yang dihubungkan dari sentral Switcing (tombol) ke setiap pemakai.
Jaringan komputer topologi Star tersebut analog dengan system telepon,
tetapi yang bertindak sebagai sentral adalah sebuah host computer dengan
berbagai perlengkapannya yang meliputi ; hard disk, program aplikasi,
program control, dan lain lain.
Kebaikan topologi ini yaitu, (1) transfer file cepat, (2) kendali file terpusat
(3) implementasinya mudah karena tiap stasiun langsung dihubungkan ke
prosesor, (4) antar muka jaringan (network interface) lebih sederhana
dan biasanya lebih murah disbanding topologi ring atau bus (5) cocok untuk
sistem dengan jumlah staiun kecil. Sedangkan kelemahannya adalah: (1)
pusat merupakan titik kegagalan system dan (2) memerlukan lebih banyak
kabel dibanding topologi lain.
2. Topologi Ring
Dalam topologi ring, paket data berputar kesatu arah sepanjang ring.
Pengulang bank (intelligent repearter) dibutuhkan oleh setiap node untuk
mensirkulasikan paket data sepanjang ring. Repeater ini mempunyai fungsi
melakukan receive transmission, listen, dan forward, serta melakukan by
pass apabila stasiun tempat repeater rusak. Dalam topologi ring, pengaksesan
media dapat dilakukan dengan menggunakan bit-bit tertentu yang disebut
token, yang berputar sepanjang ring. Apabila sebuah stasiun ingin
DWIPA MITRA – TATA CIPTA UTAMA (KSO)
Head Office : Griya Shanta J-316 Malang
Phone/Fax : 0341-481516, E-mail : tata_cipta_utama@yahoo.co.id
PENYUSUNAN DED PENGEMBANGAN
BANGUNAN KANTOR BALAI TEKNIK AIR MINUM DAN SANITASI WILAYAH II 147
Khusus untuk daerah peralatan otomasi kantor harus ada zonifikasi tata
udara. Sumber panas dan unit AC hendaknya dipasang sedemikian rupa
sehingga memudahkan pemanasan dan pendinginan.
4. Pengukuran untuk Tata Udara 24 jam
Tata udara gedung berjalan 24 jam, oleh karena itu pendinginan peralatanpun
berjalan selama 24 jam.
5. Keandalan, Keamanan dan kemudahan pemeliharaan
Fasilitas pencegah kebakaran dan disain seismic memerlukan peraturan
pemerintah. Tetapi keamanan merupakan sesuatu yang harus
dipertimbangkan dalam gedung kantor pemerintahan. Oleh karena itu
diperlukan system fasilitas pendingin AC bagi peralatan- peralatan yang
paling penting
6. Kelembaban
Kelembaban ruangan harus dapat diatur dalam standar kenyamanan.
Kelembaban yang terlalu rendah memungkinkan terjadinya electic static.
Sebaliknya bila kelembaban terlalu tinggi bisa menyebabkan penghuni
berkeringat dan mempercepat kerusakan peralatan yang ada. Akan lebih baik
apabila digunakan metode water spray dengan instalasi system water
treatment. Hal ini akan dapat mencegah bercampurnya zat kalsium dan
magnesium diudara yang bisa mengakibatkan kerusakan bangunan.
Cara kerja system Pengkondisian Udara diatur oleh computer Sistem
Otomasi Bangunan (SOB). Apabila ada karyawan yang masih tinggal
disuatu ruangan sesuai jam kerja, ia dapat memberitahu ruang pusat kendali
(SOB-Room) dengan menekan tombol telepon dan SOB akan bekerja sesuai
dengan permintaan, atau mereka dapat pula langsung berbicara dengan
operator SOB.
b. Air Handling Unit (AHU)
Air Handling Unit (AHU) berguna untuk mendinginkan ruangan disetiap lantai.
Ada tiga jenis AHU, yaitu AHU tipe variable Air Volume (VAV), AHU tipe
Constant Air Volume (CAV), dan AHU tipe Variable Referigerator
Volume (VRV).
3) Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan juga diatur dengan cara yang sama dengan Sistem
Pengkondisian Udara. Setiap lantai memiliki sejumlah sirkit dengan beberapa pola
pencahayaan yang masing-masing dapat diatur secara individual. Digital Operated
Switches (DOS) dapat mengatur pencahayaan dimalam hari. Tombol
memungkinkan pemakai ruangan mengatur pencahayaan alami siang hari (daylight
sensor) dapat mengatur pencahayaan suatu ruangan dengan cara mematikan
pencahayaan secara bertahap.
a. Konsep Perencanaan Pencahayaan pada Otomasi Bangunan
Perencanaan Pencahayaan pada otomasi bangunan meliputi :
1. Kondisi Lampu yang diperlukan
Pekerja pada otomasi bangunan bekerjasama dengan layer CRT,manuscript,
keyboard dan lingkungan. Hal ini yang membuat mata akan cepat lelah.
Karena itu ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan tentang kondisi
lampu-lampu untuk otomasi kantor.
a. Iluminasi (penerangan) yang benar pada meja kerja.
b. Shielding Reflection dari lampu dan jendela dilayar CRT.
c. Distribusi yang benar dari cahaya keseluruh ruangan.
2. Kategori Lampu (lighting), meliputi :
a. Ambient lighting, type ini berupa pencahayaan tidak langsung dari
langit-langit atau dinding.
b. Accent Lighting, tipe lampu ini dipasang untuk menyediakan berkas
cahaya, warna dan kontras.
c. Task Lighting, sejenis lampu diatas meja, spot light, indirect lighting.
d. Derajat kehomogenan
c. Sistem Lampu
Ada tiga system lampu yang biasa digunakan sebagai kelengkapan otomasi
bangunan, yaitu :
1. Sistem Penerangan Lampu umum.
Didalam ruangan Bangunan, luminance controlled fluorescent lamp akan
dipasang melintang permukaan CRT, sementara untuk menjaga kuat
cahaya pada sisi horizontal digunakan sumber cahaya dari kanan dan kiri.
Disini tidak diijinkan penerangan yang terlalu kuat, karena ceiling akan
menjadi gelap. Keadaan ini tidak membuat nyaman suasana kerja, kecuali
dipasang lampu yang menjadikan ceiling keatas.
2. Indirect lighting signal
Indirect lighting signal yang memakai lampu TL digunakan untuk
menciptakan suasana yang moderat dengan penerangan keseluruh ruangan.
Lampu TL gantung akan lebih efektif. Apabila lampu ini dirasakan kurang,
maka bisa ditambah dengan lampu wall washer (Lihat gambar)
3. Sistem TAL
Sistem lampu ini menggunakan ambient lighting. Pencahayaan diperoleh
dari cahaya lampu tidak langsung, karena tidak terjadi campuran sinar yang
memantul kelayar CRT/monitor.
d. Kontrol Pencahayaan
Tidak semua lampu digedung dikontrol oleh Sistem Otomasi Bangunan (SOB),
melainkan ada daerah yang tidak dikontrol oleh SOB meliputi daerah yang
bukan lantai typical.
Rangkaian pencahayaan di daerah yang disebutkan diatas (bukan lantai typical)
dikontrol dari Main Circuit Breaker (MCB) atau saklar local. Rangkaian
pencahayaan didaerah yang dikontrol oleh system pencahayaan diatur
sedemikian rupa sehingga setiap pencahayaan disetiap lantai dikontrol oleh dua
buah Digital Lighting Controller (DLC). Satu DLC melayani salah satu bagian
gedung, dan yang lain lagi melayani bagian lain.
Agar lampu bisa menyala (ON), semua saklar (termasuk MCB), Relay Pack,
GERelay, dan saklar local) harus ditutup (OFF). Untuk memastikan bahwa
lampu dikontrol dan dimonitor secara benar di Ruang Sistem Otomasi
Bangunan, pengawas perlu menjsgs main incoming dan MCB agar selalu
menyala setiap saat dan penggunaan saklar lampu harus dilakukan lewat DLC.
4) Sistem Telekomonikasi
Gedung Rencana memakai Private Addres Brand Excharge (PABX) digital
modern yang menunjang Integrated Service Data Network (ISDN) yang merupakan
paduan dari suara, data dan video dengan standard internasional. Seluruh jaringan
kerja digedung ini benar-benar fleksibel dan dirancang agar dapat disesuaikan
dengan perkembangan dimasa mendatang. Sistem yang dipasang sebanyak mungkin
dengan kemungkinan tambahan bila diperlukan dimasa datang.
Disamping PABX, gedung juga dilengkapi fasilitas Telekomunikasi sebagai
berikut:
1. Direct Lines; Facsimile; CCM; Dealing System.
2. Telex
3. Lease Channel; Reuters; Telerate; Tele Trac.
4. Lease ChannelData; Computer Center.
5. Lease Channel Data; Computer Center kekantor lain.
Untuk masa mendatang gedung rencana juga dapat dilengkapi dengan satelit dan
saluran microwave. Sistem Telekomunikasi ini juga dapat dipadukan dengan
System Otomasi Bangunan (SOB) yang memungkinkan pengelola mengatur
Sistem Pengkondisian Udara dan Sistem Pencahayaan sesuai dengan kebutuhan.
Selain itu juga dipadukan dengan system Sistem Otomasi bangunan melalui
Sistem Penerima (Reception System).
Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa Sistem Telekomunikasi meliputi :
1. Telepon kunci multifungsi.
Sistem ini dipergunakan untuk mengontrol penggunaan telepon, lamanya
percakapan, menyalurkan/mendistribusikan kesaluran cabang, dan penggunaan
lainnya.
2. Teleks
Sistem ini hampir sama dengan system tulisan jarak jauh, hanya saja
menggunakan metode lain seperti, penggunaan huruf morse atau kode-kode
lainnya
3. Komunikasi dengan Komputer
Komunikasi dengan computer pribadi (PC) adalah sangat praktis sehingga akan
menghemat waktu dan biaya. Komunikasi antar karyawan dalam satu kantor
maupun dengan kantor yang lain dapat menggunakan Jaringan Area Lokal atau
Local Area Network (LAN). Sedangkan komunikasi dengan jarak yang sangat
jauh dapat dilakukan dengan internet atau mungkin dengan system lainnya
yang sejenis.
4. Faksimil dan Video
Sistem komunikasi jarak jauh dengan menggunakan faksimili dan video juga
akan menghemat waktu dan biaya. Dengan faksimili kita dapat mengirim tulisan
maupun gambar-gambar, sedangkan dengan video kita dapat mengirim gambar
hidup sesuai dengan apa yang direkam dalam video tersebut.
5. Surat Elektronik (e-mail)
Sistem ini sudah mulai banyak dipakai karena dengan system e-mail orang dapat
mengirim berita kapan saja dan dimana saja sehingga tidak bergantung pada
situasi dan kondisi sipenerima. Penerima akan membuka dan membaca kapan
saja bilamana diperlukan.
6. Biaya Penulisan yang sedikit
Dengan system ini, semua biaya pengiriman surat atau berita akan lebih sedikit
sehingga akan terjadi penghematan dalam melakukan kegiatan .
7. Komunikasi dengan Radio Satelit
Selain beberapa system diatas, komunikasi dengan radio satelit juga
menawarkan alternative biaya dan waktu yang lebih baik. Semua komunikasi
akan menggunakan radio dengan memanfaatkan jaringan satelit yang ada
5) Sistem Kelistrikan
Sistem instalasi listrik pada bangunan Gedung Rencana disuplay dari jaringan
Distribusi Listrik Tegangan Menengah dari PLN yang tersambung ke Gardu
Hubung. Dari Gardu Hubung ini disalurkan melalui kabel tanah
ke High Voltage Medium Distribution Panel (HVMDP) gedung. Selanjutnya
daya listrik disalurkan keTransformator sesuai dengan kapasitas yang diperlukan
menggunakan sistem busduct Pada HVMDP harus ada pula suplay dari Genset
sebagai sumberdaya cadangan bila PLN padam.
Aspek dan manfaat dari Uninterruptable Power Supplay (UPS) antara lain
sebagai berikut :
1. UPS online tanpa pemutusan;
2. Saklar statis pulse to bypass ekslusif untuk membersihkan beban lebih atau
kegagalan cabang;
3. Kompensasi fasa individual untuk menyeimbangkan tegangansecara
akurat bahkan dibawah kondisi pembebanan fasa tidak seimbang;
4. Setiap komponen aktif adalah burnt-in ekuivalen dengan 8-10 bulan operasi
memakai program perputaran tes yang dipercepat;
5. Jumlah komponen aktifyang minimal memberikan keandalan tinggi dan
memaksimalkan waktu antar kesalahan;
6. Sistem control utama yang sederhana hanya empat kartu control;
7. Power walk- in sejati untuk tegangan dan arus untuk mengurangi ukuran
Generator set;
8. Kemampuan beban lebih sampai 150% Pada tegangan penuh;
9. Filter masukan RFI;
10. Termasuk saklar statis dan maintenance bypass;
11. Standart spilt bypass.
7) Sistem Pengkabelan
Sistem pengkabelan merupakan hal penting dalam sebuah gedung, karena banyak
peralatan bergantung kepadanya. Dalam gedung rencana, diterapkan system
jaringan yang fleksibel (Flexibel Delivery Sistem). Pelayanan diberikan ke semua
lantai melalui jaringan sebagai berikut :
1. Pertama melalui Vertical Rises menuju ke Wire Nodes, kemudian
didistribusikan ke Trunking Grid dibawah lantai, dan muncul di Floor Outlet
Box (FOB) serta layer computer. Peningkatan Sistem Otomatis Gedung
dan Sistem Telekomunikasi dapat dilakukan dengan mudah tanpa memgganggu
jaringan yang ada.
2. Floor Outlet Box (FOB) ditempatkan dalam panel dan dapat dipindahkan
letakknya dalam radius 1,5 m agar penempatan semua peralatan kantor, mebel,
dan pratisi dapat dilaksanakan secara fleksibel yang menutupi jaringan kabel
tersebut, ditutup dengan karpet tile dan dapat diangkat serta diganti dengan
mudah.
Sistem pengkabelan pada otomasi bangunan adalah sebagai berikut :
1. Peralatan dengan ruangan untuk kabel-kabel.
Ruang ini berupa metal duct (pipa logam) agar mudah menghilangkan atau
menambahkan kabel-kabel. Setiap meja ada saluran untuk telepon dari kabel
otomasi bangunan.
8) Sistem Keamanan
9) Sistem Kebakaran
Gedung Rencana harus dilengkapi dengan Sistem Keamanan yang memenuhi
standard dan Peraturan Daerah tempat gedung tersebut berdomisili. Kelengkapan itu
terdiri atas :
1. Tangga Darurat pada dua sisi Gedung
2. Alat penaik tekanan udara.
3. Fire Sprinkler.
4. Fire Hydrant.
5. Fire Alarm.
6. Portable Fire Extinguisher.
7. Detektor Asap dan Panas
8. Persediaan Air dibeberapa lantai
9. Alat komunikasi HT dan plug in telephon hand set disetiap loby fireman lift
(Lift petugas Pemadam Kebakaran) yang dihubungkan langsung kepusat
pengendali.
Sistem Kebakaran ini diintegrasikan dengan Sistem Pengkondisian Udara, Sistem
Pencahayaan, dan Sistem Transportasi lewat Intelocking Main Control Fire Alrm
(MCFA). Bila pada gedung terjadi kebakaran, alarm akan berbunyi baik secara
otomatis maupun secara manual.
Informasi diruang control akan menunjukkan tempat terjadinya kebakaran dan
informasi ini diteruskan kepada petugas Pemadam Kebakaran dan regu penolong.
Semua Lift secara otomatis akan kembali kelantai dasar dan pintunya akan terbuka.
DWIPA MITRA – TATA CIPTA UTAMA (KSO)
Head Office : Griya Shanta J-316 Malang
Phone/Fax : 0341-481516, E-mail : tata_cipta_utama@yahoo.co.id
PENYUSUNAN DED PENGEMBANGAN
BANGUNAN KANTOR BALAI TEKNIK AIR MINUM DAN SANITASI WILAYAH II 159
2. Mudah dilihat.
3. Pelayanan yang optimal pada setiap ruangan
4. Nyaman dan aman.
D. PELAPORAN
LAPORAN RENCANA MUTU KONTRAK (RMK)
Laporan Rencana Mutu Kontrak (RMK), berisi :
Pedoman teknis pelaksanaan pekerjaan secara rinci untuk menjamin mutu proses
pelaksanaan pekerjaan sehingga didapatkan mutu keluaran yang diharapkan sesuai
Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini. Laporan harus diserahkan selambat-Iambatnya 1
(Satu) bulan sejak SPMK diterbitkan.
LAPORAN PENDAHULUAN
Laporan Pendahuluan memuat :
- Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh (antara lain persiapan meliputi
mobilisasi personil, penyediaan kantor lapangan, peralatan kantor, peralatan survei,
kendaraan operasional, dan lain-lain).
- Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung Iainnya.
- Jadwal kegiatan penyedia jasa.
- Jadwal penugasan personil dan peralatan.
- Hasil kesimpulan sementara hasil pengumpulan data, gambar /peta dan laporan
hasil kegiatan terdahulu yang terkait (bila ada), inventarisasi lokasi potensial,
identifikasi permasalahan.
- Kendala-kendala yang mungkin akan terjadi selama pelaksanaan pekerjaan
nantinya.
Sebelum laporan pendahuluan dijilid /digandakan maka terlebih dahulu
didiskusikan dengan direksi dan dipresentasikan. Tanggapan, saran dan masukan
yang relevan dari hasil pembahasan Laporan Pendahuluan segera diperbaiki dan yang
GAMBAR PERENCANAAN
Gambar ini merupakan hasil dari perencanaan pekerjaan ini yang meliputi :
- Layout Bangunan Utama skala 1:500 termasuk Bangunan pelengkapnya.
- Gambar Denah dan tampak bangunan utama dan bangunan pelengkapnya
- Gambar-Gambar Detail.
- Gambar Prespektif (3D) berwarna
Gambar harus diserahkan pada akhir waktu kontrak sebanyak 10 (sepuluh) buku.
SPESIFIKASI TEKNIS
Spesifikasi teknis merupakan dokumen pengadaan untuk pelaksanaan Konstruksi
fisik nantinya. Adapun isi dari dokumen ini antara lain diskripsi jenis pekerjaan,
material yang digunakan, metode kerja dan teknik khusus konstruksi, standar dan
metode pengukuran, pengetesan dan kontrol kualitas. Gambar-Gambar dalam dokumen
ini adalah merupakan gambar-gambar desain hasil kegiatan Konsultan pada pekerjaan
perencanaan ini yang merupakan jilidan tersendiri. Spesifikasi teknis harus diserahkan
pada akhir waktu kontrak sebanyak 10 (sepuluh) buku.
SOFT COPY LAPORAN DAN BACKUP DATA
Seluruh Laporan dan gambar disajikan dalam Bahasa Indonesia sesuai format (bentuk)
laporan yang berlaku di lingkungan Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah II.
Disamping itu seluruh hasil pekerjaan di simpan (backup) dalam Flash disk 32 Gb
sebanyak 2 (dua) buah untuk diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
E Penyerahan laporan
1 Laporan rencana mutu kontrak (RMK)
2 Laporan pendahuluan
3 Laporan antara
4 Laporan akhir sementara
5 Laporan akhir
6 Gambar perencanaan
7 Spesifikasi teknis
8 Soft copy laporan dan backup data
F Rapat Pembahasan
Ahli Elektronika
BAMBANG RIANTO W. ST
Surveyor
AZIS SAIFUL ANWAR, ST
BAMBANG EKO PRAWIOTO
Operator Komputer
LINDA SUSANTI, SE
Tenaga Administrasi/Keuangan
LIRISIA PERMATA SARI, ST
Tenaga Ahli
(Proffesional Staff)
Jumlah
Tenaga Ahli
Nama Personil Perusahaan Lingkup Keahlian Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal/Asing
Bulan
Andy Budi Yuwono, ST PT. Tata Cipta Lokal Ahli Teknik Arsitektur Ketua Tim/ Ahli - Menjamin bahwa pelaksanaan 4
Utama Arsitektur pekerjaan akan dipenuhi dengan baik
dan penuh tanggung jawab sesuai
Kerangka Acuan Kerja
Bahtiar Antana, ST PT. Tata Cipta Lokal Ahli Teknik Sipil Tenaga Ahli Teknik - Membantu Team Leader dalam 3
Utama Sipil menyusun laporan dan rancangan
desain struktural
Bambang Rianto W. ST PT. Tata Cipta Lokal Ahli Teknik Elektro Tenaga Ahli - Membantu Team Leader dalam 2
Utama Elektronika menyusun laporan dan rancangan
desain mekanikal dan elektrikal
Lily Oktavia, ST, MT PT. Tata Cipta Lokal Ahli Teknik Ahli Teknik - Membantu Team Leader dalam 2
Utama Lingkungan Lingkungan/ Ahli menyusun laporan dan rancangan
Perpipaan desain plumbing
Rafsanzani, ST PT. Tata Cipta Lokal Ahli Teknik Sipil Ahli Cost Estimator - Membantu Team Leader dalam 3
Utama menyusun laporan dan rancangan
Biaya
Tenaga Pendukung
(Supporting Staff)
Jumlah
Tenaga Ahli
Nama Personil Perusahaan Lingkup Keahlian Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal/Asing
Bulan
Azis Saiful Anwar, PT. Tata Cipta Utama Lokal Survey data Surveyor - Melakukan Survey Topografi 1
ST dan Survei pendahuluan
Bambang eko PT. Tata Cipta Utama Lokal Survey data Surveyor - Melakukan Survey Topografi 1
Prawioto dan Survei pendahuluan
Linda Susanti, SE PT. Tata Cipta Utama Lokal Komputer dan Operator Komputer - Membantu dalam penyusunan 4
Program Offices laporan
Lirisia Permata Sari, PT. Tata Cipta Utama Lokal Administrator Administrasi, - Membantu team leader dalam 4
ST perkantoran Keuangan menjalankan tugas administrasi
Membantu Team Leader dalam menyusun laporan dan rancangan desain Mekanikal dan
Elektrikal.
Memberikan saran/pendapat dan solusi kepada Pemberi Tugas atas segala masalah yang
timbul di lapangan selama pelaksanaan kegiatan, agar proses pelaksanaan kegiatan
dapat berjalan dengan lancar.
Menghadiri rapat-rapat pembahasan yang diadakan berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan.
Membantu Team Leader dalam menyusun laporan dan rancangan pembiayaan (RAB)
2 Bahtiar Antana, ST 3
3 Bambang Rianto W. ST 2
5 Rafsanzani, ST 3
7 Khotimatuzzahroh, ST 2
8 Putu Aryastana, ST 3
11 Linda Susanti, SE 4
Sub Total 0
Total` 31
2.5. FASILITAS
Untuk memperlancar pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan, konsultan akan menggunakan
fasilitas dan sarana pendukung yang dibutuhkan sebagai pendukung dalam pelaksanaan
pekerjaan tersebut yang telah disesuaikan dengan persyaratan dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK)
Fasilitas dan sarana yang digunakan Konsultan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai
berikut :
Fasilitas Jumlah BULAN KE
No. Jenis Ket.
Pendukung (Unit) I II III IV
1 Alat Transportasi Roda Empat 1 Sewa
2 Perlengkapan Komputer 2 Sewa
Kantor dan Printer 2 Sewa
Operasional Scanner 2 Sewa
3 Peralatan Survey Theodolith/TS 1 Sewa
Waterpass 1 Sewa
Kompas 1 Sewa
Rollmeter 1 Sewa
Bak Ukur 1 Sewa
Kamera 2 Milik Sendiri