Lepra
Lepra
2011
Oleh:
TASIKMALAYA
2011
1
Bakteri Mycobacterium leprae
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, karena berkay rahmat dan
hidayah-Nya kami telah mampu menyelesaikan makalah berjudul “Bakteri
Mycobacterium leprae”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Mikrobiologi II.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh
sebab itu , kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat bagi kami dan bagi pembaca. Amiin.
Penulis
2
Bakteri Mycobacterium leprae
2011
DAFTAR ISI
Kesimpulan ........................................................................................................... 18
Saran ...................................................................................................................... 20
3
Bakteri Mycobacterium leprae
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Kusta merupakan penyakit tertua yang sampai sekarang masih ada. Kusta
berasaldari bahasa India kustha, dikenal sejak 1400 tahun sebelum
masehi.Kusta merupakanpenyakit yang sangat ditakuti oleh masyarakat
karena dapat menyebabkan ulserasi, mutilasidan deformitas. Penderita
kusta tidak hanya menderita akibat penyakitnya saja tetapi juga karena
dikucilkan masyarakat sekitarnya. Oleh sebab itu, penulis akan membahas
penyakitkusta lebih mendalam dalam makalah ini.
Jumlah kusta diseluruh dunia selama 12 tahun terakhir ini telah menurun
85 % disebagian besar negara atau wilayah endemis. Kasus yang terdaftar
pada tahun 1997 kuranglebih890.000 penderita.Walaupun penyakit ini
masih problem kesehatan masyarakat di 55negara atau wilayah, 91 % dari
jumalah kasus berada di 16 negara, dan 82 %nya di limanegara yaitu
Brazil, India, Indonesia, Myanmar, dan Nigeria. Di indonesia, jumlah
kasuskusta yang tercatat pada akhir Maret 1997 adalah 31.699 orang,
distribusi juga tidak merata,yang tertinggi antara lain di Jawa Timur, Jawa
Barat dan Sulawesi Selatan. Prevalensi diIndonesia per 10.000 penduduk
adalah 1,57.
Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah
Mycobacterium Leprae yang bersifat intrasellular obligat. Saraf perifer
sebagai afinitaspertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian
atas, kemudian dapat ke organlain kecuali susunan saraf pusat. ( sumber :
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin UI).
Penyakit lepra atau kusta disebabkan oleh adanya infeksi kronis, bersifat
menular dan menyebabkan cacat, terutama pada hidung, jari-jari tangan
dan kaki serta kulit. Penyebab penyakit ini adalah “Mycobacterium
leprae”.
Ada tiga bentuk M. leprae yaitu :
a. Bentuk Tuberkuloid (T).
Bentuk ini bersifat tidak menular dan agak mudah disembuhkan.
Pasien tetap penyakit ini memiliki daya tahan Imunologi yang kuat.
b. Bentuk Lepromatosus (L)
Bentuk ini bersifat sangat menular, sukar disembuhkan dan lama.
Penularan bentuk Lepromatosus disebabkan kontak yang erat dan lama
dan system pertahanan tubuh dari pasien sudah tidak aktif lagi.
c. Bentuk T.L (Kombinasi bentuk tuberkoloid dan Lepromatosus).
4
Bakteri Mycobacterium leprae
2011
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, kami merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah pengertian Mycobacterium leprae dan bagaimana sejarah
ditemukannya Mycobacterium leprae?
2. Bagaimana Epidemiologi Mycobacterium leprae?
3. Bagaimana Etiologi Mycobacterium leprae?
4. Bagaimana cirri-ciri Penyakit kusta atau lepra?
5. Bagaimana kasus yang pernah terjadi di masyarakat yang disebabkan
Mycobacterium leprae?
6. Bagaimana Patologi klinis Mycobacterium leprae yang terjadi?
7. Bagaimana pemeriksaan laboratorium Mycobacterium leprae yang
terjadi?
8. Bagaimana gejala klinis penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
leprae?
9. Bagaimana cara pengobatannya?
C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun untuk
mengetahui dan mendeskripsikan :
1. Pengertian dan sejarah Mycobacterium leprae ;
2. Epidemiologi;
3. Etiologi;
4. Ciri-ciri Penyakit kusta atau lepra;
5. Study kasus Mycobacterium leprae;
6. Patologi klinis Mycobacterium leprae;
7. Pemeriksaan laboratorium Mycobacterium leprae;
8. Gejala klinis;
9. Pengobatan;
D. Kegunaan Makalah
5
Bakteri Mycobacterium leprae
2011
6
Bakteri Mycobacterium leprae
2011
BAB II
PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian dan Sejarah
Lepra (penyakit Hansen) adalah infeksi menahun yang terutama ditandai oleh
adanya kerusakan saraf perifer (saraf diluar otak dan medulla spinalis), kulit,
selaput lendir hidung, buah zakar (testis) dan mata.
Mycobacterium leprae adalah penyebab dari kusta. Sebuah bakteri yang tahan
asam M. leprae juga merupakan bakteri aerobik, gram positif, berbentuk
batang, dan dikelilimgi oleh membran sel lilin yang merupakan ciri dari
spesies Mycobacterium sp., M. leprae belum dapat dikultur pada
laboratorium.
Konon, kusta telah menyerang manusia sejak 300 SM, dan telah dikenal oleh
peradaban Tiongkok kuna, Mesir kuna, dan India. Pada 1995, Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan terdapat dua hingga tiga juta jiwa
yang cacat permanen karena kusta. Walaupun pengisolasian atau pemisahan
penderita dengan masyarakat dirasakan kurang perlu dan tidak etis, beberapa
kelompok penderita masih dapat ditemukan di berbagai belahan dunia, seperti
India dan Vietnam.
2. Epidemiologi
7
Bakteri Mycobacterium leprae
2011
Di seluruh dunia, dua hingga tiga juta orang diperkirakan menderita kusta.
India adalah negara dengan jumlah penderita terbesar, diikuti oleh Brasil dan
Myanmar.
3. Etiologi
Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Subordo : Corynebacterneae
8
Bakteri Mycobacterium leprae
2011
Genus : Mycobacterium
Spesies : M.leprae
3.1. Morfologi
9
Bakteri Mycobacterium leprae
2011
4. Macam-macam Penyakit
Manifestasi klinis dari kusta sangat beragam, namun terutama mengenai kulit,
saraf, dan membran mukosa. Pasien dengan penyakit ini dapat dikelompokkan
lagi menjadi ‘kusta tuberkuloid (Inggris: paucibacillary), kusta lepromatosa
(penyakit Hansen multibasiler), atau kusta multibasiler (borderline leprosy).
Kusta multibasiler, dengan tingkat keparahan yang sedang, adalah tipe yang
sering ditemukan. Terdapat lesi kulit yang menyerupai kusta tuberkuloid
namun jumlahnya lebih banyak dan tak beraturan; bagian yang besar dapat
mengganggu seluruh tungkai, dan gangguan saraf tepi dengan kelemahan dan
kehilangan rasa rangsang. Tipe ini tidak stabil dan dapat menjadi seperti kusta
lepromatosa atau kusta tuberkuloid.
Kusta tuberkuloid ditandai dengan satu atau lebih hipopigmentasi makula kulit
dan bagian yang tidak berasa (anestetik).
10
Bakteri Mycobacterium leprae
2011
Kusta lepormatosa dihubungkan dengan lesi, nodul, plak kulit simetris, dermis
kulit yang menipis, dan perkembangan pada mukosa hidung yang
menyebabkan penyumbatan hidung (kongesti nasal) dan epistaksis (hidung
berdarah) namun pendeteksian terhadap kerusakan saraf sering kali terlambat.
Tidak sejalan dengan mitos atau kepercayaan yang ada, penyakit ini tidak
menyebabkan pembusukan bagian tubuh. Menurut penelitian yang lama oleh
Paul Brand, disebutkan bahwa ketidakberdayaan merasakan rangsang pada
anggota gerak sering menyebabkan luka atau lesi. Kini, kusta juga dapat
menyebabkan masalah pada penderita AIDS.
B. PEMBAHASAN
1. Study Kasus Mycobacterium leprae
Di Indonesia, kusta atau lepra merupakan salah satu penyakit yang tak
lekang dimakan zaman. Penyakit satu ini tetap bercokol dan mengubah
kehidupan orang yang pernah dihinggapinya. Salah satunya Adi Yosep
(31). Kusta tak asing lagi bagi Adi dan keluarganya.
Awalnya, ibu dari Adi—pengidap kusta cukup parah—diserang mulai dari
gangguan di kulit muka berupa benjolan-benjolan hingga kuman
menyerang saraf tangan sang ibu. Beberapa tahun kemudian, sekitar tahun
1997, giliran Adi terkena. Muncul bercak putih tanpa rasa sakit di
tangannya. ”Tanda itu sudah ada sejak SMP, tetapi empat tahun kemudian
baru diperiksakan karena melebar,” katanya.
Setelah didiagnosis kusta, Adi menjalani pengobatan gratis di sebuah
puskesmas di Kota Kudus selama setahun dan sembuh total. Sekalipun
tanda-tanda kusta sebagian menghilang, tetapi stigma sebagai pengidap
kusta masih terekam. Tidak banyak masyarakat tahu tentang penyakit
kusta. Yang ada di masyarakat adalah gambaran keliru tentang sakit kusta
sebagai kutukan, guna-guna, sangat menular, dan tidak tersembuhkan.
”Dulu, tetangga saya tidak berani bertamu. Kalau ada perlu, mereka
berbicara lewat jendela,” ujar pendiri Perhimpunan Mandiri Kusta itu.
11
Bakteri Mycobacterium leprae
2011
12
Bakteri Mycobacterium leprae
2011
13
Bakteri Mycobacterium leprae
2011
14
Bakteri Mycobacterium leprae
2011
15
Bakteri Mycobacterium leprae
2011
Tidak perlu dilakukan isolasi. Lepra hanya menular jika terdapat dalam
bentuk lepromatosa yang tidak diobati dan itupun tidak mudah ditularkan
kepada orang lain.
Selain itu, sebagian besar secara alami memiliki kekebalan terhadap lepra
dan hanya orang yang tinggal serumah dalam jangka waktu yang lama
yang memiliki resiko tertular.
Dokter dan perawat yang mengobati penderita lepra tampaknya tidak
memiliki resiko tertular.
Obat anti kusta yang banyak dipakai saat ini adalah DOS (Diamino Difenil
Sulfom ) lalu Klofazimin dan Rifampisin,DDS mulai dipakai sejak 1948
dan pada tahun 1952 di Indonesia, jadi sudah lebih dari 30 tahun
pemakaian, klofazimin dipakai sejak 1962 oleh Brown dan Hogerzeil dan
rifampisin sejak tahun 1970.
Pengertian relapse atau kambuh pada kusta ada 2 kemungkinan, yaitu
relapse sensitive (persistent) dan relase resisten, pada relase sensitive,
decara klinis, bakteriokopik, histopatologik, dapat dinyatakan, penyakit
sekonyong konyong aktif kembali dengan timbulnya lesi batu dan
bakterioskopik positif kembali.
Resitensi terhadap DOS ada yang sekunder dan ada yang primer,resitansi
sekunder terjadi karena :
1. Monoterapi DOS.
2. Dosis terlalu rendah.
3. Memakan obat tidak teratur.
4. Pengobatan terlalu lama, setelah 4-24 tahun.
Hanya terjadi pada kusta Multibasilar, tetapi tidak pada Pausibasilat , oleh
karena S.I.S penderita tinggi dan pengobatannya relative singkat.
Resistensi primer, bila orang ditulari oleh M.Lepra yang telah
resistensi,yang manifestasinya dapat dalam segala tipe (TT, BT, BB, BL,
LL) bergantung pada S.I.S penderita derajat resistensi yang rendah masih
dapat diobati dengan dosis DDS yang lebih tinggi, sedang pada derajat
resistensi yang tinggi DDS tidak dapat dipakai lagi, adanya M.D.T ini
adalah sebagai usaha untuk :
16
Bakteri Mycobacterium leprae
2011
17
Bakteri Mycobacterium leprae
2011
18
Bakteri Mycobacterium leprae
2011
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil paparan diatas dapat disimpulkan bahwa :
19
Bakteri Mycobacterium leprae
2011
20
Bakteri Mycobacterium leprae
2011
21
Bakteri Mycobacterium leprae
2011
DAFTAR PUSTAKA
http://indonesiaindonesia.com/f/11391-lepra/
http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2009/12/14/kusta-lepra-atau-penyakit-
morbus-hansen/
http://ruswantoadipradana.blogspot.com/2010/08/tinggi-jumlah-kasus-penyakit-kusta-
di.html
http://sudarjanto.multiply.com/journal/item/11608/Penyakit_Zaman_Doeloe_yang_Bel
um_Hilang
http://www.sith.itb.ac.id/profile1/pdf/bisel/Kusta1.pdf
id.wikipedia.org/wiki/Mycobacterium_leprae
22