(CVA BLEEDING)
Disusun untuk memenuhi tugas Profesi Keperawatan pada Departemen
Manajemen
Disusun oleh :
Nunik Fatmawati
NIM. 115070200111037
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
A. DEFINISI CVA BLEEDING
Cerebrovaskuler Accident (CVA) bleeding atau stroke hemoragik
adalah rupturnya pembuluh otak yang mengakibatkan akumulasi darah
dan penekanan di sekitar jaringan otak. Ada dua tipe stroke hemoragik
yaitu intracerebral hemoragik atau subarachnoid hemoragik. Pecahnya
pembuluh darah di otak disebabkan oleh aneurisme (menurunnya
elastisitas pembuluh darah) dan arteriovenous malformations (AVMs)
(terbentuknya sekelompok pembuluh darah abnormal terbentuk yang
mengakibatkan salah satu dari pembuluh darah tersebut mudah ruptur)
(American Heart Association, 2015).
Stroke hemoragik adalah perdarahan spontan di dalam otak.
Penyebab utamanya adalah hipertensi kronik dan adanya degenerasi
pembuluh darah cerebral. Perdarahan dapat terjadi di dalam otak dan
ruang subaraknoid karena ruptur dari arteri atau ruptur dari aneurisma
(Tubagus Vonny, Ali Haji R., Parinding Novita, 2015)
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak. (Smeltzer dan Bare 2002 dalam
Arif Mutaqin) Stroke Hemoragik merupakan perdarahan intrakranial atau
intraserebri meliputi perdarahan di dalam ruang subarakhnoid atau di
dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena
aterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak
yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak
tertekan sehingga terjadi infark otak, edema dan mungkin herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling umum terjadi yaitu aneurisma
berry (biasanya defek kongenital), aneurisme fusiformis dari
aterosklerosis, aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan emboli
sepsis, malformasi arteriovena (terjadi hubungan persambungan
pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena),
ruptur arteriol serebri (akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan
degenerasi pembuluh darah) (Mutaqin Arrif, 2008)
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
stroke hemoragik (CVA bleeding) merupakan pecahnya pembuluh darah
otak yang mengakibatkan peningkatan volume cairan/darah dalam ruang
yang terbatas (intrakranial) yang mengakibatkan peningkatan tekanan
intrakranial, sehingga berdampak pada rusaknya neuron bagian otak
yang cedera tersebut dapat menurunkan kemampuan motorik sensorik.
B. KLASIFIKASI CVA BLEEDING
Stroke hemoragik merupakan perdarahan serebral dan mungkin
perdarahan subaraknoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
otak pada area otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan
aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat, Kesadaran
klien umunya menurun. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu :
a. Perdarahan intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama
karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan
otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan
menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat
mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan
intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering dijumpai di
daerah putamen, talamus, pons dan serebelum.
b. Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau
AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi
Wilisi dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar parenkim otak.
Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang subaraknoid menyebabkan
TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan
vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak
global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparese, gangguan hemi sensorik, afasia dan lain-lain)
Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang subaraknoid
mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK yang mendadak,
meregangnya struktur peka nyeri, sehingga timbul nyeri kepala hebat.
Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan
selaput otak lainnya. Peningkatan TIK yang mendadak juga
mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan
kesadaran. Perdarahan subaraknoid dapat mengakibatkan
vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini dapat
mengakibatkan disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan
kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik,
afasia dan lain-lain) (Mutaqin Arrif, 2008)
D. PATOFISIOLOGI (terlampir)
2 Nyeri kepala yang sedang sampai berat, kaku kuduk dan tidak ada
defisit neurologis kecuali pada saraf kranial
a. Pemeriksaan Awal
- Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui adanya anemia
(penyakit sickle cell) atau leukositosis (setelah terjadinya bangkitan
atau infeksi sistemik)
- Pemeriksaan koagulasi untuk menentukan riwayat koagulopati
sebelumnya
- Ureum dan elektrolit untuk menentukan hiponatremi akibat salt
wasting (bukan karena SIADH)
- Glukosa serum untuk menentukan hipoglikemi
- Rontgen toraks untuk melihat edema pulmonal atau aspirasi
- EKG 12 sadapan untuk melihat aritmia jantung atau perubahan
segmen ST.
- CT scan kepala tanpa kontras dilakukan < 24 jam sejak awitan.
- Pungsi lumbal bila CT scan kepala tampak normal.
- CTA (Computed Tomography Angiography) dilakukan jika diagnosis
SAH telah dikonfirmasi dengan CT Scan atau LP
B1 (Breathing)
B2(Blood)
B3 (Brain)
B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urin
sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan
kebutuhan dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena
kerusakan kontrol motorik dan postural . Kadang-kadang kontrol
sfingter urinarius eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini
dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril. Inkontinensia
urin yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
B5 (Bowel)
B6 (Bone)
Angiografi Serebri
Lumbal Pungsi
CT SCAN
b. Analisa Data
Masalah keperawatan yang sering muncul pada klien dengan stroke
hemoragik adalah sebagai berikut :
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan
dengan faktor resiko hipertensi
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskular akibat hemiparese dextra
3. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan
sistem saraf pusat.
Penurunan elastisitas
pembuluh darah
Pecahnya pembuluh
darah/malformasi
pembuluh darah
Resiko
ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
Penurunan
elastisitas pembuluh
darah/ adanya
malformasi
Pecahnya pembuluh
darah
Edema jaringan
Gangguan aliran
darah
Nekrosis jaringan
otak
Kerusakan neuron
Penurunan fungsi
motorik dan
sensorik
Penurunan
kemampuan
bergerak, berpindah
Hambatan
mobilitas fisik
Peningkatan
tekanan darah
Penurunan
elastisitas
pembuluh
darah/ adanya
malformasi
Pecahnya
pembuluh
darah
Edema
jaringan
Gangguan
aliran darah
Nekrosis
jaringan otak
Kerusakan
neuron
Penurunan
fungsi motorik
dan sensorik
Area yang
mempersarafi
kemampuan
berbicara
Bicara pelo
Hambatan
komunikasi
verbal
c. Rencana Perawatan
DAFTAR PUSTAKA
Tubagus Vonny, Ali Haji R., Parinding Novita. 2015. Gambaran Hasil
Pemeriksaan CT Scan Kepala Pada Penderita Stroke Hemoragik Di Bagian
Radiologi FK UNSRAT/SMF Radiologi Blu RSUP Prof.Dr.R.D. Kandou
Manado. Jurnal e-Clinic Volume 3 Nomor 1 Januari- April 2015.
Anggiamurni Lulu. 2010. Hubungan Volume dan Letak Lesi Hematom Dengan
Kecepatan Pemulihan Fungsi Motorik Penderita Stroke Hemoragik
Berdasarkan Kategori Skala Orgogozo. Program Pasca Sarjana Magister
Ilmu Biomedik dan Pendidikan Dokter Spesialis I Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Dewanto George dkk. 2007. Panduan Praktis Diagnosis dan Tata Laksana
Penyakit Saraf. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.