Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hiperhidrosis merupakan salah satu bentuk keringat berlebihan pada tubuh
yang berlangsung dalam kadar sering dan konstan. Berkeringat adalah cara tubuh
untuk mendinginkan diri. Dalam sebagian besar keadaan, berkeringat adalah hal
yang alami dan sehat yang penting untuk regulasi suhu tubuh. Namun beberapa
orang justru berkeringat dalam jumlah yang lebih besar dari yang dibutuhkan
untuk mendinginkan tubuh, kondisi ini biasa dikenal dengan hiperhidrosis.
.Sekresi keringat dilakukan oleh sistem syaraf vegetatif kita (sistem syaraf
simpatik).
Hiperhidrosis biasanya berada pada telapak, baik telapak tangan dan kaki
serta ketiak. Selain mengganggu kegiatan sehari-hari yang normal, hiperhidrosis
dapat menyebabkan kecemasan sosial. Hiperhidrosis dapat bersifat umum, dalam
hal ini dapat disebabkan oleh kondisi medis, seperti hipertiroidisme, menopause,
atau leukemia, atau bahkan sebagai akibat dari obat-obatan tertentu. Namun,
hiperhidrosis fokal tidak memiliki penyebab yang mendasarinya1.
Beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi hiperhidrosis
diantaranya adalah terapi konservatif baik topikal maupun sistemik dan terapi
operatif diantaranya adalah eksisi kelenjar keringat aksila, dan simpatektomi.
Adapun terapi lain adalah Iontophoresis dan toksin botullinum4,5.

1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan
klinik di bagian Kesehatan kulit dan kelamin Rumah Sakit Umum Daerah
Adhiyatma, Semarang.

1.2.2 Tujuan Khusus


Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui
definisi dan mekanisme perspirasi (berkeringat), definisi, etiologi,
klasifikasi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, serta komplikasi
hiperhidrosis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perspirasi (Berkeringat)


2.1.1 Definisi Berkeringat
Perspirasi (berkeringat, transpirasi, atau diaphoresis) adalah
produksi cairan/ fluida, terdiri terutama atas air serta berbagai padatan
yang terlarut (terutama klorida) yang dikeluarkan oleh kelenjar keringat
pada kulit. Evaporasi keringat dari permukaan kulit memiliki efek
pendinginan karena kalor laten penguapan air. Oleh karena itu, pada cuaca
yang panas atau saat otot menjadi panas karena digunakan secara aktif,
lebih banyak keringat yang dihasilkan. Perspirasi juga dapat meningkat
karena gugup (nervous) dan mual (nausea) namun dapat menurun karena
dingin3.

2.1.2 Komposisi Keringat


Keringat sebagian besar terdiri air. Selain itu keringat juga
mengandung mineral, asam laktat dan urea. Komposisi mineral dapat
bervariasi pada setiap individual dan tergantung pada aklimatisasi pada
panas, olah raga dan berkeringat, sumber khusus (seperti sauna), durasi
berkeringat, dan komposisi mineral dalam tubuh. Secara umum mineral
dalam keringat adalah:
 Natrium (0,9 gr/L)
 Kalium (0,2 gr/L)
 Kalsium (0,015 gr/L)
 Magnesium (0,0013 gr/L)
 Seng (0,4 mg/L)
 Tembaga (0,3 - 0,8 mg/L)
 Besi (1 mg/L)
 Kromium (0,1 mg/L)
 Nikel (0,05 mg/L)

3
2.1.3 Mekanisme Penurunan Suhu
Sistem pengatur suhu menggunakan tiga mekanisme penting untuk
menurunkan panas tubuh ketika suhu tubuh menjadi sangat tinggi3:
1. Vasodilatasi pembuluh darah. Pada hampir semua area tubuh,
pembuluh darah mengalami dilatasi. Hal ini disebabkan oleh hambatan
pusat simpatis di hipotalamus posterior yang menyebabkan
vasokonstriksi. Vasodilatasi akan meningkatkan kecepatan
pemindahan panas ke kulit sebanyak delapan kali lipat.
2. Berkeringat. Efek peningkatan suhu tubuh sebanding dengan
kecepatan kehilangan panas melalui evaporasi, yang dihasilkan dari
keringat ketika suhu meningkat di atas nilai kritis 37°C. Peningkatan
suhu tubuh tambahan sebesar 1°C, menyebabkan pengeluaran keringat
yang cukup banyak untuk membuang 10 kali kecepatan pembentukan
panas tubuh basal.
3. Penurunan pembentukan panas. Mekanisme yang menyebabkan
pembentukan panas yang berlebihan, seperti menggigil dan
termogenesis kimia, dihambat dengan kuat.

2.1.4 Mekanisme Perspirasi


Berkeringat memungkinkan tubuh untuk mengatur suhu.
Berkeringat dikendalikan oleh pusat dari preoptik dan daerah anterior
hipotalamus di mana tedapat neuron termosensitif. Fungsi pengaturan
panas dari hipotalamus juga dipengaruhi oleh input dari reseptor suhu pada
kulit. Rangsangan area preoptik di bagian anterior hipotalamus baik secara
listrik atau oleh panas yang berlebihan akan menyebabkan berkeringat.
Hal ini disebabkan oleh suhu yang tinggi pada kulit akan menurunkan
potensial ambang hipotalamus untuk berkeringat dan meningkatkan
umpan balik (feedback) hipotalamus sebagai respon terhadap variasi pada
temperatur inti. Impuls saraf dari area yang menyebabkan berkeringat ini

4
dihantarkan melalui jaras otonom ke medula spinalis dan kemudian
melalui jaras simpatis mengalir ke kulit di seluruh tubuh.
Kelenjar keringat dipersarafi oleh serabut-serabut saraf kolinergik
(serabut yang menyekresikan asetilkolin, tetapi berjalan bersama dengan
saraf simpatis di serabut adrenergik). Kelenjar ini dapat juga dirangsang di
beberapa tempat oleh epinefrin atau norepinefrin yang bersirkulasi dalam
darah, walaupun kelenjar itu sendiri tidak memiliki persarafan adrenergik.
Kelenjar keringat berbentuk tubular dan memiliki 2 bagian6 :
 Bagian yang bergelung di subdermis dalam yang menyekresi
keringat.
 Bagian duktus yang berjalan keluar melalui dermis dan epidermis
kulit.

5
Kelenjar keringat Eccrine (ekrin= mengeluarkan), juga disebut kelenjar
keringat merocrine, banyak di telapak tangan, telapak kaki, dan dahi. Masing-
masing adalah kelenjar tubular sederhana melingkar. Bagian sekretori terletak
melingkar pada dermis; saluran meluas untuk membuka dalam pori berbentuk
corong pada permukaan kulit. (Keringat pori-pori ini berbeda dari yang disebut
pori-pori kulit, yang sebenarnya merupakan outlet eksternal akar rambut.)3
Kelenjar keringat apokrin sebagian besar pada daerah aksila dan
anogenital. Kelenjar apokrin lebih besar daripada kelenjar Eccrine, dan salurannya
berlanjut folikel rambut. Sekresi Apocrine berisi komponen dasar yang sama
seperti keringat sebenarnya, ditambah zat lemak dan protein. Akibatnya, secret
menjadi kental dan kadang-kadang memiliki warna susu atau kekuning-kuningan.
Sekret ini tidak berbau, tapi ketika molekul-molekul organiknya terurai oleh
bakteri pada kulit, secret akan menghasilkan bau yang tidak menyenangkan (bau
badan)3.
Bagian sekretotik kelenjar keringat menyekresi cairan yang disebut sekret
primer atau sekret prekursor, kemudian konsentrasi zat-zat dalam cairan tersebut
dimodifikasi sewaktu cairan itu mengalir melalui duktus.
Sekret prekursor adalah hasil sekresi aktif dari sel-sel epitel yang melapisi
bagian yang bergelung dari kelenjar keringat. Serabut saraf simpatis kolinergik
berakhir pada atau dekat sel-sel kelenjar yang mengeluarkan sekret tersebut.
Sewaktu larutan prekursor ini mengalir di bagian duktus kelenjar, larutan ini
mengalami modifikasi melalui reabsorpsi sebagian besar ion natrium dan klorida.
Tingkat reabsorpsi ini bergantung pada kecepatan berkeringat.
Apabila kelenjar keringat hanya sedikit dirangsang, cairan prekursor
mengalir melalui duktus dengan lambat. Dalam hal ini, pada dasarnya semua ion
natrium dan klorida direabsorpsi, dan konsentrasi masing-masing ion ini turun
menjadi 5 mEq/L. Hal ini mengurangi tekanan osmotik cairan keringat tersebut
hingga nilai yang sangat rendah sehingga sebagian besar cairan kemudian juga
direabsopsi, yang membuat unsur lainnya menjadi lebih pekat. Karena itu, pada
kecepatan berkeringat yang rendah, kandungan unsur seperti urea, asam laktat,
dan ion kalium biasanya memiliki konsentrasi yang tinggi.

6
Sebaliknya, bila kelenjar keringat dirangsang dengan kuat oleh sistem
saraf simpatis, sekret prekursor dibentuk dalam jumlah yang banyak, dan duktus
kini hanya mereabsorpsi natrium klorida (NaCl) dalam jumlah yang lebih sedikit
dari setengahnya,konsentrasi ion-ion natrium dan klorida biasanya meningkat
(pada orang yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan iklim) sampai tingkat
maksimum sekitar 50-60 mEq/L.
Bila orang belum menyesuaikan dengan iklim panas, ia akan mengalami
kehilangan natrium klorida di dalam keringat dalam jumlah yang bermakna.
Kehilangan elektrolit akan jauh lebih sedikit, meskipun kemampuan berkeringat
telah ditingkatkan, bila orang telah terbiasa dengan iklim tersebut.
Disfungsi otonom dapat menghasilkan manifestasi yang beragam,
termasuk berkeringat berlebihan. Asetilkolin (ACH) adalah neurotransmitter
preganglionik untuk kedua divisi system saraf otonom (simpatik dan
parasimpatik) serta neurotransmiter postganglionik dari neuron parasimpatik.
Norepinefrin (NE) adalah neurotransmiter yang dari neuron simpatik
postganglionik, kecuali untuk neuron kolinergik yang mengaktifkan kelenjar
keringat2.

AKLIMATISASI MEKANISME BERKERINGAT TERHADAP PANAS –


PERANAN ALDOSTERON
Pada orang yang normal dan belum menyesuaikan diri dengan iklim jarang
dapat menghasilkan keringat lebih dari 1 liter per jam, tetapi bila ia terpajan cuaca
panas selama 1 sampai 6 minggu, orang tersebut akan berkeringat lebih banyak,
seringkali akan meningkatkan sekresi keringatnya hingga maksimal 2-3 liter per
jam. Evaporasi keringat yang lebih banyak ini memindahkan panas dari tubuh
dengan kecepatan lebih dari 10 kali kecepatan pembentukan panas basal normal.
Peningkatan efektivitas berkeringat ini disebabkan oleh perubahan sel kelenjar
keringat itu sendiri untuk meningkatkan kemampuan berkeringatnya3.
Hal lain yang juga terjadi adalah terus menurunnya konsentrasi natrium
klorida dalam keringat yang memungkinkan penyimpanan garam di dalam tubuh
lebih baik secara perlahan-lahan. Sebagian besar efek ini disebabkan oleh

7
peningkatan sekresi aldosteron oleh kelenjar adrenokortikal yang dihasilkan dari
sedikit penurunan konsentrasi natrium klorida dalam cairan ekstrasel dan plasma.
Orang yang belum menyesuaikan diri dengan iklim akan banyak berkeringat
sebesar 15-30 gr setiap hari untuk beberapa hari pertama. Setelah 4-6 minggu
menyesuaikan diri, kehilangan garam biasanya menjadi 3-5 gr perhari3.

2.2 Hiperhidrosis
2.2.1 Definisi
Hiperhidrosis adalah kelebihan produksi dari kelenjar keringat.
Secara teoritis apabila ada kelebihan atau kekurangan produksi kelenjar
keringat maka hal itu harus dipikirkan apakah perubahan itu terjadi pada
kelenjar keringat yang disebabkan bahan-bahan aktif, stimulasi abnormal
pada saraf atau aktifitas yang berlebihan dari salah satu pusat yang
bertanggungjawab terhadap termoreguloator, mental, dan gustatorik
sweating macam-macam hiperhidrosis4

2.2.2 Etiologi
Penyebab hiperhidrosis berasal dari sistem pengaturan suhu tubuh,
khususnya kelenjar keringat Anda. Kulit memiliki dua jenis kelenjar keringat4 :
 Kelenjar Ekrine
Terjadi pada sebagian besar tubuh Anda dan terbuka secara langsung ke
permukaan kulit.
 Kelenjar Apokrine
Kelenjar ini berkembang di daerah melimpah di folikel rambut, seperti di,
ketiak dan pangkal paha kulit kepala Anda. Ketika suhu tubuh Anda
meningkat, sistem saraf otonomik merangsang kelenjar untuk
mengeluarkan cairan ke permukaan kulit hal inilah yang mendinginkan
tubuh Anda karena terjadi proses penguapan.

8
2.2.3 Klasifikasi Hiperhidrosis
Klasifikasi hiperhidrosis berdasarkan penyebabnya :
1. Hiperhidrosis sebagai suatu bagian dari kondisi yang telah ada
(hiperhidrosis sekunder)
Beberapa kondisi dapat menyebabkan keringat berlebihan, sebagai suatu
yang melibatkan seluruh tubuh :
- Hipertiroidisme atau penyakit endokrin yang sejenis.
- Terapi endokrin untuk kanker prostat atau tipe lain dari penyakit
keganasan.
- Penyakit-penyakit psikiatrik yang berat.
- Obesitas.
- Menopause.
2. Hiperhidrosis tanpa sebab yang diketahui (hiperhidrosis primer atau
essensial)
Keadaan ini jauh lebih sering daripada hiperhidrosis sekunder dan
muncul secara umum, berlokasi pada satu atau beberapa tempat dari
tubuh) lebih sering tangan, kaki, ketiak atau kombinasi dari semua itu)
Selalu dimulai selama masa kecil atau masa remaja dan menetap
sepanjang hidup.
Gugup dan cemas dapat mendatangkan atau mengagregasi keringat
tetapi gangguan psikiatrik sangat jarang menyebabkan gangguan ini.

Hiperhidrosis tipe lainnya5 :


a. Hiperhidrosis Lokalisata
Tempat-tempat predileksi pada telapak tangan, telapak kaki, dan daerah
intertriginosa yaitu aksila, lipatan inguinal, dan daerah perineum. Kadang-
kadang bias terdapat pada dahi, pangkal hidung, dan daerah sternum.
Penyebab dari hiperhidrosis lokalisata yaitu emosional, apabila sebagian
dikarenakan oleh hemiplegi atau kelainan saraf unilateral.

9
b. Hiperhidrosis Emosional
Bentuk ini intermitten dan tergantung pada emosi yang disebabkan oleh
kecemasan, kesedihan, ketakutan, atau stimulasi dari obat, seperti kafein
yang terdapat pada kopi, dan teh.
c. Hiperhidrosis Generalisata
Hiperhidrosis generalisata dapat terjadi oleh karena udara panas dengan
kelembaban tinggi seperti pada daerah tropis, sakit panas, atau latihan
yang berlebihan. Hal ini mungkin juga terjadi pada kelainan hormonal
seperti hipertiroidism, diabetes mellitus, kehamilan, Parkinson, kelainan
saraf simpatik, tumor metastatik yang mengenai medulla spinalis, aspirin,
dan obat-obat kolinergik seperti pilokarpin atau pisostigmin, antidepresan
golongan SSRI atau trisiklik, dan opioid. Tidak biasa terdapat pada
penyakit kronis yang menyebabkan kelemahan.
d. Hiperhidrosis Gustatorik
Hiperhidrosis ini terjadi pada bibir, hidung, dahi, dan sternum setelah
makan makanan panas dan pedas. Hal ini bersifat fisiologi dan refleks dari
kelainan ini belum diketahui.
Hiperhidrosis gustatorik dapat bersifat patologi seperti pada penderita
kelainan-kelainan glandula parotis atau penderita tumor. Pada bayi dapat
terjadi pada lutut/kaki kiri yang disebabkan oleh minum susu.

2.2.4 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala hiperhidrosis meliputi :
 Terlihat sering berkeringat, bahkan tergolong berlebihan, sehingga dapat
terlihat melalui pakaian yang basah
 Abnormal yang berlebihan dan keringat mengganggu di kaki, ketiak,
kepala atau wajah
 Tetesan keringat pada telapak tangan atau telapak kaki bersifat lebih
lengket

10
2.2.5 Dasar Diagnosis
Diagnosis hiperhidrosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesis
Didapatkan keluhan penderita mengeluarkan keringat yang
berlebihan, yang bisa menghambat aktivitasnya sehari-hari.
Hal ini kadang dipicu oleh stress, emosi atau olah raga, tetapi
juga bisa terjadi secara spontan.
Pada pasien dengan curiga hipoglikemia. gejala awalnya
adalah berkeringat, badan gemetaran, lemah, lapar dan mual.
Hipoglikemia juga bisa terjadi setelah makan, terutama pada
orang-orang yang telah menjalani pembedahan lambung atau
usus. Pada pasien demam juga dapat terjadi keringat yang
berlebihan. Pada saat suhu tubuh mulai turun kembali, bisa
disertai dengan keringat yang berlebihan.
Untuk mengetahui penyebab dari hiperhidrosis, perlu
dilakukan anamnesis yang lebih mendalam untuk mencari
penyebab yang mendasarinya seperti hipoglikemia,
hipertiroidisme (penurunan berat badan, denyut jantung yang
cepat atau tidak teratur, gelisah dan keringat yang berlebihan),
tuberkulosis paru (berkeringat di malam hari), dan malaria
(pada awalnya penderita menggigil, sakit kapala, mual dan
muntah, ketika suhu tubuh mulai turun, akan keluar banyak
keringat).
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan dapat ditemukan adanya keringat berlebihan
pada telapak tangan, ketiak, telapak kaki. Adapun pada
pemeriksaan tanda vital dapat ditemukan takikardi (kasus
hipertiroidisme), hipertermi (saat demam), dyspneu jika
penyebabnya tuberkulosis paru.

11
c. Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosis hiperhidrosis dan menyingkirkan
berbagai diagnosis banding adalah sebagai berikut ini:
1. Tes fungsi tiroid, untuk menyatakan kemungkinan
hipertiroidisme atau tirotoksikosis.
2. Kadar glukosa darah, untuk menyatakan kemungkinan
hipoglikemia.
3. Pemeriksaan katekolamin urin, untuk menyatakan
kemungkinan pheochromocytoma.
4. Kadar asam urat, untuk menyatakan kemungkinan gout.
5. Tes purified protein derivative (PPD) sebagai screening
untuk tuberkulosis.
6. Rontgen dada (chest radiography), untuk menyingkirkan
kemungkinan tuberkulosis atau penyebab neoplastik.
7. Thermoregulatory sweat test, sebelum tes dilakukan kulit
ditaburi oleh bubuk yang dapat berubah warna jika terkena
basah. Tes ini dilakukan di ruangan dengan suhu normal dan
kemudian suhu dinaikkan menjadi 38 derajat C. Pada penderita
hiperhidrosis bubuk tersebut dapat berubah menjadi warna
ungu.

2.2.6 Penatalaksanaan
Pengobatan sistemik maupun topikal kurang memuaskan karena
hanya bersifat sementara. Tetapi kelainan ini dapat sembuh spontan dalam
beberapa tahun4.
Pada hiperhidrosis sekunder, kondisi yang mendasarinya harus
diobati lebih dulu. Pasien dengan terapi hormonal untuk kanker prostat
(castrasi, analog LHRH) dengan gangguan keringat dapat menjadi ringan
dengan pemberian anti estrogen (ciproterone acetate).

12
Pada pasien dengan hiperhidrosis primer atau untuk terapi
simptomatik dari keringat yang berat pada pasien dengan hiperhidrosis
sekunder, sebaliknya tidak dapat diobati, metode-metode berikut ini dapat
diterima.
Pada pasien psikiatrik dengan hiperhidrosis pengobatan yang
sukses dengan simptom ini sering mengurangi kecenderungan stress
emosional.
- Anti respiran
- Iontoforesis
- Obat-obatan
- Pembedahan
- Metode pengobatan lain.

1. Anti respiran
Selalu direkomendasikan sebagai penilaian terapi yang pertama.
Agen yang paling efektif adalah alluminium chlorida (20-25%) dalam
alkohol 70-90%, diberikan pada malam hari 2-3 kali/hari. Secara umum,
pengobatan ini cukup pada kasus-kasus dengan hiperhidrosis yang ringan
sampai yang berat tetapi harus diulang secara teratur. Untuk hiperhidrosis
aksila konsentrasi yang digunakan alumunium klorida 10-35%. Untuk
mengurangi iritasi sebaiknya memulai dengan konsentrasi yang lebih
rendah. Untuk hiperhidrosis Palmaris konsentrasi alumunium klorida yang
diberikan dapat mencapai >50%.

2. Iontoforesis
Dapat dicoba bila anti respiran tidak membawa kepada hasil yang
menguntungkan. Metode ini terdiri dari penggunaan arus listrik intensitas
rendah (15-18 mA), dihasilkan oleh generator DC, tapak tangan dan/atau
tapak kaki dicelupkan ke dalam suatu larutan elektrolit. Prosedur ini harus
diulang secara teratur, dimulai dengan 20 sesi beberapa kali/minggu,
berangsur-angsur diperpanjang interval antara pengobatan menjadi 1-2

13
minggu. Hasilnya bervariasi : beberapa pasien, yang menderita
hiperhidrosis ringan atau berat, senang dengan metode ini, beberapa ada
yang menganggap ini terlalu membutuhkan waktu atau tidak efisien dan
dapat dikatakan mahal sangat sulit untuk menggunakannya pada axilla dan
tidak mungkin digunakan pada hiperhidrosis difus pada wajah atau
badan/paha4.
Hal ini diduga untuk memblokir sementara kelenjar keringat.
Pengobatan berlangsung sekitar 15 sampai 30 menit sehari sekali dalam
satu minggu. Lontoforesis umumnya aman dan akhirnya terapi
pemeliharaan dapat dilakukan di rumah.

3. Obat-obatan
Tak ada obat-obatan yang spesifik tersedia melawan keringat
sebesar-besarnya psikotropik (kebanyakan sedatif) dan/obat-obat
antikolinergik sering dicoba tetapi selalu menunjukkan begitu banyak efek
samping sebelum suatu hasil yang nyata dapat diterima. Pada sedikit kasus
yang menderita keringat yang besar-besar di badan (tapi tidak di
ekstremitas, suatu dosis rendah agen anti kolinergik dapat mengurangi
simptom yang ringan tanpa membawa kehidupan yang tidak dapat
didukung dari efek samping (mulut kering, kesulitan akomodasi mata dan
lain-lain) tetapi dosis penting untuk menormalkan jumlah keringat akan
jarang ditoleransi.
Pengobatan sistemik yang ada mempunyai kekurangan sehingga
terdapat kesulitan didalam penyembuhan penyakit ini. Penggunaan
antikolinergik seperti atropine dikombinasi dengan scopolamine, prantal,
atau probanthine adalah lebih baik daripada atropine sendiri. Dosisnya
tergantung pada toleransi dan respon penderita. Efek samping berupa
mulut kering sekali4,5.

14
4. Pembedahan
- Eksisi kelenjar keringat axilla
Pasien dengan hiperhidrosis axilla yang tidak responsif terhadap terapi
medis dapat dengan efektif diobati dengan eksisi kelenjar keringat axilla. Jika
keringat meluas melewati daerah yang ditumbuhi rambut di axilla, incisi beberapa
kulit mungkin diperlukan, kadang-kadang menghasilkan suatu bentuk kelenjar
parut hipertrofi dan/atau konstriktif3.
Simpathectomy
- Prinsip simpatektomi adalah untuk memutus jalur syaraf dan nodus
(ganglia) yang mengirim sinyal ke kelenjar keringat. Secara mendasar, ini dapat
diterima untuk semua lokasi tubuh, tetapi hanya nodus syaraf dapat merespon
kelenjar keringat tapak tangan dan wajah dapat diterima tanpa membutuhkan
prosedur pembedahan mayor. Hari ini, pilihan terapi untuk hiperhidrosis telapak
tangan dan wajah dari yang cukup sampai yang parah (tetapi juga axilla,
khususnya jika dikombinasikan dengan keringat telapak tangan), dibuat dari suatu
prosedur pembedahan yang dikenal sebagai simpatektomi thorax dengan
endoskopi. Tehnik endoskop invasive minimal ini dikembangkan tahun-tahun
belakangan ini pada beberapa rumah sakit di Eropa, menggantikan simpatektomi
thorax konvensional. Suatu prosedur yang sangat traumatic yang dilakukan di
waktu lalu. Tehnik endoskopi sangat aman, jika dilakukan oleh seorang ahli bedah
yang sangat pengalaman pada tipe prosedur ini dan membawa kepada pengobatan
definitif yang hampir 100% pasien meninggalkan hanya sedikit jaringat parut di
ketiak4,5.
- Orang-orang dengan hiperhidrosis kombinasi dari tapak tangan dan tapak
kaki memiliki kesempatan yang baik untuk memperbaiki keringat kaki mereka
setelah sebuah operasi ditujukan untuk menekan keringat pada tangan.
Hiperhidrosis tangan terisolasi dapat bagaimanapun hanya diobati dengan
simpatektomi lumbal. Suatu prosedur membuka abdomen.
- Hiperhidrosis difus dari tubuh atau keringat umum dari seluruh tubuh
tidak dapat diobati dengan pembedahan.

15
5. Metode Pengobatan Lain
Toxin Botulinum (Botox)
Sebuah famili toxin yang diproduksi oleh suatu bakteri yang dikenal
sebagai Clostridium botulinum. Toxin ini adalah salah satu dari racun-racun
yang mematikan yang pernah dikenal, dicampuri efek substansi transmitter
asetil kolin pada synaps (tempat hubungan dari suatu akhiran syaraf dengan sel
syaraf lain atau suatu otot) dan membawa paralisis progresif dari semua otot-
otot di tubuh, termasuk otot-otot pernafasan. Pada dosis yang sangat rendah,
toxin botulinum telah digunakan pada kasus-kasus dimana terlokalisasi
hiperaktivitas otot (spasme kelopak mata, torticolli dan sebagainya) dihasilkan
pada suatu penurunan dalam transmisi impuls ke otot. Laporan awal telah
dipublikasikan berkenaan penggunaan toxin botulinum pada hiperhidrosis. Ini
terlihat berhasil dengan adekuat pada hiperhidrosis axilla, habis selama 6-12
bulan tergantung dosis (0,5 – 1,0 unit/cm2)4.
Para peneliti telah menemukan bahwa suntikan Botox, yang biasa
digunakan untuk membantu mengurangi kerutan wajah halus, merupakan cara
yang efektif untuk mengobati hiperhidrosis berat oleh memblokir saraf yang
memicu kelenjar keringat5.
Botox memang tidak menyembuhkan, namun untuk mencapai hasil
yang diinginkan, perawatan dapat dilakukan meski menimbulkan rasa sakit,
dan hasilnya dapat terasa sekitar empat bulan. Botox juga memiliki efek
samping seperti kelemahan otot tangan, saat disuntikkan ke dalam telapak
tangan, dan sakit kepala, yang jarang terjadi5.

2.2.7 Komplikasi
Komplikasi hiperhidrosis mencakup1 :
 Infeksi jamur kuku
Orang yang berkeringat rentan terhadap berbagai jenis infeksi
jamur. Itu karena jamur berkembang dalam lingkungan lembab, seperti
sepatu. Itulah sebabnya lebih mungkin mendapatkan infeksi di kuku kaki
daripada di kuku tangan. Sebuah infeksi kuku biasanya dimulai dengan

16
gejala bintik putih atau kuning di bawah ujung kuku. Saat terjadi infeksi
jamur, kuku akan menghitam, menebal dan cenderung melebar. Kadang-
kadang kuku akan terpisah dari tempatnya, dan kulit di sekitarnya menjadi
merah dan bengkak. Bahkan dapat mendeteksi sedikit bau pada kuku.
 Infeksi bakteri dan kutil
Hiperhidrosis dapat berkontribusi terhadap infeksi bakteri, terutama di
sekitar folikel rambut atau antara jari-jari kaki. Ini juga terkait dengan
kutil. Bila memiliki hiperhidrosis, kutil akan hilang dalam jangka waktu
yang lama meski setelah perawatan dan memiliki kecenderungan untuk
kembali kambuh.
 Konsekuensi sosial dan emosional
Orang-orang dengan hiperhidrosis biasanya memiliki keringat yang
berlebihan dari yang dapat menghasilkan tangan basah dan bau kaki yang
tidak menyenangkan. Akibatnya, mereka dapat pengalaman yang
signifikan psikologis, sosial, konsekuensi pendidikan dan pekerjaan yang
terbatas.
Kondisi kulit lainnya Kondisi kulit tertentu seperti eksim dan ruam
kulit, terjadi lebih sering pada orang dengan hiperhidrosis. Tidak mustahil
juga berkeringat berlebihan memperburuk peradangan kulit.

17
BAB III
KESIMPULAN

Hiperhidrosis adalah suatu keadaan terjadinya kelebihan produksi dari


kelenjar keringat. Hiperhidrosis dapat diklasifikasikan menjadi hiperhidrosis
primer yaitu tanpa penyebab yang mendasarinya dan hiperhidrosis sekunder yang
terjadi karena ada keadaan ataupun penyakit yang mendasarinya. Gejala yang
dapat ditimbulkan berupa terlihat sering berkeringat bahkan tergolong berlebihan,
sehingga dapat terlihat melalui pakaian yang basah.
Penanganan dari hiperhidrosis terdiri dari pemberian anti respiran,
Iontoforesis, obat-obatan yaitu berupa obat sistemik maupun topikal, tindakan
pembedahan dengan cara eksisi kelenjar keringan dan tindakan simpatektomi,
adapun metode pengobatan lain yaitu dengan injeksi toksin botullinum.
Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan apabila kondisi hiperhidrosis
ini terjadi terus menerus yaitu infeksi jamur, infeksi bakteri pada tubuh sampai
terjadinya gangguan social dan emosional. Penderita hiperhidrosis biasanya
memiliki keringat yang berlebihan berupa tangan basah dan bau kaki yang tidak
menyenangkan sehingga dapat menyebabkan gangguan pada aktivitas dan
perubahan dari psikologis.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin


Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.

2. Fauci, et al. Harrison’s Principles of Internal medicine. United States of


America : The McGraw-Hill Companies, Inc; 2008

3. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta :
EGC; 2008

4. Hartadi. Dermatosis Non Bakterial. Semarang : Badan Penerbit Undip;


1992

5. James, William. D., Berger, Timothy. G., Elston, Dirk. M., Andrews
Diseases Of : The Skin Clinical Dermatology. United States of America :
Elsevier Saunders, Inc ; 2011

6. Marieb EN, Hoehn K. Human Anatomy & Physiology. United States of


America : Pearson Education. Inc; 2007

7. Sherwood L. Human physiology 7th ed. Canada : Brooks/Cole Cengage


Learning; 2007.

8. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, et al, editor. Fitzpatrick’s Dermatology


in General Medicine. 7th ed. USA: McGraw-Hill Companies; 2008.

19

Anda mungkin juga menyukai